Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

“PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG”

Disusun Oleh:

Andre Rio Wijaya (03021381621099)

Dheo Febri Valentino L.G V (03021381621089)

Guliansayah Hendra (03021381621089)

M. Azman Al- Hafizh (03021381621053)

Sandy Widodo (03021381621095)

Kelas: A

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem pertambangan adalah ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungan atau
wilayah sekitar yang terpengaruh akan aktivitas pertambangan. Ekosistem juga
dikenal dengan istilah landscape pertambangan
Pertambangan sendiri tidak pernah terlepas dari bagian lingkungan hidup
yang wajib dilestarikan dan dikembangkan agar tetap dapat menjadi sumber
penunjang hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Dewasa ini, kejahatan lingkungan sering terjadi disekeliling lingkungan
kita, namun semua itu tanpa kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan,
pertambangan merupakan usaha untuk menggali berbagai potensi-potensi yang
terkandung dalam perut bumi.
Negara menguasai secara penuh semua kekayaan yang terkandung
didalam bumi dan dipergunakan sebaik – baiknya untuk kemakmuran rakyat.
Akan tetapi kenyataanya rakyat melakukan kegiatan pertambangan dengan tidak
memperhatikan aspek –aspek yang penting didalamnya, seperti tidak
memperhatikan akibat yang di timbulkan atau pengaruh dengan adanya
pertambangan tersebut (pertambangan liar), namun tidak menutup kemungkinan
juga dilakukan oleh perusahaan tambang yang telah memiliki izin resmi.
Maka dari itu, diperlukan pengetahuan mengenai komponen ekosistem
dari lingkungan yang ingin ditambang untuk memberi kesadaran dalam
menambang tanpa merusak komponen ekosistem didalam lingkungan tersebut.
Secara umum ekosistem di bumi ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori
daratan dan perairan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Dimana lingkungan dengan potensi pertambangan?
2. Apa saja komponen ekosistem dalam lingkungan pertambangan?
3. Apa manfaat yang diberi oleh lingkungan beserta ekosistemnya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengenal lingkungan lingkungan dengan potensi pertambangan.
2. Mengetahui informasi komponen ekosistem dalam lingkungan pertambangan.
3. Mengetahui manfaat manfaat dari sebuah lingkungan beserta ekosistemnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan dengan Potensi Ekosistem Pertambangan


Bumi adalah planet di tata surya yang sangat luar biasa. Hanya di Bumi
lah makhluk hidup bisa hidup. Tidak hanya makhluk hidup saja, namun Bumi juga
memiliki lingkungan dan komponen- komponen di dalamnya. Makhluk hidup
yang ada di bumi saling berinteraksi dengan lingkungannya dan membentuk suatu
hubungan timbal balik, inilah yang disebut dengan ekosistem. Ada banyak sekali
jenis ekosistem yang akan kita temui di Bumi. Secara umum ekosistem di Bumi
ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori daratan dan perairan. Berikut ini
adalah lingkungan-lingkungan dengan potensi untuk ditambang beserta
ekosistemnya:

2.1.1 Hutan
A. Dampak pertambangan terhadap komponen hayati
Hutan adalah merupakan suatu bentuk ekosistem yang komplek karena
didalamnya terdapat komponen ekosistem tersebut, seperti flora, fauna, mikro-
organisme, iklim dan tanah. Jika suatu ekosistem hutan diubah atau ditebang,
seyogyanya kita terlebih dahulu harus mengetahui secara seksama mengenai
sudut-sudut kerawanan atau kesensitifan dari ekosistem yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan pembangunan dapat diharapkan dapat memperhatikan
elastisitas daya dukung dari suatu sistem ekologi.
A.1 Tekanan Terhadap Ekosistem Hutan Dataran Rendah
World Resources 1992-1993 menyebutkan, degradasi tanah di Bumi
diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan
Afrika (321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang
dihasilkan aktivitas pertanian, penebangan hutan (deforestasi) dan
pengumpulan kayu bakar.Proses kehancuran hutan masih terus berjalan seirama
dengan perkembangan IPTEK dan waktu.Hingga hari ini hanya mungkin hutan-
hutan di Irian Jaya yang belum menderita kerusakan seperti di Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi,karena adanya kendala geografi yang cukup sulit.
Di Indonesia, sejak diundangkannya peraturan yang meberi peluang
masuknya modal asing dan modal dalam negeri dalam kegiatan bidang
kehutanan, maka pengusahaan hutan semakin meningkat.Hal ini disamping
memberi devisa yang cukup besar bagi negara, di lain pihak eksploitasi yang
tanpa mengindahkan prinsif-prinsif kelestarian akan menyebabkan kerawanan
ekosistem hutan tersebut.Penebangan terhadap jenis-jenis dari suku
Dipterocarpacea seperti meranti (Shorea sp) dan kapur ( Dryobalanops) yang
saat ini telah sangat menipis potensinya, telah pula meluas hampir kesemua jenis
yang berdiameter 50 Cm.Hal ini merupakan salah satu ancaman yang serius
terhadap kelestarian jenis-jenis asli Kalimantan, bila kegiatan konservasi jenis
melalui reboisasi, pemeliharaan tegakan tinggal dan pencegahan tidak lebih
ditinggalkan ( Brotokusumo,1990).
Pertambangan terhadap sumber daya alam nir-hayati antara lain minyak
bumi, batu bara, emas, perak, besi,dan sebagainya juga merupakan sumber
kerawanan terhadap kelangsungan hidup Hutan tropis dataran rendah.Tidak
diingkari eksploitasi terhadap SDA nir-hayati tersebut akan meningkatkan
devisa negara. Teknik penambangan dengan open mining yang relatif luas, sudah
pasti memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang
alam yang asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan
batuan induk, pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama
.Disamping itu merusak areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma
nuftah mengakibatkan pula kawasan tersebut tidak dapat kembali ke aslinya.
Aktivitas pertanian di hutan Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove,
hutan rawa dan rawa gambut yang ada di kawasan wilayah pantai merupakan
wilayah yang mendapat tekanan penduduk yang sangat kuat, dibandingkan
dengan wilayah tengah dan hulu.Hal ini disebabkan adanya konsentrasi
penduduk di daerah tersebut, dengan demikian wilayah hutan yang dekat dengan
pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh petani urban maupun oleh
penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan motivasi
pengusahaan hutan.
Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah
banyak ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut
Kartawinata,. et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000
ha tanah menjadi formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data
pada tahun 1993, belum dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian
akan bertambah menjadi lebih luas.Perladangan berpindah menurut Agung
(1988), telah menyebabkan hilangnya 20 m kayu komersial dan 66.57 m
kayu non komersial per ha.
Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta
bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya,
dan merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus
juta tahun yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan
tropis dataran rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top
soil adalah tipis. Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang
subur dan tipis ini segera dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang
tumbuh adalah semak belukar.
Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan
yang rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta
yang ditumbuhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah besar
akibat penebangan-penebangan di lokasi yang seharusnya dipelihara untuk terus
berfungsi dan akhirnya menjadi lahan tadah hujan.
Seperti halnya ekosistem yang lainnya yang disesuaikan dengan namanya,
ekosistem hutan merupakan ekosistem yang cakupan wilayahnya adalah berupa
hutan Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya ekosistem merupakan
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang berupa hubungan
timbal balik. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem hutan ini merupakan
hubungan antara kumpulan beberapa populasi (baik itu populasi binatang maupun
tumbuh- tumbuhan) yang hidup di permukaan tanah dan berada di pada suatu
kawasan hutan. Ekosistem hutan ini membentuk suatu kesatuan ekosistem yang
berada dalam keseimbangan yang bersifat dinamis dan mengadakan interaksi baik
langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya antara satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan. Ekosistem hutan ini termasuk dalam kategori ekosistem
daratan. Ekosistem hutan ini juga masuk ke dalam kategori ekosistem alamiah dan
dijuluki sebagai “paru- paru Bumi”. Hal ini karena hutan memegang peranan yang
sangat penting untuk dapat mengatur dan menjaga kesehatann Bumi. Bahkan
hutan juga dijadikan sebagai parameter untuk melihat apakan Bumi mengalami
sakit ataukah tidak.
Karena ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, maka setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing.
Ekosistem hutan juga memiliki komponen- komponen yang menyusun ekosistem
hutan itu sendiri. Komponen yang terdapat dalam ekosistem hutan ini selain
meliputi komponen biotik dan juga abiotik, juga dilihat lagi dari segi makanan.
Dari segi makanan, komponen ini dibedakan menjadi 2 macam yakni komponen
autotrof dan heterotrof. Komponen autotrof merupakan komponen yang mampu
menyediakan makanan sendiri, sedangkan komponen heterotrof merupakan
komponen yang selalau memanfaatkan bahan organik sebegai makanannya. Untuk
mengetahui lebih lengkap, berikut ini merupakan komponen yang ada di dalam
ekosistem hutan.
Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk
hidup yang ada di ekosistem hutan ini banyak sekali jenisnya, yakni tumbuhan,
binatang, serta organisme- organisme lainnya.
Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen
yang tidak hidup. Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa
mempengaruhi komponen- komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut
merupakan komponen abiotik atau komponen yang tidak hidup di ekosistem
hutan, yaitu suhu, cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari), air, iklim,
tanah, angin, batu, dan lain sebagainya.
Komponen Autotrof. Kata “autotrof” ini berasal dari 2 kata, yaitu “autros”
yang mempunyai arti sendiri, dan juga “tropikhos” yang mempunyai arti
menyediakan makanan. Sehingga komponen autotrof yang terdapat dalam
ekosistem hutan ini merupakan komponen yang mampu menyediakan atau
mensisntesis makanannya sendiri. Dalam membuat makanannya sendiri,
komponen ini menggunakan bahan- bahan anorganik. Kemudian dengan bantuan
dari klorofil dan juga energi dari sinar matahari, bahan- bahan anorganik tersebut
diubah menjadi bahan- bahan makanan organik. Dengan demikian, organisme
yang termasuk ke dalam golongan autotrof ini pada umumnya adalah mereka yang
memiliki zat hijau daun atau korofil. Pengikatan yang dilakukan oleh energi sinar
matahari dan sistesis bahan organik menjadi bahan anorganik kompleks ini hanya
bisa dilakukan oleh komponene autrotrof saja. Contoh komponene autotrof yang
ada di ekosistem hutan adalah pohon dan rumput- rumputan.
Komponen Heterotrofik. Kata “heterotrofik” ini berasal dari dua kata,
yaitu “hetero”yang berarti berbeda, lain, mauooun tidak seragam dan “tropikhos”
mempunyai arti menyediakan makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
komponene heterotrofik ini merupakan komponen atau organisme yang dalam
hidupnya selalu memanfaatkan bahan oirganik sebagai bahan makanannya. Bahan
organik yang digunakan untuk membuat makanan tersebut telah disediakan oleh
organisme atau makhluk lainnya. Dapat dikatakan pula komponen heterotrofik ini
mendapatkan bahan makanannya dari komponen autotrof. Sebagian dari anggota
komponen heterotrofik ini akan menguraikan bahan organik kompleks ke dalam
bentuk bahan anorganik yang sederhana yang nantinya akan digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat makanan komponen autotrof. Contoh komponen
heterotrof yang ada dalam ekosistem hutan diantaranya adalah binatang, jamur,
dan juga jasad renik.
Hutan merupakan kekayaan alam yang bersifat alamiah. Hutan ini ada
karena bentukan alam, namun juga bisa dibuat oleh manusia. Hutan ini ada di
berbagai wilayah di setiap sudut Bumi, oleh karena hutan ini mempunyai fungsi
yang sangat banyak. Ada banyak sekali jenis hutan di Bumi ini. Apabila kita
mencermatinya saru per satu, maka kita akan dapat menemukan jenis- jenis hutan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena banyaknya jenis hutan ini,
maka para ilmuwan mengelompokkannnya berdasarkan kategori- kategori
tertentu. Kita akan membahas mengenai jenis- jenis hutan tersebut yang dilihat
dari beberapa kategori, seperti berdasarkan letak geografisnya, sifat musimnya,
ketinggian tempatnya, kondisi tanahnya, dan juga dominasi pepohonannya. Secara
umum, berikut merupakan jenis- jenis hutan:

a. Berdasarkan letak geografisnya


Letak geografis suatu benda merupakan kedudukan suatu benda di
bentang alamnya. Letak geografis hutan ini bisa dilihat dari dimana letak hutan
itu. Letak geografis ini bisa dilihat dari iklim yang berada di suatu wilayah letak
hutan itu berada, bisa juga dilihat dari batasan atau kanan kiri dari hutan tersebut,
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan alam. Berdasarkan letak
geografisnya, hutan ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni:

1) Hutan tropis, yaitu hutan yang letaknya berada di wilayah atau daerah
khatulistiwa. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
 Terletak di wilayah yang mempunyai iklim tropis (baca: iklim di
Indonesia)
 Pohon- pohon di hutan ini biasanya berukuran tinggi dan mencapai
beberapa meter
 Daun- daun pohon di hutan ini sangat lebat, saking lebatnya hingga
terkadang menghalangi cahaya matahari yang masuk dan membuat
tanah di bawahnya lembab
 Tumbuhan yang hidup di hutan ini terdiri dari berbagai jenis
 Mendapatkan curah hujan yang sangat cukup sepanjang tahun
2) Hutan temperate, yaitu hutan yang berada di wilayah yang mempunyai
4 musim. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
 Terletak di wilayang yang mempunyai 4 musim, yakni musim
panas, musim gugur, musim semi, dan musim semi
 Biasanya wilayah tersebut mempunyai iklim sub tropis
 Mendapatkan curah hujan yang tidak sebanyak hutan tropis
3) Hutan boreal, yaitu hutan yang terletak di daerah lingkaran kutub-
kutub Bumi. Karena letak hutan ini yang berada di wilayah lingkaran
kutub Bumi, maka wilayah hutan ini akan ditutupi oleh es atau salju.
Hutan ini juga disebut sebagai bioma taiga. Beberapa ciri yang dimiliki
oleh hutan ini adalah sebagai berikut:
 Terletak di antara daerah yang memiliki iklim sub tropis dengan
daerah iklim kutub atau iklim dingin
 Terdapat perbedaan variasi suhu yang sangat mencolok, yakni
antara musim panas dan juga musim dingin
 Pertumbuhan tanaman terjadi ketika musim panas, yakni selama 3
hingga 6 bulan
 Ditumbuhi flora atau tumbuhan yang bersifat homogen atau
berseragam
 Tumbuhan yang dominan tumbuh disana adalah tumbuhan yang
memiliki daun runcing seperti jaru (tumbuhan konifer), yang
tampak selalu hijau sepanjang tahunnya
 Dihuni oleh berbagai fauna khas, yakni srigala, burung, beruang
hitam, moosem ajak, dan lynx.
b. Berdasarkan Sifat Musimnya
Musim merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam hutan.
Hal ini karena musim tersebut akan menentukan kondisi dalam hutan itu.
Berdasarkan sifat yang dimiliki musimnya, hutan dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu:
1) Hutan Hujan (baca: ciri- ciri hutan hujan tropis), yaitu hutan yang
memiliki curah hujan yang tinggi. Hujan yang menyirami hutan ini
bersifat rutin dan sepanjang tahun. Hutan ini memiliki ciri- ciri sebagai
berikut:
 Tingkat curah hujan yang dimiliki sangat tinggi, yakni antara 200
hingga 450 cm/ tahun
 Mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun
 Suhu yang berada di sekitar lingkungan antara 21 hingga 30 derajat
Celcius
 Pepohonan yang berada di hutan ini tumbuh tinggi menjulang
hingga mencapai 55 m, dan membentuk tudung atau kanopi.
 Terdapat beberapa tanaman rambat seperti rotan dan anggrek yang
menempel di pepohonan untuk mendapatkan sinar matahari.
 Dihuni beberapa fauna yang hidup di sekitar kanopi pohon, seperti
macan tutul, jaguar, babi hutan, serta beberapa serangga.
2) Hutan selalu hijau atau evergreen forest, yakni hutan yang selalu
terlihat jikau sepanjang tahun. Hutan yang demikian ini biasanya
memiliki vegetasi tumbuhan yang tahan terhadap air yang sedikit.
3) Hutan musim atau hutan gugur (deciduous forest), adalah hutan yang
ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman yang menggugurkan
daunnya ketika musim gugur tiba. Hutan gugur ini merupakan hutan
yang berada di wilayah yang mempunyai 4 musim. Agar lebih jelas
mengenal jenis hutan ini, berikut adalah ciri- ciri dari hutan gugur:
 Curah hujan merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga
100 cm/ tahun
 Tumbuhan yang hidup di hutan ini didominasi oleh tumbuhan
berdaun yang lebar
 Terdapat di daerah yang mempunyai empat musim, yaitu musim
dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur
 Apabila musim dingin tiba, maka air di hutan ini akan membeku
 Ketika musim dingin, tumbuhan tidak melakukan fotosistesis
karena air tidak dapat diserap dengan baik
 Binatang yang berada di hutan ini adalah binatang yang melakukan
hibernasi ketika musim dingin
 Selain hewan yang melakukan hibernasi pada musim dingin,
beberapa hewan lagi akan membentuk jaringan lebak di bawah
kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi ke tempat lain
 Berada di wilayah yang mempunyai iklim sub tropis, yaitu yang
terletak di 23,5ᵒ garis lintang utara/ lintang selatan
 Ketika musim panas tiba, maka radiasi sinar matahari, curah hujan,
dan kelembaban akan meninggi
 Sebaliknya, radiasi sinsr matahari, curah hujan, dan tingkat
kelembaban akan turun apabila musim dingin tiba
 Ketika musim dingin tiba, daun- daun di pohon akan berubah
menjadi merah atau coklat karena tumbuhan tidak melakukan
fotosintesis (tidak dapat menyerap air)
 Tanda musim panas tiba adalah salju atau es (baca: hujan es) mulai
mencair
4) Hutan Sabana atau savannah forest, adalah hutan yang terletak di
kawasan yang memiliki musim kemarau panjang. Hutan sabana ini
adalah wilayah padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon.
Untuk mengenal lebih dalam mengenai hutan sabana ini, mari kita
lihat beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh hutan sabana
ini:
 Curah hujan di hutan ini adalah antara 90 – 150 cm/ tahun
 Musim kemarau berlangsung lebih lama di hutan ini
 Berupa padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
 Flora yang hidup di hutan ini seperti tumbuhan gerbang, rumput,
Acacia, Aucalyptus
 Fauna yang hidup di hutan ini seperti gajah, macan tutul, kijang,
zebra, singa, kuda, dan beberapa jenis serangga
c. Berdasarkan ketinggian tempatnya
Hutan juga dibedakan atas dasar ketinggian tempat dimana hutan itu
berada. Ketinggian tempat merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi
kedaaan hutan tersebut. Berikut adalah pembagian jenis hutan berdasarkan
ketinggian tempatnya:
1) Hutan pantai (baca: manfaat pantai) atau beach forest, adalah hutan
yang berada di wilayah pantai atau berdekatang dengan pantai. Hutan
ini mempunyai ketinggian yang sama dengan ketinggian pantai.
Biasanya, hutan pantai ini terdiri atas pohon- pohon kelapa atau
cemara.
2) Hutan dataran rendah atau lowland forest, adalah hutan yang berada di
wilayah dataran rendah.
3) Hutan pegunungan bawah atau submountain forest, adalah hutan yang
hutan yang ada di wilayah pegunungan bagian bawah.
4) Hutan pegunungan atas atau mountain forest, adalah hutan yang
etrletak di wilayah pegunungan.
5) Hutan kabut atau mist forest.
6) Hutan elfin atau alpine forest.
d. Berdasarkan Kondisi Tanah
Kondisi tanah juga termasuk salah satu hal yang membedakan ekosistem
hutan. berdasarkan kondisis tanah, ekosistem hutan dibedakan menjadi:
1) Hutan tanah kapur atau limestone forest, adalah jenis hutan yang
memiliki jenis tanah berupa tanah kapur atau tanah gamping. Tanah
kapur bukan merupakan tanah yang mudah ditumbuhi pepohonan.
Maka dari itu jenis pepohonan yang tumbuh di hutan kapur ini
merupakan pepohonan tertentu. Biasanya jenis pohon yang dapat
bertahan di tanah kapur adalah pohon jati.
2) Hutan rawa gambut atau peat swamp- forest, adalah jenis hutan yang
tanahnya berupa rawa gambut. Hutan ini mempunyai ciri- ciri khusus
yang hanya dapat kita temui pada hutan ini. Untuk mengenal lebih jauh
mengenai hutan ini, baca ciri- ciri hutan rawa gambut.
3) Hutan rawa air- tawar atau hutan rawa yang dikenal sebagai freshwater
swamp- forest.
4) Hutan kerangas atau hutan health forest.
e. Berdasarkan Pepohonan yang Mendominasi
Pepohonan yang ada di dalam suatu hutan merupakan komponen utama.
Jenis hutan juga dapat dilihat dari pepohonan yang tumbuh mendominasi dalam
hutan tersebut. Berdasarkan pepohonan yang mendominasi, jenis hutan ini
contohnya adalah:
1) Hutan pinus (pine forest)
2) Hutan jati
3) Hutan ekaliptus
4) Hutan dipterokarpa, dan lain sebagainya.

2.1.2 Laut
1. Dampak Aktivitas Penambangan Minyak Terhadap Ekosistem Laut
Menurut Soegiarto (1978), pencemaran laut adalah perubahan laut yang
tidak menguntungkan (merugikan) yang diakibatkan oleh benda-benda asing
sebagai akibat perbuatan manusia berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak
bumi, sisa-sisa biosida, air panas dan sebagainya.
Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia. Sebagian diakibatkan
aktivitas pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih disebabkan pelayaran
serta kecelakaan kapal tanker. Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional
pun rawan pencemaran limbah minyak. Limbah minyak sangat berpengaruh
terhadap kerusakan ekosistem laut, mulai dari terumbu karang, mangrove sampai
dengan biota air, baik yang bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal
(menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini
karena adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi, yang
memiliki komponen senyawa kompleks, seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena
dan isomer Xylena (BTEX) Senyawa tersebut berpengaruh besar terhadap
pencemaran.
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam
termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan
atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,
sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diroduksi manusia.
Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan
dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang
sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas
pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung
yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak
tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota
laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya
dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber
mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio
karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Bahwa dampak-
dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka
pendek dan akibat jangka panjang.

Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi.


Lautan menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi
61 persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan
bumiIndonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari
topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di
kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-
bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.
A. Karakteristik Ekosistem Laut
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem bahari merupakan ekosistem
yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem
pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.
a. Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
b. NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
c. Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
d. Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang menembus air, ekosistem air laut
dibagi menjadi beberapa zona (daerah), yaitu sebagai berikut :
a. Zona fotik, merupakan daerah yang dapat ditembus cahaya matahari,
kedalaman air < 200 m. Organisme yang mampu berfotosintesis banyak
terdapat di zona fotik.
b. Zona twilight, merupakan daerah dengan kedalaman air 200 m – 2.000 m.
Cahaya matahari remang-remang sehingga tidak efektif untuk fotosintesis.
c. Zona afotik, merupakan daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari
sehingga selalu gelap. Kedalaman air > 2.000 m.
Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ketengah laut yaitu
sebagai berikut :
a. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat terjadi
pasang dan seperti daratan saat air laut surut. Zona ini berbatasan dengan
daratan dan banyak dihuni kelompok hewan, seperti bintang laut, bulu
babi, udang, kepiting, dan cacing laut.
b. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal < 200m. Zona ini dapat
ditembus cahaya matahari dan banyak dihuni genggang laut dan ikan.
c. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m – 2.000 m dan keadaannya
remang-remang. Di zona ini tidak ada produsen, melainkan dihuni oleh
nekton (organisme yang aktif berenang), misalnya ikan.
d. Zona absial, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap.
Kedalaman air di zona abisal > 2.000 m. Zona ini dihuni oleh hawan
predator, detritivor (pemakan sisa oerganisme), dan pengurai.

Berikut ini macam-macam ekosistem air laut.


a. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam terdapat di laut dalam atau palung laut yang gelap
karena tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Pada ekosistem laut dalam
tidak ditemukan produsen. Organisme yang dominan yaitu, predator dan ikan
yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor sehingga dapat bercahaya
ditempat yang gelap.
b. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdapat dilaut yang dangkal dengan air yang
jernih. Organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain hewan terumbu karang
(coelenterate), hewan spons (porifera), mollusca(kerang, siput), bintang laut, ikan,
dan ganggang. Ekosistem terumbu karang di Indonesia yang cukup terkenal di
antaranya Taman Nasional Bawah Laut Bunaken.
c. Ekosistem estuari
Ekosistem estuari terdapat di daerah percampuran air laut dengan air
sungai. Salinitas air di estuari lebih rendah daripada air laut, tetapi lebih tinggi
daripada air tawar, yaitu sekitar 5 – 25 ppm. Di daerah estuari dapat ditemukan
tipe ekosistem yang khas, yaitu padang lamun (seagrass) dan hutan mangrove.
 Padang lamun, merupakan habitat pantai yang biasanya ditumbuhi
seagrass. Tumbuhan ini memiliki rizom dan serabut akar, batang, daun,
bunga, bahkan ada yang berbuah. Seagrass berbeda dengan alga karena
mempunyai sistem reproduksi dan pertumbuhan yang khas. Seagrass
tumbuh menyebar membentuk padang rumput di dalam air dengan
perpanjangan rizom. Jenis hewan di padang lamun, antara lain duyung
(Dugong dugon), bulu babi (Tripneustes gratilla), kepiting renang
(Portunus pelagicus), udang, dan penyu.
 Ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan mangrove terdapat di daerah
tropis hingga subtropis. Ekosistem ini di dominasi oleh tanaman bakau
(Rhizophora sp.), kayu api (Avicennia sp.), dan bogem (Bruguiera sp.).
Tumbuhan bakau memiliki akar yang kuat dan rapat untuk bertahan di
lingkungan berlumpur yang mudah goyah oleh hempasan air laut. Akar
napasnya berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Tumbuhan bakau memiliki buah dengan biji vivipari yang sudah
berkecambah dan berakar panjang saat masih di dalam buah sehingga
langsung tumbuh ketika jatuh ke lumpur. Hewan-hewan yang hidup di
ekosistem ini antara lain burung, buaya, ikan, biawak, kerang, siput,
kepiting, dan udang. Hutan mangrove banyak terdapat di pesisir pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua, Bali, dan Sumbawa.
d. Ekosistem pantai pasir
Ekosistem pantai pasir terdiri atas hamparan pasir yang selalu terkena
deburan ombak air laut. Di tempat ini angin bertiup kencang dan cahaya matahari
bersinar kuat pada siang hari. Vegetasi atau tumbuhan yang dominan adalah
formasi pes-caprae dan formasi barringtonia. Formasi pes-caprae terdiri atas
tanaman dan Spinifex littoreus. Formasi barringtonia terdiri atas perudu dan
pohon misalnya Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Erythrina, Hibiscus
tiliaceus, dan Hernandia. Hewan yang hidup di pantai pasir, misalnya kepiting dan
burung. Pantai pasir antara lain terdapat di Bali, Lombok, Papua, Bengkulu, dan
Batul (Yogyakarta)
e. Ekosistem pantai batu
Sesuai dengan namanya, ekosistem pantai batu memiliki banyak
bongkahan batu besar maupun kecil. Organisme dominan di sini, yaitu ganggang
cokelat, ganggang merah, siput, kerang, kepiting,dan burung. Ekosistem ini
banyak terdapat di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatera, Bali, Nusa
Tenggara dan Maluku.

B. Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut


Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan
menjadi 4, yaitu:
1. Produsen
terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya
2. Konsumen
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam
ekosistem laut.
3. Zooplaokton
terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan
daerah gelap sepanjang masa.Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan
fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya
konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem
yang tidak lengkap.
C. Pemanfaatan Ekosistem Laut
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas,namun keadaan laut
di negara kita sangat kurang terjaga sehingga banyak ancaman sengketa mengenai
batas wilayah perairan laut Indonesia dengan negara-negara tetangga. Laut
merupakan bagian dari samudera. Lautan adalah laut yang sangat luas. Laut
merupakan kumpulan air asin dalam jumlah yang sangat banyak dan menggenangi
yang membagi daratan atas benua atau pulau. Air merupakan sumber utama yang
dibutuhkan setiap makhluk hidup.Air memiliki peranan yang sangat kuat di dalam
kehidupan.Keadaan negara Indonesia yang terletak atau dikelilingi lautan ini
mendatangkan manfaat yang besar bagi warga yang hidup atau tinggal di
dalamnya. Di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan.
Berikut akan diuraikan beberapa manfaat laut bagi kehidupan manusia,yaitu
1. Laut sebagai sumber makanan
Dikatakan laut sebagai sumber makanan,karena makanan yang biasa kita
makan berasal dari laut,seperti ikan,rumput laut,garam,dsb.Ikan banyak dijumpai
di daerah pertemuan arus panas dan dingin seperti yang terdapat di Jepang,Selat
Malaka,New Foundlandbank.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak,Angin,Pasang Surut,dsb
3. Laut sebagai tempat barang tambang
Di Laut dangkal sekitar Asia Tenggara telah terbukti banyak ditemukan barang
tambang serta minyak bumi.Saat ini kita tinggal menikmati hasil dari
pengendapan makhluk-makhluk laut yang telah mati jutaan tahun yang lalu yang
kita kenal dengan nama”minyak bumi”. Di laut pinggiran daerah Continental Self
banyak terdapat endapan mineral yang sangat berguna bagi industri,seperti yang
terdapat di Bangka dan Belitung.
4. Sebagai Objek Riset Penelitian
Laut sering digunakan sebagai tempat dan alat bantu untuk penelitian yang
terkait tentang morfologi dasar laut,gerakan air laut,salinitas air laut,proses-proses
yang terjadi didalam laut,bagaimana kehidupan di dalam laut serta manfaat laut
bagi manusia,terutama penduduk sekitar.
5. Laut sebagai Sumber Air Minum
Jika kita berfikir sesaat,pasti yang terlintas di benak kita “bagaimana mungkin
air laut dapat diminum,sementara rasanya asin”.Memang benar,air laut tidak bisa
diminum secara langsung.Air laut dapat diminnum jika telah melalui sebuah
proses yang disebut dengan “DESALINASI”.
6. Laut sebagai Jalur Transportasi
Sebelum ada jalan darat dan udara,maka laut lah yang berperan penting dalam
proses transportasi.Laut merupakan jalur transportasi yang baik dan mudah sebab
tidak perlu membuad jalan seperti jalur transportasi darat.
7. Manfaat Laut bagi penduduk lokal
Peranan laut bagi penduduk lokal sangat lah besar.Karena selain sebagai mata
pencaharian mereka ,laut juga merupakan bagian yang tak terlepas dari
tanggungjawab mereka sebagai nelayan untuk dikelola dan di pelihara dengan
penuh rasa tanggungjawab.Awalnya penduduk lokal mengartikan laut sebagai
salah satu bagian saja dari wilayah negara kita yang diciptakan oleh sang
pencipta,namun setelah mereka merasakan fungsi yang begitu besar dari laut itu
maka penduudk lokal menempatkan laut itu sebagai lahan dan sumber kehidupan
bagi mereka untuk melanjutkan dan mempertahankan kehidupan dalam rangka
menuju kepada kehidupan yang sejahtera dan lebih baik.Fungsi laut bagi kehidupa
pneduduk lokal yaitu: Berfungsi sebagai kekayaan alam yang perlu dijaga,dikelola
dan dilestarikan.
Laut sebagai lahan mereka menggantungkan hidup an meneruskan
hidup(sebagai tempat mata pencaharian). Laut berfungsi sebagai sarana bagi
penduduk lokal untuk mengembangkan keterampilan mereka di bidang perikanan.

2.1.3 Pantai dan Sungai


1. Dampak aktivitas penambangan timah terhadap pesisir pantai dan sungai
Sedimetasi dan Perubahan Bentang Alam Kawasan Pesisir Hampir semua
sungai di Pulau Bangka beralih fungsi sebagai penampung limbah yang berasal
dari penambangan timah. Di daerah muara, kemiringan dasar sungai menjadi
relative kecil sebagai akibat dari endapan pasir dan material-material yang lain,
sehingga kapasitas tampungan sungainya menjadi berkurang.Sedimentasi yang
terjadi disuatu perairan dapat berpengaruh antara lain pada pendangkalan dan
perubahan bentang alam dasar laut, kesuburan perairan, dan hilangnya
keanekaragaman hayati perairan.
Padatan tersuspensi dan butiran-butiran pasir hasil penyaringan akan
dibuang langsung keperairan tanpa diendapkan terlebih dahulu pada kolam
penampungan atau tendon. Air bekas cucian menjadi keruh (putih susu)dengan
kandungan padatan tersuspensi yang sangat tinggi. Air buangan akan terbawa arus
sungai, dan selanjutnya sebagian partikel-partikel tanah akan mengendap di dasar
sungai. Proses ini secara berkelanjutan akan menyebabkan terjadinya
pendangkalansungaidanmenutupipermukaandasar
sungai.Penutupanpermukaantanahinidalamjangka panjang dapat menyebabkan
kematian terhadap organisme bentos yang dalam sistem ekologi
berfungsisebagaidekomposer.

Sedimentasi yang tinggi di wilayah pesisir telah menyebabkan terjadinya


perubahan bentang alam di daerah pantai. Hal ini disebabkan, adanya penambanga
ntimah di hulus ungai dan di sepanjang pantai Pulau Bangka. Tingginya aktivitas
penambangan di sepanjang pantai telah menyebabkan pada beberapa bagian
terjadi proses pendalaman akibat pengambilan tanah dasar laut dan pada bagian
lain terjadi penumpukkan butiran tanah.
Kesuburan Perairan
Ketika penambangan timah akandimulailapisan tanah bagian permukaan
yang kaya akan humus diangkat untuk memudahkan dalam penggalian. Setelah
penggalian mencapai kedalaman +2-3 m, selanjutnya dilakukan penggalian yang
dilakukan dengan menggunakan mesin atau secara manual. Tanah yang diambil
selanjutnya dilakukan proses pencucian dan penyaringan agar timah dapat terpisah
daritanah.Bahan organic yang berasal dari pencucian ini selanjutnya akan terbawa
oleh air menuju sungai sungai disekitar lokasi penambangan.
Masuknyabahan organic keperairan sungai dalam jumlah yang berlebih
dapat menyebabkan kesuburan perairan menjadi tinggi, sehingga akan
menstimulir blooming(ledakkan) populasifitoplanktondanmikroba airyangbersifat
pathogen.Limbahzatharadanorganik baik dalam bentuk terlarut maupun partikel,
berasal dari pakan yang tidak dimakan dan ekskresi ikan,
yangpadaumumnyadikarakterisasiolehpeningkatan total padatan tersuspensi
(TSS), biological oxigen deman(BOD5), chemical oxigen deman(COD),dan
kandunganC,N,danP.Secarapotensial,penyebaran dampak buangan limbah yang
kaya zat hara dan bahan organik tersebut dapat meningkatkan sedimentasi, siltasi,
hipoksia, hipernutrifikasi, dan perubahan produktivitas serta struktur komunitas
bentik.Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pencemaran yangterjadi
di perairan Bangka semakin mengkhawatirkan karena dapat mengancam
kelestarian fungsi sungai dan rawa.
Kerusakkan Ekosistem dan Musnahnya Biota Perairan
Dampak penimbunan oleh sedimen (sedimentasi) yang terjadi diperairan baik
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keberadaaan
keanekaragaman hayati. Penimbunan dasar perairan oleh sedimen dapat merusak
dan memusnahkan komunitas hewan bentik dan lokasi pemijahan biota
perairanlainnya. Partikel tanah yang tersuspensi akan menutupi habitat (tanaman
air,permukaan tanah) dan telur-telur seluruh biota perairan, sehingga telur tidak
dapat berkembang dengan baik. Dampak ini lambat laun akan menyebabkan
penurunan populasi secara masal yang akhirnya dalam jangka panjang dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.
Keanekaragaman hayati perairan umum merupakan sumber luka genetik yang
penting untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia yakni sumber pendapatan
dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu keberadaannya sangat rawan dari
kepunahan bila tidak diimbangi dengan upaya pelestarian dan pengelolaan yang
berkelanjutan. Sejalan dengan perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat,berbagai dampaknya terhadap kelestarian keanekaragaman
hayati dan lingkungannya sering dijumpai.
Pencemaran Logam Berat
Pencemaranataupolusiadalahsuatukondisiyang telah berubah dari bentuk asal
(baik) menjadi keadaan yang lebih buruk. Pergesaran bentuk tatanan dari kondisi
asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai masukkan dari bahan-
bahanpencemaratau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai
sifat racun (toksik )yang berbahaya bagi kelangsungan hidup organisme.Toksisit
asatau daya racun dari polutan itu yang kemudian menjadi pemicu terjadinya
pencemaran(Palar,2004).
Perairan umum di Pulau Bangka sangat rentan tercemar timah hitam yang
merupakan salah satu jenislogam berat yang sangat berbahaya.Jika dilihat dari
proses pengambilan, pencucian, dan pengolahannya maka pencemaran
logamberatsangatmungkin terjadi. Timah hitam yang terlarut dalam badan
perairan pada konsentrasi tertentu akan merubah fungsi menjadi sumber racun
bagi kehidupan perairan.Meskipun daya racun yang ditimbulkanoleh suatu jenis
logam berat terhadap biot aperairan tidak sama, namun kehancuran dari satu
kelompok mengakibatkan terputusnya mata rantai kehidupan lainnya.
Selanjutnya, keadaan tersebut tentu dapat menghancurkansatutatananeksositem
parairan.
Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat pada substrat yang keras (leksono, 2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan sebagai berikut :
a. Formasi Pes-caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes-caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
b. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras,
dan Cylocarpus (Leksono, 2007)
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah
yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan gelombang, angin laut dan
interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah daerah - daerah yang dipengaruhi
oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti : aliran air
tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya
(Dahuri, 2003).
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya,
pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan
induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum
tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai
berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini
memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies
hewan maupun tumbuhan. Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan
dan hewan. Habitat ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai macam organisme
khususnya yang memiliki hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya
pantai berbatu meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain.
Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, molusca, crustaceae dan
tumbuhannya adalah alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.
b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana
struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,
gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis
pantai yang dinamis karena kemampuannya untuk menyerap energy gelombang.
Energy gelombang ini dikeluarkan melalui pergerakan airnya yang membawa
pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat gelombang besar dan membawanya
kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang. Pantai
berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai aktivitas
rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik.
Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi
di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme mengubur dirinya
dalam substrat. Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat
ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna
bentik.
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”.
Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang
dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya
gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah
intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.
Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat,
sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai
berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti
bahwa tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni
pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di
daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat
pernapasan.

2.1.4 Dampak Penambangan Nikel Terhadap Ekosistem Danau


Dampak Penambangan Terhadap Air
Akibat aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan
terhadap air, seperti:
- Ekosistem Danau Matano rusak karena hempasan debu dan asap dari pabrik,
pembuangan limbah dari perumahan di atas danau, erosi tanah dan sedimentasi
dari bekas galian yang hanyut ke danau.
- Polusi penambangan berupa asap yang mengandung asam akan menyebabkan
terjadinya hujan asam yang akan mencemari air.
- PT Inco merubah bentang sungai Larona yang dahulu indah menjadi PLTA
untuk menyuplai listrik ke pabrik peleburan nikel di Sorowako. Pembangunan
PLTA Larona ini telah menggenangi mesjid, rumah, sawah dan kebun-kebun
penduduk yang tinggal di sekitar Danau Towuti. PLTA tersebut juga mengurangi
sumber makanan lokal, karena mencegah proses migrasi sejenis belut lokal,
sehingga populasi mereka turun sangat drastis. Pembangunan PLTA Larona kedua
menyebabkan peningkatan debit air sungai Larona secara drastis dan
mengakibatkan kampung-kampung di sekitarnya dilanda banjir.

2.1.5 Gunung
Gunung merupakan bentang alam berupa daratan yang menjulang, memiliki
sifat abiotik dan biotik yang spesifik. Gunung-gunung di Indonesia sebagian besar
terbentuk dari hasil aktivitas vulkanik. Ketinggian gunungnya mulai dari 500 m
hingga 4000 m di atas permukaan laut. Sedangkan pegunungan merupakan suatu
jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak
lainnya (Syamsuri, 2014: 57).
Oleh karena lingkungan berubah dengan ketinggian di daerah-daerah
pegunungan, biota juga berubah menurut ketinggian. Lereng gunung mengandung
berbagai zona biotik dalam daerah yang lebih sempit. Zona-zona ini berulang
pada ketinggian yang sama pada tiap-tiap gunung atau meliputi daerah yang luas.
Kita dapat menganggap zona-zona ini sebagai bioma yang tidak bersambungan
dan dihubungkan dengan bioma di daerah sekitarnya. Oleh karena itu, daerah
pegunungan lebih baik dianggap sebagai perkecualian pola-pola bioma (Syamsuri,
2014: 60).
Banyak ahli ekologi tidak memasukkan pegunungan sebagai suatu ekosistem,
hal ini disebabkan pegunungan yang ditemukan tidak cocok dengan definisi
karena karakteristik iklim dan kehidupan tanaman dan hewan yang begitu
beragam berdasarkan ketinggiannya. Komponen abiotik seperti suhu dan curah
hujan berubah seiring dengan bertambahnya ketinggian. Variasi ini menyebabkan
banyak komunitas yang terdapat di pegunungan (Biggs, 2008: 72).

A. Zona Pembagian Daerah Pegunungan


Pegunungan terluas dan tertinggi terdapat di pegunungan Himalaya, di
daerah Tibet. Pegunungan terpanjang yang rentangannya sepanjang pesisir barat
Amerika dari Alaska di utara hingga Chile di selatan adalah Pegunungan Andes.
Pegunungan lainnya terdapat di Eropa (Alpine, Pyrenees), Asia (Kaukasus, Urals),
Papua Nugini, Selandia Baru, dan Afrika Timur (Smith, 2014)
Pegunungan memiliki keanekaragaman habitat berserak yang mana
terdapat hewan dan tumbuhan yang dapat ditemukan. Pada ketinggian yang lebih
tinggi, kondisi lingkungan pada umumnya memiliki vegetasi tumbuhan alpine.
Pada dataran yang lebih rendah, biasanya ditutupi oleh hutan montana. Pada level
yang lebih rendah, lahan bertipe dataran rendah dan memiliki vegetasi seperti
savanna, gurun, atau tundra (Smith, 2014).
Pembagian daerah pegunungan berdasarkan ketinggian dan vegetasinya antara
lain:

1. Hutan dataran rendah (0-1.200 m dpl)


2. Hutan Pegunungan Bagian Bawah (1.200-2.100m dpl)
3. Hutan Pegunungan Bagian Atas (2.100-3.000 m dpl)
4. Hutan subalpin (>3.000 m dpl)
5. Hutan Alpin (>4.000 m dpl)

B. Komponen Ekosistem Pegunungan


Pegunungan mempengaruhi jumlah sinar matahari yang mencapai sebuah
daerah dan berdampak pula pada suhu dan curah hujan. Perbedaan komponen
abiotik ini menyebabkan adanya distribusi spesies. Hal ini salah satu alasan
komunitas biologi pada pegunungan mirip dengan ketinggian terendah, tetapi jauh
dari ekuator (Campbell, 2008: 1158).
Pola bioma pada pegunungan yang berbeda dengan beberapa bioma darat
yang lain. Pada komponen abiotiknya sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu di gunung sangat rendah, radiasi ultraviolet dari sinar matahari tinggi
dibandingkan radiasi inframerah, memiliki kerapatan oksigen yang rendah.
Fluktuasi suhu harian antara 150-200oC. Arus angin ke arah gunung pada siang
hari disebabkan oleh panasnya udara di dataran rendah dan akan menyebabkan
pengembangan udara dan naik. Dengan pengembangan dan naiknya udara sebagai
akibat tekanan yang lebih rendah, maka suhu akan turun. Inilah sebab utama
bertambahnya ketinggian, suhu udara makin turun (Syamsuri, 2014: 60).
Suhu akan turun seiring dengan naiknya ketinggian sekitat 0,5-0,6oC setiap 100
meter. Pada pegunungan di daerah equator, tidak memiliki musim dingin dan
musim panas karena suhunya rendah pada ketinggian yang sangat tinggi (Smith,
2014).
2. Kelembaban Nisbi
Presentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya
suhu. Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda tergantung
kepada laju perubahan penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara
semula. Hutan-hutan yang terdapat pada ketinggian yang tinggi memiliki
kelembaban nisbi yang sangat tinggi, terlebih di malah hari di mana suhu
menurun. Dengan demikian, titik embun sering dilewati sehingga air mengembun
di atas daun-daun, Tetapi pada masa-masa kering pada ketinggian di atas lapisa
awan, kelembaban nisbi dapat menjadi lebih rendah dari pada siang hari.
PPeningkatan kejenuhan air menyebabkan suhu jadi rendah. Hutan yang terletak
di tempat-tempat tinggi memiliki kelembaban yang relatiftinggi di saat malam
hari dan sering tmenjadi embun. Tingkan kelembabannya mulai dari angka 86%-
96% (Syamsuri, 2014: 61).
3. Awan
Pada bulan-bulan kering dimana uap air dalam udara kurang, umumnya
terbent suatu gelang awan sekeliling gunung dan hal ini biasanya terjadi pada
ketinggian kira-kira 2.000 m. Pada bulan-bulan yang paling basah, lereng dan
puncak gunung diselubungi awan sampai berhari-hari. Awan terjadi dari embun
yang bergerak naik ke atmosfer, ditangkap oleh debu dan partikel-partikel mikro
lainnya. Selama berbulan-bulan basah, lereng-lereng gunung dan bukit diselimuti
oleh awan. Sebaliknya, di bulan-bulan keting, lereng-lereng relatif bersih dari
penutupan awan (Syamsuri. 2014: 61).
4. Curah Hujan
Curah hujan di atas lereng gunung sampai ketinggian 2.000 m umumnya lebih
banyak daripada di dataran rendah di sekitarnya. Di dalam lapisan awan yang
menutupi lereng gunung, pengukuran curah hujan tidak begitu berguna secara
ekologik, karena tumbuhan akan langsung menggunakan tetes-tetes air yang
terdapat di dalam udara. Air hujan yang terjadi di gunung relatif sering dan curah
hujan lebih tinggi dibandingkan di wilayah bentang alam lain. Di puncak gunung
lebih sering terjadi hujan dibandingkan di lereng-lereng gunung (Syamsuri, 2014:
61).
Relief gunung menyebabkan alur angin bergerak menuju ke atas,
menyebabkan curah hujan yang tinggi pada bagian yang lebuh tinggi, sedangkan
pada bagian lereng menjadi lebih hangat dan relatif kurang lembab, mengurangi
curah hujan dan menyebabkan iklim lebih kering (Smith, 2014).
Udara bergerak dari laut dan bertemu dengan gunung, lalu bergerak ke atas
mendingin pada ketinggian yang tinggi dan turun dengan jumlah yang banyak
sebagai hujan. Pada bagian lereng, ada sedikit curah hujan. Sebagai hasilnya,
terdapat gurun (Campbell, 2008: 1158).
5. Embun Beku
Pemantulan panas dari bumi terjadi baik di siang hari maupun di malam hari,
tetapi pada malam hari tidak diimbngi penyinaran dari matahari. Dengan menjadi
dinginnya permukaan tumbuh-tumbuhan, tanah, batu, dan lapisan udara tipis di
sekelilingnya turut menjadi dingin. Udara dingin lebih berat daripada udara panas,
dan jika tidak ada angin yang mengalirkan udara dingin ini maka udara dingin
semakin dingin. Karena kehilangan panas bumi terhalang oleh debu, kabut, dan
awan, suhu terendah akan tercapai pada malam hari yang cerah dan kering.
Pendinginan maksimum terjadi pada permukaan yang tidak menghantarkan panas
seperti ranting atau rumput mati dan tanah pasir kering, sedangkan pada
permukaan yang menghantarkan panas seperti batu-batuan dan air dan vegetasi
yang hidup, pendinginan hanya sedikit. Embun beku besar kemungkinan terjadi
pada malam hari yang tenang, kering, dan cerah di lembah-lembah dasar. Tempat-
tempat seperti ini dinamakan kantong-kantong embun beku dan terjadi pada
danau-danau kecil yang telah mengalami distrofil (danau mati), atau di tempat
yang dahulunya bekas sungai es (Syamsuri, 2014: 61).
6. Tanah
Kandungan mineral dan hara di dalam tanah semakin berkurang seiring
dengan tingkat ketinggian tempat. Air hujan yang terjadi di bukit dan gunung
membawa mineral dan hara ke daratan yang lebih rendah. Hal ini mempengaruhi
proses pembentukan batuan dan tanah. Variasi jenis-jenis tanah mengakibatkan
variasi yang tumbuh di atasnya (Syamsuri, 2014: 63).
C. Fungsi dan Peranan Pegunungan
Keutamaan gunung berapi merupakan pasak raksasa dari bumi yang akar
dari gunung berapi tersebut 10– 15 kali lipat dari ketinggianya. Gunung juga
berfungsi sebagai pasak untuk meminimalkan guncangan litosfer ketika bergerak.
Walaupun banyak korban nyawa dan materi namun meletusnya gunung berapi
juga membawa segi positif bagi sebagian orang bahkan untuk seluruh bumi.
Bencana geologis lainnya, seperti gempa bumi dan tsunami. merupakan proses
Planet Bumi mencari keseimbangan baru untuk mempertahankan tekanan dan
temperaturnya. Tujuan penting proses ini adalah untuk melindungi miliaran
manusia dari kepunahan, sampai waktu yang telah ditentukan oleh-Nya.
Fungsi yang lain dari gunung berapi adalah sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai stabilizer.
b. Merawat lapisan atmosfernya dalam jangka panjang.
c. Bertindak sebagai jangkar atau rem gerakan lempeng bumi.
d. Penyubur makhluk tanah. Bertindak sebagai tandon air di Planet Bumi.
e. Membentuk rona baru di Planet Bumi,
f. Mendinginkan (langit) atmosfer bumi dari kenaikan temperatur atmosfer
bumi akibat peningkatan suhu matahari

