Anda di halaman 1dari 14

Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan

Melalui Budidaya Tanaman Porang


(Amorphophallus muelleri)

Oleh:
H. LALU PURWANA, S. ST
NIP. 196805131998031008

Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Pelangan Tastura


Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah yang Maha Esa yang
karena limpahan nikmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul ditempat
yang berbahagia ini. Semoga limpahan nikmatnya selalu menyertai kita
sepanjang waktu Allahumma aamiin. Yang kedua kalinya tak lupa pula kita
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar kita al imamul
rasul wa khotimul anbiya’ Muhammad shallallah alaihi wasallam yang
dengan perjuangan, kerja keras serta semangat beliau akhirnya kita dapat
merasakan manisnya Islam.
Saya haturkan banyak terima kasih kepada kepala balai pelangan
tastura, rekan-rekan penyuluh kehutanan dan para masyarakat yang turut
membantu dalam penyusunan karya tulis yang berjudul “Peningkatan
Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan Melalui Budidaya Tanaman Porang
(Amorphophallus muelleri)”.
Kritik serta saran yang membangin dari para pembaca yang budiman
sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih
baik lagi. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan mamfaat bagi
kita semua dan saya selaku penyusun memohon maaf apabila ada suatu
khilaf atau kesalahan.

Pelangan, 17 Desember 2021


Penyuluh Kehutanan Desa Pelangan

H. LALU PURWANA, S. ST
NIP. 196805131998031008

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kondisi Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan 3
B. Budidaya Tanaman Porang 4
C. Mamfaat Tanaman Porang 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Penutup 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan
penting bagi kehidupan manusia karena mampu menghasilkan barang
dan jasa serta dapat menciptakan kesetabilan lingkungan (Steinlin, H.
1988).1 Sejalan dengan waktu, hutan yang semula dianggap tidak akan
habis berangsur-angsur mulai berkurang. Banyak lahan hutan
digunakan untuk kepentingan lain, seperti pertanian, perkebunan,
pemukiman, industri dan penggunaan lainnya. Di Provinsi Bengkulu
luas kawasan hutan yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian,
perkebunan, pemukiman, tanah kosong, dan kebun campuran
mencapai 286.777 hektar atau sekitar 31,14% dari luas total hutan yang
ada (Pemerintah Propinsi Bengkulu, 2008).2
Permasalahan konversi hutan ini berakar dari pertambahan
penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk menuntut
tercukupinya kebutuhan pangan, kebutuhan kayu bakar, kebutuhan
kayu pertukangan, dan tempat pemukiman. Di lain pihak lahan
pertanian sebagai penghasil pangan luasannya terbatas, sehingga
alternatif utama untuk pemenuhan kebutuhan pangan adalah
mengkonversi lahan hutan menjadi lahan pertanian (Simon, 2001). 3
Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar hutan akan
berakibat pada kondisi hutan di sekelilingnya. Mereka akan
menggantungkan hidupnya pada hutan yang ada di sekeliling
pemukimannya guna memenuhi kebutuhan hidup yang terus
meningkat. Tanpa pengelolaan yang tepat, hal seperti ini merupakan

1 Steinlin, H. 1988. Menuju Kelestarian hutan; Seri Studi Pertanian Kerjasama Jerman dan
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
2 Pemerintah Propinsi Bengkulu, 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Propinsi

Bengkulu Tahun 2008. Bengkulu.


3 Simon, H. 2000. Hutan Jati dan Kemakmuran; Problematika dan Strategi Pemecahan.

Yogyakarta: BIGRAF Publishing.

1
ancaman bagi keberadaan dan kelestarian hutan, serta dapat
menurunkan fungsi utama dari peruntukan hutan tersebut.4
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini penyusun serta
pembaca dapat mengetahui dengan baik terkait kondisi ekonomi
masyarakat di sekitar hutan, budidaya tanaman porang, dan mamfaat
tanaman porang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan?
2. Bagaimanakah bentuk budidaya tanaman porang?
3. Apa saja mamfaat yang dimiliki oleh tanaman porang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat di sekitar hutan.
2. Untuk mengetahui bentuk budidaya tanaman porang.
3. Untuk mengetahui mamfaat-mamfaat yang dimiliki oleh tanaman
porang.

4Gunggung Senoaji, “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekiatr Hutan Lindung Bukit
Daun Di Bengkulu,” Sosiohumaniora 13, no. 1 (2020): 1–17.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan


Secara umum masyarakat yang tinggal di sekitar hutan memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan tingkat
perekonomian masyarakatnya rendah dan tidak adanya fasilitas
pendidikan yang lebih lanjut di daerahnya. Tingkat pendidikan
masyarakat sekitar hutan di Desa Air Lanang relatif rendah. Masyarakat
yang tidak sekolah 364 jiwa (24.93%); pendidikan SD sebanyak 416
jiwa (28.49%); tingkat pendidikan menengah berjumlah 310 jiwa
(21,23%); dan perguruan tinggi berjumlah 2 jiwa (0,14%). Menurut teori
human capital 12, kualitas sumber daya manusia selain ditentukan oleh
tingkat kesehatan juga ditentukan oleh tingkat pendidikan. Pendidikan
dipandang tidak hanya dapat menambah pengetahuan tetapi juga
dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja sehingga akan
meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan penghasilan
dan kesejahteraan penduduk. Selain keterampilan, tingkat pendidikan
juga mempunyai pengaruh terhadap pola pikir masyarakat.
Budaya masyarakat memegang peranan penting dalam
membentuk perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan lindung
(Senoaji, 2005).5 Oleh karenanya dalam karya tulis ini dengan nilai
ekonomi tanaman porang yang tinggi tentunya diharapkan dapat
meningkatkatkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan.

5Senoaji, G. 2005. Perilaku Masyarakat Desa Sekitar Hutan ditinjau dari Aspek Sosial,
Ekonomi, dan Budaya di Kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang,
Bengkulu. Jakarta: Laporan Penelitian Dasar Dirjen DIKTI.

3
B. Budidaya Tanaman Porang
Tanaman porang yang juga sering disebut dengan nama iles-
iles adalah tanaman umbi-umbian yang mempunyai nama ilmiah
Amorphophallus Muelleri. Tanaman ini diketahui banyak mengandung
glucomannan berbentuk tepung atau serat alami yang larut di dalam air.
Porang mampu tumbuh di ketinggian mencapai 700 meter di atas
permukaan laut. Tanaman ini juga sangat mungkin untuk
dibudidayakan di lahan hutan dibawah naungan tegakan tanaman
lainnya. Umumnya umbi-umbi tanaman porang ini masih banyak
ditemukan di hutan-hutan liar dan masih belum banyak dibudidayakan.6

(Gambar 1.1. Tanaman Porang)


Porang mempunyai akar yang mulai tumbuh saat tanaman
berumur 7 sampai 14 hari. Tak lama setelah itu akan tumbuh tunas
daun baru. Akar porang tidak memiliki akar tunggang dan hanya berupa
akar primer. Akar-akar ini akan tumbuh pada bagian pangkal batang,
namun sebagian lainnya akan terus muncul dan menyelimuti umbinya.
Akar ini memiliki fungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Selain dari pada itu, akar
porang juga berfungsi untuk memperkuat dan menegakkan batang
tanaman. Akar porang juga dianggap sangat unik. Sebab akar ini akan
terlihat kering dan seakan mati ketika memasuki dormansi atau masa
istirahat.

6 Rimbakita.com, Porang; Taksonomi, Habitat, Morfologi, Gizi, Mamfaat, Harga dan


Budidaya., (diakses tanggal 18 Desember 2021), https://rimbakita.com/porang/

4
Batang porang termasuk jenis batang tunggal dan dapat
memecah hingga menjadi tiga batang sekunder. Batang tersebut akan
memecah sekali lagi sehingga membentuk tangkai daun. Dalam setiap
pertemuan batang akan memicu timbulnya bubil atau biasa disebut
dengan umbi katak. Katak porang warnanya cokelat agak kehitaman
yang berfungsi sebagai sarana perkembangbiakan. Selain itu, batang
porang tidak memiliki cabang dan tidak berkayu. Umumnya batang ini
berwarna hijau disertai bercak-bercak putih.
Bakal bunga porang akan muncul dari umbi ketika usia
tanaman telah menginjak 4 tahun. Bunga porang tumbuh saat musim
hujan telah tiba. Bunga ini akan tumbuh di bagian umbi yang belum
mengalami pertumbuhan daun. Ketika masa kuncup, mahkota bunga
belum terlihat. Namun jika bunga tersebut telah mekar sepenuhnya,
maka akan terlihat mahkota bunga yang sempurna dan menawan.
Bunga porang berwarna merah jambu dengan bentuk seperti terompet.
Perlu diketahui, setiap umbi porang memiliki satu bunga yang ditopang
oleh tangkai dan mampu tumbuh vertikal seperti batang kecil dengan
tinggi sekitar 20 sampai 30 cm.
Daun porang termasuk jenis daun majemuk dengan bentuk
menjari. Hampir pada setiap batangnya terdapat empat daun majemuk.
Apabila proses pertumbuhan tanaman normal, maka daun yang
tumbuh mencapai sepuluh helai dengan tepian rata. Daun tanaman
porang memiliki warna hijau agak kebiruan. Ketika tanaman memasuki
usia sekitar dua bulan, maka di bagian daun dan pangkalnya akan
dipenuhi katak atau bubil. Inilah yang membedakan porang dengan
berbagai jenis tanaman lainnya.
Morfologi biji tanaman porang terdapat pada bagian buah yang
tersusun di setiap tongkolnya. Perbanyakan porang juga bisa dilakukan
dengan cara menjadikan bijinya sebagai benih. Tanaman porang yang
masih muda mempunyai buah berwarna hijau dan terkadang berubah
menjadi kekuningan. Dalam setiap tongkol terdapat 100 sampai 300 biji

5
buah. Apabila tanaman telah dewasa, warna buahnya terlihat agak
kemerahan dan semakin kehitaman jika telah siap panen.
Tanaman porang memiliki keunggulan pada sifatnya yang
toleran terhadap naungan. Sehingga memungkinkan tanaman ini
dibudidayakan di lahan hutan industri di bawah tegakan pohon jati,
sonokeling, mahoni ataupun sengon. Karena sifat tolerannya tersebut,
dalam kurun beberapa tahun ini menjadi primadona. Selain itu porang
menjadi populer karena mudah dibudidayakan, mempunyai
produktivitas yang tinggi, hama/penyakit yang menyerang relatif sedikit,
permintaan pasar baik dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dari
aspek budidayanya, untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang
optimal, diperlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula.7

(Gambar 1.2. Budidaya Tanaman Porang bersama Masyarakat)


Kegiatan penyuluhan dan bimbingan yang dilakukan oleh rekan
penyuluh kehutanan, babinsa desa, dan masayarakat sekitar berupa
tehnik serta strategi yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam
memamfaatkan tanaman porang yang dibudidayakan. Selain dari pada
itu, masyarakat juga diberitahu hal-hal yang hendaknya perlu
diperhatikan dalam melakukan budidaya tanaman ini, yang nantinya
akan digunakan sebagai alternative untuk melakukan optimalisasi
lahan hutan. Tanaman budidaya akan terus diawasi perkembangannya

7Muhammad Irfan Al-Amin, Mengenal Tanaman Porang dan Perbedaannya dengan Jenis
Umbi-Umbian lainnya, (diakses 18 Desember 2021),
https://katadata.co.id/safrezi/berita/619d9591295a7/mengenal-tanaman-porang-dan-
perbedaannya-dengan-umbi-umbian-lain

6
oleh pegawai dinas kehutanan hingga masa tumbuh telah dikatakan
optimal untuk melihat kendala serta masalah yang dialami oleh
masyarakat sekitar dalam melakukan budidaya tanaman tersebut.

C. Mamfaat Tanaman Porang


Tanaman porang memiliki mamfaat yang sangat besar.
Tanaman Porang mengandung karbohidrat, lemak, protein mineral,
vitamin, serat pangan, kristal kalsium oksalat dan alkaloid. Porang
banyak digunakan sebagai bahan baku tepung, penjernih air, kosmetik,
pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir diekspor ke
negeri Jepang. Salah satu kandungan terbesar di dalam porang adalah
glukomanan yang merupakan serat alami dan larut dalam air.
Glukomanan biasa digunakan sebagai emulsifier dan pengental pada
bahan makanan. Selain itu, porang disebut-sebut bisa digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan lem ramah lingkungan dan komponen
untuk pesawat terbang.8
Tanaman porang juga dapat digunakan sebagai obat-obatan
herbal. Kandungan glukomanan pada porang bisa membantu
mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes. Kandungan
glukomanan akan menekan produksi hormon ghrelin (hormon pemicu
rasa lapar), sehingga nafsu makan terkendali, penyerapan karbohidrat
pun melambat. Selain dari pada itu, glukomanan juga dapat
meningkatkan jumlah kandungan kolesterol yang dikeluarkan lewat
feses. Sehingga jumlah kolesterol dalam darah akan jauh lebih sedikit.

8 CNBC Indonesia, Kenali Tanaman Porang; Jenis, Mamfaat, Harga, dan Budidaya.,
(diakses 18 Desember 2021), https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20211115121503-
33-291561/kenali-tanaman-porang-jenis-manfaat-harga-dan-budidaya

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum masyarakat yang tinggal di sekitar hutan memiliki
tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan tingkat
perekonomian masyarakatnya rendah dan tidak adanya fasilitas
pendidikan yang lebih lanjut di daerahnya. Tanaman porang sangatlah
cocok untuk dibudidayakan karena memiliki keunggulan pada sifatnya
yang toleran terhadap naungan. Sehingga memungkinkan tanaman ini
dibudidayakan di lahan hutan industri di bawah tegakan pohon jati,
sonokeling, mahoni ataupun sengon. Selain dari pada itu, tanaman ini
memiliki harga yang tinggi di pasaran.
Tanaman porang memiliki mamfaat yang sangat besar,
diantaranya tanaman porang banyak digunakan sebagai bahan baku
tepung, penjernih air, kosmetik, pembuatan lem dan jelly. Lebih dari
pada itu, tanaman porang juga dapat digunakan sebagai obat untuk
menurunkan gula darah serta kolesterol jahat dalam tubuh.
B. Saran
Kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
sangatlah diharapkan untuk membuat karya tulis ini menjadi lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Senoaji, Gunggung. “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekiatr Hutan

Lindung Bukit Daun Di Bengkulu.” Sosiohumaniora 13, no. 1 (2020): 1–

17.

CNBC Indonesia, Kenali Tanaman Porang; Jenis, Mamfaat, Harga, dan

Budidaya., (diakses 18 Desember 2021),

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20211115121503-33-

291561/kenali-tanaman-porang-jenis-manfaat-harga-dan-budidaya

Muhammad Irfan Al-Amin, Mengenal Tanaman Porang dan Perbedaannya

dengan Jenis Umbi-Umbian lainnya, (diakses 18 Desember 2021),

https://katadata.co.id/safrezi/berita/619d9591295a7/mengenal-

tanaman-porang-dan-perbedaannya-dengan-umbi-umbian-lain

Pemerintah Propinsi Bengkulu, 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup

Propinsi Bengkulu Tahun 2008. Bengkulu.

Rimbakita.com, Porang; Taksonomi, Habitat, Morfologi, Gizi, Mamfaat,

Harga dan Budidaya., (diakses tanggal 18 Desember 2021),

https://rimbakita.com/porang/

Senoaji, G. 2005. Perilaku Masyarakat Desa Sekitar Hutan ditinjau dari

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya di Kawasan Hutan Lindung Bukit

Daun, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. Jakarta: Laporan Penelitian

Dasar Dirjen DIKTI.

Simon, H. 2000. Hutan Jati dan Kemakmuran; Problematika dan Strategi

Pemecahan. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.

9
Steinlin, H. 1988. Menuju Kelestarian hutan; Seri Studi Pertanian

Kerjasama Jerman dan Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

10
LAMPIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai