ABSTRAK
Di Indonesia, kebakaran hutan banyak menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya penegakan hukum yang signifikan. Dengan mengacu pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup, permasalahan lingkungan biasanya dapat diselesaikan. melalui penegakan hukum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hukum lingkungan, berbagai metode
penanganan masalah lingkungan, pentingnya penegakan hukum untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan, dan kebakaran hutan. Artikel ini ditulis dengan menggunakan
pendekatan yuridis normatif. Menurut temuan penelitian, hukum lingkungan Indonesia masih
kurang mampu mengatasi berbagai masalah lingkungan, khususnya kebakaran hutan.
Ketiadaan bentuk penegakan hukum yang kuat dan nyata merupakan akar penyebab buruknya
hukum lingkungan. pembangunan berkelanjutan, oleh karena itu pentingnya penegakan
hukum harus dipertahankan. Dalam upaya mensejahterakan masyarakat masyarakat dan
menciptakan pembangunan berkelanjutan untuk kehidupan yang lebih baik, penegakan
hukum yang kuat dapat bertindak sebagai pencegah bagi mereka yang menyebabkan
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Kata kunci:kebakaran hutan;lingkungan hidup;kemajuan berkelanjutan;aparat keamanan.
ABSTRACT
In Indonesia, forest fires cause a lot of pollution and environmental damage. Therefore,
significant law enforcement efforts are required. With reference to Law Number 32 of 2009
concerning Environmental Management and Protection, environmental problems can usually
be resolved. through law enforcement. The purpose of this research is to examine
environmental law, various methods of handling environmental problems, law enforcement to
achieve sustainable development, and forest fires. This article was written using a normative
juridical approach. According to research findings, Indonesia's environmental law is still
unable to address various environmental problems, particularly forest fires. The absence of a
strong and real form of law enforcement is the root cause of bad environmental law.
sustainable development, therefore law enforcement must be maintained. In an effort to
prosper society and create sustainable development for a better life, strong law enforcement
can act as a deterrent for those who cause environmental damage and pollution.
Keywords: forest fires; environment; sustainable progress; security forces.
PENDAHULUAN
Sumber daya alam dunia menjadi kurang berharga saat ini. Secara alami, ini akan
berdampak signifikan pada orang-orang yang kelangsungan hidupnya bergantung pada
sumber daya alam. Meskipun ini akan berlanjut dengan cepat hingga tahun 2030, manusia
akan menggunakan setidaknya 50% lebih banyak sumber daya alam Bumi, dan dibutuhkan
Bumi 1,5 tahun untuk memproduksi dan mengisi kembali sumber daya yang telah habis
dalam setahun. Kebutuhan manusia yang terus meningkat akan sumber daya alam dapat
memberikan tekanan besar pada keanekaragaman hayati, yang tidak diragukan lagi akan
menempatkan keamanan, kesehatan, kesetaraan, dan kemakmuran dalam bahaya.
Negara Indonesia juga saat ini menghadapi masalah yang sangat serius dengan
kerusakan dan pencemaran lingkungan yang semakin hari semakin parah. Karena akan
berdampak pada kualitas hidup masyarakat di masa depan, masalah lingkungan tetap
menjadi tanggung jawab yang signifikan. lingkungan, khususnya sumber daya alam, telah
rusak akibat eksploitasi lingkungan dan sumber daya alam. Kerusakan alam yang meluas,
termasuk ekosistem di lautan, sebagian besar hutan yang menjadi paru-paru dunia, banjir
yang terus terjadi di mana-mana, tanah longsor , dan tentunya masih banyak lagi. Kebakaran
hutan merupakan salah satu dampak yang paling sering dirasakan di wilayah Indonesia ini,
dimana hampir setiap tahun terjadi.
Salah satu masalah yang sering muncul di Indonesia adalah kebakaran hutan. Menurut
data WALHI, angka kebakaran hutan di Indonesia hampir setiap tahun meningkat. Terbukti
tahun terparah kebakaran hutan di Indonesia terjadi pada tahun 2015. Provinsi Kalimantan
Tengah, Papua, Sumatera Selatan, dan Riau mengalami kebakaran paling parah, dengan
total sekitar 2,6 juta hektar hutan. Terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tahun
2016: 438,3 ribu hektar hutan hancur. Pada tahun 2017 juga turun, tetapi hanya sekitar 165
ribu hektar pada tahun 2017. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena pada tahun
2018 terjadi peningkatan kebakaran hutan yang totalnya mencapai sekitar 510 ribu hektar.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat sekitar 135 ribu hektar kasus
kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2019 berdasarkan pada data yang dikumpulkan
hingga Mei, dengan dominasi Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Di Indonesia pernah terjadi kebakaran hutan akibat keinginan individu atau kelompok
untuk membangun kawasan di kawasan hutan. Individu atau kelompok ini seringkali
mengabaikan kelestarian lingkungan di sekitar mereka demi keuntungan, khususnya
ekonomi. Selain itu, penanganan masalah kebakaran hutan yang mencemari udara selalu
menjadi tantangan yang sangat berat.
