Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329519028

ARTIKEL PEDULI LINGKUNGAN

Article · December 2018

CITATIONS READS

0 34,452

6 authors, including:

Mohammad Ithof

2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mohammad Ithof on 15 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MINIMNYA TINGKAT KESADARAN DAN
AKUNTABILITAS MASYARAKAT
TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR

Mohammad Ithof
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir
di Institut Agama Islam Negeri Madura
Email: ietof.ar@gmail.com

Abstrak
Minimnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar merupakan masalah yang
masih berkelanjutan hingga saat ini, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan infrastruktur
penunjang dalam menjaga lingkungan, sehingga kepedulian terhadap lingkungan sendiri
sangat minim. Salah satu penyebab minimnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya,
sehingga hal semacam ini banyak pihak yang saling dirugikan. Masalah seperti ini bukanlah
tanggung jawab individual, melainkan tanggung jawab kolektif yang melibatkan banyak
pihak tanpa terkecuali bangsa ini. Setiap tindakan manusia didasari oleh etika dan moral,
tanpa terkecuali dalam memperlakukan lingkungan. Karena masalah ini akan terus berlanjut
jika kesadaran masyarakat akan peduli lingkungan masih minim. Di sini bisa ditemukan
beberapa pemahaman terhadap lingkungan sebagai upaya peningkatan sifat peduli terhadap
lingkungan.

Kata Kunci: etika lingkungan, tanggung jawab, pengetahuan.

Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula berbagai macam ilmu
pengetahuan, baik itu dari aspek teknologi atau pun kesehatan. Seperti dalam dunia teknologi
sudah banyak diciptakan ala-alat yang fungsinya untuk membantu dan mempermudah
manusia dalam dunia kesehatan, dan dunia perkantoran yang mana dalam hal ini sangat
minim sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak efektif. Namun dengan begitu masih banyak
masyarakat yang minim dengan pengetahuan tentang etika lingkungan terutama masyarakat
pedesaan dan masyarakat sekitar pantai.
Yang menjadi problematik antar dua kelompok yaitu pembuangan sampah. Sungai-
sungai di pedesaan dikelilingi oleh sampah, begitu juga pantai-pantai di hiasi oleh sampah.
Setiap satu rumah bisa menghasilkan ratusan sampah perhari dan tempat penampungan
sampah tidak cukup untuk menampung semuanya sehingga sungai dan laut menjadi pelarian.
Kurangnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan dan dampak pencemaran lingkungan inilah
yang menjadi problematik kedua kelompok, sehingga perlu adanya sosialisasi dari dinas-
dinas terkait, seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas kebersihan dan dinas
lingkungan hidup, dinas sosial dan lain-lain, agar kondisi seperti ini tidak berkelanjutan
nantinya.
Upaya penanaman karakter peduli lingkungan bagi masyarakat sudah di tanamkan
sejak pendidikan dasar seperti dibimbing membuang sampang pada tempatnya, melaksanakan
piket harian di kelas, tetapi kurangnya praktek dalam lingkungan rumah menjadi pengaruh
terbesar dalam karakter seseorang tersebut dalam peduli dan melestarikan lingkungan sekitar.
Salah satu upaya manusia dalam rangka peduli terhadap lingkungan adalah
dengan membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi yang
dimuat dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut, sehingga antara manusia dan

1
alam terjalin suatu keseimbangan yang senantiasa tetap terjaga dan terlestarikan. Perilaku
manusia yang senantiasa peduli lingkungan, salah satu aspeknya, dapat diwujudkan
dengan memelihara halaman rumah, agar senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia menanamkan
pembentukan karakter melalui pendidikan sejak tahun 2010 termuat yang dalam
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter yang ditetapkan
kementrian pendidikan yang berjumlah 18 nilai atau karakter yang bersumber dari
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai atau karakter tersebut
adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan lingkungan tidak hanya digunakan dalam arti sempit pengajaran atau
pembelajaran di sekolah formal atau universitas (Hilson, 2017). Perubahan perilaku
prolingkungan: yang dianggap sebagai tujuan jelas dari pendidikan lingkungan. Partisipasi
warga negara dalam pelatihan bagi masyarakat dapat digerakkan dengan penguatan
organisasi-organisasi relawan pecinta lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat
mengacu pada nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk lingkungan yang bersih,
menjaga lingkungan hidup dengan fasilitas yang modern. Partsipasi tersebut dengan
pembekalan demensi pengetahuan, keterampilan dan nilai karakter peduli lingkungan
sehingga tercapainya kepekaan melindungan lingkungan hidup. Pengertian yang lebih
luas dalam mendidik masyarakat dan terutama kaum muda dengan melalui media,
keluarga, tempat ibadah tentang pentingnya lingkungan.
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pengolahan lingkungan hidup
menurut UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat 1 adalah masyarakat
memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penggunaan sumber daya secara
optimal dapat mengurangi kerusakan alam. Pengembangan teknologi sangat memerhatikan
kepentingan menyeluruh antara manusia dengan keselamatan alam dan lingkungan.
1. Pengetahuan Lingkungan
Lingkungan akan menjadi masalah bagi manusia, apabila manusia tersebut mulai
merasakan adanya masalah dengan lingkungannya. Tetapi, selama lingkungan tidak
bermasalah, maka manusia tidak mempermasalahkannya. Padahal, dalam masalah pelestarian
lingkungan tidak harus muncul masalah lingkungan terlebih dahulu. Misalnya, ketika banjir
datang, tanah longsor, pencemaran udara maka manusia mulai mempermasalahkan
lingkungan. Padahal masalah yang dialami lingkungan atau rusaknya lingkungan adalah
karena perbuatan manusia juga. Seharusnya manusia berpikir untuk jangka panjang mengenai
kondisi lingkungannya. Hal ini dikarenakan lingkungan tersebut akan digunakan oleh
manusia generasi berikut, sehingga lingkungan tersebut harus dilestarikan dan harus memiliki
keberlanjutan.
Agar manusia dapat memikirkan lingkungan dalam jangka panjang, maka sudah tentu
dia harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Manusia harus dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara beradab. Hal ini harus dapat dilakukan oleh manusia seperti
layaknya berhubungan dengan manusia yang lain, sehingga ia harus dapat memperlakukan
lingkungan fisik (alam dan buatannya) adalah sama. Selama ini banyak manusia yang tidak
mau tahu mengenai lingkungan fisik, tetapi mereka hanya berorientasi pada kepentingan diri
dan tidak peduli dengan orang lain.

2
Pada awal masalah lingkungan mulai menjadi topik pembicaraan pada tahun 1970-an,
maka yang sering dipermasalahkan adalah adanya masyarakat yang selalu menebang pohon
di hutan untuk ladangnya. Mereka disebut sebagai masyarakat dengan lahan berpindah.
Kerusakan hutan oleh masyarakat yang bertingkah laku dengan lahan atau ladang berpindah,
menggunakan teknologi yang sederhana, sehingga cakupannya terbatas. Tetapi, pengusaha
kayu yang menebang pohon di hutan menggunakan teknologi lebih maju sehingga cakupan
penebangan hutan akan lebih cepat. Dengan demikian, hutan yang hilang akan semakin cepat
oleh kedua pelaku penebangan hutan tersebut.
Apabila permasalahan lingkungan terjadi karena peladang yang berpindah, dapat
diasumsikan bahwa para petani tersebut kurang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
masalah lingkungan. Tetapi, pengusaha kayu tersebut adalah orang yang pernah mengenyam
pendidikan, sehingga seharusnya mereka memiliki pengetahuan tentang lingkungan.
Walaupun mereka memiliki pengetahuan, ternyata tingkah lakunya tetap sama seperti orang
yang tidak memiliki pengetahuan tentang lingkungan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pengetahuan tentang lingkungan tidak cukup untuk menyebabkan seseorang tidak
melakukan perusakan lingkungan. Tindakan tersebut terlihat pula pada masyarakat yang
banyak berinteraksi dengan lingkungan kota, yaitu membuang sampah tidak pada
tempatnya.Oleh karena itu pengetahuan tentang lingkungan tidak menjamin tingkah laku
pelestarian lingkungan.
Namun demikian, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tentang lingkungan tidak
diperlukan oleh masyarakat. Pengetahuan tentang lingkungan sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Masyarakat dengan pengetahuannya akan menyadari betapa lingkungan yang
ada perlu dilestarikan. Mereka yang mengetahui tentang pentingnya lingkungan untuk umat
manusia akan berupaya untuk melestarikan lingkungan. Hanya saja untuk menjadikan
pengetahuan tentang lingkungan agar berbentuk menjadi tingkah laku yang melestarikan
lingkungan masih membutuhkan aspek psikologi yang lain.

2. Hakikat Lingkungan
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki
karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan
keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peranan yang lebih kompleks dan riil. Menurut Elly M. Setiadi, (Rusdiana, 2012: 140),
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya. Lingkungan hidup tidak
bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan
yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai
benda mati yang membentuk suatu sistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem.
Lingkungan hidup menurut UU No. 4 tahun 1982 adalah kesatuan ruang yang
terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dan dapat dikatakan ingkungan merupakan suatu media di mana
makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang
khas yang mana terkait secara timbal balikdengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan
faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam
dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan Tuhan untuk

3
manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis lingkungan alam antara
lain air, tanah, pohon, udara, sungai dll. Lingkungan buatan dibuat oleh manusia.
Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman kota, dll.
Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu
interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai,
serta etrkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau
peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).
Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan
berkembang di atas bumi sebagai lingkungan. Lingkungan memberi sumber -sumber
penghidupan manusia. Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang
mendiaminya. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan
keba hagiaan hidup.
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya
yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,pertumbuhan,
perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik itu positif maupun negatif. Manusia
sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan diri pada alam lingkungan hidupnya. Komunitas
biologis di tempat mereka hidup.
perubahan alam lingkungan hidup manusia tampak jelas di kota-kota, di bandingkan
dengan di hutan rimba di mana penduduknya masih sedikit dan primitif. Perubahan alam
lingkungan hidup manusia akan berpengaruh baik secara positif ataupun negativ.
Berpengaruh bagi manusia karena manusia mendapatkan keuntungan dar i perubahan
tersebut, dan berpengaruh tidak baik karena dapat dapat mengurangi kemampuan alam
lingkungan hidupnya untuk menyokong kehidupannya. Manusia bertindak sosial dengan
cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan
kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya. Manusia mempunyai
pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem habitat manusia itu sendiri,
tindakantindakan yang diambil atau kebijakan kebijakan tentang hubungan dengan
lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Pelestarian lingkungan perlu dilakukan karena kemampuan daya dukung lingkungan
hidup sangat terbatas baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Pengelolaan lingkungan
hidup dilakukan secara sukarela baik oleh indiv idu maupun kelompok masyarakat yang
peduli terhadap pelestarian lingkungan, dan dilakukan berdasarkan pedoman yang ada yaitu
dengan UndangUndang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH).
Adapun tujuan dari pedoman PLH adalah agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pengguna lingkungan tidak merusak lingkungan, melainkan harus berwawasan lingkungan.
(Rusdiana, 2012: 141). Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan
dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan
hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Lebih dari itu,
manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan
kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban - istilah Tonynbee sebagai akibat dari k
emampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya.

3. Etika lingkungan
Etika lingkungan memiliki pengertian pendalaman kesadaran individu maupun
kelompok baik berbagai lapisan sosial, profesi, mengenai norma moral yang seharusnya
mereka anut dalam menghadapi lingkungan. Kenyataan yang sering ditemukan, sumber daya
alam yang mestinya diperlakukan sebagai mempertahankan fungsi ekosistem, justru
diperlakukan sebagai musuh. Sebagian manusia tidak lagi menjadi pendukung, melainkan
4
justru menjadi perusak ekosistem, ironisnya kebanyakan orang bersedia memandangnya
sebagai bagian dari kegiatan pembangunan. Sekarang dunia mulai disadarkan oleh timbulnya
berbagai masalah global berupa meningkatnya suhu bumi, datangnya banjir di banyak tempat
pada musim hujan, berkurangnya lahan pertanian, menipisnya deposit air tanah di daerah-
daerah padat penduduk, meningkatnya serangan penyakit saluran pemapasan, meningkatnya
persaingan mendapatkan lahan untuk permukiman, dan masih banyak lagi masalah yang
langsung ataupun tidak langsung diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya yang tldak
terkendali.
Revolusi industri pada awal abad ke 19, merupakan fase kemajuan cara berpikir
manusia yang lebih memprioritaskan kemajuan ekonomi dengan membenarkan eksploitasi
sumber daya alam dimana akibatnya dapat menelantarkan keberadaan ekosistem. Semenjak
terjadinya revolusi tersebut, manusia berlomba menciptakan mesin-mesin baru untuk
menghasilkan produk yang diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat dalam waktu yang
sesingkat singkatnya. Perlombaan tersebut juga melanda pertanian dan perkebunan melalui
pembukaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan baru.
Dengan bantuan mesin, hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan dan diolah
lebih lanjut menjadi bahan yang sangat dibutuhkan manusia, yaitu sandang dan pangan Perut
bumi, juga tidak luput dari sasaran perlombaan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Eksploitasi sumber daya alam semakin parah yang menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi sumber daya alam dan produksi limbah. Pertambangan-pertambangan baru dibuka
untuk mendapatkan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi. Pertambangan-
pertambangan tersebut terasa lebih dipercepat lagi dengan pertambahan jumlah penduduk
yang menyebar memenuhi planet bumi.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia berupa sandang, pangan, dan papan. maka
manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru ilmu pengetahuan dan tehnobgi untuk
mengeruk hasil kekayaan alam yang ada sebanyak banyaknya dan secepat-cepatnya.
Walaupun kekayaan alam cukup tersedia karena pengambilannya jauh lebih cepat dari waktu
yang diperlukan untuk terbentuknya kekayaan alam tersebut, maka mustahil dalam waktu
singkat kekayaan alam tersebut akan habis. Dalam keadaan seperti ini manusia mulai berpikir
tentang perlunya mempertahankan daya dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia.
Perkembangan teknologi dan industri yang pesat ini temyata membawa dampak bagi
kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif.
4. Karakter Peduli Lingkungan
Melalui pendidikan menjadi salah satu menumbuhkan kesadaran warga negara
akan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Pengetahuan timbul dalam lingkungan
sehat positif dan negatif adan berdampak pada tindakan yang dilakukan warga negara.
Pembentukan karakter dan moralitas warga negara tidak bisa dilepaskan dalam
kehidupan seseorang. Karakter dapat ditafsirkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
melakukam tindakan atau pola berfikir masyarakat. Manusia berkarakter memiliki kepedulian
terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Peduli lingkungan menjadi penting
dalam tumbuh kembangnya manusia.
Peduli tidak hanya kepada orang lain saja tapi juga peduli akan lingkungan sekitar.
Samani dkk, menegaskan bahwa: Karakter peduli digambarkan bahwa peduli adalah
memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidak
suka menyakiti orang lain, mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak

5
merendahkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja
sama, mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk
lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.
Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang menerapkan nilai-nilai
Pancasila yang terdapat dalam Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter meliputi nilai (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat
kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli
lingkungan, (17) Peduli sosial dan (18) Tanggung jawab. Nilai karakter peduli
lingkungan berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam sekitarnya, selain itu mengembangkan upayaupaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli lingkungan dalam
pendidikan kewarganegaraan terletak pada aspek karakter, yakni karakter perduli
lingkungan yang mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi .
Kegiatan menumbuhkan karakter tersebut kita dapat mengadopsi konsep karakter baik
dari yang dimulai dari mengenalkanya tentang kebaikan serta kewajiban warga negara
terhadap lingkunganya (moral knowing), kemudian memberikan contoh-contoh perilaku,
atau dampakdampak mengenai masalah negara dengan lingkungan agar masyarakat
menginginkan kebaikan dari menjaga lingkungan (moral feeling), dan memberikan
kesempatan untuk dapat melakukan suatu tindakan menjaga lingkungan (moral action)
sebagai bentuk kewajiban warga negara dengan lingkungan disekitarnya.

5. Sikap terhadap Lingkungan


Sikap adalah kecenderungan manusia untuk bertingkah laku terhadap suatu objek.
Sikap akan selalu diperhadapkan dengan objek. Objek dalam hal ini adalah pelestarian
lingkungan. Ketika seeorang berinteraksi dengan upaya pelestarian lingkungan, apakah ia
akan setuju atau tidak setuju terhadap pelestarian lingkungan. Dengan demikian, didalam
sikap tersebut akan tergambarkan komponenkomponen sikap, yaitu kognitif,efektif dan
konatif. Sikap seseorang terhadap upaya pelestarian lingkungan , sudah barang tentu harus
dilengkapi dengan pengetahuannya tentang pelestarian lingkungan. Seseorang apabila akan
melakukan evaluasi tentang pelestarian lingkungan harus memiliki pengetahuan tentang
pelestarian lingkungan, sehingga ia dapat mengatakan baik atau buruk. Penilaian baik dan
buruk dapat merupakan pengetahuan, atau pengalamannya yang kemudian melakukan
pembandingan. Dengan adanya pengetahuan untuk melakukan evaluasi, maka ia dapat
memberikan penilaian yang baik.
Komponen afeksi atau perasaan dalam sikap cukup banyak memberikan warnanya
dalam hal seseorang di dalam hal menyatakan senang atau tidaknya terhadap pelestarian
lingkungan tentu akan memberikan evaluasi tersendiri. Aspek evaluasinya dalam hal ini
melibatkan perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang akan lebih
kaya dalam menyatakan sikapnya apabila seseorang memiliki pengalaman terhadap
pelestarian lingkungan. Pengalaman yang menyenangkan dalam pelestarian lingkungan akan
menyatakan positif terhadap upaya pelestarian lingkungan.
Sedangkan komponen konatif atau tingkah laku, akan dinyatakan dalam tindakan pro
atau kontra terhadap upaya pelestarian lingkungan. Apabila dalam hal motivasi sudah dapat
membentuk kebutuhannya, maka tujuan terhadap tindakan pelestarian lingkungan sudah jelas

6
arahnya. Tetapi, apabila stimulasi lingkungan belum dapat membentuk arah yang jelas, maka
komponen tingkah laku ini pun belum memiliki arah yang jelas. Oleh karna itu, komponen
konatif ini terkait dengan kemunculan motivasi seseorang.
Dinamika dari ketiga komponen tersebut akan membentuk aspek sikap seseorang
terhadap upaya pelestarian lingkungan. Dari ketiga komponen sikap, maka akan terlihat sikap
setuju atau tidak setuju terhadap upaya pelestarian lingkungan. Namun demikian, bahwa
walaupun sikap seseorang sudah setuju, belum tentu tingkah lakunya akan melakukan
tindakan pelestarian lingkungan. Ternyata masih ada aspek lingkungan lain dan aspek yang
terdapat dalam diri orang tersebut yang akan memengaruhi seseorang dalam bertingkah laku.

6. Membuang Sampah
Tingkah laku membuang sampah pada sebagian masyarakat indonesia masih
memprihatinkan, terutama pemukiman sekitar sungai, kali, pesisir, dan pinggiran kota.
Mereka masih menyukai untuk membuang sampai tidak pada tempatnya. Tingkah laku
membuang sampah tidak pada tempatnya oleh masyarakat masih sering terlihat di berbagai
tempat, termasuk yang membuang sampah dari mobil. Demikian pula dengan masyarakat
yang tinggal di pinggir kali atau sungai, sehingga sering sekali terlihat sampah menumpuk di
sungai. Padahal di sisi lain, sungai sering sekali digunakan oleh masyarakat sebagai air untuk
minum,masak,mencuci pakaian, dan mandi. Penggunaan air sungai untuk berbagai keperluan
hidup manusia, adalah dikarenakan pemerintah daerah tidak dapat melayani mereka dengan
mendistribusikan air bersih. Masyarakat lain yang membuang sampah tersebut tidak peduli
dengan kebutuhan air oleh anggota masyarakat yang lain. Dengan demikian, air sungai pun
menjadi tercemar oleh limbah.
Limbah yang mengalir disungai tidak hanya yang berasal dari rumah tangga, tetapi
tidak jarang terjadi limbah dari industri. Air sungai semakin tercemar dan tidak sehat untuk
kehidupan manusia. Berbagai zat kimia berada di air sungai, demikian pula dengan bau yang
dikeluarkan dari sampah dan limbah, sehingga kondisi sungai menjadi tidak lagi indah dan
nyaman. Masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya tersebut, selain tidak
memikirkan kepentingan orang lain, merekapun tidak berpikir dapat menyebabkanbanjir
akibat pendangkalan sungai, dan mampatnya sungai karna sampah. Pada umumnya yang
akan menghadapi masalah akibat dari pencemaran air sungai dan tingkah laku membuang
sampah tidak pada tempatnya adalah penghuni rumah yang berada di tepi sungai. Walau
mereka pun banyak yang menyalahi aturan karena tinggal di bantaran sungai yang sebetulnya
tidak boleh dibuat rumah.
Adanya limbah tersebut air sungai pun menjadi tidak jernih dan tercemar. Mengapa
masyarakat melakukan tingkah laku membuang sampah tidak pada tempatnya? Apakah
mereka tidak memahami akibat dari membuang sampah tidak pada tempatnya?.
7. Hubungan antara pengetahuan tentang lingkungan dan etika lingkungan secara
bersama-sama dengan partisipasi dalam pelestarian lingkungan.
Pengetahuan tentang lingkungan hidup seseorang adalah dari hasil proses
berpikir yang didasarkan pada pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sehingga
seseorang dapat memperoleh pengetahuan lingkungan hidup di tempat aktivitasnya. Pada
dasarnya, manusia secara pribadi lebih mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya dan mengetahui bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan
masalah-masalah tersebut didukung dengan pengetahuan mereka tentang lingkungan

7
hidup. Adanya kesadaran manusia terhadap lingkungan tempat mereka beradaptasi dan
tempat manusia menuntut ilmu, maka manusia tersebut cenderung lebih berperan serta
atau berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari lingkungan
tempat tinggal dan tempat melakukan segala aktifitasnya. Pendidikan yang dimiliki
seseorang tentang lingkungan hidup akan menambah pengetahuan mereka tentang
lingkungan dimana mereka kelak berada, dan pengetahuan tersebut sudah dilandasi oleh
muatan-muatan moral atau etika lingkungan akan asas biosentrisme, ekosentrisme, teori
mengenai hak asasi alam, dan ekosfeminisme sebagai bagian dari alam sehingga
masyarakat Barurambat di kabupaten Pamekasan tersebut akan berpartisipasi dalam
memelihara pelestarian lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diduga
bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan lingkungan hidup dan etika lingkungan
secara bersama-sama dengan partisipasi dalam pelestarian lingkungan.

Penutup
1. Pengetahuan tentang lingkungan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi pengetahuan
tersebut tidak menjamin akan kepedulian masyarakat dalam melestarikan lingkungan.
Namun demikian masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang lingkungan akan
merasakan betapa pentingnya lingkungan terhadap umat manusia dan akan berupaya
melestarikan lingkungan, hanya saja tetap membutuhkan aspek psikologi yang lain.
2. Lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem
adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari
berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem. Dan
komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan
faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Dan lingkungan itu sendiri merupakan
tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas
bumi sebagai lingkungan.
3. Manusia yang mempunyai pengetahuan dan moral pada esensinya menjadi pendukung
dalam mempertahankan ekosistem lingkungan, tetapi pada kenyataan yang sering
ditemukan mereka justru menjadi perusak ekosistem. Dalam hal ini etika lingkungan
semakin merosot dan masih perlu pendalaman pengetahuan dan etika lingkungan.
4. Peduli dapat dikatakan juga dengan memberikan perhatian dan memperlakukan orang lain
dengan sopan dan bertindak santun, namun tidak berlaku hanya sesama manusia saja,
melainkan peduli juga terhadap lingkungan. Maka dari itu melalui pendidikan menjadi
salah satu upaya dalam menumbuhkan kesadaran dan membentuk karakter peduli warga
Negara akan tanggung jawab dan menjaga lingkungan. Dan salah satu karakter peduli
lingkungan yaitu melakukan tindakan mencegah kerusakan pada alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya perbaikan kerusakan alam yang sudah terjadi.
5. Setiap manusia memiliki kecenderungan atau sikap dalam betingkah laku terhadap suatu
objek, salah satunya yaitu bersikap dalam pelestarian lingkungan. Namun meskipun
begitu tidak semua manusia mempunyai kesetujuan dalam pelestarian lingkungan, dan
meskipun sudah setuju, belum tentu tingkah lakunya akan melakukan tindakan pelestarian
lingkungan.
6. Salah satu upaya pelestarian lingkungan yaitu dengan membuang sampah pada
tempatnya, sayangnya dalam hal ini tingkah laku masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan, terutama pemukiman sekitar kali, pesisir, dan pinggiran kota. Sering
sekali tumpukan sampah terlihat di pinggiran sungai dan mengambang di tengah-tengah
kali, dan di tepi pantai pun masih berserakan sampah-sampah. Tingkah laku semacam ini

8
akan tetap menjadi masalah yang berkelanjutan jika tidak adanya ketegasan dari
pemerintah untuk mencegahnya.
7. Pengetahuan tentang lingkungan dan etika lingkungan menjadi salah satu faktor sadarnya
masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Karena dengan pengetahuan mereka bisa tahu
apa yang menjadi masalah di lingkungan sekitarnya. Dan dengan etika lingkungan
mereka bisa bertindak dan mengembangkan upaya pelestarian lingkungan itu sendiri.

Daftar pustaka

Azhar., Basyir, Djahir, M., & Alfitri. (2015). Hubungan Pengatahuan dan Etika Lingkungan
dengan Sikap dan Perilaku Menjaga Kelestarian Lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol.
13, hlm. 37-38.

Ariwidodo, Eko, (2014). Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentang Lingkungan dan Etika
Lingkungan dengan Partisipasinya dalam pelestarian lingkungan. jurnal Nuansa, vol. 11. No.
1 Januari-Juni 2014, hlm. 7.

Djaelani, S. M. (2011). Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Econo


Sains, vol 9, hlm. 23-25.

Gusmadi, Setiawan. (2018). Keterlibatan Warga Negara (Civic Engagement) dalam


Penguatan Karakter Peduli Lingkungan. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, vol. 10, hlm.
33.

Iskandar, Zulrizka. (2013). Pskilogi Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.

Mukani., & Sumarsono, Teto. (2017). Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Berbasis
Adiwiyata pada Mata Pelajaran Fiqih di MTsn Tambakberas Jombang. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, vol. 5, hlm. 5-6. DOI: http://dx.doi.org/10.15642/jpai.2017.5.2.181-200

Purwanti, Dwi. (2017). Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dan Implementasinya. Jurnal
Riset Pedagogik, vol. 1, hlm. 15-16.

Rusdina, A. (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan


Pengelolaan Lingkungan yang Bertanggung Jawab. Jurnal Kajian Islam, Saisn, dan
Teknologi, vol 9, hlm. 247-248.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai