Anda di halaman 1dari 45

Undang - Undang

Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Kelompok 9 :

1. Abida Azzahra (11190161000046)


2. Linda Kurniawati (11190161000055)
3. Irsyaad Hafizh (11190161000063)
4. Tri Annisa Larassati (11190161000084)
TOPIK PEMBAHASAN
Pengertian dan Latar Peran Masyarakat dan
Belakang UU Kewajiban Pemerintah
Lingkungan Hidup dan Dalam Pengelolaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup

Tindak Pidana Pelaku


Kasus Kerusakan Pencemaran dan
Lingkungan Hidup Perusakan Lingkungan
Hidup
Latar Belakang

● Kehidupan manusia di muka bumi tidak terlepas dari peran serta


lingkungan. Sebagaimana manusia merupakan bagian dari
lingkungan, bersama-sama dengan tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme yang telah menjadi satu mata rantai yang tidak
akan terpisah.
● Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pastinya
memerlukan sumber daya alam yang berupa tanah, air, udara dan
sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam sumber daya
alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan.
● Namun demikian harus disadari bahwa sumber daya alam yang
diperlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu
keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan
kualitasnya.
● Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik Sumber : kompas.com
dan bijaksana karena lingkungan tidak hanya dimanfaatkan saat ini
saja, melainkan akan menjadi tempat hunian masyarakat luas
selamanya.
Latar Belakang
● Lingkungan hidup bukan hanya menjadi permasalahan bangsa Indonesia saja,
namun telah menjadi isu global negara-negara di dunia yang harus ditanggulangi
bersama seluruh umat manusia di muka bumi.
● Kesadaran lingkungan yang bersifat global ini telah dituangkan dalam berbagai
konferensi Internasional, Regional dan Nasional.
● Konferensi Internasional pertama mengenai lingkungan hidup diselenggarakan di
Stockholm Swedia pada tahun 1972 yang terkenal dengan Deklarasi Stockholm, dua
puluh tahun kemudian tepatnya tahun 1992 diadakan Deklarasi Rio De Janeiro di
Brazil yang merupakan konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup kedua atau
yang lazim disebut Konferensi Tingkat Tinggi Bumi, dilanjutkan KTT Pembangunan
Berkelanjutan di Johannesburg Afrika Selatan pada Tahun 2002 dan Bali Road Map
Tahun 2007 di Bali Indonesia.
● Pada tingkat nasional kesadaran lingkungan hidup telah diwujudkan dalam berbagai
peraturan perundangan-undangan dan kebijakan di bidang lingkungan hidup
seperti salah satunya adalah Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Pengertian Lingkungan Hidup

● Menurut Munadjat Danusaputo, lingkungan atau lingkungan hidup adalah


semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan
tingkah- perbuatannya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan
jasad-jasad hidup lainnya.
● Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan hidup diartikan sebagai ruang
yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak
hidup di dalamnya.
Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan hidup adalah usaha sadar untuk memelihara dan atau
melestarikan serta memperbaiki mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia sebaik-baiknya. Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang
secara luas dengan cara beraneka ragam pula.

Secara garis besar ada 4 (empat) lingkup pengelolaan lingkungan hidup, meliputi :
1. Pengelolaan lingkungan secara rutin.
2. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan
tuntutan bagi perencana pembangunan.
3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan
yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang direncanakan.
4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang
mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia sendiri.
UU Nomor 32 Tahun 2009

● Upaya pelestarian lingkungan hidup menjadi kewajiban setiap warga negara, tanpa
terkecuali. Jika lingkungannya terjaga dengan baik, maka keberlangsungan hidup umat
manusia juga semakin terjamin.
● Salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan pelestarian lingkungan
hidup ialah melalui pembuatan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan serta Pengelolaan Lingkungan Hidup.
● Hal ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2009 yang berbunyi:
"Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum."
● UU Nomor 32 Tahun 2009 berisikan 127 pasal dengan perlindungan serta pengelolaan
lingkungan hidup sebagai fokus utamanya.
Tujuan Perlindungan Serta Pengelolaan Lingkungan Hidup

Adapun tujuan dari upaya perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup, tercantum
dalam Pasal 3 UU Nomor 32 Tahun 2009, yakni:

1. Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.
2. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup serta kelestarian ekosistem.
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup.
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini serta masa depan.
7. Menjamin pemenuhan serta perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian
dari hak asasi manusia.
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
10. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Kasus Kerusakan
Lingkungan Hidup

1. Pembakaran hutan untuk


perkebunan baru di Provinsi Riau
2. Pencemaran limbah tahu yang
terjadi di Daerah Aliran Sungai
(DAS) kali Surabaya
Deforestasi Hutan di Provinsi Riau

● Hutan merupakan paru-paru dunia


karena berperan sebagai penghasil
oksigen atau O2. Seperti yang diketahui
bersama, oksigen sangat penting untuk
kelangsungan hidup organisme. ·
● Namun, sangat disayangkan masih
banyak kasus deforestasi.
● Di berbagai negara, khususnya
Indonesia. Jika hutan
deforestasi,pasokan oksigen di bumi
akan berkurang. Karena pohon
menyerap CO2 atau karbondioksida
untuk dikonversi menjadi O2 atau
oksigen.
· Sumber : https://www.mongabay.co.id
Luas Lahan akibat Kebakaran Hutan

Berbicara tentang kebakaran hutan dan lahan, Riau merupakan


salah satu provinsi di Indonesia dengan masalah lingkungan
yang cukup kompleks, terutama kerusakan ekosistem hutan
dan gambut.

❏ Menurut data (BPBD) setempat, kebakaran hutan dan lahan


sejak awal tahun 2021 hingga saat ini telah meliputi area
seluas 657,71 hektar di Provinsi Riau.
❏ Menurut Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau - Jim
Ghofur bahwa kebakaran hutan dan lahan terjadi di 10 dari
12 kabupaten dan kota di Provinsi Riau Kebakaran hutan
dan lahan terbessar terjadi di Kabupaten Bengkalis (200,66
hektar) disusul Indragiri Hilir (122,25 hektar), Dumai (109,1
hektar) dan Siak (72,9 hektar). Kebakaran hutan dan lahan
juga terjadi di Pelalawan (48 hektar), Kepulauan Meranti Area hutan di Kota Pekanbaru, Riau,
(35,5 hektar), Rokan Hilir (3,1 hektar), Indragiri Hulu (25 terbakar pada Rabu (3/3/2021).
hektar) dan Pekanbaru (3 hektar) Sumber : https://www.antaranews.com
Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
❖ Pertama, ulah manusia, kondisi ini didukung oleh ❖ Ketiga, kondisi fisik ekosistem gambut,
perilaku membakar yang memang sengaja sebagian besar hutan di Riau merupakan
dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu hutan gambut. Provinsi ini memiliki luas
untuk membuka lahan. Hal ini ditunjukkan, lahan gambut 4.360.740 juta hektar secara
adanya penangkapan terhadap sejumlah pengurus total wilayah yang berlokasi di Pulau
perusahaan dan masyarakat oleh polisi yang Sumatera.
diduga melakukan pembakaran hutan dan lahan.

❖ Keempat, kondisi tumpang tindih peraturan


❖ Kedua, faktor perubahan iklim karena telah yang berlaku. Banyak regulasi di daerah
mendorong peningkatan suhu udara yang seperti retribusi dan pungutan yang tidak
semakin panas. Ada dua musim ekstrim dalam sesuai dengan regulasi pemerintah pusat.
setahun di wilayah Sumatera, yaitu musim hujan Sebaiknya perlu sinkronisasi dan pengawasan
dengan curah hujan yang tinggi dan musim di daerah baik oleh pemerintah dan Komisi
kemarau (kering) yang rawan kebakaran. Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tersangka Kasus Kebakaran Hutan & Lahan

