Disusun Oleh:
Kelas: A
2.1.1 Hutan
A. Dampak pertambangan terhadap komponen hayati
Hutan adalah merupakan suatu bentuk ekosistem yang komplek karena
didalamnya terdapat komponen ekosistem tersebut, seperti flora, fauna, mikro-
organisme, iklim dan tanah. Jika suatu ekosistem hutan diubah atau ditebang,
seyogyanya kita terlebih dahulu harus mengetahui secara seksama mengenai
sudut-sudut kerawanan atau kesensitifan dari ekosistem yang bersangkutan.
Dengan demikian kegiatan pembangunan dapat diharapkan dapat memperhatikan
elastisitas daya dukung dari suatu sistem ekologi.
A.1 Tekanan Terhadap Ekosistem Hutan Dataran Rendah
World Resources 1992-1993 menyebutkan, degradasi tanah di Bumi
diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan
Afrika (321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang
dihasilkan aktivitas pertanian, penebangan hutan (deforestasi) dan
pengumpulan kayu bakar.Proses kehancuran hutan masih terus berjalan seirama
dengan perkembangan IPTEK dan waktu.Hingga hari ini hanya mungkin hutan-
hutan di Irian Jaya yang belum menderita kerusakan seperti di Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi,karena adanya kendala geografi yang cukup sulit.
Di Indonesia, sejak diundangkannya peraturan yang meberi peluang
masuknya modal asing dan modal dalam negeri dalam kegiatan bidang
kehutanan, maka pengusahaan hutan semakin meningkat.Hal ini disamping
memberi devisa yang cukup besar bagi negara, di lain pihak eksploitasi yang
tanpa mengindahkan prinsif-prinsif kelestarian akan menyebabkan kerawanan
ekosistem hutan tersebut.Penebangan terhadap jenis-jenis dari suku
Dipterocarpacea seperti meranti (Shorea sp) dan kapur ( Dryobalanops) yang
saat ini telah sangat menipis potensinya, telah pula meluas hampir kesemua jenis
yang berdiameter 50 Cm.Hal ini merupakan salah satu ancaman yang serius
terhadap kelestarian jenis-jenis asli Kalimantan, bila kegiatan konservasi jenis
melalui reboisasi, pemeliharaan tegakan tinggal dan pencegahan tidak lebih
ditinggalkan ( Brotokusumo,1990).
Pertambangan terhadap sumber daya alam nir-hayati antara lain minyak
bumi, batu bara, emas, perak, besi,dan sebagainya juga merupakan sumber
kerawanan terhadap kelangsungan hidup Hutan tropis dataran rendah.Tidak
diingkari eksploitasi terhadap SDA nir-hayati tersebut akan meningkatkan
devisa negara. Teknik penambangan dengan open mining yang relatif luas, sudah
pasti memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang
alam yang asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan
batuan induk, pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama
.Disamping itu merusak areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma
nuftah mengakibatkan pula kawasan tersebut tidak dapat kembali ke aslinya.
Aktivitas pertanian di hutan Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove,
hutan rawa dan rawa gambut yang ada di kawasan wilayah pantai merupakan
wilayah yang mendapat tekanan penduduk yang sangat kuat, dibandingkan
dengan wilayah tengah dan hulu.Hal ini disebabkan adanya konsentrasi
penduduk di daerah tersebut, dengan demikian wilayah hutan yang dekat dengan
pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh petani urban maupun oleh
penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan motivasi
pengusahaan hutan.
Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah
banyak ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut
Kartawinata,. et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000
ha tanah menjadi formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data
pada tahun 1993, belum dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian
akan bertambah menjadi lebih luas.Perladangan berpindah menurut Agung
(1988), telah menyebabkan hilangnya 20 m kayu komersial dan 66.57 m
kayu non komersial per ha.
Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta
bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya,
dan merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus
juta tahun yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan
tropis dataran rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top
soil adalah tipis. Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang
subur dan tipis ini segera dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang
tumbuh adalah semak belukar.
Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan
yang rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta
yang ditumbuhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah besar
akibat penebangan-penebangan di lokasi yang seharusnya dipelihara untuk terus
berfungsi dan akhirnya menjadi lahan tadah hujan.
