Nim : 17105225
Menurut Susilowaty (2013) terdapat beberapa model pembelajaran untuk mengatasi masalah
pembelajaran IPS. Beberapa dari sejumlah pendekatan yang menjadi rujukan secara parsial terliput
dalam kerangka teknis model pilihan berikut antara lain:
1. Model inkuiri
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan peserta didik dalam berpikir reflektif kritis dan kreatif. Pengembangan
strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sangat sesuai dengan karakteristik materi
pendidikan pengetahuan sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan
kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
2. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian
pendidikan nilai. VCT berfungsi untuk : a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa
tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif
maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c)
menanamkan suatu nilai kepada peserta didik melalui cara yang rasional dan diterima mereka sebagai
milik pribadinya.
3. Model bermain peta
Keterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan
penting dalam pembelajaran pengetahuan sosial. Peta dan globe memberikan manfaat, yaitu: a) siswa
dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b) memperoleh
pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi; c) memahami peta dan globe. Dalam
memahami peta dan globe diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, (b) skala,; (c) lambang-
lambang,; (d) warna.
4. Pendekatan ITM (Ilmu Teknologi dan Masyarakat)
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS (Science-
Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional. ITM dikembangkan sebagai sebuah pendekatan guna
mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara
melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah yang
ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
5. Model Portofolio
Sapriya (dalam Winataputra, 2008) menegaskan bahwa portofolio merupakan karya terpilih
kelas atau siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk
membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan. Makna pembelajaran berbasis
portofolio dalam pembelajaran pengetahuan sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan
membelajarkan mereka pada metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik
kewarganegaraan atau kemasyarakatan.
Tujuan, materi pelajaran, kegiatan belajar, strategi pembelajaran (bahkan sampai pada
evaluasi) harus diorganisasikan sedemikian rupa untuk menggalakkan pembelajaran yang efektif
sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan. Setiap langkah yang akan dilakukan oleh guru
mengenai apa yang akan diajarkan ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Oleh sebab
itu, perumusan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengelola pembelajran IPS. Tujuan yang akan dicapai selama proses
belajar mengajar berlangsung dan apakah tujuan itu dapat tercapai atau tidak setelah proses
pembelajaran selesai, hendaknya ditulis dan dirumuskan terlebih dahulu oleh guru dalam satuan
pelajaran yang menuntun guru dan peserta didik ke arah proses pembelajaran yang tampak jelas dan
terarah.
Menurut Susilowaty (2013), dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ada beberapa
hal di bawah ini yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Materi pelajaran
Guru hendaknya menguasai bidang studi atau mata pelajaran IPS. Materi dalam satuan
pelajaran itu disebar dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan kemudian dirumuskan dalam TIU
(Tujuan Instruksional Umum). Setelah itu rincian meteri yang akan disampaikan.
2. Metode
Uraikan tentang metode apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
3. Alat, sumber belajar dan media perlu diketahui dan disiapkan.
4. Pemanfaatan lingkungan sekolah
Sehubungan dengan poin 3 di atas, lingkungan sekolah perlu dimanfaatkan jika relevan
dengan proses pembelajaran seperti kebun dan tamanan di sekolah, bangunan sekolah, jalan raya di
sekitar sekolah, warung sekolah dan sebagainya.
5. Pemanfaatan ruang kelas
Sehubungan dengan hal-hal di atas juga perlu diperhatikan penempatan papan tulis, meja
guru, bangku-bangku, lemari, penggunaan dinding-dinding kelas untuk display hasil kerja peserta
didik. Begitu juga penggunaan sudut dan serambi kelas untuk pameran hasil karya peserta didik, hasil
penelitian atau hasil karya guru.
6. Pemanfaatan lingkungan.
Penggunaan sumber yang tersedia dari lingkungan fisik sekolah atau masyarakat di sekitar
desa (desa pertanian, atau desa nelayan), flora fauna, batu-batuan dan alat transportasi desa dapat
menjadi alat peraga pelajaran IPS.
7. Pemanfaatan waktu
Prinsip “semakin banyak waktu semakin banyak yang bisa dipelajari” perlu dipegang.
Alokasi waktu perlu diatur sebaik-baiknya dalam jadwal kegiatan.
8. Pemanfaatan perpustakaan dan laboratorium.
Dalam rencana pelajaran perlu dinyatakan bilamana perpustakaan dan laboratorium IPS itu
digunakan. Demikian pokok- pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran ini agar tujuan-tujuan pendidikan IPS dapat tercapai dengan efektif.
Ada 10 konsep social studies dari NCSS, yaitu (1) culture; (2) time, continuity and
change; (3) people, places and environments; (4) individual development and identity; (5)
individuals, group, and institutions; (6) power, authority and govermance; (7) production,
distribution and consumption; (8) science, technology and society; (9) global connections,
dan; (10) civic ideals and practices. (NCSS http://www.social
studies.org/standard/exec.html). Sedangkan konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2) saling
ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/ kesamaan/perbedaan, (5)
konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai
kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13)
budaya (culture), dan (14) nasionalisme.
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (pensisikan IPS), para ahli sering
mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan
tersebut, Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
memepersiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di
masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in
a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan
kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978).
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjtkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.
Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model,
metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar
pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan
kemampuan dan keterampilan dasar bagi mahasiswa untuk menjadi manusia dan warga
negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting
bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab, 1986).
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan
pembekalan pada mahasiswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya
mencecoki atau menjejali mahasiswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka,
melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang tekag dipelajarinya
sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu,
rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkab dan difokuskan sesuai dengan kondisi
dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan
bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996).
Karakteristik mata pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat
monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-
ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui
pendekatan interdisipliner. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang
memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan
yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi
komparatif yang berkenaan dengan nilainilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas
ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda
budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu
tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.
Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran,
kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti
ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di
sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut (Awan Mutakin, 1998).
a. memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
c. mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d. menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e. mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
f. memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
g. fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.
h. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to
prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’ dan
mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
i. menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap
materi Pembelajaran IPS yang diberikan (Awan Mutakin, 1998).
Di samping itu juga bertujuan bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran berupa:
penerimaan, jawaban atau sambutan, penghargaan, pengorganisasian, karakteristik nilai, dan
menceritakan.
Dalam proses kegiatan belajar dan mengajar dibutuhkan aspek-aspek untuk mencapai
tujuan intruksional dari suatu pembelajaran. Aspek-aspek tersebut adalah: 1) aspek tujuan
intruksional, 2) aspek materi pengajaran, 3) aspek metode atau strategi belajar-mengajar, 4)
aspek media intruksional, 5) aspek penilaian, 6) aspek penunjang fasilitas, waktu, tempat,
perlengkapan, dan7) aspek ketenagaan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.