Anda di halaman 1dari 30

MODEL PEMBELAJARAN IPS

Posted: Februari 12, 2011 in PEMBELAJARAN

6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata
pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan
masyarakat. Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada
peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi
dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi
kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum
yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Model
pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik,
bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru
sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik.
Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian
yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta
kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan
melalui pembelajaran terpadu.
Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam rangka implementasi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar serta untuk memenuhi ketercapai pembelajaran, maka diperlukan
pedoman pelaksanaan model pembelajaran IPS Terpadu pada tingkat SMP/MTs. Hal ini
penting, untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran terpadu yang dapat menjadi
acuan dan contoh konkret dalam kerangka implementasi Standar Kompetensi Dan
Kompetensi Dasar.
B. Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaannya di sekolah SMP/MTs pembelajaran IPS sebagian besar masih
dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu
saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas
dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,
budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri tidak
menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah
antarbidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar merupakan guru
disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, antropologi sehingga
sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut;
serta (3) terdapat kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru
mata pelajaran untuk pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran
terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah tidak terbiasa
melaksanakannya sehingga dianggap hal yang baru
Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa-siswi pada masa kini
cenderung mengharapkan para gurunya mengajar dengan enjoy dan menggairahkan.
Persoalannya adalah ketika para guru masih malu-malu atau kurang sekali dalam
melakukan uji coba perihal model mengajar. Setuju atau tidak model atau metode
mengajar itu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran itu sendiri.
Masih cukup banyak, para guru yang memakai secara istiqomah model atau metode
ceramah. Tentu model ceramah bukan satu kesalahan, akan tetapi kalau terus-menerus
dipakai maka sudah barang tentu di samping suara guru akan habis dan siswa-siswi akan
jenuh pula.Oleh karenanya mencari, memilih dan memilah model-model pembelajaran
yang sekiranya akan menggairahkan perlu terus dilakukan oleh guru.
BAB II
PEMBAHASAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS
1. Model Kooperatif
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif merupakan langkah implementasi dari rencana
pembelajaran kooperatif, berisi rincian dari prosedur pembelajaran. Sama dengan pada
prosedur ada empat langkah utama yang merupakan sintaks dari model pembelajaran
kooperatif hasil pengembangan, yaitu langkah: orientasi, eksplorasi, pendalaman dan
penyimpulan. Langkah Orientasi atau kegiatan awal pembelajaran merupakan langkah
untuk mendorong kelas memusatkan perhatian terhadap pembelajaran; Langkah
Eksplorasi atau kegiatan inti pertama, merupakan langkah untuk mengajak dan
mendorong siswa untuk mencari dan menemukan fakta, pengetahuan, masalah dan
pemecahan; Langkah Pemantapan atau kegiatan inti kedua, merupakan langkah untuk
memperdalam, memperluas, memantapkan, memperkuat penguasaan materi dan
kemampuan yang telah dicapai pada langkah eksplorasi; dan Langkah Penyimpulan atau
kegiatan akhir pembelajaran, merupakan langkah untuk menyimpulkan atau
merangkumkan.
2. Model Inkuiri
a. Makna Pembelajaran Inkuiri
Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri
adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat
dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar
hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial
dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut,
siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar
mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah
khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan
problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas
dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong,
1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt
sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan
mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik
sebagai anggota masyarakat dan warganegara.
b. Langkah-langkah Inkuiri
Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya
tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan
oleh John Dewey dalam bukunya How We Think. Langkah-langkah tersebut antara
lain:
Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang
dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan
yang telah diajukan.
Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam
forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam
pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan
atau pengujian bagi hipotesa tersebut.
Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada
tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).
3. Model Pembelajaran VCT
a. Makna Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan
pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value
Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan
menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada
prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran
siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang
dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah
peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui
cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain,
Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk melatih dan
membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu
nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat.
b. Langkah Pembelajaran Model VCT
Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa
cara, antara lain:
1. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi
atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan
untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
a) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik
b) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
c) Peserta didik merespon pernyataan guru
d) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada
tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam
materi tersebut.
2. Teknik Lecturing
Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang
menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
a) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat
guru.
b) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan
kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
c) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok
untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian
tersebut.
3. Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary
behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik
ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
4. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik
dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik,
harus, dilarang, dan sebagainya.
5. Teknik tanya-jawab
Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan
pendapat pikirannya.
6. Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru.
Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan
kode (misal: baik buruk, benar tidak-benar, adil tidak-adil dll). Cara ini
dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode
penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk
memberikan tanggapan terhadap penilaian.
7. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru
dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.
4. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)
a. Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS
(Science-Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik
terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook),
yakni berkisar masih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa
menghubungkannya dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian
sebagai sebuah pendekatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan
langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik
dalam mencari informasi untuk meemcahkan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan kesehariannya.
Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui penggunaan
keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan
kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey observasi,
wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh karena itu,
permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari
perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan
berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu melahirkan kerangka
pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Karena itu,
pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap misi pokok
pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar
memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil
keputusan sebagai warga negara, c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d)
mengingat sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.
b. Langkah Pendekatan ITM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan
ITM antara lain:
1. Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik, telah
memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan faktual
di lingkungan keluarga dan masyarakat.
2. Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat
menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
3. Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan pembelajaran
serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih peserta didik
berfikir tingkat tinggi.
4. Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh
dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.
5. Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik
guna menghindari terjadi kesalahan konsep.
6. Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.
7. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
c. Tahapan Metode Pendekatan ITM
1. Tahap Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data yang
berkaitan dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara berkelompok
melakukan pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna membuktikan konsep
awal yang mereka miliki dengan konsep ilmiah.
2. Tahap Penjelasan dan Solusi
Dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta
didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang persoalan
lingkungan. Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan,
memberikan argumen dengan tepat, membuat model, membuat poster yang berkenaan
dengan pesan lingkungan, membuat puisi, menggambar, membuat karangan, serta
membuat karya seni lainnya.
3. Tahap Pengambilan Tindakan
Peserta didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif
tindakan dan akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan pengembangan gagasan
pemecahannya, mereka dapat bermain peran (Role Playing) membuat kebijakan
strategis yang diperlukan untuk mempengaruhi publik dalam mengatasi permasalahan
lingkungan tersebut.
4. Diskusi dan Penjelasan
Berikutnya guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep
melalui tahapan sebagai berikut:
Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan lingkungannya.
Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk memberikan
tanggapan atau informasi yang relevan terhadap laporan kelompok temannya.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh kemudian
mereka diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan sebelum kegiatan
eksplorasi.
Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari
objek yang dipelajari tentang alam lingkungannya.
5. Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Guru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan
sehari-hari yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah ditemukan.
Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka
tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang
telah ditemukan.
6. Tahap Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang
berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara. Kemudian
menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga mampu memberikan
penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan tersebut.
7. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan
peserta didik dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru
menyampaikan pesan moral.
5. Model Role Playing
a. Kebermaknaan Penggunaan Model Role Playing
Role Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi
pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran Pengetahuan
Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Sebagai langkah teknis, role playing sendiri
tidak jarang menjadi pelengkap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan
stressing model pendekatan lainnya, seperti inkuiri, ITM, Portofolio, dan lainnya.
Secara komprehensif makna penggunaan role playing dikemukakan George Shaftel
(Djahiri, 1978: 109) antara lain :
1. untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam realitas kehidupan.
2. agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya;
3. untuk mempertajam indera dan perasaan siswa terhadap sesuatu;
4. sebagai penyaluran/pelepasan tensi (kelebihan energi psykhis) dan perasaan-
perasaan;
5. sebagai alat diagnosa keadaan;
6. ke arah pembentukan konsep secara mandiri;
7. menggali peran-peran dari pada dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan, menggali
dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam kehidupan;
8. membantu siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat
dan keterampilannya dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya
sendiri;
9. membina siswa dalam kemampuan memecahakan masalah.
b. Langkah-langkah Role Playing
Adapun langkah-langkahnya, Djahiri (1978: 109) mengangkat urutan teknis yang
dikembangkan Shaftel yang terdiri dari 9 langkah dalam tabel berikut.
No.
Urutan Langkah
Kegiatan dan Pelakunya
1.
Penjelasan umum
1.1. Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).
1.2. Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru).
1.3. Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan
menunjukan sumbernya (guru & siswa).
1.4. Menjelaskan tujuan, makna dari role playing.
2.
Memilih para pelaku
2.1. Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).
2.2. Memilih para pelakunya (dibantu guru).
3.
Menentukan Observer
3.1. Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).
4.
Menentukan jalan cerita
4.1. gariskan jalan ceritanya.
4.2. tegaskan peran-peran yang ada didalamnya.
4.3. berikut gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).
5.
Pelaksanaan (bermain)
5.1. Mulai melakonkan permainan tersebut
5.2. Menjaga agar setiap peran berjalan.
5.3. Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas.
No.
Urutan Langkah
Kegiatan dan Pelakunya
6.
Diskusi dan permainan
6.1. Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.
6.2. diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya.
6.3. Siapkan permainan ulangan.
7.
Permainan ulang dan diskusi serta penelaahan
7.1. Seperti sub 5 dan sub 6
8.
Mempertukarkan pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan
8.1. Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.
8.2. Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.
8.3. Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik /
konsep yang sedang dipelajarinya.
6. Model Portofolio
a. Makna Pembelajaran Portofolio
Protofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis model
penilaian (Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang didasarkan pada
segala hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun
dalam sebuah map jepit (portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru
dalam memberikan asesmen otentik terhadap kinerja peserta didik.
Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: portofolio merupakan
karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat
kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah
kemasyarakatan. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran
Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan
mereka pada metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik
kewarganegaraan / kemasyarakatan.
b. Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio
Secara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam
kelas ke dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai
menurut keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok
membidangi tugas dan tanggungjawab masing-masing, antara lain:
1. Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk
dikaji dalam kelas.
2. Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk
memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk
menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk
memecahkan masalah.
3. Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh
kelas, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu
kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas
serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut.
4. Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah
(setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya
kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang
menujukkan bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat)
untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.ang apa yang telah
dipelajari.
Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan
berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama
(cooperative).
Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM,
tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar
yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan
kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak
mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan
sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil
belajar siswa akan semakin meningkat
7. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving(
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
Berpikir dan bertindak kreatif.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-
alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
8. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,
atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya
adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4
siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu
(misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa
dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnaya
diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar
tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk
meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
9. Metode Depat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan
dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan
kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang
meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung
(interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam
usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-
macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa
sebagai pemonitor proses belajar.
10. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi
siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama
halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
11. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan
materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai
dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
12. Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti
berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan
ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok
bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga
terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada
kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
13. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
14. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen
dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok
menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon,
mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di
kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil
kuis dan berikan reward.
15. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun
sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi
16. Model Student Teams Achievement Divisions (STAD(
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan
anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll). Guru menyajikan pelajaran
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
Memberi evaluasi.
Penutup.
Kelebihan:

Seluruh siswa menjadi lebih siap.


Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
Membedakan siswa.

17. Talking Stick


Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat
kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat
diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru
membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,
pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja
kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain,
kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi
18. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru,
dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah
harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

Pembelajaran
Kooperatif

Konstruktivis

Mind Mapping

Inkuiri

Inovatif

Kreatif

Kontekstual

Silabus RPP
Home Pembelajaran Kooperatif Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan Model Pembelajaran


Kooperatif
Diposkan oleh Rini Andriani - Pembelajaran Kooperatif

Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif - Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir
(3; 2004), tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran
penting yang dirangkum sebagai berikut:

Baca juga: Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun demikian menurut
Ibrahim dkk (2000) dalam Suradi dan Djadir (3; 2004), bahwa pembelajaran kooperatif juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pebelajar dalam tugas-tugas akademik. Para ahli
mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu pebelajar memi konsep-konsep yang
sulit. Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian
pebelajar pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas - tugas akademik.

Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda
ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Allport (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa
kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk
mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain
atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu dengan yang lain.

Pengembangan keterampildn sosial


Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam
masyarakat yang secara budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa
tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
pebelajar keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Advertisement

Baca juga: Model Inquri Sosial (Social Inquiry Model)

Lingkungan Belajar Pembelajaran Kooperatif


Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran
aktif pebelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagairnana
mempelajarinya. Pembelajar menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam
pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun pebelajar diberi
kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika
pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus
tersedia di berbagai sumber belajar. Keberhasilan Juga menghendaki syarat dari
menjauhkan kesalahan tradisional yaitu secara ketat mengelola tingkah laku pebelajar
dalam kerja kelompok.

Selain unggul dalam membantu pebelajar dalam memi konsep-konsep sulit, model ini sangat
berguna untuk membantu pebelajar menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis,
dan kemampuan membantu teman.

Demikianlah uraian mengenai tujuan model pembelajaran kooperatif. semoga dapat


bermafaat.
SHARE THIS
Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+
Related Posts

Pengertian dan Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and


Composition (CIRC)

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

SUBSCRIBE to OUR NEWSLETTER


Delivered by Feed Burner

submit

Terima kasih telah berkomentar dengan baik dan sopan.


Emoticon
NewestPrevious

Popular Posts

Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 KTSP Lengkap

Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Contoh RPP dan Silabus SMP Kelas 1, 2, dan 3 KTSP Lengkap

Model Pembelajaran Kontekstual dan Langkah-Langkahnya



Perbedaan Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Tokoh-Tokoh Pembelajaran Konstruktivisme

Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Kurikulum 2013 Lengkap

Metode Targhib wa Tarhib dalam Islam

Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)


Most Recent Post

Metode Mengajar Guru dalam Pendekatan Konstruktivisme


6 Jenis Metode Pembelajaran Inovatif dan Langkah-Langkahnya
Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Pembelajar Pemula
Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Kurikulum 2013 Lengkap
Contoh RPP dan Silabus SMA Kelas 1, 2 dan 3 KTSP Lengkap
Metode Pembelajaran Bahasa Inggris The Audio-Lingual Method
Model Pembelajaran Bahasa Inggris Grammar Translation Method
5 Macam Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Contoh RPP dan Silabus SMP Kelas 1, 2, dan 3 KTSP Lengkap
4 Cara Mengorganisasi Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Social Media

Like Fanpage
Facebook

https://fb.com/duniapembelajaran/

Google+

Twitter

About

Contact

Disclaimer

Privacy

Sitemap

Daftar Pustaka
Copyright 2017 Dunia Pembelajaran . Powered by Blogger

Pembelajaran
Kooperatif

Konstruktivis

Mind Mapping

Inkuiri

Inovatif

Kreatif

Kontekstual

Silabus RPP
Home Pembelajaran Kooperatif Unsur dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Unsur dan Karakteristik Model


Pembelajaran Kooperatif
Diposkan oleh Rini Andriani - Pembelajaran Kooperatif

Unsur dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Pada postingan kali ini, situs
Dunia Pembelajaran akan share mengenai unsur-unsur dan karakteristik model
pembelajaran kooperatif. Menurut Lundgren (1994), Arends (1997), dan Ibrahim, dkk.
(2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Pebelajar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka "sehidup sepenanggungan",


Pebelajar memiliki tanggung jawab terhadap pebelajar lainnya dalam kelompok, di samping
tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi,
Pebelajar haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan
yang sama,
Pebelajar haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya,
Pebelajar akan diberikan evaluasi atau penghargaan. yang akan berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok,
Pebelajar berbagi kepernimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya,
Pebelajar akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di
dalam kelompoknya.

Baca juga:

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Advertisement

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri atau karektristik dari
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Kelompok dibentuk dari pebelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda,
Pebelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi,
Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

Demikianlah uraian singkat mengenai karakteristik model pembelajaran kooperatif. Semoga


dapat dipahami dan dapat bermanfaat.
SHARE THIS
Share on FacebookTweet on TwitterPlus on Google+

Related Posts

Landasan Teoritik Model Pembelajaran Kooperatif


Unsur dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif


Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

SUBSCRIBE to OUR NEWSLETTER


Delivered by Feed Burner

submit

Terima kasih telah berkomentar dengan baik dan sopan.


Emoticon
NewestPrevious

Popular Posts

Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 KTSP Lengkap

Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery (Penemuan)



Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Contoh RPP dan Silabus SMP Kelas 1, 2, dan 3 KTSP Lengkap

Model Pembelajaran Kontekstual dan Langkah-Langkahnya

Perbedaan Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Tokoh-Tokoh Pembelajaran Konstruktivisme

Metode Targhib wa Tarhib dalam Islam



Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Kurikulum 2013 Lengkap

Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif


Aviandri Cahya Nugroho,S.Pd, Gr January 20, 2012 Model Pembelajaran

Roger dan David Johson dalam Agus Suprijono, (2009: 58) mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah:
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua
anggota kelompok secara individual mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan
pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan
belajar bersama.
3. Face to face promotive interaction (Interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi
promotif adalah (a) saling membantu secara efektif dan efesien; (b) saling memberi informasi dan sarana
yang diperlukan; (c) memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien; (d) saling
mengingatkan; (e) saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. (f) saling percaya; (g) saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapian tujuan peserta didik dalam
pencapaian peserta didik harus: (a) saling megenal dan mempercayai; (b) mampu berkomunikasi secara
akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima dan mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara
konsttuktif.
5. Group processing (pemrosesan kelompok)
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang
tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam
memberikan konstibusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Lain halnya dengan apa yang dikemukakan Lungdren dalam Isjoni, (2009: 13-14) bahwa
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur dalam model pembelajaran
kooperatif antara lain : Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal
responsibility (tanggung jawab perseorangan), Face to face promotive interaction (Interaksi
promotif), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), Group processing (pemrosesan kelompok).
Serta dalam pembelajaran kooperatif harus memiliki antara lain : Persepsi sama, tanggung jawab bersama,
tujuan sama, terdapat pemimpin, bertanggungjawab individual,
0
inShare

Subscribe to receive free email updates:

Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)


Most Recent Post

Metode Mengajar Guru dalam Pendekatan Konstruktivisme


6 Jenis Metode Pembelajaran Inovatif dan Langkah-Langkahnya
Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Pembelajar Pemula
Contoh RPP SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 Kurikulum 2013 Lengkap
Contoh RPP dan Silabus SMA Kelas 1, 2 dan 3 KTSP Lengkap
Metode Pembelajaran Bahasa Inggris The Audio-Lingual Method
Model Pembelajaran Bahasa Inggris Grammar Translation Method
5 Macam Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Contoh RPP dan Silabus SMP Kelas 1, 2, dan 3 KTSP Lengkap
4 Cara Mengorganisasi Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Social Media

Anda mungkin juga menyukai