Seperti halnya ekosistem yang lainnya yang disesuaikan dengan namanya,
ekosistem hutan merupakan ekosistem yang cakupan wilayahnya adalah berupa
hutan Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya ekosistem merupakan
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang berupa hubungan
timbal balik. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem hutan ini merupakan
hubungan antara kumpulan beberapa populasi (baik itu populasi binatang maupun
tumbuh- tumbuhan) yang hidup di permukaan tanah dan berada di pada suatu
kawasan hutan. Ekosistem hutan ini membentuk suatu kesatuan ekosistem yang
berada dalam keseimbangan yang bersifat dinamis dan mengadakan interaksi baik
langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya antara satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan. Ekosistem hutan ini termasuk dalam kategori ekosistem
daratan. Ekosistem hutan ini juga masuk ke dalam kategori ekosistem alamiah dan
dijuluki sebagai “paru- paru Bumi”. Hal ini karena hutan memegang peranan yang
sangat penting untuk dapat mengatur dan menjaga kesehatann Bumi. Bahkan
hutan juga dijadikan sebagai parameter untuk melihat apakan Bumi mengalami
sakit ataukah tidak.
Karena ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, maka setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing.
Ekosistem hutan juga memiliki komponen- komponen yang menyusun ekosistem
hutan itu sendiri. Komponen yang terdapat dalam ekosistem hutan ini selain
meliputi komponen biotik dan juga abiotik, juga dilihat lagi dari segi makanan.
Dari segi makanan, komponen ini dibedakan menjadi 2 macam yakni komponen
autotrof dan heterotrof. Komponen autotrof merupakan komponen yang mampu
menyediakan makanan sendiri, sedangkan komponen heterotrof merupakan
komponen yang selalau memanfaatkan bahan organik sebegai makanannya. Untuk
mengetahui lebih lengkap, berikut ini merupakan komponen yang ada di dalam
ekosistem hutan.
Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk
hidup yang ada di ekosistem hutan ini banyak sekali jenisnya, yakni tumbuhan,
binatang, serta organisme- organisme lainnya.
Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen
yang tidak hidup. Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa
mempengaruhi komponen- komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut
merupakan komponen abiotik atau komponen yang tidak hidup di ekosistem
hutan, yaitu suhu, cahaya matahari (baca: bagian-bagian matahari), air, iklim,
tanah, angin, batu, dan lain sebagainya.
Komponen Autotrof. Kata “autotrof” ini berasal dari 2 kata, yaitu “autros”
yang mempunyai arti sendiri, dan juga “tropikhos” yang mempunyai arti
menyediakan makanan. Sehingga komponen autotrof yang terdapat dalam
ekosistem hutan ini merupakan komponen yang mampu menyediakan atau
mensisntesis makanannya sendiri. Dalam membuat makanannya sendiri,
komponen ini menggunakan bahan- bahan anorganik. Kemudian dengan bantuan
dari klorofil dan juga energi dari sinar matahari, bahan- bahan anorganik tersebut
diubah menjadi bahan- bahan makanan organik. Dengan demikian, organisme
yang termasuk ke dalam golongan autotrof ini pada umumnya adalah mereka yang
memiliki zat hijau daun atau korofil. Pengikatan yang dilakukan oleh energi sinar
matahari dan sistesis bahan organik menjadi bahan anorganik kompleks ini hanya
bisa dilakukan oleh komponene autrotrof saja. Contoh komponene autotrof yang
ada di ekosistem hutan adalah pohon dan rumput- rumputan.
Komponen Heterotrofik. Kata “heterotrofik” ini berasal dari dua kata,
yaitu “hetero”yang berarti berbeda, lain, mauooun tidak seragam dan “tropikhos”
mempunyai arti menyediakan makanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
komponene heterotrofik ini merupakan komponen atau organisme yang dalam
hidupnya selalu memanfaatkan bahan oirganik sebagai bahan makanannya. Bahan
organik yang digunakan untuk membuat makanan tersebut telah disediakan oleh
organisme atau makhluk lainnya. Dapat dikatakan pula komponen heterotrofik ini
mendapatkan bahan makanannya dari komponen autotrof. Sebagian dari anggota
komponen heterotrofik ini akan menguraikan bahan organik kompleks ke dalam
bentuk bahan anorganik yang sederhana yang nantinya akan digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat makanan komponen autotrof. Contoh komponen
heterotrof yang ada dalam ekosistem hutan diantaranya adalah binatang, jamur,
dan juga jasad renik.
Hutan merupakan kekayaan alam yang bersifat alamiah. Hutan ini ada
karena bentukan alam, namun juga bisa dibuat oleh manusia. Hutan ini ada di
berbagai wilayah di setiap sudut Bumi, oleh karena hutan ini mempunyai fungsi
yang sangat banyak. Ada banyak sekali jenis hutan di Bumi ini. Apabila kita
mencermatinya saru per satu, maka kita akan dapat menemukan jenis- jenis hutan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karena banyaknya jenis hutan ini,
maka para ilmuwan mengelompokkannnya berdasarkan kategori- kategori
tertentu. Kita akan membahas mengenai jenis- jenis hutan tersebut yang dilihat
dari beberapa kategori, seperti berdasarkan letak geografisnya, sifat musimnya,
ketinggian tempatnya, kondisi tanahnya, dan juga dominasi pepohonannya. Secara
umum, berikut merupakan jenis- jenis hutan:
1) Hutan tropis, yaitu hutan yang letaknya berada di wilayah atau daerah
khatulistiwa. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
Terletak di wilayah yang mempunyai iklim tropis (baca: iklim di
Indonesia)
Pohon- pohon di hutan ini biasanya berukuran tinggi dan mencapai
beberapa meter
Daun- daun pohon di hutan ini sangat lebat, saking lebatnya hingga
terkadang menghalangi cahaya matahari yang masuk dan membuat
tanah di bawahnya lembab
Tumbuhan yang hidup di hutan ini terdiri dari berbagai jenis
Mendapatkan curah hujan yang sangat cukup sepanjang tahun
2) Hutan temperate, yaitu hutan yang berada di wilayah yang mempunyai
4 musim. Hutan ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
Terletak di wilayang yang mempunyai 4 musim, yakni musim
panas, musim gugur, musim semi, dan musim semi
Biasanya wilayah tersebut mempunyai iklim sub tropis
Mendapatkan curah hujan yang tidak sebanyak hutan tropis
3) Hutan boreal, yaitu hutan yang terletak di daerah lingkaran kutub-
kutub Bumi. Karena letak hutan ini yang berada di wilayah lingkaran
kutub Bumi, maka wilayah hutan ini akan ditutupi oleh es atau salju.
Hutan ini juga disebut sebagai bioma taiga. Beberapa ciri yang dimiliki
oleh hutan ini adalah sebagai berikut:
Terletak di antara daerah yang memiliki iklim sub tropis dengan
daerah iklim kutub atau iklim dingin
Terdapat perbedaan variasi suhu yang sangat mencolok, yakni
antara musim panas dan juga musim dingin
Pertumbuhan tanaman terjadi ketika musim panas, yakni selama 3
hingga 6 bulan
Ditumbuhi flora atau tumbuhan yang bersifat homogen atau
berseragam
Tumbuhan yang dominan tumbuh disana adalah tumbuhan yang
memiliki daun runcing seperti jaru (tumbuhan konifer), yang
tampak selalu hijau sepanjang tahunnya
Dihuni oleh berbagai fauna khas, yakni srigala, burung, beruang
hitam, moosem ajak, dan lynx.
b. Berdasarkan Sifat Musimnya
Musim merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam hutan.
Hal ini karena musim tersebut akan menentukan kondisi dalam hutan itu.
Berdasarkan sifat yang dimiliki musimnya, hutan dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu:
1) Hutan Hujan (baca: ciri- ciri hutan hujan tropis), yaitu hutan yang
memiliki curah hujan yang tinggi. Hujan yang menyirami hutan ini
bersifat rutin dan sepanjang tahun. Hutan ini memiliki ciri- ciri sebagai
berikut:
Tingkat curah hujan yang dimiliki sangat tinggi, yakni antara 200
hingga 450 cm/ tahun
Mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun
Suhu yang berada di sekitar lingkungan antara 21 hingga 30 derajat
Celcius
Pepohonan yang berada di hutan ini tumbuh tinggi menjulang
hingga mencapai 55 m, dan membentuk tudung atau kanopi.
Terdapat beberapa tanaman rambat seperti rotan dan anggrek yang
menempel di pepohonan untuk mendapatkan sinar matahari.
Dihuni beberapa fauna yang hidup di sekitar kanopi pohon, seperti
macan tutul, jaguar, babi hutan, serta beberapa serangga.
2) Hutan selalu hijau atau evergreen forest, yakni hutan yang selalu
terlihat jikau sepanjang tahun. Hutan yang demikian ini biasanya
memiliki vegetasi tumbuhan yang tahan terhadap air yang sedikit.
3) Hutan musim atau hutan gugur (deciduous forest), adalah hutan yang
ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman yang menggugurkan
daunnya ketika musim gugur tiba. Hutan gugur ini merupakan hutan
yang berada di wilayah yang mempunyai 4 musim. Agar lebih jelas
mengenal jenis hutan ini, berikut adalah ciri- ciri dari hutan gugur:
Curah hujan merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga
100 cm/ tahun
Tumbuhan yang hidup di hutan ini didominasi oleh tumbuhan
berdaun yang lebar
Terdapat di daerah yang mempunyai empat musim, yaitu musim
dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur
Apabila musim dingin tiba, maka air di hutan ini akan membeku
Ketika musim dingin, tumbuhan tidak melakukan fotosistesis
karena air tidak dapat diserap dengan baik
Binatang yang berada di hutan ini adalah binatang yang melakukan
hibernasi ketika musim dingin
Selain hewan yang melakukan hibernasi pada musim dingin,
beberapa hewan lagi akan membentuk jaringan lebak di bawah
kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi ke tempat lain
Berada di wilayah yang mempunyai iklim sub tropis, yaitu yang
terletak di 23,5ᵒ garis lintang utara/ lintang selatan
Ketika musim panas tiba, maka radiasi sinar matahari, curah hujan,
dan kelembaban akan meninggi
Sebaliknya, radiasi sinsr matahari, curah hujan, dan tingkat
kelembaban akan turun apabila musim dingin tiba
Ketika musim dingin tiba, daun- daun di pohon akan berubah
menjadi merah atau coklat karena tumbuhan tidak melakukan
fotosintesis (tidak dapat menyerap air)
Tanda musim panas tiba adalah salju atau es (baca: hujan es) mulai
mencair
4) Hutan Sabana atau savannah forest, adalah hutan yang terletak di
kawasan yang memiliki musim kemarau panjang. Hutan sabana ini
adalah wilayah padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon.
Untuk mengenal lebih dalam mengenai hutan sabana ini, mari kita
lihat beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh hutan sabana
ini:
Curah hujan di hutan ini adalah antara 90 – 150 cm/ tahun
Musim kemarau berlangsung lebih lama di hutan ini
Berupa padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
Flora yang hidup di hutan ini seperti tumbuhan gerbang, rumput,
Acacia, Aucalyptus
Fauna yang hidup di hutan ini seperti gajah, macan tutul, kijang,
zebra, singa, kuda, dan beberapa jenis serangga
c. Berdasarkan ketinggian tempatnya
Hutan juga dibedakan atas dasar ketinggian tempat dimana hutan itu
berada. Ketinggian tempat merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi
kedaaan hutan tersebut. Berikut adalah pembagian jenis hutan berdasarkan
ketinggian tempatnya:
1) Hutan pantai (baca: manfaat pantai) atau beach forest, adalah hutan
yang berada di wilayah pantai atau berdekatang dengan pantai. Hutan
ini mempunyai ketinggian yang sama dengan ketinggian pantai.
Biasanya, hutan pantai ini terdiri atas pohon- pohon kelapa atau
cemara.
2) Hutan dataran rendah atau lowland forest, adalah hutan yang berada di
wilayah dataran rendah.
3) Hutan pegunungan bawah atau submountain forest, adalah hutan yang
hutan yang ada di wilayah pegunungan bagian bawah.
4) Hutan pegunungan atas atau mountain forest, adalah hutan yang
etrletak di wilayah pegunungan.
5) Hutan kabut atau mist forest.
6) Hutan elfin atau alpine forest.
d. Berdasarkan Kondisi Tanah
Kondisi tanah juga termasuk salah satu hal yang membedakan ekosistem
hutan. berdasarkan kondisis tanah, ekosistem hutan dibedakan menjadi:
1) Hutan tanah kapur atau limestone forest, adalah jenis hutan yang
memiliki jenis tanah berupa tanah kapur atau tanah gamping. Tanah
kapur bukan merupakan tanah yang mudah ditumbuhi pepohonan.
Maka dari itu jenis pepohonan yang tumbuh di hutan kapur ini
merupakan pepohonan tertentu. Biasanya jenis pohon yang dapat
bertahan di tanah kapur adalah pohon jati.
2) Hutan rawa gambut atau peat swamp- forest, adalah jenis hutan yang
tanahnya berupa rawa gambut. Hutan ini mempunyai ciri- ciri khusus
yang hanya dapat kita temui pada hutan ini. Untuk mengenal lebih jauh
mengenai hutan ini, baca ciri- ciri hutan rawa gambut.
3) Hutan rawa air- tawar atau hutan rawa yang dikenal sebagai freshwater
swamp- forest.
4) Hutan kerangas atau hutan health forest.
e. Berdasarkan Pepohonan yang Mendominasi
Pepohonan yang ada di dalam suatu hutan merupakan komponen utama.
Jenis hutan juga dapat dilihat dari pepohonan yang tumbuh mendominasi dalam
hutan tersebut. Berdasarkan pepohonan yang mendominasi, jenis hutan ini
contohnya adalah:
1) Hutan pinus (pine forest)
2) Hutan jati
3) Hutan ekaliptus
4) Hutan dipterokarpa, dan lain sebagainya.
2.1.2 Laut
1. Dampak Aktivitas Penambangan Minyak Terhadap Ekosistem Laut
Menurut Soegiarto (1978), pencemaran laut adalah perubahan laut yang
tidak menguntungkan (merugikan) yang diakibatkan oleh benda-benda asing
sebagai akibat perbuatan manusia berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak
bumi, sisa-sisa biosida, air panas dan sebagainya.
Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia. Sebagian diakibatkan
aktivitas pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih disebabkan pelayaran
serta kecelakaan kapal tanker. Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional
pun rawan pencemaran limbah minyak. Limbah minyak sangat berpengaruh
terhadap kerusakan ekosistem laut, mulai dari terumbu karang, mangrove sampai
dengan biota air, baik yang bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal
(menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini
karena adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi, yang
memiliki komponen senyawa kompleks, seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena
dan isomer Xylena (BTEX) Senyawa tersebut berpengaruh besar terhadap
pencemaran.
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam
termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan
atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,
sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diroduksi manusia.
Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan
dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang
sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas
pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung
yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak
tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota
laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya
dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber
mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio
karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Bahwa dampak-
dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka
pendek dan akibat jangka panjang.
2.1.5 Gunung
Gunung merupakan bentang alam berupa daratan yang menjulang, memiliki
sifat abiotik dan biotik yang spesifik. Gunung-gunung di Indonesia sebagian besar
terbentuk dari hasil aktivitas vulkanik. Ketinggian gunungnya mulai dari 500 m
hingga 4000 m di atas permukaan laut. Sedangkan pegunungan merupakan suatu
jalur memanjang yang berhubungan antara puncak yang satu dengan puncak
lainnya (Syamsuri, 2014: 57).
Oleh karena lingkungan berubah dengan ketinggian di daerah-daerah
pegunungan, biota juga berubah menurut ketinggian. Lereng gunung mengandung
berbagai zona biotik dalam daerah yang lebih sempit. Zona-zona ini berulang
pada ketinggian yang sama pada tiap-tiap gunung atau meliputi daerah yang luas.
Kita dapat menganggap zona-zona ini sebagai bioma yang tidak bersambungan
dan dihubungkan dengan bioma di daerah sekitarnya. Oleh karena itu, daerah
pegunungan lebih baik dianggap sebagai perkecualian pola-pola bioma (Syamsuri,
2014: 60).
Banyak ahli ekologi tidak memasukkan pegunungan sebagai suatu ekosistem,
hal ini disebabkan pegunungan yang ditemukan tidak cocok dengan definisi
karena karakteristik iklim dan kehidupan tanaman dan hewan yang begitu
beragam berdasarkan ketinggiannya. Komponen abiotik seperti suhu dan curah
hujan berubah seiring dengan bertambahnya ketinggian. Variasi ini menyebabkan
banyak komunitas yang terdapat di pegunungan (Biggs, 2008: 72).
BAB III
KESIMPULAN