Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Luas
wilayah Kabupaten Mojokerto seluruhnya adalah 969.360 Km2 atau sekitar 2,09% dari luas
Provinsi Jawa Timur. Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara
111°20’13” s/d 111°40’47” Bujur Timur dan antara 7°18’35” s/d 7°47” Lintang
Selatan.Mojokerto sebagai wilayah transisi antara Malang dan Surabaya dengan topografi
yang beragam dari bagian selatan hingga bagian utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten
Mojokerto berada pada kaki lereng Gunung Welirang-Arjuno, sehingga berada pada
topografi yang miring, bagian tengah hingga bagian utara merupakan wilayah yang memiliki
topografi dataran. Kondisi topografi mojokerto menyebabkan Kabupaten Mojokerto memiliki
potensi kerawanan bahaya bencana. Ketinggian Kabupaten Mojokerto 0-1000 mdpal dan
memiliki kemiringan 0%-40% 9 (BPS Kabupaten Mojokerto, 2016). Berdasarkan Peraturan
Daerah nomor 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Mojokerto 2012-2032, Kabupaten Mojokerto menetapkan beberapa ancaman bencana yang
dihadapi oleh Kabupaten Mojokerto berupa rawan bencana tanah longsor, bencana letusan
gunungapi, bencana banjir, puting beliung, dan bencana kekeringan.
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (menurut Undang Undang Nomor 41 tahun 1999
tentang Kehutanan dalam Puspitasari 2011). Kebakaran hutan yaitu kebakaran yang terjadi di
dalam kawasan hutan, dimana kebakaran hutan sendiri terjadi akibat dari faktor disengaja
maupun tidak disengaja.

Kebakaran hutan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sering sekali
terjadi dan dianggap penting sehingga menjadi perhatian lokal maupun global. (Cahyono,
dkk, 2015). Kebakaran hutan menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.195/
KptsII/1996 didefinisikan sebagai keadaan di mana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan
lingkungannya (Rasyid, 2014). Berdasarkan sumber penyebabnya, kebakaran hutan dapat
dikelompokkan Kebakaran Hutan dan Lahan menjadi 2, yaitu kebakaran hutan yang terjadi
secara alami dan kebakaran hutan yang terjadi akibat ulah manusia.
Kabupaten Mojokerto memiliki beberapa wilayah dengan topografi pengunungan
yang rawan terhadap kebakaran Hutan dan Lahan, terhitung selama musim kemarau tahun
2019 ini di wilayah Kabupaten Mojokerto telah terjadi kebakaran hutan pengunungan kurang
lebih seluas 851,9 Ha.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka kabupaten dalam melakukan penanganan


Kebakaran Hutan dan Lahan, mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

1. Segera mengintensifkan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan melalui


penyuluhan, sosialisasi, fasilitasi dan kordinasi serta kerja sama dalam upaya
pencegahan kebakaran Hutan dan Lahan kepada masyarakat dan instansi terkait
lainnya.
2. Mengerahkan seluruh potensi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif guna
penanganan, pecegahan dan melakukan pemadaman bila terjadi kebakaran hutan.
3. Melakukan pencegahan kebakaran secara dini dalam bentuk:
a. Memasang papan himbauan agar masyarakat yng melintas dikawasan hutan tidak
membuang putung rokok sembarangan dan sejenisnya yang dapat memicu
timbulnya kebakaran hutan dan lahan
b. Hindari praktek membuka lahan perkebunan atau pertanian dengan cara
membakar hutan dan lahan
c. Tidak membakar sampah dengan alasan apapun dengan cara sembarangan / tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah sebgai mana diatur dalam
UU No. 18 tahun 2008 Tentang pengelolaan sampah
4. Agar setiap badan usaha / pengelola hutan / penanggung jawab hutan / lahan wajib
menyediakan perangkat, sarana prasarana pecegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan sesuai peraturan gubernur Jatim.

Anda mungkin juga menyukai