Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan Belajar 2

Lingkup Dan Kebutuhan Sistem Informasi


Perencanaan
Ir. Anita Sitawati Wartaman Msi dan Ir. Rahel Situmorang MPlan

istem informasi yang akan dibahas ditujukan untuk menyiapkan data yang berguna

S bagi perencana kota. Sebelum membahas lingkup sistem informasi perencanaan,


perlu diingatkan kembali mengenai tujuan dari adanya perencanaan kota.

A. Proses perencanaan
Dalam proses perencanaan dikenal beberapa tahapan meliputi:
1. Perumusan tujuan perencanaan yaitu menciptakan lingkungan tempat hidup
manusia sehingga mereka dapat hidup, bekerja dengan baik, produktif, sehat, dan
bahagia. Standar hidup akan berkembang sejalan dengan perkembangan kota yang
akan dikembangkan pada masa yang akan datang. Tujuan ini harus dibuat secara
realistis sesuai dengan keadaan awal perencanaan. Dalam perumusan tujuan perlu
untuk memperhatikan rencana yang berskala nasional, yang dibuat oleh Bappenas
dan Dinas-dinas pada kementerian terkait. Beberapa standar sudah ditentukan
secara nasional, sehingga harus dapat dipenuhi dalam semua skala perencanaan
yang ada di daerah. Selain itu perlu diperhatikan juga rencana dan standar yang
berskala lokal, misalnya rencana atau standar-standar yang sudah dibuat oleh
daerah dalam Peraturan-peraturan Daerah dan atau kriteria dan pedoman yang
berlaku setempat baik yang tertulis maupuan yang tidak tertulis. Tujuan ini akan
dapat dicapai dengan memenuhi standar kebutuhan hidup manusia akan
kebutuhan dasarnya yaitu: pangan, sandang, papan, fasilitas dan pelayanan,
penyediaan, dan lapangan pekerjaan.
2. Rencana merupakan cara untuk mencapai standar yg telah ditentukan.
Implementasi dan dampak dari rencana ini harus diperhatikan dengan baik.
Perencana harus mempunyai pandangan ke depan dan memutuskan perubahan
yang harus dilakukan. Dengan kata lain, perencana harus membuat rencana untuk
kota masa depan, rencana yang baik secara keruangan maupun fungsinya,
menggambarkan bagaimana bentuk kota tersebut dan bagaimana pola kegiatan
yang akan dikembangkan di kota itu. Walaupun pada akhirnya perencana memilih
solusi yang merupakan gabungan beberapa alternatif pilihan, tetapi hendaknya
semua pilihan didasari dengan alasan yang paling tepat dan akurat.
3. Implementasi: merupakan proses timbal balik anatara warga kota dengan
pemerintah kota dalam mewujudkan rencana.

B. Proses perancangan
Proses perancangan adalah suatu tindakan yang merupakan suatu proses yang
melibatkan 3 tahapan dalam kebutuhan informasi yaitu:
1. Model masyarakat yang akan direncanakan, merupakan keadaan nyata yang ada
sebelum rencana dilakukan, meliputi: jumlah penduduk, usia penduduk terbanyak,
pendidikan, dan informasi lain yang ada di dalam masyarakat tersebut. Bentuknya
dapat berupa peta atau bagan atau angka matematis, yang menggambarakan
keadaan di wilayah yang akan direncanakan. Secara umum model adalah gambaran
umum mengenai keadaan kota sebelum direncanakan. Dengan model ini perencana
akan mengetahui apa yg harus dilakukan, dan apa yang dibutuhkan, serta
bagaimana mencapainya melalui perencanaan.
2. Pengembangan dan implementasi, merupakan penjabaran rencana dalam lingkup
yang lebih detil dengan tujuan agar rencana lebih mudah untuk dilaksanakan. Detil
harus dibuat sebaik mungkin, agar rencana tidak sia-sia. Kelemahan daripada
rencana yang tidak detil adalah sulitnya rencana untuk diimplementasikan, sehinga
rencana hanya disimpan.
3. Evaluasi desain: jika rencana sudah diimplementasikan, perencana tetap harus
memperhatikan seberapa jauhkah rencana tersebut berjalan. Perencana harus dapat
memperkirakan dampak dari desain yang dibuatnya sebelum dan sesudah
implementasi rencana dilakukan.

C. Implementasi
Agar rencana dapat diimplementasikan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Rencana harus terintegrasi dengan proses politik yang ada, sehingga rencana kota
yang baik adalah rencana yang diterima dan melibatkan warga dan pemerintah kota.
2. Pemimpin politik yang mengawasi implementasi rencana sebaiknya ikut serta
mulai dari tahapan penentuan tujuan, sehingga jika mereka harus mendukung
implementasi rencana.

D. Informasi yang dibutuhkan


Dalam proses perencanaan, informasi yang dibutuhkan untuk:
1. Membuat tujuan perencanaan, dengan memperhatikan kondisi kota dan warganya
sebelum perencanaan dibuat seakurat mungkin.
2. Membuat model realistis didasari oleh keberadaan ruang yang fungsional dan
bentuknya dalam ruang kota.
3. Implementasi rencana dengan memperhatikan peraturan yang berlaku lokal di
seluruh bagian kota.

Ulasan di atas menandakan bahwa dalam merencanakan kota, perencana


membutuhkan informasi yang difokuskan pada “keistimewaan” ruang kota yang akan
direncanakan. Standar lokal yang digunakan harus spesifik untuk kota tersebut, sesuai
dengan kebutuhan dan status populasi kota, sesuai dengan keadaan perekonomian
masyarakat dan pemerintah kota, bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik kota,
mempertimbangkan struktur kota dan fungsi tiap bagian kota, dan memperhitungkan
keterhubungan kota dengan wilayah di sekitarnya.
Setelah memahami tujuan dari adanya perencanaan kota, berikut ini dijelaskan ruang
lingkup sistem informasi perencanaan. Menurut Chapin and Kaiser (1979:111), dalam
perencanaan penggunaan lahan (sebagai salah satu aspek dalam perencanaan tata ruang),
tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam sistem informasi perencanaan meliputi :
1. Identifikasi elemen utama yang dibutuhkan, yaitu terdiri atas elemen (1) kondisi
perekonomian kota (urban economy), (2) kependudukan daerah yang bersangkutan
(the area’s population), (3) sistem kegiatan kota (urban activity system), (4) sistem
penggunaan lahan (land use system), (5) sistem lingkungan (environmental system),
(6) sistem transport-utilitas-komunikasi (transport-utility-communication system) dan
(7) sistem peraturan-peraturan (guidance system)
2. Menentukan data spesifik dari masing-masing elemen di atas. Lingkup kegiatan dalam
tahap ini termasuk menentukan jenis variabel pengukuran, unit analisis (misalnya
blok, parcel, orang dan lain-lain), tingkat keakurasian, tingkat kedetilan, dan kurun
waktu pengukuran.
3. Pengumpulan data. Lingkup kegiatan dalam tahap ini meliputi mengumpulkan data
sekunder, membuat desain survey, menentukan sampel, menentukan instrumen
survey, mengurus prosedur administrasi, mentabulasi data dan mengecek keakuratan
data.
4. Penyimpanan dan pengambilan data. Lingkup kegiatan dalam tahap ini tidak hanya
menyimpan data-data di komputer, namun juga termasuk menyimpan peta-peta,
tulisan-tulisan dan buku-buku/makalah-makalah dari perpustakaan.
5. Merancang dan kalibrasi model analisa yang relevan dengan kebutuhan analisis dan
kompatibel dengan data dalam sistem informasi. Dalam tahap ini melibatkan banyak
metoda dan teknik-teknik untuk organisasi data, analisa data dan presentasi data sesuai
dengan kebutuhan. Pada level rendah, digunakan teknik-teknik sederhana untuk
mendiskripsikan data, antara lain menggunakan teknik-teknik statistik seperti means,
medians, korelasi dan lain-lain. Sedangkan pada level yang lebih tinggi, digunakan
model-model statistik yang lebih kompleks, misalnya model proyeksi penduduk untuk
mengestimasi/memperkirakan jumlah penduduk masa yang akan datang.
6. Presentasi dan komunikasi data. Pada tahap ini, kemampuan untuk menyusun dan
menyajikan output secara visual yang menarik, akurat tanpa membingungkan adalah
hal yang penting. Disini personil yang ahli sangat diperlukan. Teknik mapping juga
merupakan aspek yang sangat penting pada tahap ini.

Dari uraian di atas, tampak bahwa ada 7 (tujuh) kategori elemen data/informasi yang
dibutuhkan dalam merencanakan penggunaan lahan. Secara umum, ada yang membagi
elemen data/informasi tersebut menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu fisik, sosial dan ekonomi
(seperti yang dijelaskan pada kegiatan belajar 1). Sementara, data/informasi fisik terbagi
menjadi dua kategori, yaitu fisik alamiah dan fisik binaan. Secara umum, data/informasi
fisik alamiah adalah kondisi bumi yang telah ada di alam tanpa adanya campur tangan
manusia. Sedangkan data/informasi fisik binaan adalah kondisi bumi yang dibentuk oleh
manusia. Jika dikaitkan dengan elemen data/informasi menurut Chapin dan Kaiser di atas;
elemen kondisi perekonomian kota (urban economy) termasuk kategori data/informasi
ekonomi. Elemen kependudukan daerah yang bersangkutan (the area’s population)
termasuk kategori data/informasi sosial. Elemen sistem kegiatan kota (urban activity
system), sistem penggunaan lahan (land use system), sistem transport-utilitas-komunikasi
(transport-utility-communication system) dan sistem peraturan-peraturan (guidance
system) termasuk kategori data/informasi fisik binaan. Elemen sistem lingkungan
(environmental system) termasuk kategori data/informasi fisik alamiah.
Terkait dengan penentuan data spesifik dari masing-masing elemen informasi di atas,
di bawah ini di uraikan variabel utama dari masing-masing elemen yang dimaksudkan.

Aspek ekonomi
Variabel utama aspek ekonomi, antara lain intensitas dan distribusi spasial/keruangan
sektor industri, perdagangan (grosir dan retail) dan jasa; pada masa lalu, saat ini dan yang
akan datang.

Apek kependudukan
Variabel utama aspek kependudukan, antara lain jumlah penduduk menurut umur, jenis
kelamin, dan komposisi etnik; pada masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Juga
termasuk jumlah rumah tangga menurut tingkat pendapatan, tingkat kehidupan; dan
distribusi spasial/keruangan penduduk menurut tingkat kepadatan, tingkat umur dan
tingkat pendapatan.

Aspek aktivitas dan kualitas ruang


Variabel utama aspek ini antara lain pola aktivitas intraurban dan interurban-meliputi
frekwensi dan jumlah aktivitas, termasuk : (a) asal (origin) dan tujuan (destination)
aliran/pergerakan barang dan jasa antar beberapa perusahaan, (b) interaksi antar institusi,
(c) interaksi antara kelompok rumah tangga dan perorangan, dan (d) pertukaran antara ke-
tiganya. Variabel utama aspek ini, juga termasuk kondisi eksisting dan proyeksi kebutuhan
ruang.

Aspek Penggunaan Lahan.


Berupa peta yang berisikan informasi tentang keberadaan/lokasi ruang terbuka, daerah
industri, daerah perdagangan (grosir, ritel), transport-utilitas-komunikasi, fasilitas
kesehatan, fasilitas rekreasi, fasilitas umum, daerah perumahan dan lain-lain. Pemetaan
dilakukan secara rinci, misalnya daerah perumahan berdasarkan tingkat kepadatan dan
lain-lain.

Aspek lingkungan
Berupa peta yang berisikan informasi tentang sebaran kondisi jenis tanah, kemiringan
lereng, lahan basah, hutan dan lain-lain. Juga termasuk informasi tentang karakteristik
permukaan lahan dan di bawah permukaan (kondisi geologi), daerah longsor, daerah rawan
banjir, kondisi aliran sungai, kondisi atmosfir serta kondisi polusi air dan udara. Informasi-
informasi tersebut di atas juga berikut luasannya.

Aspek Transportasi-Utilitas-Komunikasi
a. Aspek transportasi : peta yang berisikan informasi tentang sebaran sistem prasarana
untuk pergerakan manusia di dalam kota dan antar kota (pedestrian, jalur motor, jalur
mobil, jalur bus, jalur cepat, rel kereta api dan lain-lain), berikut volume kendaraannya
(pada waktu normal dan pada waktu sibuk). Juga berisikan informasi tentang sistem
prasarana untuk pergerakan barang di dalam kota dan antar kota serta lokasi terminal,
berikut volume kendaraannya (pada waktu normal dan pada waktu sibuk) dan
jumlahnya.
b. Aspek utilitas : peta yang berisikan informasi tentang sebaran jaringan air bersih,
drainase, jaringan air kotor (got), jaringan gas dan jaringan listrik; informasi juga
berisikan kondisi dan kapasitasnya. Juga berisikan informasi tentang lokasi
keberadaan treatments facilities (fasilitas perawatan) air kotor, penyimpanan gas,
gardu pembangkit listrik dan lain-lain.
c. Aspek komunikasi : peta yang berisikan informasi tentang sebaran jaringan telepon,
telegraf, televisi dan lain-lain.

Aspek Sistem Pedoman


a. Aspek regulasi : peta yang berisikan informasi tentang kawasan-kawasan yang diatur
oleh regulasi-regulasi tertentu, misalnya daerah dengan KDB (koefisien dasar
bangunan) tertentu, daerah dengan KLB (koefisien lantai bangunan) tertentu dan lain-
lain. KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah angka prosentase perbandingan jumlah
luas lantai dasar bangunan terhadap luas perpetakan atau luas daerah perencanaan.
Sedangkan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) adalah angka perbandingan jumlah
luas seluruh lantai bangunan terhadap luas perpetakan atau luas daerah perencanaan
(Pengertian dan Definisi-IMB-Perizinan Bangunan di DKI Jakarta,
www.izinbangunan.com/perizinan).
b. Aspek Publik Investasi : peta yang berisikan informasi tentang lokasi pemadam
kebakaran, kantor polisi dan fasilitas lainnya yang di atur oleh regulasi-regulasi
tertentu.

Dengan demikian, secara umum, kebutuhan data spesifik dalam perencanaan kota,
meliputi :
a. Kebutuhan dan status populasi yang ada, merupakan informasi kependudukan yang
selalu berubah dari waktu ke waktu. Perencana merencanakan kebutuhan manusia,
karena itu informasi mengenai populasi ini menjadi sangat penting.
Data kependudukan seringkali dikenal dengan:
- karakteristik kependudukan antara lain meliputi: jumlah anggota keluarga, jenis
kelamin, pekerjaan, lama perjalanan menuju tempat bekerja/sekolah/belanja,
jumlah pendapatan. jumlah mobil, lokasi rumah, kondisi bangunan.
- karakteristik pekerja meliputi: jenis pekerjaan, rata-rata pendapatan per bulan, jam
kerja, lokasi tempat kerja.
b. Keadaan keuangan penduduk dan pemerintah daerah, yaitu: kemampuan penduduk
untuk membayar pajak, nilai lahan, nilai jual obyek pajak, pajak bumi bangunan,
pendapatan per kapita.
c. Kualitas fisik kota, antara lain: kemiringan tanah, drainase, kondisi tanah, ketersediaan
transportasi-utilitas-komunikasi, baik dalam bentuk peta maupun foto.
d. Struktur internal dan hubungan fungsional di kota, antara lain: penggunaan lahan,
jumlah rumahtangga dan rumah dalam satu satuan lahan (Ha), kondisi bangunan,
penggunaan campuran pada bangunan. Termasuk di dalamnya adalah: ukuran,
evaluasi lahan, dan kondisi sekitarnya.
e. Keterhubungan antara kota dengan daerah sekitarnya, dalam hal ini adalah fungsi
ekonomi, transportasi, dan tumpang tindih daerah dan wilayah pelayanan fasilitas
umum (rumah sakit, pasar, sekolah, dan lain-lain).

PENUTUP :
1. Informasi penting dan mendasar untuk perencana adalah pengetahuan bagaimana
lahan tersebut akan digunakan.
2. Perencana merencanakan untuk manusia, karena itu perencana harus memahami
karakteristik manusia yang hidup dan tinggal serta beraktivitas di kawasan perkotaan.
3. Perencana bisa memilih dan menggunakan informasi sesuai dengan tujuan
perencanaan yang akan dibuat.
4. Perencana sangat terbantu dalam permbuatan rencana dengan adanya peta dan
gambar-gambar visual, peta, dan foto-foto.

Anda mungkin juga menyukai