Polda Riau telah menetapkan delapan warga


setempat sebagai tersangka dalam kasus
kebakaran hutan dan lahan yang Diketahui bahwa kondisi tersebut, dapat faktor
menghanguskan lahan seluas 25,25 hektar di penyebab kebakaran hutan yang terjadi di provinsi
Provinsi Riau. Riau disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor
alam dan faktor manusia. Saat ini, lahan yang
diduga sengaja dibakar itu sudah diberi garis polisi
untuk mengusutnya.
Oleh karena itu, penegakan hukum
terhadap pelaku kebakaran menjadi sangat
penting. Dalam hal ini, faktor manusia Hal ini karena salah satu syarat untuk
adalah orang yang melakukan pembukaan
mencapai pengelolaan hutan lestari sangat
lahan dengan cara membakar.
bergantung pada kondisi kebijakan, hukum dan
kelembagaan, semua terintegrasi ke dalam tata
Kelola hutan.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Sebagai pihak masyarakat kebakaran hutan di Riau
yang paling terdampak, gambaran dari dampak
Indonesia. Pada kerugian yang mengancam Dampak dari pembakaran hutan dan lahan adalah
pemenuhan dan perlindungan HAM seperti : terciptanya kabut asap termasuk sektor kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan pariwisata, serta hubungan
❖ Hak untuk hidup, internasional antara Indonesia dan negara-negara
❖ hak atas tempat yang layak, tetangga yang terkena dampak kabut asap.
❖ hak atas air yang layak,
❖ hak atas pendidikan, ❖ Dampak jangka pendek terhadap asap
❖ hak ekonomi, kebakaran yaitu akan menimbulkan penyakit
❖ dan perlindungan penduduk asli dan suku dan risiko sakit kepala, sesak napas, iritasi
yang masih tinggal di daerah tersebut telah mata,, tenggorokan gatal, iritasi pada
terkena dampak kerusakan rumah mereka. paru-paru,batuk.
❖ Dampak jangka panjang pada asap kebakaran
akan berpengaruh terhadap kualitas udara di
wilayah sekitar bencana.
Penerapan Sanksi Kasus Kebakaran Hutan

Penjeratan pelaku pembakaran hutan dan lahan terdapat pada

● Pasal 98
Sejalan dengan Isi dari Pasal 22 ayat (1)
1. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
Meskipun UU PPLH secara khusus pasal tentang
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara
pembakaran lahan pada :
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
● Pasal 108 yang mana sebagai berikut: dalam tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga
Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling (sepuluh miliar rupiah).
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit 2. Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
rupiah). (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
denda paling sedikit Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah) dan paling banyak Rp 12.000.000.000,00 (dua belas
miliar rupiah).
Pembuangan Limbah oleh
PT. Medco di Kabupaten Aceh Timur

Terdapat suatu perusahaan besar yang bernama PT Medco


E&P Malaka yang merupakan perusahaan minyak dan Gas
pertama yang berhasil mengembangkan gas di Blok A,
Kabupaten Aceh Timur pasca perdamaian Aceh.

● PT Medco baru-baru ini telah melanggar


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 seperti yang
terjadi di kabupaten Aceh Timur dengan meninggalkan
bau busuk sehingga terjadi pencemaran lingkungan.
● Faktor penyebab jenis limbah yang dikeluarkan berupa
cairan minyak dengan bahan kimia amoniak yang
dalam hal ini disebut dengan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
Blok A yang dikelola PT Medco E&P
Malaka di Aceh Timur
Sumber : http://www.berita-one.com/
Dampak Pembuangan Limbah

❏ Berdasarkan penelurusan dilapangan bahwa


dampak dari limbah PT. Medco yang berada di
kawasan Kabupaten Aceh Timur akibatnya air
bersih menjadi susah.
❏ Persawahan masyarakat mengalami kekeringan
dan gagal panen, kesehatan masyarakat
berakibat buruk serta masyarakat terganggu
dengan udara yang bau akibat dari limbah yang
dikeluarkan oleh PT. Medco sehingga
masyarakat sekitar terganggu karena
pembuangan limbah tersebut Spanduk teguran sebagai aksi lanjutan
terhadap penolakan pembuangan limbah PT
Medco E&P Malaka ke sungai setempat.
Sumber : Https://www.lentera24.com/
Kendala yang di Hadapi Pemerintah
pada Pencemaran Lingkungan oleh PT. Medco

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dalam ❏ Secara Teknologis


melakukan pencegahan terjadi berbagai Dalam hal ini kendala yang dihadapi yaitu pada
kendala diantaranya secara administratif, peralatan uji laboratorium terhadap limbah industry
teknologis dan edukatif. seperti perusahaan PT Medco yaitu seperti menguji
❏ Secara Administratif sample limbah dari perusahaan, tidak adanya
Pemerintah telah memberikan peringatan pegawai yang bisa memeriksa, meneliti dan
secara tertulis namun dalam hal ini perusahan menganalisis limbah.
tidak mengindahkan atau merespon dengan ❏ Secara Edukatif
baik oleh PT Medco sehingga terjadinya Kendala secara edukatif yang dalam hal penyuluhan
pencemaran lingkungan di area sekitar wilayah. kepada perusahaan maupun masyarakat yang tinggal
disekitar perusahaan tidak berjalan secara efektif.
Implementasi Peran Pemerintah

❏ Perlu adanya pengawasan yang baik agar pihak perusahaan tidak dapat berbuat sesuatu
yang telah diatur dalam Undang-Undang.
❏ Pemerintah dalam upaya mengatasi kerusakan lingkungan akibat dari pembuangan
limbah sudah melakukan berbagai upaya agar perusahaan mematuhi segala bentuk
aturan hukum yang dihasilkan oleh produk pemerintah.
❏ Pemerintah daerah telah mensosialisasikan kepada perusahaan maupun masyarakat
sehingga pemerintah daerah telah menjalankan fungsinya sebagai penjaga efektivitas
dari berbagai aturan.
❏ Dalam hal menindaklanjuti laporan dari masyarakat maka dalam hal ini pemerintah harus
sigap dalam bertindak agar apa yang diharapkan oleh masyarakat dapat segera diatasi
oleh pemerintah daerah, namun oleh sebab itu peran pemerintah sangat penting dalam
mengambil kebijakan
Penerapan Sanksi terhadap
Pelanggaran Lingkungan Hidup

Diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009


tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan ● Sanksi Perdata
hidup. Diatur dalam Pasal 87 ayat (1) b\ahwa:
● Sanksi Administratif “setiap penanggungjawab usaha dan/atau
Sanksi administrasi yaitu tidak membebaskan kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dari hukum berupa pencemaran dan/atau
tanggungjawab pemulihan dan pidana. Dalam Pasal perusakan lingkungan hidup yang
76 ayat (2) UUPPLH menyebutkan bahwa : menimbulkan kerugian pada orang lain atau
Teguran tertulis; lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi
b. Paksaan pemerintah; dan atau melakukan tindakan tertentu.
c. Pembekuan izin lingkungan; atau
d. Pencabutan izin lingkungan.
Penerapan Sanksi terhadap
Pelanggaran Lingkungan Hidup

● Sanksi Pidana
Diatur dalam Pasal 98 ayat (1) UUPPLH, yang menyebutkan:
“setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampaui baku mutu udara ambient, baku mutu air, baku mutu
air laut, ataucriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan
paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
Peran Masyarakat dan Kewajiban
Pemerintah dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peran Masyarakat dan Kewajiban Pemerintah
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peran serta masyarakat, pada dasarnya adalah suatu proses yang


melibatkan masyarakat umumnya dikenal sebagai peran serta
masyarakat, yaitu proses komunikasi dua arah yang berlangsung
terus-menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara
penuh atas suatu proses kegiatan, dimana masalah-masalah dan
kebutuhan lingkungan sedang dianalisa. (

Sumber : Lalu Sabardi, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, YUSTISIA Jurnal Hukum, Vol.3 (1), 2014, h.67-79.
Peran Masyarakat dan Kewajiban Pemerintah
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Ketentuan dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 telah dicantunkan bahwa,”Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Atas dasar pengaturan tersebut, maka warga negara untuk
lingkungan yang baik dan sehat merupakan salah satu bentuk hak sosial
dalam fundamental right. Bentuk perwujudan dijamin hak atas
lingkungan yang baik dan benar dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang disebut dengan
UU PPLH.

Sumber : Lalu Sabardi, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, YUSTISIA Jurnal Hukum, Vol.3 (1), 2014, h.67-79.
Peran Masyarakat dan Kewajiban Pemerintah
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun


2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 70 ● Pengawasan sosial
Ayat (1) disebutkan bahwa “Masyarakat ● Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan,
memiliki hak dan kesempatan yang sama pengaduan
dan seluas-luasnya untuk berperan aktif ● Penyampaian informasi dan/ atau laporan.
dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup”. Dalam pasal 70 ayat (2)
peran masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dapat berupa:

Sumber : Lalu Sabardi, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, YUSTISIA Jurnal Hukum, Vol.3 (1), 2014, h.67-79.
Peran Masyarakat dan Kewajiban Pemerintah
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sedangkan pasal 70 ayat (3) disebutkan bahwa peran masyarakat dilakukan untuk:
● Meningkatkan kepedulianm dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
● Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan
● Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat
● Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial
● Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sumber : Lalu Sabardi, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, YUSTISIA Jurnal Hukum, Vol.3 (1), 2014, h.67-79.
Peran Masyarakat dan Kewajiban Pemerintah
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam kerangka peran masyarakat dan negara, maka untuk melindungi hak atas
lingkungan yang baik dan sehat, telah diterapkan oleh pemerintah berbagai instrumen
ekonomik lingkungan hidup. Instrumen-instrumen hukum lingkungan yang berfungsi
sebagai sarana pencegahan pencemaran lingkungah akibat pertambangan meliputi:
● Baku Mutu Lingkungan (BML)
● Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
● Perijinan Lingkungan
● Instrumen ekonomik
● Audit Lingkungan.

Sumber : Lalu Sabardi, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, YUSTISIA Jurnal Hukum, Vol.3 (1), 2014, h.67-79.
TINDAK PIDANA
PELAKU PENCEMARAN
DAN PENGERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pengertian Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup (UUPLH) untuk memahami makna dari tindak pidana
lingkungan hidup, perlunya mengetahui arti dari pengertian lingkungan
hidup, pencemaran lingkungan hidup, dan perusakan lingkungan hidup.

Sumber : Zairin Harahap, “Penerapan Sanksi Pidana di Bidang Lingkungan Hidup Menurut UUPLH”, Jurnal Hukum. Vol 12 (30), 2015, h. 275-276
Pengertian Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi Pencemaran lingkungan hidup adalah

kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

serta makhluk hidup lainnya. zat,energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai tingkat
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
yang menimbuikan perubahan langsung ataup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan
tidak sifat fisik dan atau hayatinya yang
peruntukannnya.
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi
dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Sumber : Zairin Harahap, “Penerapan Sanksi Pidana di Bidang Lingkungan Hidup Menurut UUPLH”, Jurnal Hukum. Vol 12 (30), 2015, h. 275-276
Pengertian Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Dari ketiga komponen yang membentuk perilaku tindak pidana dapat dimaknai bahwa “tindak pidana
lingkungan hidup merupakan tindak pidana pelanggaran dari hukum tertulis pada lingkungan hidup yang
terkait dengan perbuatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
Ketentuan pidana UUPLH bersifat lex specialis (asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang
bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum) terhadap urusan-urusan di bidang lingkungan
hidup dan menjadi dasar dalam penegakan hukum pidana terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.

Sumber : Zairin Harahap, “Penerapan Sanksi Pidana di Bidang Lingkungan Hidup Menurut UUPLH”, Jurnal Hukum. Vol 12 (30), 2015, h. 275-276
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 98 (1) Pasal 99 (1)

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Setiap orang yang karena kelalaiannya
perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
(tiga miliar rupiah) dan paling banyak miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 101 (1)

Setiap orang yang melepaskan dan/atau mengedarkan produk

Pasal 100 (1) rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau
Setiap orang yang melanggar baku mutu air izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu huruf g (melepaskan produk rekayasa genetik ke media
gangguan dipidana, dengan pidana penjara lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling perundang-undangan atau izin lingkungan), dipidana dengan
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
rupiah). (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 102
Pasal 103
Setiap orang yang melakukan pengelolaan
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan
limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam
tidak melakukan pengelolaan sebagaimana
Pasal 59 ayat (4) (Pengelolaan limbah B3 wajib
dimaksud dalam Pasal 59 (Pengelolaan Limbah
mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
Bahan Berbahaya dan Beracun), dipidana dengan
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya),
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 105

Pasal 104 Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setiap orang yang melakukan dumping limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c
dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa
(memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 (Setiap
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media
orang dilarang melakukan dumping limbah
lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa
Indonesia) dipidana dengan pidana penjara paling
izin), dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
(tiga) tahun dan denda paling banyak
tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 107
Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke menurut peraturan perundang–undangan ke dalam
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b
huruf d (memasukkan limbah B3 ke dalam (memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia), perundang-undangan ke dalam wilayah Negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 Kesatuan Republik Indonesia), dipidana dengan pidana
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 109
Pasal 108
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
Setiap orang yang melakukan pembakaran
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan
lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
(1) huruf h (melakukan pembukaan lahan dengan
(Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib
cara membakar), dipidana dengan pidana penjara
memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
izin lingkungan), dipidana dengan pidana penjara
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling
tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
(satu miliar rupiah) dan paling banyak
rupiah).
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 111
Pasal 110
Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) (Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
huruf I (menyusun amdal tanpa memiliki dengan kewenangannya wajib menolak permohonan
sertifikat kompetensi penyusun amdal), dipidana izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL) dipidana
dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
miliar rupiah). denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 113
Pasal 112
Setiap orang yang memberikan informasi palsu,
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan
perundang-undangan dan izin lingkungan sebagaimana penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan
dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 (Pengawasan dan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
Sanksi Administratif), yang mengakibatkan terjadinya dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j (memberikan informasi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana informasi, atau memberikan keterangan yang tidak
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau benar)dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
rupiah). miliar rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 115
Pasal 114
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau menghalang-halangi, atau menggagalkan
kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan
pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling hidup dan/atau pejabat penyidik pegawai negeri
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak sipil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 116 Ayat (2)
Pasal 116 Ayat (1)
Apabila tindak pidana lingkungan hidup
Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau
pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam
badan usaha; dan/atau b. orang yang memberi lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana
perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
atau orang yang bertindak sebagai pemimpin pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa
kegiatan dalam tindak pidana tersebut. memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama-sama.

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 117
Pasal 119 (Regulasi Tambahan)
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi
perintah atau pemimpin tindak pidana sebagaimana Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata
denda diperberat dengan sepertiga. tertib berupa:

● Perampasan keuntungan yang diperoleh dari


tindak pidana;
Pasal 118
● Penutupan seluruh atau sebagian tempat
Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud usaha dan/atau kegiatan;
dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana dijatuhkan ● Perbaikan akibat tindak pidana;
kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang ● Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan tanpa hak; dan/atau
sesuai dengan peraturan perundang-undangan selaku ● Penempatan perusahaan di bawah
pelaku fungsional. pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tindak Pidana pelaku Pencemaran dan
Pengerusakan Lingkungan Hidup

Pasal 120 Ayat (1) (Regulasi Tambahan) Pasal 120 Ayat (2) (Regulasi Tambahan)

Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 119 huruf a, huruf b, huruf c, dimaksud dalam Pasal 119 huruf e, Pemerintah
dan huruf d, jaksa berkoordinasi dengan instansi berwenang untuk mengelola badan usaha yang
yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dijatuhi sanksi penempatan di bawah pengampuan
dan pengelolaan lingkungan hidup untuk untuk melaksanakan putusan pengadilan yang
melaksanakan eksekusi. telah berkekuatan hukum tetap.

Sumber : Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kesimpulan

Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya, apabila hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya berjalan secara teratur dan merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi maka terbentuklah suatu komponen hidup
dan tak hidup yang berinteraksi secara teratur sebagai suatu kesatuan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.

Keadaan ini mendorong diperlukannya upaya-upaya pengendalian


pencemaran lingkungan, sehingga resiko yang diterima dapat ditekan
sekecil-kecilnya. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam perspektif pemerintah sebagai pihak atau lembaga yang memiliki
kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkannya, hal itu merupakan suatu
modal penting dalam proses penyelenggaraan pembangunan nasional.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai