Oleh
HELWAN KASRA
Abstract
A. PENDAHULUAN
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam
segala aspek dan matranya sesuai dengan wawasan nusantara. Undang-
undang No. 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup memberikan definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Jadi, manusia hanya salah
satu unsur dalam lingkungan hidup, tetapi prilakunya akan mempengaruhi
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup
lain. Mahluk hidup yang lain termasuk binatang tidaklah merusak, mencemari
atau menguras lingkungan.
B. PEMBAHASAN
Permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini di dunia tidak lepas dari
peranan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Di satu sisi hal ini
membantu umat manusia memperbaiki kualitas hidup tapi di sisi lain
penggunaan teknologi mempunyai implikasi kerusakan lingkungan dan
degradasi sumber daya alam (SDA). Menurut Sony Keraf (2002:13), tidak dapat
di sangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini,
baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber
dari prilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut,
hutan, atmosfer, air, tanah dan seterusnya bersumber pada prlaku manusia
yang tidak bertangung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri.
Manusia adalah penyebab utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Lebih lanjut menurut Supriadi (2005:25) ada tiga teori etika lingkungan yang
di kenal selama ini, yaitu teori Shallow Environmental Ethiccs
(Antroposentrisme), Intermediate Environmental Ethics (Biosentrisme),
dan Deep Environmental Ethics (Ekosentrisme). Antroposentrisme menganggap
bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai sehingga manusia di anggap
segala-galanya, alam hanya objek dari manusia. Teori Biosentrisme
mengajarkan selain manusia alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri
lepas dari kepentingan manusia sehingga alam perlu dihargai. Sedangkan teori
Ekosentrisme merupakan lanjutan dari etika lingkungan biosentrisme yang di
perluas mencakup seluruh komunitas ekologis seluruhnya.
d. PP No. 19 Tahun 1994 jo. PP No.12 Tahun 1995 Tentang Pengelolaan limbah
B-3, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 18 Tahun 1999 dan PP No. 85
Tahun 1999.
Tentang penarikan ijin perusahaan, dalam UUPLH tidak begitu jelas di atur,
namun demikian dalam Hider Ordonantie hal ini secara jelas di atur dalam Pasal
8 ayat (3), disebutkan jika pekerjaan itu tidak selesai atau tidak dijalankan dalam
waktu yang ditentukan, maka ijin itu di cabut oleh pejabat yang memberikan,
kecuali jika memandang ada alasan untuk memperpanjang jangka waktu
tersebut dengan jangka waktu yang baru. Jangka waktu ijin memulai
pembangunan sampai selesai dan tanggal berapa mulai dikerjakan (ayat (2)).
Jadi jelasnya menurut Santosa (2001:282) terdapat 10 (sepuluh) mekanisme
penegakan hukum lingkungan administratif, yakni :
a. Permohonan ijin (ijin lingkungan atau ijin yang berkitan dengan lingkungan)
harus disertai informasi lingkungan sebagai alat pengambilan keputusan studi
AMDAL; Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), atau informasi-
informasi lingkungan lainnya.
e. Apabila ijin telah dikeluarkan maka ijin di maksud harus diumumkan dan bersifat
terbuka untuk umum.
f. Laporan status penataan yang di buat secara berkala oleh pemegang ijin dan
disampaikan kepada regulator (pengawas utama).
a. Penyebab tidak selalu dari sumber tunggal, akan tetapi berasal dari berbagai
sumber (multisources).
c. Sering kali akibat yang di derita tidak timbul seketika, akan tetapi selang
beberapa lama kemudian (long period of latency).
Dalam masalah ganti rugi, untuk menentukan siapa yang telah melakukan
perbuatan melawan hukum, menurut ketentuan hukum perdata, yakni Pasal
1243 dan Pasal 1365 KUH Perdata di atur asas liability based on fault. Pasal
1243 berisi “penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si terutang telah dinyatakan lalai
memenuhi perikatan, tetap melalaikannya, atau jika suatu yang harus diberikan
atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau di buat dalam tenggang waktu yang
telah dilampauinya”. Pasal 1365 berisi “tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
a. Hambatan Yuridis
Materi bidang lingkungan hidup sangat luas, mencakup segi-segi dari ruang
angkasa sampai ke perut bumi dan dasar laut, dan meliputi sumber daya
manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan sumber
daya buatan, materi seperti ini tidak mungkin di atur secara lengkap dalam
undang-undang, tetapi memerlukan seperangkat peraturan perundang-
undangan dengan arah dan cirri-ciri yang serupa.
c. Hambatan Praktis
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA