Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR SPASIAL UNTUK MITIGASI

BENCANA BANJIR DAN GEMPA MELALUI APLIKASI GENERASI TANGGUH


BENCANA BERBASIS ONLINE STORYMAP

M. Amin Sunarhadi, Pranichayudha Rohsulina, Husyain Rifai, Ary Wijayanti, Khabibur Rahman,
Talitha Rahmawati
E-mail: amin.sunarhadi@gmail.com
FKIP Pendidikan Geografi - Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
(Geovetsuko)

ABSTRAK

Pemahaman tentang mitigasi bencana, dalam hal ini banjir dan gempa, perlu diberikan kepada siswa
sekolah menengah dengan berlandaskan kemampuan berpikir spasial. Namun, siswa saat ini kurang
tertarik dengan media konvensional dan cenderung menyukai yang berbasis media dijital. Tujuan
penelitian dan pengembangan ini adalah melakukan pengembangan aplikasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir spasial berkaitan dengan mitigasi bencana. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan untuk mengisi ketiadaan aplikasi
kebencanaan dijital yang menggunakan sandaran kemampuan berpikir spasial berbasis platform online
storymap. Wilayah kasus penelitian dan pengembangan ini adalah Baleendah, Kabupaten Bandung
dan Gayam, Kabupaten Sukoharjo yang memiliki risiko banjir dan gempa. Survey yang dilakukan
mengidentifikasi bentuk ancaman banjir dan gempa, lokasi, dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan.
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap hasil observasi, wawancara, dan dokumen. Survey lapang
menghasilkan data spasial, fotografis, dan informasi kualitatif maupun kuantitatif yang kemudian
dikompilasikan dengan data dari Jaga Balai, Satuan Pendidikan Aman Bencana, serta layer GIS web
service dari INARISK, DUKCAPIL, dan Inaportal. Platform online Storymap digunakan sebagai
media dijital yang dapat diakses siswa secara online dan menampilkan multimedia, yaitu tidak saja
data teks namun juga secara visual spasial. Aplikasi dipasang di alamat https://bit.ly/tangguhbencana
sehingga memudahkan siswa mengakses darimana saja. Hasil review ahli dari guru geografi, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, relawan Muhammadiyah Disaster Management Center, dan uji
coba pada siswa SMA Veteran 1 Sukoharjo menunjukkan respon yang memuaskan. Pengembangan
aplikasi Generasi Tangguh Bencana memberikan dampak pada para pendidik geografi dalam
mengembangkan kemampuan berpikir spasial pada siswa melalui perangkat yang berorientasi pada era
4.0.

Kata kunci: mitigasi; kemampuan berpikir spasial; storymap


DEVELOPMENT OF SPATIAL THINKING ABILITY FOR FLOOD AND
EARTHQUAKE MITIGATION THROUGH GENERASI TANGGUH BENCANA
ONLINE STORYMAP BASED APPLICATION

M. Amin Sunarhadi, Pranichayudha Rohsulina, Husyain Rifai, Ary Wijayanti, Khabibur Rahman,
Talitha Rahmawati

E-mail: amin.sunarhadi@gmail.com

Faculty of Education, Geography Education - Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo


(Geovetsuko)

ABSTRACT

Understanding of disaster mitigation, in this cases are floods and earthquakes, needs to be given to
high school students based on spatial thinking skills. However, students are less interested in
conventional media and tend to like digital media. This research wants to develops spatial thinking
skills related to disaster mitigation to fill in the absence of a digital disaster application that uses
spatial thinking capabilities based on an online storymap platform. The research case areas are
Baleendah, Bandung Regency and Gayam District, Sukoharjo Regency which have flooding and
earthquake risks. The survey was conducted to identify forms of flood and earthquake threat, location,
and mitigation efforts. Qualitative data analysis was performed on the results of observations,
interviews, and documents collection. Field surveys produce spatial data, photographic data, and
qualitative and quantitative information which are then compiled with data from the Jaga Balai, Badan
Penanggulangan Bencana, and the GIS web service layers from INARISK, DUKCAPIL, and
Inaportal. The online storymap platform is used as a digital media that students can access online and
display multimedia, not only text but also visually spatial data. The application is installed at the
address https://bit.ly/tangguhbencana where easier for students to access. The results of expert reviews
from geography teachers, the Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Muhammadiyah Disaster
Management Center volunteers, and trials on students of SMA Veteran 1 Sukoharjo showed
satisfactory responses. Generasi Tangguh Bencana application has impact to geography educators in
developing spatial thinking skills in students through tools oriented to the 4.0 era.

Keywords: mitigation; spatial thinking skills; storymap

PENDAHULUAN
Era disruptif 4.0 adalah masa dimana pemanfataan informasi menjadi kunci terutama informasi
spasial. Semua sektor menempatkan informasi spasial sebagai keunggulan untuk memunculkan
beragam obyek atau fenomena, aspek fisik maupun manusia, yang disajikan bersama secara utuh
dalam lingkup wilayah. Penyajian informasi spasial yang pada dasarnya adalah dalam bentuk peta
melibatkan beragam fenomena atau obyek baik menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif
(Sunarhadi, M.A., Anwar, B., Suharjo, 2015). Pengelolaan informasi spasial ini berfungsi sebagai
sumber data maupun media baik di dunia pekerjaan, professional, pemerintahan maupun dalam
pembelajaran kebumian dan bidang terkait geografi atau kebumian (S. W. Bednarz, 2004; Janko,
2013; Jo & Bednarz, 2009; Mishra, 2013; Scholz, Huynh, Brysch, & Scholz, 2014).
Informasi spasial yang dapat disajikan salah satunya mengenai banjir dan gempa. Melalui suatu
sistem, informasi spasial mengenai bencana dapat dikelola sehingga akurat dan mudah disampaikan
kepada kelompok sasaran. Aplikasi yang mengelola informasi spasial dapat dipergunakan dalam
melakukan pengurangan risiko bencana banjir melalui upaya mitigasi banjir (Niode, D.F., Rindengan,
Y.D.Y., Karouw, S.D.S., 2016).
Salah satu kelompok sasaran informasi spasial mengenai mitigasi bencana adalah kelompok
remaja melalui pendidikan formal. Siswa perlu dikembangkan pengetahuan kebencanaan, sebagai
salah satu komponen kesiapsiagaan (Sopaheluwakan J., 2007). Pendidikan mengenai mitigasi bencana
pada era distuptif sekarang harus dilakukan dengan mengembangkan kemampuan berpikir spasial.
Kemampuan berpikir spasial dikembangkan melalui ketiga komponennya. Komponen yang
dimaksud adalah konteks spasial ruang hidup, representasi data, dan penjelasan obyek/fenomena yang
disajikan. Konteks spasial mencakup cara menemukan dan navigasi di dunia geografis yang nyata.
Representasi data adalah komponen berpikir untuk menyajikan data spasail menggunakan beragam
teknik diagram, table, maupun teknik statistik. Adapun komponen ketiga adalah bagaimana berpikir
mengenai hubungan dan makna obyek/fenomena yang disajikan secara spasial berserta implikasinya
(NRC (National Research Council), 2006).
Pengembangan penguasan kemampuan berpikir spasial untuk mitigasi bencana merupakan
suatu upaya terstuktur dalam pengurangan risiko bencana. Kemampuan berpikir spasial dipergunakan
untuk pengetahuan mengenai risiko bencana dan upaya mengurangi dampaknya. Informasi spasial
kebencanaan dapat disajikan secara terstruktur, yang umumnya meliputi aspek 1) orientasi lokasi dan
arah, serta 2) visualisasi data grafis. Enam aspek kemampuan berpikir spasial lainnya yang dapat
digunakan, yaitu 3) pola keruangan, 4) operasi atribut, 5) profil, 6) asosisasi keruangan, 7) visualisasi
3 dimensi, dan 8) tumpang susun (Lee & Bednarz, 2012).
Pemahaman tentang mitigasi bencana, dalam hal ini banjir dan gempa, perlu diberikan kepada
siswa sekolah menengah dengan berlandaskan kemampuan berpikir spasial. Namun, siswa saat ini
kurang tertarik dengan media konvensional dan cenderung menyukai yang berbasis media dijital.
Beragam platform dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi, salah satunya adalah storymap.
Kekuatan utama storymap adalah mampu mengembangkan aplikasi berbasis web yang
mengkombinasikan antara peta interaktif dengan konten multimedia (Yichun Xie, Hoff A., 2015).
Pengembangan aplikasi berbasis online storymap diharapkan dapat menjadi media untuk
dikuasainya kemampuan berpikir spasial untuk mitigasi banjir dan gempa melalui pada siswa sekolah
menengah. Aplikasi yang dikembangkan dinamai Generasi Tangguh Bencana yang menyajikan
pengetahuan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir dan gempa. Paper ini menyajikan mengenai
penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan aplikasi untuk penguasaan
kemampuan berpikir spasial berkaitan dengan mitigasi bencana.

METODE
Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model Dick and Carey (2015). Penelitian
pengemabngan ini menghasilkan produk aplikasi Generasi Tangguh Bencana untuk pengembangan
kemampuan berpikir spasial siswa sekolah menengah dalam topik mitigasi bencana. Model aplikasi ini
berbasis web yang menggunakan platform ArcGIS storymap. Platform dari ESRI ini membantu
menyajikan narasi dengan disertai peta sesuai dengan tujuan pengguna yang menggambarkan
hubungan spasial, menambahkan daya tarik visual, dan kredibilitas ide. Storymap memiliki fasilitas
pembuatan peta dan dapat menambahkan teks, foto, dan video ke peta web ArcGIS serta membuat
narasi interaktif yang mudah diterbitkan dan dibagikan (http://storymaps.argis.com/en/).
Tahapan model penelitian dan pengembangan Dick dan Carey terdiri dari 10 tahapan. Menurut
Borg dan Gall (2003), prosedur penelitian dan pengembangan Dick & Carey terdiri dari sepuluh
langkah pengembangan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam
Gambar 1 (Dick, Carey, & Carey, 2015). Pada paper ini disampaikan pengembangan sampai tahap ke-
7, yaitu pengembangan aplikasi.

Gambar 1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Model Dick & Carey


Uji coba produk dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu diawali dengan review oleh reviewer
dari guru geografi, relawan kebencanaan dari Muhammadiyah Disaster Management Center
(MDMC), dan perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tahap uji coba
berikutnya uji coba klinis atau perorangan siswa terhadap draft aplikasi Generasi Tangguh Bencana
dan uji coba terbatas atau kelompok kecil. Subyek coba adalah siswa SMA Veteran 1 Sukoharjo. Hasil
uji coba dipergunakan untuk perbaikan draft aplikasi bersama masukan dari reviewer.
Wilayah kasus penelitian dan pengembangan ini adalah Baleendah, Kabupaten Bandung dan
Gayam, Kabupaten Sukoharjo yang memiliki risiko banjir dan gempa. Survey yang dilakukan
mengidentifikasi bentuk ancaman banjir dan gempa, lokasi, dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan.
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap hasil observasi, wawancara, dan dokumen. Survey lapang
menghasilkan data spasial, fotografis, dan informasi kualitatif maupun kuantitatif yang kemudian
dikompilasikan dengan data dari Jaga Balai, Satuan Pendidikan Aman Bencana, serta layer GIS web
service dari Inarisk dan Inaportal. Platform online Storymap digunakan sebagai media dijital yang
dapat diakses siswa secara online dan menampilkan multimedia, yaitu tidak saja data teks namun juga
secara visual spasial.
Pengembangan menggunakan aplikasi ArcGIS online dari ESRI dengan menggunakan lisensi
pengguna nomor 2206547534. Lisensi ini merupakan dukungan dari ESRI Indonesia yang diberikan
kepada Pendidikan Geografi Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo (Geovetsuko). Alamat
portal yang diberikan adalah di https://geounivet.maps.arcgis.com/. Aplikasi Generasi Tangguh
Bencana disiapkan melalui shorten url di https://bit.ly/tangguhbencana.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kajian Kebutuhan dan Penentuan Tujuan Pembelajaran
Hasil pada penelitian merupakan runtutan pengkajian kebutuhan, kajian instruksional, dan
analisis kondisi siswa dan lingkungan belajarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan
untuk dikembangkannya kemampuan berpikir spasial untuk mitigasi bencana banjir dan gempa
melalui aplikasi Generasi Tangguh Bencana berbasis online Storymap. Aplikasi ini berguna untuk
mendukung penguasaan kemampuan berpikir spasial siswa sesuai dengan standar isi untuk materi
Mitigasi Bencana yang tertuang dalam Permendikbud 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pelajaran Pada K13 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Rumusan indikator mata pelajaran Geografi sekolah menengah atas (SMA)
Kelas XI semester 2, yaitu mengidentifikasi persebaran wilayah rawan bencana, mengidentifikasi jenis
dan penanggulangan bencana alam, dan kajian mitigasi bencana melalui peta.
Kajian instruksional menemukan tidak semua 8 (delapan) kemampuan dalam berpikir spasial
untuk mitigasi bencana yang diminta dilaksanakan dalam pembelajaran geografi. Kegiatan siswa yang
diarahkan pada materi mitigasi bencana yang berkaitan dengan aspek kemampuan berpikir spasial 1)
orientasi lokasi dan arah, 2) visualisasi data grafis 3) pola keruangan, 4) operasi atribut, 5) asosisasi
keruangan, dan 6) tumpang susun. Tingkatan kognisi yang harus dicapai adalah domain analisa pada
taksonomi kognitif Bloom.

Gambar 2. Rancangan aplikasi Generasi Tangguh Bencana


2. Hasil Perancangan Pembelajaran
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menetapkan Spatial Thinking Ability Test
(STAT) yang dikembangkan Robert Bednarz dan Jongwon Lee (Lee, J., & Bednarz, R., 2012) sebagai
instrument evaluasi. Selanjutnya dilakukan perancangan strategi dan konten aplikasi pembelajaran
kemampuan berpikir spasial untuk mitigasi bencana melalui aplikasi Generasi Tangguh Bencana.
Strategi pembelajaran meliputi kegiatan awal, penyajian informasi, praktek dan umpan balik,
penilaian, dan persiapan kegiatan selanjutnya.
Platform ArcGIS online storymap dipergunakan untuk menampung desain strategi pembelajaran
Information Search, karakteristik media pembelajaran yang diperlukan, dan karakteristik siswa yang
menerima pembelajaran kemampuan berpikir spasial dalam materi mitigasi bencana. Pertimbangan
inilah yang digunakan untuk memilih strategi pembelajaran yang interaktif dimana siswa dapat secara
mandiri menggunakan aplikasi Generasi Tangguh Bencana maupun dengan bimbingan guru. Gambar
2 menunjukkan proses perancangan aplikasi Generasi Tangguh Bencana dimana data yang diperlukan
diolah menjadi lapisan peta layer yang disajikan dengan didukung narasi dan gambar.

3. Hasil Pengembangan Aplikasi Generasi Tangguh Bencana


Pengembangan aplikasi Generasi Tangguh Bencana menggunakan indikator dan instrumen
penilaian sebagai rujukan pengembangan. Setelah dirumuskan strategi pembelajaran untuk
pembelajaran kemampuan berpikir spasial, sesuai tahapan penelitian pengembangan yang merujuk
Model Dick & Carey, dilanjutkan dengan penetapan instrumen penilaian. Item-item pada capaian
pembelajaran dan instrumen penilaian mendasari isi dari aplikasi yang dikembangkan.
Aplikasi pembelajaran kemampuan berpikir spasial mengacu pada storymap Model Side
Accordion (Akordion Samping). Pada Gambar 3 ditunjukkan pengaturan header pada storymap Model
Akordion Samping yang terdiri atas judul, logo, tagline, tautan alamat pengembang, dan tombol
berbagi (share) tautan aplikasi melalui sosial media. Aplikasi disusun dalam Bahasa Indonesia dan
dilakukan review dengan melibatkan calon pengguna untuk mengetahui kesesuaian dari aplikasi
Generasi Tangguh Bencana. Tata letak storymap model akordion samping memiliki kontrol konten
penyajian yang dapat diberi angka dan terletak di samping maupun di atas. Aplikasi Generasi Tangguh
bEncana dikembangkan dengan posisi control berangka pada bagian kiri untuk penyajian langsung.

Gambar 3. Pengaturan bagian header aplikasi Generasi Tangguh Bencana

Gambar 4. Pengaturan tata letak aplikasi Generasi Tangguh Bencana

Instrumen penilaian yang dimaksud dalam pengembangan perangkat pembelajaran kemampuan


berpikir spasial adalah menggunakan standar kemampuan berpikir spasial yang sudah disusun dalam
Tes Kemampuan Berpikir Spasial (R. S. Bednarz, Bednarz, & Lee, 2011; Lee & Bednarz, 2012).
Instrumen kemampuan berpikir spasial yang digunakan adalah 6 dari 8 (delapan) aspek. Aspek yang
digunakan adalah (1) memahami orientasi dan arah; (2) membandingkan informasi peta dengan
informasi grafis; (3) memilih lokasi terbaik berdasarkan beberapa faktor spasial; (4) menghubungkan
fenomena spasial terdistribusi; (5) tumpang susun dan penggabungan peta; dan (6) memahami fitur
geografis yang direpresentasikan sebagai titik, garis, atau poligon (Lee & Bednarz, 2012).
Aplikasi Generasi Tangguh Bencana terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pertama mengenai
pengetahuan risiko bencana banjir dan gempa, kedua mitigasi bencana banjir dan gempa, dan tanggap
darurat kejadian bencana. Pengetahuan risiko bencana banjir dan gempa, sebagaimana pada Gambar 5,
disajikan dalam 5 (lima) bagian cerita, yaitu 1 Tamu yang tak diundang tapi selalu dating: Banjir, 2
Risiko Banjir, 3 Tamu lain yang juga mengkhawatirkan: Gempa, 4 Risiko Gempa, dan 5 Kalau banjir
dan gempa bersamaan.

Gambar 5. Konten aplikasi Generasi Tangguh Bencana bagian pengetahuan risiko bencana banjir dan
gempa (bagian ke-1 sampai ke-5)

Gambar 6. Konten aplikasi Generasi Tangguh Bencana bagian mitigasi bencana banjir dan gempa (bagian
ke-6 sampai ke-8)

Mitigasi banjir dan gempa, sebagaimana pada Gambar 6, disajikan dalam 3 (tiga) bagian cerita,
yaitu 6 Hal-hal yang harus dilakukan saat Banjir, 7 Hal-hal yang harus dilakukan saat Gempa, dan 8
Rumah Tahan Gempa.
Bagian yang terakhir, yaitu tanggap darurat memberikan kesempatan secara aktif kepada para
pihak untuk mendapatkan informasi, melakukan pelaporan mengenai kondisi yang ada, dan fasilitas
rekapitulasi dari pelaku di lapangan. Bagian ini terdiri atas 9 Lokasi Shelter, 10 Lapor, dan 11 Monitor
Bencana. Pada gambar 7, dapat dilihat bahwa bagian 10 Lapor! memberi kesempatan kepada
masyarakat, termasuk siswa, untuk menyampaikan laporan kejadian atau situasi pada saat terjadi
bencana dari lokasi bencana melalui media sosial, yaitu twitter.
Gambar 7. Konten aplikasi Generasi Tangguh Bencana bagian tanggap darurat (bagian ke-9 sampai ke-11)

Aplikasi Generasi Tangguh Bencana ini memiliki tiga kelompok sasaran pengguna.
Sebagaimana disajikan pada Gambar 8, bagian pertama yaitu mengenai pengetahuan risiko bencana
banjir dan gempa yang diikuti bentuk mitigasinya, serta lokasi-lokasi yang memungkinkan menjadi
shelter. Dalam hal ini, pengetahuan sebagai elemen kesiapsiagaan sudah terpenuhi. Kelompok sasaran
bagian ini adalah siswa dan masyarakat umum. Aplikasi berbasis online ini sifatnya terbuka (public)
sehingga selain dapat digunakan siswa SMA Kelas XI juga bisa diakses siapa pun. Kelompok siswa
dan masyarakat umum diberikan peluang untuk aktif terlibat melakukan pelaporan kejadian dan situasi
media social.
Kelompok sasaran kedua adalah agen informasi yang bisa sebagai pekerja/relawan kemanusiaan
dan kebencanaan yang ada di lapangan. Para relawan/pekerja kemanusiaaan ini bisa melaporkan
melalui Survei123 yang sudah dibangun bersamaan dengan aplikasi Generasi Tangguh Bencana ini.
Agen informasi ini harus mendapatkan mandate dari BPBD sebagai surveyor yang menginput data.
Agen infromasi ini bisa juga berasal dari wakil pemerintahan, misalnya Ketua RT atau RW, yang
bekerja dengan mengkompilasi data yang tersebar. Hasil kompilasi digunakan untuk memastikan data
yang bisa diinput ke sistem.
Kelompok sasaran ketiga adalah pengguna menu monitor bencana. Menu ini ditujukan untuk
digunakan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini BPBD. Melalui monitor bencana, BPBD dapat
langsung membaca dashboard laporan survey dari agen infomrasi maupun laporan masyarakat melalui
media social Twitter. Menu monitor bencana juga dapat dilihat secara terbuka oleh masyarakat luas
untuk memperoleh data yang sama baik di pemerintah maupun non pemerintah ndalam pelaksanaan
tanggap darurat.

Gambar 8. Diagram hasil pengembangan aplikasi Generasi Tangguh Bencana


Aplikasi Generasi Tangguh Bencana memuat materi mitigasi bencana dengan mengembangkan
kemampuan berpikir spasial yang dapat dipergunakan secara mandiri oleh siswa melalui strategi
pembelajaran Information Search. Setiap bagian dalam aplikasi memiliki sumbangan dalam
pengembangan aspek kemampuan berpikir spasial. Masing-masing aspek melibatkan kemampuan
siswa dalam pemahaman konsep spasial pada obyek atau fenomena, penyajian obyek atau fenomena
spasial, dan hubungan antar obyek atau fenomena (Sunarhadi, R.M.A, Utaya, S., Astina, I.K.,
Budijanto, 2018).
Aspek pertama dalam kemampuan berpikir spasial yang dibangun dalam aplikasi Generasi
Tangguh Bencana adalah orientasi lokasi dan arah. Aspek ini dikembangkan pada saat siswa membuka
bagian pertama, yaitu 1 Tamu yang Tak Diundang tapi Selalu Datang: Banjir. Bagian ini memuat
informasi lokasi Baleendah yang ditampilkan dengan ada perahu yang melintasi banjir. Kemampuan
orientasi adalah kemampuan menetapkan posisi obyek atau fenomena pada peta secara relatif terhadap
acuan. Acuan dapat berupa obyek atau fenomena lainnya (Sunarhadi, R.M.A, Utaya, S., Astina, I.K.,
Budijanto, 2018). Pada gambar ini tidak tampak adanya jalan namun acuan tempat dan papan iklan
menunjukkan bahwa lokasi tersebut ada di persimpangan jalan.
Aspek arah dikembangkan pada saat siswa membuka pada bagian kedua, yaitu 2 Risiko Banjir
dan 4 Risiko Gempa. Pada peta yang disajikan terdapat informasi grafis dan label atribut tentang nama
administrasi sehingga mereka bisa membayangkan posisi atau lokasi dan arah di mana peta yang
dilihat. Penggunaan orientasi beserta arah mendukung pada kemampuan navigasi siswa (Sunarhadi,
R.M.A, Utaya, S., Astina, I.K., Budijanto, 2018). Dalam hal ini, peta memberikan fasilitas untuk
melihat lokasi asal siswa yang menjadi kasus kajian, yaitu bookmark Baleendah dan Gayam sehingga
memudahkan siswa melakukan pemikiran mengenai tampilan peta dan orientasi medan yang mereka
miliki.
Aspek visualisasi data grafis dikembangkan pada bagian laporan atau bagian ke-10. Pada bagian
ini ditampilkan peta dan titik Twitter. Titik lokasi pengunggah twitter bisa di-klik sehingga muncul
informasi dan data yang diunngah oleh pengguna twitter tersebut. Informasi grafis yang
divisualisasikan juga bisa didapat dari titik-titik sekolah yang memiliki perbedaan warna sehingga bisa
diketahui mana yang berisikan tinggi terhadap banjir mana yang berisiko rendah demikian juga di
bagian risiko gempa. Visualisasi grafis juga bisa dilihat ketika siswa melihat layer risiko yang
menunjukkan perbedaan warna di mana yang daerah-daerah berisiko tinggi dan daerah-daerah yang
berisiko rendah dengan melihat layer yang kita dapatkan dari web service Inarisk.
Aspek keruangan pola keruangan bisa dilihat dari titik-titik sekolah yang terlihat memiliki risiko
lebih tinggi di dekat sungai sementara yang lebih jauh memiliki risiko yang lebih rendah. Sedangkan
untuk gempa, pola keruangan yang tampak adalah sekolah-sekolah yang memiliki risiko tinggi adalah
yang berada pada posisi perbukitan bukan di daerah yang memiliki relief yang datar. Pola keruangan
dapat berdasar transisi perubahan seperti ketinggian atau jarak (Sunarhadi, R.M.A, Utaya, S., Astina,
I.K., Budijanto, 2018).
Aspek kemampuan berpikir berupa operasi atribut dikembangkan pada aplikasi ini dengan
melihat peta yang ditumpangsusunkan. Penyelesaian masalah secara spasial dilakukan dengan
memperhatikan kriteria yang ditentukan (Sunarhadi, R.M.A, Utaya, S., Astina, I.K., Budijanto, 2018).
Informasi-informasi yang saling bertampalan dapat dioperasikan untuk memilih tempat, misalnya
shelter yang dapat dialokasikan pada penggunaan lahan terbuka seperti alang-alang dan kebun yang
dioperasikan dengan jarak aman (buffer) dari daerah rendaman banjir. Siswa diajak memperhatikan
atribut yang ada sehinggga didapatkan lahan kosong untuk evakuasi saat banjir dan atau gempa terjadi.
Pengembangan kemampuan berpikir spasial pada aspek asosiasi keruangan dapat dilihat pada
bagian aplikasi yang menunjukkan bahwa banjir terdapat pada daerah yang rendah di dekat pertemuan
sungai. Sedangkan kemampuan siswa dalam berpikir spasial untuk aspek tumpang susun
dikembangkan dengan cara melihat lapisan-lapisan (layering) yang ada pada setiap peta di dalam
aplikasi ini.

4. Kesesuaian Aplikasi
Produk pengembangan berupa aplikasi Generasi Tangguh Bencana dimanfaatkan untuk
dimilikinya kemampuan berpikir spasial pada diri siswa. Aplikasi ini telah direview dengan berkaitan
uraian tampilan warna, huruf, desain, maupun bahasa. Review yang dilakukan dari 8 (delapan) guru
geografi, 3 (tiga) relawan kebencanaan MDMC, dan 6 (enam) perwakilan BPBD di Solo Raya.
Masukan berupa tampilan dan review telah diperbaiki seperti penulisan resiko yang semestinya risiko.
Perbaikan juga dilakukan pada ukuran huruf dan warna agar kontras sehingga cepat diidentifikasi.
Batas administrasi yang merupakan layer dari web service Inaportal juga diperbaiki agar tidak terlalu
kontras warnya namun tampak jelas. Aplikasi dinilai sesuai untuk dipergunakan sebagai media dan
sumber ajar dalam materi mitigasi bencana melalui pengembangan kemampuan berpikir spasial siswa.
Aplikasi Generasi Tangguh Bencana memberikan pandangan baru bagi para pendidik, yaitu
guru geografi dalam mengembangkan pembelajaran menggunakan platform online ArcGIS storymap.
Keunggulan penggunaan storymap dalam menyajikan materi mitigasi bencana dinilai dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran karena sesuai dengan minat siswa masa kini yang berorientasi
dijital dan disajikan secara struktur kemampuan berpikir spasial sehingga pengetahuan kebencanaan
yang disajikan juga lebih sistematis. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk
kesiapsiagaan (Sopaheluwakan, J, dkk., 2006).
Uji klinis atau evaluasi perorangan terhadap draft produk berupa aplikasi dilakukan dengan
melibatkan siswa SMA Veteran 1 Sukoharjo. Pada saat pertemuan dengan siswa diketahui bahwa
siswa baru pertama kali mengetahui dan menggunakan aplikasi berbasis storymap. Pengalaman siswa
dalam menggunakan perangkat dijital, dalam bentuk telepon genggam, belum pernah untuk
mengakses aplikasi serupa aplikasi Generasi Tangguh Bencana.
Aplikasi pembelajaran kemampuan berpikir spasial dirancang dan dikembangkan sebagai
bahan belajar mandiri. Siswa menyenangi sajian dengan kombinasi antara teks, gambar, dan peta
disertai dengan video. Terlebih dengan platform ArcGIS storymap memiliki kesesuaian dengan gaya
siswa dalam memperoleh dan menyebarluaskan informasi.
Pada uji terbatas diketahui bahwa aplikasi ini berhasil mengembangkan kemampuan berpikir
spasial pada siswa pada materi mitigasi bencana. Dampaknya adalah siswa merasakan kenyamanan
dalam belajar pada materi mitigasi banjir. Hasil lainnya adalah revisi yang telah dilakukan berdasar
masukan reviewer dan ujicoba perorangan menghasilkan aplikasi dengan konten yang mudah difahami
dan jelas. Berdasar uji terbatas maka aplikasi Generasi Tangguh Bencana dinyatakan sesuai untuk
pengembangan kemampuan berpikir spasial pada materi mitigasi bencana banjir dan gempa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan kemampuan berpikir spasial untuk mitigasi
bencana banjir dan gempa melalui aplikasi Generasi Tangguh Bencana berbasis online storymap
disimpulkan bahwa aplikasi yang dikembangkan dinilai sesuai untuk digunakan. Pengembangan
aplikasi Generasi Tangguh Bencana memberikan dampak pada para pendidik geografi dalam
mengembangkan kemampuan berpikir spasial pada siswa melalui perangkat yang berorientasi pada era
4.0.
Efektivitas aplikasi disarankan untuk dilakukan uji lapang dalam kelompok besar sehingga
dapat dipastikan angka efektivitasnya. Hal tersebut bisa diadakan melalui uji coba yang
membandingkan kelas control dan eksperimen.

UCAPAN TERIMAKASIH (Acknowledgement)


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dekan FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dan
Pimpinan Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (MDMC) yang telah memfasilitasi kegiatan
pengembangan ini. Terima kasih kepada U-INSPIRE dan UNICEF yang telah memberikan kesempatan Tim
Geovetsuko mengikuti Shapefor Better Community 2019: A Geospatial Hackaton dengan dukungan BNPB,
ESRI, UNICEF, UNESCO, UNITAR, Jaga Balai, BPBD Jawa Barat, dan Lembaga pendukung lainnya. Kepala
Sekolah SMA Veteran 1 Sukoharjo beserta guru, karyawan, dan siswa telah memberikan dukungan yang berarti
bagi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bednarz, R. S., Bednarz, R. S., & Lee, J. (2011). The components of spatial thinking : empirical
evidence The components of spatial thinking : empirical evidence, International Research in
Geographical and Environmental Education (June 2015). https://doi.org/10.1016/
j.sbspro.2011.07.048
Bednarz, S. W. (2004). US World Geography Textbooks : Their Role in Education Reform.
International Research in Geographical and Environmental Education, 13(3), 223–239.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2015). The Systematic Design of Instruction.
https://doi.org/https://reader.yuzu.com/#/books/9780133599473/
Jan Sopaheluwakan, Deny Hidayati, Haryadi Permana, Krishna Pribadi, Febrin Ismail, Koen Meyers,
Widayatun, Titik Handayani, Del Afriadi Bustami, Daliyo, Fitranita, Laila Nagib, Ngadi, Yugo
Kumoro, Irina Rafliana, Teti Argo. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. LIPI - UNESCO / ISDR
Janko, T. (2013). Visuals in Geography Textbooks : Categorization of Types and Assessment of Their
Instructional Qualities. Review of International Geographical Educati-on Online, 3(1).
Lee, J., & Bednarz, R. (2012). Components of Spatial Thinking: Evidence from a Spatial Thinking
Ability Test. Journal of Geography, 111(1), 15–26. https://doi.org/10.1080/ 00221341.2011.583262
Mishra, R. K. (2013). The Nature of Geography Textbook Questions and their Role in Assessment.
Research Article. June, 9359(6), 89–109.
Niode, D.F. Rindengan, Y.D.Y, Karouw, S.D.S. (2016). Geographical Information System (GIS)
untuk Mitigasi Bencana Alam Banjir di Kota Manado. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer.
Vol. 5 No. 2 Januari – Maret 2016. ISSN: 2301-8402.
NRC (National Research Council). (2006). Learning to Think Spatially. (Committee on Support for
Thinking Spatially, Ed.) (1st ed.). Washington: National Academies Press.
Scholz, M. A., Huynh, N. T., Brysch, C. P., & Scholz, R. W. (2014). An Evaluation of University
World Geography Textbook Questions for Components of Spatial Thinking. Journal of Geography,
113(5), 208–219. https://doi.org/10.1080 /00221341.2013.872692
Sunarhadi, R.M.A., Anwar, B. S., & Suharjo. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran
Kompetensi Spasial (Model PETA) Bagi Calon Pendidik Geografi. In Seminar Nasional
Peringatan Hari Bumi untuk Meningkatkan Kecerdasan Ruang. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sunarhadi, R.M.A, Utaya, S., Astina, I.K., Budijanto. (2018) Perangkat Pembelajaran Berpikir
Spasial: Panduan pengajar, media, dan modul pembelajaran geografi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir spasial peserta didik. Geoinfolit. Surakarta
Yichun Xie, Allison H. (2015). STEM Education-Mobile learning-Place-based education-Next
Generation Science Standards (Education). Proceedings of the European Conference on e-
Learning. 2015, p323-330. 8p.

Anda mungkin juga menyukai