Infeksi saluran pernapasan, penurunan produktivitas kerja, dan polusi asap lintas batas
hanyalah beberapa dari sekian banyak dampak kebakaran hutan. Perubahan dapat
diakibatkan oleh kerusakan dalam artian lingkungan tidak lagi dapat digunakan.
Pembakaran hutan merupakan hal yang buruk bagi lingkungan tetapi juga cara untuk
membunuh orang dan merusak lingkungan.
Penyebab kebakaran hutan yang paling banyak terjadi saat ini terutama adalah ulah
manusia yang menimbulkan kekhawatiran akibat perilakunya. bumi, melestarikan fungsi
lingkungan hidup, dan mencegah pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup,
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus diajarkan sejak dini.
Dalam kasus kebakaran hutan, kesalahan terkait masalah lingkungan hidup yang
terjadi akibat beberapa faktor, antara lain masalah keuangan, kepentingan individu atau
kelompok, gaya hidup, dan yang paling penting adalah kelemahan dalam sistem peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan sistem pemantauan berbagai pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup. Oleh karena itu, jika terjadi kebakaran hutan di Indonesia,
diperlukan penegakan hukum yang mampu menjaga lingkungan hidup. Kehidupan pribadi,
sosial, berbangsa, dan bernegara semuanya berada di bawah kendali hukum sebagai
cerminan sistem nilai yang dianut masyarakat dan sebagai pranata dalam kehidupan sehari-
hari.
Agar penegakan hukum ada, maka harus mencakup seluruh aspek teknis dan
administratif kegiatan dalam rangka pelaksanaan berbagai ketentuan hukum, baik yang
bersifat preventif maupun represif, dimana hal tersebut dapat dilakukan oleh aparat penegak
hukum dan pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. aturan undang-undang.Hukum
saat iniMenurut penelitian Anggrasena, jika penegakan hukum dilakukan dengan baik,
nantinya dapat menciptakan kondisi yang diharapkan untuk perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di semua sektor.Pasal 15 hingga 97 UU No. sanksi pidana terhadap kejahatan
lingkungan hidup, mengatur penegakan hukum lingkungan hidup.
Ketentuan Amandemen Konstitusi No. 32 Tahun 2009 dapat dijadikan pedoman
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penegakan hukum dalam berbagai masalah
lingkungan, khususnya kebakaran hutan. Salah satu landasan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan di masa depan adalah kesadaran warga. perlindungan lingkungan. Oleh karena
itu, penelitian makalah ini berfokus pada pentingnya penegakan hukum lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan (studi kasus kebakaran hutan di Indonesia).
Dalam kasus kebakaran hutan, isu lingkungan dapat menjadi salah satu fondasi yang
perlu diperkuat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Sangat penting untuk
menerapkan, menerapkan, dan memperkuat penegakan hukum yang kuat. Oleh karena itu,
rumusan masalah, yang diawali dengan pertanyaan “bagaimana hukum lingkungan hidup?”
akan dipelajari dan dianalisis dengan latar belakang ini. Kedua, jika terjadi kebakaran hutan,
bagaimana masalah lingkungan ditangani oleh penegak hukum? ketiga, apa peran penegakan
hukum dalam mencapai pembangunan berkelanjutan?
METODE PENELITIAN
Jurnal ini ditulis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Metode pengumpulan
data yang mengutamakan penelitian hukum dengan berbagai bahan hukum melalui hasil
telaah dari sumber kepustakaan berupa dokumen, buku, jurnal, majalah, dan surat kabar yang
berkaitan dengan hukum. bahan. Metode ini membedakan dengan ketidakjelasan penegakan
hukum terhadap isu lingkungan dalam kasus kebakaran hutan dengan menggunakan
pendekatan deskriptif melalui perundang-undangan, konsep hukum, dan perbandingan
hukum. penegakan hukum kebakaran, pembangunan berkelanjutan, dan isu-isu lingkungan
lainnya.Selain itu, artikel ini didukung oleh berbagai makalah penelitian yang diterbitkan
sebelumnya.Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini,Metode analisis data
ini dapat dibagi menjadi dua tahap: tahap awal, selama pengumpulan data, dan tahap kedua,
setelah pengumpulan data. Dalam hal ini, analisis data terdiri dari reduksi data, tampilan data,
dan deskripsi data untuk mencapai kesimpulan.
PEMBAHASAN
Hukum Lingkungan Hidup
Landasan hukum yang ada saat ini dan yang ada adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara, hukum juga mengamanatkan agar warga
negara memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhannya.dan dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan Indonesia.
Meskipun tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,
pembangunan yang mengabaikan peraturan pada akhirnya akan menghasilkan lingkungan
yang negatif. Mereka lupa bahwa lingkungan yang kaya akan keanekaragaman hayati pada
akhirnya tidak akan mampu menahan berbagai dampak yang menimbulkan dampak besar
kerusakan dan pencemaran lingkungan, seperti kasus kebakaran hutan di Indonesia, karena
meningkatnya kebutuhan manusia.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akibat
kebakaran hutan di Indonesia, maka diperlukan pengaturan. Oleh karena itu, telah ditetapkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan, khususnya dalam hal terjadi
kebakaran hutan. kebakaran hutan. Peran hukum kemungkinan besar akan berdampak
signifikan terhadap perubahan-perubahan yang akan datang sebagai akibat dari pengesahan
undang-undang tersebut, penguatan aspek perencanaan dan penegakan hukum.
Dalam bahasa Indonesia, istilah "penegakan hukum" sering disebut sebagai "hukum
pidana". Dalam bahasa Inggris istilah law enforcement sering digunakan, sedangkan
rechtshandhaving digunakan dalam bahasa Belanda. Sedangkan hukum lingkungan adalah
hukum yang mengatur suatu tatanan lingkungan yang meliputi segala benda dan keadaan,
termasuk ruang-ruang di mana manusia akan saling mempengaruhi kesejahteraan
kelangsungan hidup masing-masing. Penegakan hukum dalam masalah lingkungan biasanya
disebut sebagai hukum lingkungan.
Selain itu, hukum lingkungan sering dianggap sebagai instrumen hukum untuk
pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, setiap asas umum tata
pemerintahan yang baik akan selalu menjadi pertimbangan ketika hukum lingkungan
dipraktikkan. Karena adanya asas-asas tersebut, maka akan dimungkinkan untuk
memastikan bahwa, dalam setiap contoh di mana kebijakan dan peraturan yang berlaku
diberlakukan, mereka tidak menyimpang dari tujuan pengelolaan dan perlindungan
lingkungan yang telah ditetapkan untuk kepentingan umum untuk memastikan bahwa setiap
orang berhak atas hidup dalam lingkungan yang bermanfaat dan sehat.
Hukum lingkungan dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang melibatkan
berbagai komponen penegakan hukum yang saling berhubungan dan efektif. Penegakan
hukum lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dari hukum lingkungan itu
sendiri karena dapat memaksa masyarakat untuk mengikuti hukum dengan penegakan yang
jelas.
PENUTUP
Hukum lingkungan telah menetapkan pedoman penegakan hukum lingkungan.
Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup diatur oleh hukum lingkungan. Upaya
penegakan hukum dapat digunakan untuk mempersiapkan tantangan degradasi lingkungan,
yang semakin penting dan semakin buruk setiap hari.
Berbagai persoalan, seperti kebakaran hutan di Indonesia, menunjukkan bahwa
penegakan hukum lingkungan masih lemah, sehingga upaya mendorong pembangunan
berkelanjutan tidak berubah. Padahal, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup mengatur berbagai sanksi, di antaranya
denda dan hukuman pidana, terkait dengan masalah lingkungan dalam kasus kebakaran
hutan. fakta bahwa undang-undang ini berfungsi sebagai alat perlindungan lingkungan
manusia.