2.2 Dampak Kerusakan Lingkungan


Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang sudah pasti akan
menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah sesuatu yang tidak
dapat dibantah. Karena untuk mengambil atau untuk memperoleh bahan galian
tertentu, sudah pasti dengan melakukan penggalian. Artinya, akan terjadi
perombakan atau perubahan permukaan bumi, sesuai karakteristik pembentukan
dan keberadaan bahan galian, yang secara ganesa atau geologis dalam
pembentukannya atau kejadiannya harus memenuhi kondisi geologi tertentu dan
pasti berada di bawah permukaan bumi, laut, sungai dan sebagainya. Namun
dilain pihak, hal yang harus disadari bahwa kegiatan pertambangan, merupakan
industri penyedia bahan baku dasar bagi industri hilir, dengan demikian kegiatan
penggalian bahan galian akan terus berlangsung, selama peradaban manusia masih
ada di dunia ini. Kenyataan ini kemudian mendorong munculnya sebuah
ungkapan populer di kalangan profesi geologi dan pertambangan, bahwa sebelum
bumi jadi roti kegiatan usaha pertambangan akan terus berjalan.
2.2.1 Pencemaran Air
Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketergantungan manusia pada
air sangat tinggi, air dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti untuk
minum, memasak, mandi, mencuci, kebutuhan hajat lainnya dan sebagainya. Air
juga dijadikan sebagai sumber mata pencarian seperti menangkap ikan,
membudidayakan ikan, dan lain-lain. Bahkan air juga berguna sebagai prasarana
pengangkutan. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas air dan pengendalian Pencemaran Air, guna menjamin kualitas air untuk
kebutuhan hidup bangsa Indonesia. Tujuan pengelolaan kualitas air adalah
untukmenjamin kualitas air yang diinginkan sesuai dengan baku mutu air. Melalui
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas
air.

Akibat dibukanya usaha pertambangan, sangat besar dampaknya terhadap


kerusakan air yang dulunya jernih dan sekarang hampir merata setiap hari kondisi
air sungai di bagian hulu Kampar tersebut selalu Keruh dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk minum maupun
2.2 Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan
ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan
pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
2.3 Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan
profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar
dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan
hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan
secara permanen.Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas
metana, gas ini mempunyaipotensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,memberikan kontribusi sebesar 10,5%
pada emisi gas rumah kaca.Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak
terhadap peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-
muara sungai.Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas
pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan
tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana
dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampak
penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambanganbatubara terjadi pada
kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup
(subsoil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah
sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk
secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan
bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut

2.3. Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambangan terhdap


Ekosistem
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting
dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara
yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari. Sayangnya, Pemerintah
Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi yang
menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan
yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
 Pendekatan teknologi
Dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan
sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan
mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan
terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker)
agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara(coal dust).
 Pendekatan lingkungan
yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian
yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan
kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan
nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk (breeding place).
 Pendekatan edukatif
kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan
memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan
perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian
lingkungan.

BAB III
KESIMPULAN

1. lingkungan-lingkungan dengan potensi untuk ditambang beserta ekosistemnya


yakni hutan, laut, pantai, gunung
2. Aktivitas pertambangan yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan
berbagi keruskan lingkungan seperti kerusakan tanah,air,hutan,laut,selain itu
juga memiliki dampak terhadap manusia seperti Antaranya dampak negatifnya
adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh
proses penambangan dan penggunaannya.
3. Perlunya tindakan atau upaya- upaya yang dapat meminimalisr kerusakan
ekosistem akibat aktivitas pertambangan seperti pendekatan teknologi,
lingkungan dan edukatif.
Daftar Pustaka

Fuady Ikhsan (2014). “Dampak PenambanganTimah Terhadap Keadilan Sosial


dan Kerusakan Lingkungan“. Institut Pertanian Bogor

Mansura. (2016). “Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan”. Dikutip pada


http://www.academia.edu/30067648/Kerusakan_Lingkungan_akibat_keg
iatan_Penambangan

Setiawan. (2012). “Makalah Ekosistem”. Dikutip pada https://riensetiawan.


wordpress.com /2012/12/11/makalah-ekosistem/

Sudrajat. (2000). Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri Dan Pengusahaan


Hutan Terhadap Komponen Biologi Serta Upaya Penanggulangannya.
Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai