Anda di halaman 1dari 5

Spatial Thinking for Spatial Maestro

Pendidikan Geografi FKIP - Universitas Veteran Bangun Nusantara

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN INFORMASI DAN DATA GEOSPASIAL


DENGAN DUKUNGAN ESRI INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020 (OKTOBER 2019 SD JUNI 2020)

Salam Spatial Maestro!

 Latar Belakang Spatial Thinking for Spatial Maestro

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara, yang
selanjutnya disingkat Geovetsuko, memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan dalam
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang
pendidikan geografi dengan wawasan lingkungan spasial secara professional serta
menjunjung tinggi nilai kejuangan. Visi ini menuntun arah pengembangan Geovetsuko untuk
menjadi institusi dengan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian kekhususan di bidang
pengelolaan informasi dan data geospasial, yaitu sebagai spatial maestro.
Visi yang menunjukkan keunggulan spatial maestro dalam pengelolaan informasi dan data
geospasial tersebut dijabarkan melalui misi pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat. Ketiga pilar akademik tersebut menuntut Geovetsuko untuk menghasilkan spatial
maestro yang mahir dalam mengelola informasi dan data geospasial sesuai dengan tuntutan
jaman pada era industry 4.0 dan menjelang 5.0. Dalam hal ini, pengembangannya ditujukan
untuk memiliki kapasitas Spatial Thinking Ability (kemampuan berpikir spasial). Spatial
Thinking memiliki tiga dimensi, yaitu visualisasi spasial (spatial visualization), orientasi
spasial (spatial orientation), dan hubungan spasial (spatial relations) (Albert & Golledge,
1999; Golledge, Marsh, & Battersby, 2008; Kiik, Sumarmi, & Handoyo, 2017).
Lingkup informasi dan data geospasial yang akan dikelola spatial maestro, secara umum
adalah kawasan global (mendunia) dan secara khusus di kawasan Solo Raya yang meliputi
Surakarta, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Klaten. Inputan informasi
dan data geospasial berdasar lingkupnya ini selanjutnya dikelola agar memiliki luaran yang
dapat dimanfaatkan dan atau diterapkan. Proses dalam Spatial Thinking mengikuti sistem
kognitif berupa masukan, proses, dan luaran. Data dan informasi spasial yang datang
dalam wujud visual (iconic) akan dikenali (masukan) kemudian dilakukan proses untuk
menyusun penjelasan (proses) terhadap masukan sehingga menghasilkan pengetahuan
atau produk baru (luaran) (Jo & Bednarz, 2009; Matlin, 2009).

1
Upaya pengembangan Geovetsuko sebagai institusi unggul dengan sumberdaya spatial
maestro dengan ciri keahlian khusus pengelolaan informasi dan data spasial memerlukan
dukungan dan kerja sama pihak yang terkait. Salah satu pihak yang penting untuk dijalin
adalah dengan ESRI Indonesia yang telah memiliki reputasi dan program yang mendukung
dunia pendidikan yang memiliki mandat dalam mendidik mahasiswa berkaitan pengelolaan
informasi dan data geospasial. Ann B. Johnson, yang menjabat sebagai Esri Higher Education
Solutions Manager, menyebutkan bahwa ESRI telah melibatkan diri dalam pengembangan
perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas Spatial Thinking
(https://www.esri.com/news/arcuser/0706/spatial-think.html diakses pada 20 September
2019).
Hubungan dan dukungan dari ESRI Indonesia diharapkan akan berjalan secara
berkesinambungan dan simultan dalam pengembangan kapasitas spatial thinking bagi para
spatial maestro di Geovetsuko dan seiring dengan praktek penerapan pengelolaan informasi
dan data spasial di kawasan Solo Raya. Kerja sama Geovetsuko dengan ESRI Indonesia
diharapkan akan memberi luaran dan dampak baik pada masing-masing institusi dan adanya
penerapan pada pengembangan Kawasan Solo Raya melalui pilar akademik (pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam bidang terkait pengelolaan informasi dan data
geospasial.

 Tujuan Spatial Thinking for Spatial Maestro

Pengembangan kapasitas pengelolaan informasi dan data geospasial di Geovetsuko ini


dijalankan dengan dukungan ESRI Indonesia. Tujuan pengembangan kapasitas ini adalah
untuk:
1. Meningkatkan kapasitas spatial thinking civitas akademika dalam mengelola informasi
dan data geospasial yang sesuai dengan perkembangan jaman, khsusunya di era
industry 4.0 dan menjelang 5.0.
2. Mengembangkan perangkat pembelajaran aktivitas kurikuler maupun non kurikuler
(intra dan ekstra) menggunakan layanan piranti dari ESRI.
3. Melakukan diseminasi, khususnya di Kawasan Solo Raya, mengenai nilai lebih
pemanfaatan pengelolaan informasi dan data geospasial bagi para pihak di bidang
pemerintahan, swasta, organisasi non pemerintah, militer, maupun bidang lainnya.

 Kerangka Kerja Spatial Thinking for Spatial Maestro

Kedudukan kemampuan spatial thinking merupakan sentral dari kurikulum di Geovetsuko.


Spatial thinking menghubungkan 2 (dua) area kompetensi yang menjadi bidang utama, yaitu
Geografi dan Kependidikan. Fungsi sentral dari Spatial Thinking menyediakan perangkat
pembelajaran dalam proses pendidikan beserta pengembangannya yang meliputi
pembelajaran unggul, penelitian pengembangan (R & D), inovasi Pendidikan, dan
pengembangan media. Spatial Thinking menjadi alat utama dalam memahami dan
mengembangkan wawasan lingkungan dalam pilar pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
2
Geografi sebagai ilmu yang mendasarkan informasi dan data geospasial memiliki kelebihan
untuk dapat digunakan memecahkan masalah-masalah pembangunan dan kemanusaiaan.
Dosen dan mahasiswa, para maestro spasial di Geovetsuko, wajib memahami dan
mengimplementasikan geografi untuk kemajuan dan kesejahteraan kehidupan manusia.
Persebaran yang menunjukkan adanya kelompok ekologi dan hubungan antara wilayah satu
dengan wilayah lain merupakan bagian manajemen sumberdaya untuk optimalisasi
pembangunan. Oleh karena itulah, geografi disebut sebagai the science of where
sebagaimana diungkapkan Jack Dangermoond, CEO dan pendiri ESRI, dalam pertemuan
pengguna ESRI Tahun 2019 di Jakarta.

Kemampuan Spatial Thinking di Geovetsuko merupakan bagian dalam wawasan lingkungan


spasial. Fokus yang dipelajari bidang yang ditetapkan sebagai penerapan wawasan
lingkungan spasial dalam bidang ketahanan pangan, manajemen bencana, dan pembangunan
berkelanjutan. Ketiga fokus wawasan lingkungan ini dipergunakan para maestro spasial dalam
kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pada masa mendatang,
dipersiapkan untuk membentuk klaster geospasial Solo Raya yang merupakan komunitas
pengguna/pemerhati Spatial Thinking di Solo Raya sehingga dapat memperkuat diseminasi
mengenai pemanfaatan data berbasis geospasial maupun kehandalan produk dari ESRI dalam
membantu memecahkan masalah pembangunan dan kemanusiaan.

3
 Pentahapan Spatial Thinking for Spatial Maestro

Pada Tahun Akademik 2019/2020 ini, Geovetsuko berencana memulai pengembangan


kapasitas pengelolaan informasi dan data geospasial dengan dukungan ESRI Indonesia.
Adapun Tahapan yang dilakukan adalah sebagaim berikut.

November 2019
- Pelatihan oleh ESRI untuk Pemetaan dan Visualisasi on line untuk Risiko Bencana plus
Survey123
Peserta: - Maestro Spasial (Dosen-mahasiswa) Geovetsuko
- BPBD Se-Solo Raya (Surakarta, Sukoharjo, Wonogiri,
Boyolali, Karanganyar, Klaten)
- Guru Geografi SMA/MA Kabupaten Sukoharjo
Tempat: Gedung H Lantai 3 Univ. Veteran Bangun Nusantara
Waktu: 26 November 2019 (tentative)

- FGD Pengembangan Smart City oleh ESRI


Peserta: - Kepala Daerah Se-Solo Raya (Surakarta, Sukoharjo,
Wonogiri, Boyolali, Karanganyar, Klaten)
Tempat: Gedung H Lantai 2 Univ. Veteran Bangun Nusantara
Waktu: 26 November 2019 (tentative)

Desember 2019
- Pembentukan Klaster Geospasial Solo Raya
- Pelatihan Klaster Geospasial Solo Raya oleh ESRI untuk Pekerjaan Mobile di Lapangan (Field
Mobility) dan Monitoring untuk Monitoring dan Evaluasi Musim Hujan

Februari 2020
- Pelatihan Klaster Geospasial Solo Raya oleh ESRI untuk Analisis (Analytic) Spasial dan Sharing
& Collaboration

April 2020
- Pelatihan Klaster Geospasial Solo Raya oleh ESRI untuk Pengelolaan Data (Data
Management)

Juni 2020
- Pelatihan Klaster Geospasial Solo Raya oleh ESRI untuk Pengembangan Aplikasi (Scripting
and Development)

 Harapan dan Tantangan Spatial Thinking for Spatial Maestro

Pengembangan kemampuan Spatoial Thinking ini merupakan program yang menjadi prioritas
bagi Geovetsuko untuk menuju keunggulan sumberdaya manusia yang memberi dampak tidak
saja pada institusi namun juga pemerintah dan masyarakat sekitar. Dukungan dari ESRI

4
memberikan dampak kepercayaan diri dalam pelaksanaan Spatial Thinking for Spatial
Maestro serta memperkuat contoh praktik nyata penggunaan produk ESRI. Bermula dari tiga
fokus untuk manajemen bencana, ketahanan pangan, dan pembangunan berkelanjutan
diharapkan Spatial Thinking for Spatial Maestro dapat memajukan dan menjadikan hasil
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dari Geovetsuko dikenali dan
dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan pembangunan dan kemanusiaan.
Keberhasilan pengembangan kapasitas ini tergantung kepada bagaimana hasil-hasil
pertemuan/aktivitas menjadi bagian proses yang berlanjut dan terus dikembangkan.
Tantangan ini sekaligus merupakan prasyarat bahwa Spatial Thinking for Spatial Maestro
harus mendapatkan dukungan secara manajerial dan komunal, dimana keterlibatan beragam
pihak menjadi salah satu tonggaknya.

Salam Spatial Mestro!

Anda mungkin juga menyukai