Sebagai strategi untuk mengatasi berbagai degradasi lingkungan dalam rangka
mencapai pembangunan berkelanjutan, maka diantisipasi akan bergesernya signifikansi
penegakan hukum lingkungan jika terjadi kebakaran hutan. Agendanya meliputi peningkatan
kesejahteraan dan pemerataan yang pada akhirnya akan dirasakan oleh masyarakat. .Kerja
sama yang baik antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan peran masyarakat sangat
diperlukan dalam penegakan hukum lingkungan dalam kasus kebakaran hutan. Sangat
penting juga untuk dapat memperkuat kesadaran diri masing-masing individu agar generasi
penerus bangsa dapat memetik berbagai manfaat lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah Mudhofir, Al-Qur’an & Konservasi Lingkungan (Argumen Konservasi
Lingkungan Sebagai Tujuan Tertinggi Syariah, Dian Rakyat, Jakarta: 2010.
Badan Pusat Statistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, Badan Pusat Statistik,
Indonesia: 2018. Bram Deni, Hukum Lingkungan Hidup, Gramata Publishing, Bekasi:
2014.
WWF, Living Planet Report 2012, Gland, World Wide Fund for
Nature: 2012. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta: 2013.
Jurnal
Akhmad Fauzi & Alex Oxtavianus, “Pengukuran Pembangunan Berkelanjutan di
Indoenesia”,
MIMBAR, Vol. 30, No. 1, 2014.
Ambrish Kumar, “Governance and Sustainable Development”, The Indian Journal of
Political Science, Vol. 72, No. 1, 2011.
Andreas Philippopoulos-Mihalopoulos, “And for Law: Why Space cannot be understood
without Law”, Law, Culture and the Humanities, Vol. 1, No. 20, 2018.
Anita Afrina (et al), “Contempt of Court: Penegakan Hukum dan Model Pengaturan di
Indonesia”,
Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 7, No. 3, 2018.
Astrid Epiney, “EU EnvironmEntal law: SoUrcES, inStrUmEntS and EnforcEmEnt,
reflections on major developments over the last 20 Years”, EU Environmental Law:
sources, Instruments and Enforcement, Vol. 2, No. 3, 2013.
Donald K. Anton, “The 2012 United Nations Conference on Sustainable Development and
the Future of International Environmental Protection”, Consilience, No. 7, 2012.
Elizabeth Fisher, “Environmental Law – A Very Short Introduction”, Environmental Law
Review, Vol.
20, No. 1, 2018.
Fachmi Rasyid, “Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan”, Jurnal Lingkar
Widyaiswara, Vol. 1, No. 4, 2014.
H. M. Erham Amin, “Proses Penegakan Hukum dan Upaya Pengendalian Masalah
Lingkungan Hidup”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 6, No. 2, 2015.
John Briggs & Andrew Waite, “Global Environmental Law Practice”, Natural Resources
& Environment, Vol. 29, No. 1, 2014.
Kseniia Ilchenko & Anastasiia Lisogor, “Sustainable Development Modeling for
Municipalities”,
Theoretical and Empirical Researches in Urban Management, Vol. 11, No. 1, 2016.
Mira Rosana, “Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan di
Indonesia”,
Jurnal KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 1, No. 1, 2018.
M Nurdin, “Peranan Penyidik Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Tindak
Pidana Lingkungan Hidup”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 12, No. 2, 2017.
Nina Herlina, “Permasalahan lingkungan hidup dan penegakan hukum lingkungan di
Indonesia”.
Jurnal Ilmiah Galuh Justisia, Vol. 3, No. 2, 2015.
Ratnasari Fajariya Abidin, “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dalam Perspektif
Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1, 2012.
Roy Andrew Partain, “Environmental Principles and the Evolution of Environmental
Law”,
Environmental Law Review, Vol. 19, No. 4, 2017.
Sodikin, “Penegakan Hukum Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan”, KANUN, No. 52, 2009.
Suneeta Dhar, “Gender and Sustainable Development Goals (SDGs)”, Indian Journal of
Gender Studies, Vol. 25, No. 1, 2018.
Suwari Akhmaddhian, “Penegakan Hukum Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Studi Kebakaran Hutan Tahun 2015)”, Jurnal
Unifikasi, Vol. 03, No. 01, 2016.
Suwito Y. Imran, “Fungsi Tata Ruang Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup Kota
Gorontalo”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 13, No. 3, 2013.
Yann Kerbrat & Sandrine Maljean-Dubois, “The Transformation of International
Environmental Law”, enlr, Vol. 13, No. 4, 2011.
Zainal Arifin Hoesein, “Pembentukan Hukum Dalam Perspektif Pembaruan Hukum (Law
Making on the Perspective of Legal Reformation)”, Jurnal Rechts Vinding Media
Pembinaan Hukum Nasional. Vol. 1, No. 3, 2012.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan
Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan
Kebakaran Hutan dan atau Lahan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.