Anda di halaman 1dari 5

UPAYA PERLINDUNGAN BIODIVERSITAS DI AREA INDUSTRI PERTAMBANGAN

ESSAY INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ILMU


LINGKUNGAN

Dosen pembimbing :

Oktarian Wisnu Lusanto, S.T., M. Eng.

Disusun oleh:

Elatika Piperningrum (112220170)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2023
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI PADA KEGIATAN PERTAMBANGAN
DI KAWASAN HUTAN DI INDONESIA

Biodiversitas lebih melekat pada pemikiran masyarakat dengan sebutan


keanekaragaman hayati. Biodiversitas memiliki pengertian keberagaman makhluk hidup
mulai dari hewan, tumbuhan, mikroorganisme, dan lainnya yang hidup di bumi dengan
karakteristik dan habitat yang bervariasi. Tingginya tingkat biodiversitas atau
keanekaragaman hayati membuat Indonesia mendapat julukan sebagai negara mega
biodiversity. Persebaran biodiversitas flora dan fauna terbagi dalam tiga wilayah
meliputi Dataran Sunda, Dataran Sahul dan Daerah Peralihan.

Biodiversitas mempunyai berbagai manfaat antara lain sebagai jasa ekosistem


seperti penyedia air bersih, stabilitas tanah, dan penyedia hara dari dalam tanah,
penyedia konsumsi manusia seperti bahan makanan, obat obatan, dan masih banyak
lagi. Manfaat biodiversitas dari segi sosial yaitu sarana pendidikan, rekreasi, penelitian.
Namun dengan banyaknya manfaat dari biodiversitas ini membuat keberlangsungannya
terancam akibat pengelolaan yang salah terutama pada wilayah tertentu salah satunya
adalah area pertambangan.

Upaya perlindungan keanekaragaman hayati termuat dalam undang undang No.


5 tahun 1994 bahwa keanekaragaman hayati di dunia, khususnya di
Indonesia,berperan penting untuk berlanjutnya proses evolusi serta terpeliharanya
keseimbangan ekosistem dan sistem kehidupan biosfer. Kegiatan penambangan dari
hasil penelitian ini merupakan salah satu penyebab paling parah dari kerusakan
kawasan hutan di Indonesia. Penyebab utamanya yaitu aktivitas excavator dan alat
berat pertambangan lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya lubang lubang
menganga yang cukup besar dan membentuk danau danau. Dikatakan pula tidak
sedikit perusahaan perusahaan tambang yang lepas dari tanggung jawabnya dalam
memulihkan fungsi lahan kawasan hutan. Banyak perusahaan pertambangan langsung
meninggalkan lokasi lokasi penambangan setelah pasca kegiatan penambangan.
Akibat dari kegiatan pertambangan yang tidak memahami aturan inilah yang membuat
kawasan hutan menjadi rusak dan dapat mengakibatkan bencana. Maka dari itu
dengan adanya konservasi kawasan hutan ini mampu membantu meminimalisir
bencana bencana yang akan terjadi. Dari hasil evaluasi untuk memperbaiki /
menanggulangi keadaan ini diperlukan usaha usaha perundang undangan kehutanan di
Indonesia yang berlaku tentang konservasi hutan dan kawasan hutan lindung terutama
konservasi keanekaragaman hayati di kawasan hutan.

Indonesia adalah Negara tropis yang dihadapkan dengan dilema mengelola


kawasan hutan lindung. Adanya dilemma ini meliputi yang pertama sumber daya hutan
merupakan pendapatan penduduk sehari hari. Manfaat hutan secara langsung adalah
sebagai sumber berbagai jenis barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar,
buah, bunga dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau
menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi
hampir semua kebutuhan manusia. Dan yang kedua sumber daya hutan digunakan
oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan ekonomi. Jika penebangan,
kerusakan hutan, degradasi hutan terus berlanjut maka kegiatan ekonomi bisa
terganggu. Hutan memiliki serangkaian ekosistem yang mempunyai dampak yang
besar bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan baik yang tinggal dikawasan hutan
maupun yang tinggal disekitar hutan. Beberapa tahun terakhir ini banyak sekali
permasalahan yang dikawasan hutan yaitu degradasi hutan dan deforestasi yang pesat
akibat adanya kegiatan pembangunan yang meliputi kegiatan penambangan,
penggalian lahan, eksploitasi satwa yang dilindungi, ladang berpindah.

Dengan banyaknya permasalahan ini seharusnya pemerintah melakukan upaya


upaya yang mampu menghentikan permasalahan yang terjadi. Pemerintah harus
mampu melindungi kawasan hutan dan mengelola sumber daya hutan dengan sebaik
mungkin sebelum semuanya dibabat habis oleh ulah manusia. Namun pada
kenyataannya kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertambangan berkelanjutan
tidak mencerminkan kondisi kawasan hutan berwawasan lingkungan. Kebijakan
pemerintah yang mengizinkan kegiatan penambangan merupakan salah besar itu
hanya akan mempercepat kerusakan kawasan hutan di Indonesia. Kegiatan
penambangan ini hanya akan mengubah Indonesia yang hijau rindang menjadi
Indonesia yang penuh dengan pandang pasir yang terik.

Walaupun telah diterbitkan undang undang, ternyata kegiatan pertambangan


terus berlanjut dan mengincar kawasan hutan lindung. Sudah sebanyak 150
perusahaan yang telah memiliki izin operasi kegiatan pertambangan di kawasan hutan
lindung tersebut. Perusahaan perusahaan tersebut akan segera membuka usahanya
pada kawasan hutan yang tersebar di sumatera, Kalimantan, jawa, Sulawesi, dan
Maluku. Dengan lahirnya UU No.19 Tahun 2004 yang memperbolehkan menambang
secara terbuka di kawasan hutan lindung, tentu itu sangat mengancam pelestarian
keanekaragaman hayati di kawasan hutan yang akan ditambang karena kawasan hutan
tersebut telah ditunjuk sebagai hutan lindung yang akan menyangga kehidupan salah
satunya yaitu menjaga air untuk makhluk hidup. Sedangkan kawasan hutan konservasi
berfungsi melestarika keanekaragaman hayati.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, namun sekarang


kekayaan dan keanekaragaman hayati tersebut lambat laun kian menghilang
bersamaan dengan hancurnya ekosistem hutan. Tingkat laju penurunan hutan
(deforestasi) di Indonesia mencapai 2 juta hektar pertahun sejak 20 tahun lalu. Lalu,
hilangnya hutan di Indonesia juga cukup memprihatinkan, yaitu lahan hutan sumatera
30% telah hilang dan lahan hutan Kalimantan 21% telah hilang. Dengan adanya
keadaan ini, satu satunya harapan hutan yang masih bisa diharapkan adalah hutan
koservasi dan hutan lindung. Namun, tidak menutup kemungkinan hutan lindung dan
hutan konservasi bebas dari ancaman karena penebangan liar, operasi penambangan,
pembukaan lahan kelapa sawit terus menghantui kawasan tersebut.

Pemerintah dengan tegas telah mengeluarkan peraturan perundang undangan


yang telah disempurnakan tentang kegiatan pertambangan agar tidak merusak
kawasan hutan konservasi yaitu UU No. 4 tahun 2009 isinya yaitu segala bahan galian
dari hasil penambangan digunakan oleh Negara untuk kemakmuran rakyat. Undang
undang tersebut telah mengakomodasi dan sesuai dengan kriteria lingkungan. Kriteria
lingkungan secara lebih tegas diakomodasi dalam keputusan menteri pertambangan
dan energy tentang pencegahan dan penanggulangan kerusakan lingkungan pada
usaha kegiatan pertambangan umum. Dan juga keputusan dirjen pertambangan umum
tentang jaminan reklamasi bisa mengakomodasi kriteria lingkungan, ketentuan AMDAL
(analisis dampak lingkungan), RKL (Rencanan pengelolaan lingkungan), dan RPL
(rencana pemantauan lingkungan). Keputusan tegas dari menteri, undang-undang, dan
dirjen diharapkan mampu menanggulangi kerusakan kawasan hutan konservasi dan
hutan lindung dari kegiatan penambangan.

Pemerintah juga mengeluarkan UU No.41 Pasal 38 yang tentang kehutanan


telah membatasi ruang gerak formal bagi industri pertambangan mengeksploitasi
kawasan hutan. Dalam 3 pasal tersebut menyebutkan bahwa dilarang melakukan
penambangan dengan pola penambangan terbuka yang artinya penambangan tersebut
dilakukan dengan pola penambangan dibawah tanah atau bisa disebut underground
mining

Sebelum melakukan aktivitas pertambangan yang bisa berdampak pada


lingkungan sebaiknya melakukan analisis dampak lingkungan terlebih dahulu seperti
yang dikatakan dirjen dan menteri pertambangan. Melalui uji AMDAL akan memperoleh
gambaran atau perkiraan dampak pertambangan terhadap lingkungan atau kawasan
hutan. Hal ini akan mempermudah dan membantu dalam proses perencanaan mitigasi.
Maka dari itu pengujian AMDAL seharusnya dilakukan pengawasan secara
berkelanjutan dan tidak hanya formalitas saja.

Ada beberapa cara lain pencegahan untuk mengurangi dampak negatif dari
kegiatan penambangan antara lain bioremediasi, remediasi, penggunaan alat., dan
pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah
seperti semula sehingga kondisinya berangsur-angsur pulih kembali dan tidak
menimbulkan bahaya penyakit dan bahaya lainnya bagi masyarakat disekitarnya.
Remediasi adalah kegiatan membersihkan permukaan tanah yang telah tercemar oleh
kegiatan penambangan baik secara insitu maupun exsitu. Jika bioremediasi adalah
pembersihan permukaan tanah yang tercemar kegiatan penambangan dengan
memanfaatkan mikroorganisme contohnya jamur dan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, No.1 Tahun 2004 tentang


Perubahan atas Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

I Gede Putu A. (2010) Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Konservasi keanekaragaman


hayati di Indonesia

https://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/download/6480/5008/

Scotland, N., J. Smith, H. Lisa, M. Hiller, B. Jarvis, C. Kaiser, M. Leighton, L. Paulson,


E. Pollard, D. Ratnasari, R. Ravanell, S. Stanley, Erwidodo, D. Curry, dan A.
Setyarso. 2000. Indonesia Country Paper on Illegal Logging, disunting oleh W.
Finlayson dan N. Scotland. Laporan yang tidak diterbitkan, disajikan untuk World
Bank-World Wide Fund for Nature Workshop on Control of Illegal logging in East
Asia. Jakarta, Indonesia

Wiwik H. (2022) Upaya Alternatif Bagi Pemerintah Indonesia Dalam Mengurangi


Dampak Negatif Kegiatan Pertambangan Di Indonesia

https://e-journal.fh.unmul.ac.id/index.php/risalah/article/download/126/76/403

Nurjaya. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Perspektif Antropologi Hukum.
Prestasi Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai