ABSTRACT
This paper aims to describe the models of disaster education that have been
implemented in Klaten District. Models are compared among them to obtain
patterns of implementation of existing activities and find out the advantages and
disadvantages of existing models of disaster education. The data source are from
stakeholder kebencaaan in Klaten District, both from local government in this case
is BPBD Klaten, and disaster volunteer representative in Klaten Regency.
Effectiveness of Disaster Education in Klaten Regency had been used as the
supporting data. There are 5 (five) models of disaster education in Klaten District.
Each model evolves based on the needs and availability of school resources or
community groups focusing on sustainability, the school's extra-curricular model,
as well as a focus model on mass engagement as a government program.
Keywords : disaster education; integration of disaster material
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk dapat memamparkan mengenai model-model
pendidikan kebencanaan yang telah terselenggara di Kabupaten Klaten. Model
yang ada dibandingkan untuk mendapatkan pola pelaksanaan kegiatan yang ada
dan mengetahui kelebihan dan kekurangan model-model pendidikan
kebencanaan yang sudah berjalan. Data yang digunakan berasal dari stakeholder
kebencaaan di Kabupaten Klaten, baik dari pemerintah daerah dalam hal ini
adalah BPBD Klaten, serta perwakilan relawan kebencanaan di Kabupaten Klaten.
Sebagai pendukung, dipergunakan data kajian efektivitas pembelajaran
pendidikan kebencanaan di Kabupaten Klaten. Terdapat 5 (lima) model
pendidikan kebencanaan di Kabupaten Klaten. Setiap model berkembang
berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya sekolah atau kelompok
masyarakat baik yang fokus pada keberlanjutan, yaitu model ekstra kurikuler
sekolah, maupun model fokus pada keterlibatan massal sebagai program
pemerintah.
Kata kunci : pendidikan kebencanaan; integrasi materi bencana
1. PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan memiliki konsekuensi adanya perubahan cuaca, suhu dan arah
angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
638
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
Masyarakat Indonesia harus memiliki ketangguhan dalam menghadapi ancaman
yang dirasakan semakin meningkat. Seiring dengan berkembangnya waktu dan
meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin
parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana
hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih
berganti di banyak daerah di Indonesia (BNPB, 2016). Jumlah masyarakat dan
luasan wilayah yang terdampak yang semakin besar menuntut adanya upaya
preventif berupa pendidikan kebencanaan sejak dini.
Pendidikan kebencanaan merupakan salah satu upaya langsung dalam
pengurangan risiko bencana. Harapannya, pada saat terjadi bencana, dapat
meminimalkan jumlah korban. Pendidikan kebencanaan diharapkan juga
menyiapkan generasi Bangsa Indonesia untuk memiliki ketangguhan untuk
mengembalikan kehidupan menjadi lebih baik pada saat pasca bencana.
Inisiasi pendidikan kebencanaan sebagai bagian pengurangan risiko bencana (PRB)
dilakukan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah atau yang
dikenal sebagai Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sejak Tahun
2006. Program saat itu dikenal dengan nama Child Disaster Awareness for School
and Communities (CDASC). Bentuk kegiatannya dengan melakukan pendampingan
sekolah pasca bencana dan pengembangan perangkat pembelajaran bertema
bencana. Program tersebut menjadi pembelajaran baik (good practices) bagi
MDMC untuk membangun program Sekolah Siaga Bencana (SSB). Termasuk
kemudian adanya partisipasi MDMC dalam pengembangan Kerangka Kerja
Sekolah Siaga Bencana pada Tahun 2011 bersama-sama lembaga lain dalam
Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB).
Mandat pelaksanaan pendidikan sebagai bagian PRB menguat dalam Forum
Internasional untuk promosi pendidikan ketangguhan bencana yang menjadi
bagian salah satu forum publik pada World Conference on Disaster Risk Reduction
(WCDRR) pada tanggal 14 Maret 2015. Tujuan forum ini adalah untuk
mempertemukan para pemangku kepentingan dan pihak lain yang peduli dengan
pendidikan bencana untuk berbagi pengalaman dan pelajaran mereka yang
beragam dan untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di
masyarakat melalui pendidikan bencana. Para peneliti dan akademisi dari
berbagai latar belakang mensepakati pada akhir pertemuan untuk menyampaikan
Deklarasi Sendai. Dalam Deklarasi Sendai itulah diperjelas pentingnya kedudukan
pendidikan PRB untuk ketangguhan bencana.
Pemerintah Kabupaten Klaten merupakan salah satu wilayah yang memiliki risiko
bencana yang beragam. Secara wilayah administrasi Kabupaten Klaten
639
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
2. METODOLOGI
Data yang digunakan dalam kajian berasala dari stakeholder kebencanaan di
Kabuoaten Klaten. Sleain itu, data juga berasal dari hasil kajian mengenai
efektivitas pelaksanaan kegiatan pendidikan kebencanaan di Kabupaten Klaten.
Pengumpulan data dilakukan melalui forum Focus Group Discussion (FGD) yang
diselenggarakan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang dihadiri BPBD Klaten
beserta stakeholder kebencanaan di Kabupaten Klaten. Data efektivitas
pembelajaran pendidikan kebencanaan berasal dari penelitian kolaboratif
mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengolahan
data dilakukan secara deskriptif dimana pengambilan kesimpulan dilakukan
dengan melihat pola dari deskripsi dan data kuantitatif.
640
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
Sekolah Siaga Bencana (SSB) adalah sekolah yang memiliki kemampuan untuk
mengelola risiko bencana di lingkungannya. Kemampuan tersebut diukur dengan
dimilikinya perencanaan penanggulangan bencana oleh sekolah (pada waktu
sebelum, saat dan sesudah bencana). Hal ini didukung ketersediaan logistik,
keamanan dan kenyamanan di lingkungan pendidikan, infrastruktur, serta sistem
kedaruratan. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu adanya pengetahuan dan
kemampuan kesiapsiagaan, prosedur tetap (standard operational procedure), dan
sistem peringatan dini (KPB, 2011).
Sebagai penciri, sekaligus tahap telah tuntasnya kegiatan, pada kegiatan SSB
adalah adanya penyelenggaraan simulasi menghadapai kejadian bencana. Hal ini
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan sekolah dan dapat pula bersama
berbagai pihak terkait yang dilembagakan dalam kebijakan lembaga pendidikan
tersebut untuk mentransformasikan pengetahuan dan praktik penanggulangan
bencana dan pengurangan risiko bencana. Materi SSB mengakomodasikan
munculnya program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) dari BNPB dan
Kemendikbud.
Program SSB di Kabupaten Klaten merupakan pembelajaran baik dari pendidikan
bencana yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten bekerja sama dengan
Lund University. Pada Tahun 2014, SSB dilaksanakan pada 40 sekolah tingkat
SMA/SMK. Dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya hingga saat ini mencapai
sekitar 100-an sekolah yang sudah melaksanakan SSB. Peserta dari setiap sekolah
terdapat variasi dimana ada sekolah melibatkan hampir semua warga sekolah. Di
sekolah lainnya dapat terdiri atas rombongan belajar atau aktivis organisasi siswa.
Ekstra Kurikuler Mitigasi Bencana merupakan bentuk pengembangan dari SSB
yang dijalankan oleh BPBD Klaten. Hal ini ditujukan untuk menjaga keberlanjutan
641
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
SSB. Peserta ekstrakurikuler ini terbuka dan tidak wajib sehingga jumlahnya tidak
mencakup seluruh siswa. Namun, saat puncak kegiatan berupa simulasi dapat
meilbatkan hampir semua warga sekolah.
Pada Tahun 2016 terdapat 8 (delapan) sekolah yang melaksanakan ekstrakurikuler
mitigasi bencana ini, yaitu SMA 1, SMA 2, SMA Karanganom, SMK Kristen 5, SMK
Muhammadiyah 2, SMK Trucuk dan SMK 1 Klaten.
Sekolah Ceria, Damai, dan Siaga Bencana (CERDAS) diinisiasi oleh Peace
Generation dan Lazismu yang dikerjasamakan dengan MDMC PWM Jawa Tengah.
Kegiatan Sekolah CERDAS mengkombinasikan antara Sekolah Welas Asih dengan
materi perdamaian dan SSB di kalangan siswa sekolah.
Pelaksanaan Sekolah CERDAS terdiri atas 12 modul perdamaian dan 6 sesi SSB.
Sama seperti SSB yang lain, puncak pelaksanaannya ditandai dengan adanya
simulasi atau disebut sebagai gladi. Dua sekolah yang menjalankan Sekolah
CERDAS adalah SMP Negeri 2 Karanganom dan SMP Kristen 1 Klaten.
“Sekolah” Sungai adalah gerakan pengelolaan sungai yang diresmikan oleh
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI pada 7 Agustus 2016
di bantaran Sungai Woro Purba, Dusun Gunung Ampo, Desa Kemudo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten. Sekolah sungai melibatkan banyak pihak dan
komunitas relawan.
Visi yang diusung Sekolah Sungai Klaten adalah mewujudkan sungai Klaten
terbersih se-dunia Tahun 2045. Tujuan Sekolah Sungai Klaten adalah membangun
kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam pengendalian pencemaran dan
degradasi sungai, meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam pengurangan
resiko bencana, membangun perilaku manusia dalam pengelolaan sungai,
menjadikan sungai sebagai sumber pembelajaran inovatif, dan melipatgandakan
kemanfaatan ekososio sungai untuk ekonomi kreatif.
Pembelajaran yang berlangsung di “Sekolah” Sungai berupa pelatihan 3 hari di
dalam ruangan dan disusul adanya praktek bersih sungai. Pada Tahun 2016 diikuti
oleh 300 peserta terdiri dari perangkat desa, camat, relawan, dan para tokoh
masyarakat. Penyaji materi selain dari SAR Provinsi Jawa Tengah juga dari
kalangan akademisi UGM, dengan penyelenggara lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Klaten, ialah BPBD, PU, BLH, dan Dinas Pariwisata. Pada Tahun
2017 diikuti oleh 100 peserta.
Outbond (outward bound) pembelajaran kebencanaan merupakan kegiatan di
luar ruangan dengan menggunakan permainan perorangan maupun kelompok
untuk menyampaikan materi kebencanaan. Model yang dikembangkan oleh
MDMC Klaten ini memuat materi kesiapsiagaan untuk penyelamatan diri dan
dalam melaksanakan tanggap darurat penyelamatan orang lain. Materi dalam
outbond pembelajaran kebencanaan meliputi PPGD (pertolongan pertama gawat
darurat), pengetahuan gempa, pengetahuan banjir, pengetahuan gunung berapi,
cara menyelamatkan diri serta menolong, teknik survive di hutan, dan rappelling
642
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
(penggunaan tali sebagai jalur pintasan atau gantungan saat turun dari
ketinggian).
MDMC Klaten melaksanakan outbond pembelajaran kebencanaan dengan siswa-
siswa SMP Islam Nurul Mustofa Klaten. Lokasi kegiatan berada di komplek Rawa
Jombor Purba, Krakitan, Bayat. Instruktur yang mengajar pada kegiatan ini
semuanya berasal dari relawan MDMC yang telah terlatih dan sebagian sudah
bersertifikat. Relawan-relawan tersebut terbagi dalam beberapa kategori keahlian,
yaitu water rescue, SAR, psikososial, dan medis.
Berdasarkan deskripsi 5 (lima) model pendidikan kebencanaan yang dilakukan di
Kabupaten Klaten maka didapatkan 3 (tiga) pola pelaksanaanya.
Pola yang pertama adalah pendidikan kebencanaan di sekolah sebagai program
titipan atau sementara dengan pendampingan saat ada program/penunjukan dan
belum menjadi agenda pengelolaan sekolah. Model yang termasuk pola ini adalah
SSB, Sekolah CERDAS, dan outbond Pembelajaran Kebencanaan. Pola kedua adalah
melalui jalur ekstrakurikuler sebagai pembelajaran pilihan dan ditawarkan terus
meneruspada setiap tahun. Model yang termasuk pada pola ini adalah
Ekstrakurikuler Mitigasi Bencana
643
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
644
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
4. KESIMPULAN
Terdapat 5 (lima) model pendidikan kebencanaan di Kabupaten Klaten. Model
yang dimaksud adalah (i) Sekolah Siaga Bencana, (ii) Ekstra Kurikuler Mitigasi
645
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
Bencana, (iii) Sekolah CERDAS, (iv) “Sekolah” Sungai, dan (v) outbond pembelajaran
kebencanaan.
Masing-masing model berkembang berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
sumberdaya sekolah atau kelompok masyarakat. Model yang memiliki
keberlanjutan adalah sebagai ekstra kurikuler sekolah. Model yang memiliki
keterlibatan jumlah banyak atau massal adalah sekolah siaga bencana sebagai
program pemerintah yang bisa mengkombinasikan antara pelaksanaan melalui
intra kurikuler dan ekstra kurikuler.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Petunjuk Teknis Penerapan Sekolah Madrasah Aman Bencana
(SMAB). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jakarta.
Suharjo. (2015). Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Gunung Api Merapi di
Kabupaten Klaten, PUPT Tahun kedua. Surakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian
Pada Masyarakat, Direktorat Pendidikan Nasional.
Peraturan Bupati Klaten Nomor 6 Tahun 2014 tentang Panduan Pembelajaran
Kebencanaan di Kabupaten Klaten.
Sunarhadi, R.M.A., Halwat, Mauly H., Supriyadi, Agus. 2014. Empowering students in
disaster risk reduction (DRR): A CRC project at Muhammadiyah 1 Senior High
School Klaten dalam Andersson, et. al. 2014. Child Rights, Classroom and School
Management. Lund University Commisioned Education, Lund. Sweden.
Anonim. 2016. Laporan Pendampingan Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB).
Direktorak Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Jakarta.
Konsorsium Pendidikan bencana (KPB). 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga
Bencana.
Twigg, J. 2015. Disaster Risk Reduction: mitigation and preparedness in
development and emergency programming. Good Practice Review No. 9. March
2004. Network , London.
Anonim. 2016. Modul Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB). Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Jakarta.
Twigg, J. 2009. Characteristics of a Disaster Resilient Community. Interagency
Group. http://www.abuhrc.org/research/dsm/Pages/project_view.aspx? project=13.
Latitude Graphic Design. London.
Susanti, A., 2016. Hubungan Bentuk Dukungan Psikososial dengan Resiliensi Pasca
Bencana Banjir Bandang. Jurnal Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan
Masyarakat. Volume 3 No. 2 Tahun 2016. Pp. 101-103.
Suprayoga Hadi. 2011. dalam Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 2011.
Gwee, Qiru. Takeuchi, Yukiko. Wen, Jet-Chau. Shaw, Rajib. 2011. Disaster Education
System in Yunlin County, Taiwan. Asian Journal of Environment and Disaster
Management, Vol. 3, No. 2 (2011) 189–203
646
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018
647