1
Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB/MDMC), PP Muhammadiyah, Jl. KHA Dahlan No. 103,
Yogyakarta, Indonesia, email: amin.sunarhadi@gmail.com
2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo 57162, email:suharjo@ums.ac.id
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk dapat memamparkan mengenai model-model
pendidikan kebencanaan yang telah terselenggara di Kabupaten Klaten. Model
yang ada dibandingkan untuk mendapatkan pola pelaksanaan kegiatan yang ada
dan mengetahui kelebihan dan kekurangan model-model pendidikan kebencanaan
yang sudah berjalan. Data yang digunakan berasal dari stakeholder kebencaaan di
Kabupaten Klaten, baik dari pemerintah daerah dalam hal ini adalah BPBD Klaten,
serta perwakilan relawan kebencanaan di Kabupaten Klaten. Sebagai pendukung,
dipergunakan data kajian efektivitas pembelajaran pendidikan kebencanaan di
Kabupaten Klaten. Terdapat 5 (lima) model pendidikan kebencanaan di Kabupaten
Klaten. Setiap model berkembang berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
sumberdaya sekolah atau kelompok masyarakat baik yang fokus pada
keberlanjutan, yaitu model ekstra kurikuler sekolah, maupun model fokus pada
keterlibatan massal sebagai program pemerintah.
Katakunci : pendidikan kebencanaan; integrasi materi bencana
Abstract
This paper aims to describe the models of disaster education that have been
implemented in Klaten District. Models are compared among them to obtain
patterns of implementation of existing activities and find out the advantages and
disadvantages of existing models of disaster education. The data source are from
stakeholder kebencaaan in Klaten District, both from local government in this case
is BPBD Klaten, and disaster volunteer representative in Klaten Regency.
Effectiveness of Disaster Education in Klaten Regency had been used as the
supporting data. There are 5 (five) models of disaster education in Klaten District.
Each model evolves based on the needs and availability of school resources or
community groups focusing on sustainability, the school's extra-curricular model,
as well as a focus model on mass engagement as a government program.
Keywords : disaster education; integration of disaster material
1
Bencana (SSB). merupakan salah satu
1. PENDAHULUA upaya preventif Termasuk kemudian wilayah yang memiliki
N berupa pendidikan adanya partisipasi risiko bencana yang
kebencanaan sejak MDMC dalam beragam. Secara
Wilayah
dini. pengembangan wilayah administrasi
Indonesia yang
Pendidikan Kerangka Kerja Kabupaten Klaten
terletak di daerah iklim
kebencanaan Sekolah Siaga mempunyai variasi
tropis dengan dua
merupakan salah satu Bencana pada Tahun bentuklahan, dan
musim yaitu panas
upaya langsung dalam 2011 bersama-sama mempunyai berbagai
dan hujan memiliki
pengurangan risiko lembaga lain dalam ancaman bencana
konsekuensi adanya
bencana. Konsorsium baik secara
perubahan cuaca,
Harapannya, pada Pendidikan Bencana lingkungan berupa
suhu dan arah angin
saat terjadi bencana, (KPB). degradasi lingkungan,
yang cukup ekstrim.
dapat meminimalkan Mandat penurunan kualitas air
Kondisi iklim seperti
jumlah korban. pelaksanaan tanah, gunung
ini digabungkan
Pendidikan pendidikan sebagai meletus, banjir, angin
dengan kondisi
kebencanaan bagian PRB menguat puting beliung dan
topografi permukaan
diharapkan juga dalam Forum gempa bumi (Suharjo,
dan batuan yang
menyiapkan generasi Internasional untuk 2016).
relatif beragam, baik
Bangsa Indonesia promosi pendidikan Pemerintah
secara fisik maupun
untuk memiliki ketangguhan bencana Kabupaten Klaten
kimiawi, menghasilkan
ketangguhan untuk yang menjadi bagian bersama masyarakat
kondisi tanah yang
mengembalikan salah satu forum menyadari bahwa
subur. Sebaliknya,
kehidupan menjadi publik pada World perlu
kondisi itu dapat
lebih baik pada saat Conference on mengarusutamakan
menimbulkan
pasca bencana. Disaster Risk PRB termasuk pada
beberapa akibat buruk
Inisiasi Reduction (WCDRR) sektor pendidikan. Hal
bagi manusia seperti
pendidikan pada tanggal 14 Maret ini ditunjukkan dengan
terjadinya bencana
kebencanaan sebagai 2015. Tujuan forum ini adanya peraturan
hidrometeorologi
bagian pengurangan adalah untuk bupati tentang
seperti banjir, tanah
risiko bencana (PRB) mempertemukan para implementasi
longsor, kebakaran
dilakukan Lembaga pemangku pendidikan
hutan dan kekeringan.
Penanggulangan kepentingan dan pihak kebencanaan yang
Masyarakat
Bencana (LPB) lain yang peduli ditetapkan dengan
Indonesia harus
Muhammadiyah atau dengan pendidikan Perbub Kabupaten
memiliki ketangguhan
yang dikenal sebagai bencana untuk Klaten Nomer 6 Tahun
dalam menghadapi
Muhammadiyah berbagi pengalaman 2014, yaitu
ancaman yang
Disaster Management dan pelajaran mereka memasukkan
dirasakan semakin
Center (MDMC) sejak yang beragam dan kurikulum
meningkat. Seiring
Tahun 2006. Program untuk lebih kebencanaan pada
dengan
saat itu dikenal meningkatkan aktivitas sekolah.
berkembangnya waktu
dengan nama Child kesiapsiagaan Pelaksana Perbup ini
dan meningkatnya
Disaster Awareness menghadapi bencana adalah Badan
aktivitas manusia,
for School and di masyarakat melalui Penanggulangan
kerusakan lingkungan
Communities pendidikan bencana. Bencana Daerah
hidup cenderung
(CDASC). Bentuk Para peneliti dan (BPBD) Klaten. Peran
semakin parah dan
kegiatannya dengan akademisi dari serta masyarakat
memicu meningkatnya
melakukan berbagai latar melalui organisasi
jumlah kejadian dan
pendampingan belakang mensepakati lainnya juga tampak
intensitas bencana
sekolah pasca pada akhir pertemuan besar dengan adanya
hidrometeorologi
bencana dan untuk menyampaikan berbagai kegiatan
(banjir, tanah longsor
pengembangan Deklarasi Sendai. pendidikan
dan kekeringan) yang
perangkat Dalam Deklarasi kebencanaan di
terjadi secara silih
pembelajaran bertema Sendai itulah Kabupaten Klaten
berganti di banyak
bencana. Program diperjelas pentingnya dengan ragam yang
daerah di Indonesia
tersebut menjadi kedudukan pendidikan berbeda.
(BNPB, 2016). Jumlah
pembelajaran baik PRB untuk Tulisan ini
masyarakat dan
(good practices) bagi ketangguhan bertujuan untuk dapat
luasan wilayah yang
MDMC untuk bencana. memamparkan
terdampak yang
membangun program Pemerintah mengenai model-
semakin besar
Sekolah Siaga Kabupaten Klaten model pendidikan
menuntut adanya
Prosiding
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN- RISET KEBENCANAAN KE-5 TAHUN 2018
IKATAN AHLI KEBENCANAAN INDONESIA (IABI)
Universitas Andalas
Padang, 02-04 Mei 2018
outbond pembelajaran sementara dengan bencana saat ini, tidak dan kekurangan
kebencanaan meliputi pendampingan saat hanya dipersiapkan masing-masing. SSB
PPGD (pertolongan ada kesiapsiagaan saja memiliki kelebihan
pertama gawat program/penunjukan namun juga mitigasi, untuk menjangkau
darurat), pengetahuan dan belum menjadi baik secara struktural kegiatan secara
gempa, pengetahuan agenda pengelolaan maupun non struktural massal. BPBD dapat
banjir, pengetahuan sekolah. Model yang (Twigg, 2015). menggerakkan
gunung berapi, cara termasuk pola ini Pendidikan banyak sekolah
menyelamatkan diri adalah SSB, Sekolah kebencanaan meskipun dengan
serta menolong, CERDAS, dan merupakan bagian kondisi sekolah yang
teknik survive di outbond Pembelajaran pembangunan beragam
hutan, dan rappelling Kebencanaan. Pola ketangguhan/resiliensi sumberdayanya.
(penggunaan tali kedua adalah melalui masyarakat (resilient Dalam hal ini, peran
sebagai jalur pintasan jalur ekstrakurikuler community) terhadap pemerintah sebagai
atau gantungan saat sebagai pembelajaran bencana. Pendidikan bagian koordinasi
turun dari ketinggian). pilihan dan ditawarkan kebencanaan sumberdaya memiliki
MDMC Klaten terus meneruspada merupakan bagian peran penting.
melaksanakan setiap tahun. Model untuk memperkuat Ektra kurikuler
outbond pembelajaran yang termasuk pada ketangguhan warga Mitigasi Bencana
kebencanaan dengan pola ini adalah komunitas terhadap memiliki kelebihan
siswa-siswa SMP Ekstrakurikuler bencana melalui dalam melakukan
Islam Nurul Mustofa Mitigasi Bencana. pendidikan (Modul regenerasi dan upaya
Klaten. Lokasi Sekolah Aman menjaga
kegiatan berada di Kemendikbud, 2015). keberlanjutan. Ekstra
komplek Rawa Dalam keseharian, kurikuler Mitigasi
Jombor Purba, Pola yang ketangguhan Bencana menjaga
Krakitan, Bayat. ketiga adalah seringkali disebut regenerasi dengan
Instruktur yang pendidikan dengan kapasitas dan menggunakan siswa
mengajar pada kebencanaan sebagai kapasitas coping kelas yang lebih tinggi
kegiatan ini semuanya gerakan sehingga (coping capacity) sebagai instruktur di
berasal dari relawan tujuan utamanya dengan jangkauan sekolah. Hal ini
MDMC yang telah adalah memobiliasasi makna yang lebih luas memberikan
terlatih dan sebagian untuk turun tangan (Twigg, 2009). kesempatan kepada
sudah bersertifikat. langsung melakukan Perilaku ketangguhan siswa untuk
Relawan-relawan mitigasi. Bentuk mencerminkan mendalami leboh
tersebut terbagi dalam kegiatan dan kemampuan lanjut materi dan
beberapa kategori waktunya disesuaikan komunitas untuk ketrampilan
keahlian, yaitu water dengan pihak terlibat. menghadapi tekanan kebencanaan. Selain
rescue, SAR, Model yang masuk atau kesulitan untuk itu, keberlanjutannya
psikososial, dan dengan pola ini adalah dapat bangkit kembali lebih terjaga.
medis. Sekolah Sungai pada kondisi Sekolah
Berdasarkan Klaten. sebelumnya (Susanti, CERDAS, sebagai
deskripsi 5 (lima) Ketiga pola A., 2016) . kolaborasi materi SSB
model pendidikan pendidikan dan Sekolah Welas
kebencanaan yang kebencanaan, yang 3.2 Good Asih, dilaksanakan
dilakukan di sebenarnya Practices dengan menyajikan
Kabupaten Klaten merupakan Model materi tidak terpaku
maka didapatkan 3 implementasi Pendidikan pada bencana alam
(tiga) pola pengurangan risiko Kebencanaan saja. Materi
pelaksanaanya. bencana, mengarah di Kabupaten perdamaian yang
Pola yang pada kesiapsiagaan Klaten disajikan sekaligus
pertama adalah saja. Padahal, sesuai Kelima model mewakili pembahasan
pendidikan dengan kedudukan pendidikan mengenai bencana
kebencanaan di PRB sebagai kebencanaan di sosial.
sekolah sebagai mainstream Kabupaten Klaten “Sekolah”
program titipan atau penanggulangan memiliki kelebihan Sungai Klaten
5
menempatkan kata problematika topik-topik apa saja religius dan memiliki
“sekolah” sebagai pendidikan yang harus kemampuan serta
gerakan bersama kebencanaan antara dimasukkan. Justin ketrampilan intelektual
untuk berubah lain berkaitan bahan Sharpe dan Ilan handal, juga harus
memperlakukan ajar, pendidik, Kelman (2011) menjadi warga negara
sungai lebih baik dan kurikulum, sarana menunjukkan bahwa yang baik dan aktif
lestari. Fokus garapan prasarana, media ada tiga teori (good and active
yang pada jenis pendidikan, pendidikan geografi citizen), baik sebagai
bencana terkait perencanaan, yang dapat digunakan warga bangsa
sungai, yaitu banjir, manajemen sekolah, dalam konteks maupun sebagai
longsor, dan kualitas dan rehabilitasi pendidikan terkait warga global (global
air. Hal ini psikologi pasca materi bencana, yaitu citizen) dengan
memungkinkan bencana. pengalaman belajar mengenal lingkungan
pendalama mengenai Materi (experiental learning), spasial atau
mitigasi dan pembelajaran dalam kecerdasan majemuk lingkungan wilayah.
kesiapsiagaan yang pendidikan (multiple
lebih mendalam. kebencanaan di intelligences), dan
Outbond Kabupaten Klaten teori diri (self- 4. KESIMPULAN
pembelajaran sudah mendasarkan theories).
Terdapat 5
kebencanaan memiliki pada jenis bencana Adapun
(lima) model
keunggulan dalam hal yang ada di penelitian terkait
pendidikan
situasi pelaksanaan Kabupaten Klaten. dengan efektivitas
kebencanaan di
pendidikan yang Namun, memang Perbub no 6 tahun
Kabupaten Klaten.
kontekstual karena belum spesifik 2014 pernah
Model yang dimaksud
dikombinasikan terhadap sebarannya dilakukan oleh
adalah (i) Sekolah
dengan permainan di kecamatan. (Dahroni, Sunarhadi,
Siaga Bencana, (ii)
sehingga Sehingga perlu M. A., Astrid, 2016)
Ekstra Kurikuler
memudahkan dalam perhatian mengenai yaitu efektivitas
Mitigasi Bencana, (iii)
memberikan motivasi. pertimbangan pembelajaran
Sekolah CERDAS, (iv)
Pengalaman langsung ancaman bencana kesiapsiagaan
“Sekolah” Sungai, dan
yang dirasakan siswa sesuai dengan tingkat bencana di Kabupaten
(v) outbond
akan membuat risiko bencana yang Klaten. Hasil riset
pembelajaran
pengalaman tersebut ada pada setiap lokasi menunjukkan strategi
kebencanaan.
tersimpan dalam sekolah atau asal pembelajaran model
Masing-masing
jangka lama. Selain peserta didik. Selain active learning yang
model berkembang
itu, materi yang dapat itu, dirasakan masih tepat bisa
berdasarkan
disesuaikan dengan minimnya media meningkatan karakter
kebutuhan dan
kebutuhan dan pembelajaran siswa dalam
ketersediaan
sumberdaya mengenai bencana di bekerjasama, mandiri
sumberdaya sekolah
memudahkan Klaten. Penyusunan menciptakan siswa
atau kelompok
pelaksanaan kegiatan perangkat yang aktif memberikan
masyarakat. Model
ini. pembelajaran beserta sentuhan dan
yang memiliki
Diantara model proses pembelajaran rangsangan daya
keberlanjutan adalah
pendidikan perlu dilakukan ingat dan pikir siswa
sebagai ekstra
kebencanaan tersebut inovasi yang dilakukan pada
kurikuler sekolah.
tidak dapat pengembangan, proses pembelajaran,
Model yang memiliki
disimpulkan mana misalnya bahan ajar namun materi yang
keterlibatan jumlah
model yang terbaik dan media ada belum
banyak atau massal
saat ini. Masing- pembelajaran yang memberikan
adalah sekolah siaga
masing memiliki menarik (Sunarhadi, pemahaman pada
bencana sebagai
kelebihan. Sementara M. A., Mauly H., Agus wilayah risiko
program pemerintah
kekurangan yang Supriyadi, 2015). bencana. Hal senada
yang bisa
umum ditemui antara Jerry T. Mitchell pernah dilakukan
mengkombinasikan
lain adalah berkaitan (2009) menyebutkan penelitian tentang
antara pelaksanaan
kompetensi pendidik bahwa pustaka pengembangan
melalui intra kurikuler
dan perangkat pendidikan kurikulum yang
dan ekstra kurikuler.
pembelajaran. kebencanaan terpusat berkarakter oleh
Merujuk pada pada dua hal utama, (Musiyam, 2016).
Suprayoga Hadi yaitu membuat bahan Kurikulum harus bisa
(2009) dan Gwee, dkk ajar untuk pengajaran memanusiakan
(2011) bahwa dan kajian mengenai manusia yang selain
Prosiding
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN- RISET KEBENCANAAN KE-5 TAHUN 2018
IKATAN AHLI KEBENCANAAN INDONESIA (IABI)
Universitas Andalas
Padang, 02-04 Mei 2018