Anda di halaman 1dari 6

The 8th University Research Colloqium 2018

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

KAJIAN INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN KEBENCANAAN UNTUK


SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN KLATEN

INTRUCTIONAL ANALYSIS OF DISASTER EDUCATION AT KLATEN REGENCY


1
Suharjo, 2M. Musiyam , 3R. Muh. Amin Sunarhadi, 4Harun Joko Prayitno dan
5
Miftahul Arozaq
1,2,4
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. A. Yani Pabelan, Kartasura, Sukoharjo 57162, email:suh254@ums.ac.id
3
Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB/MDMC), PP Muhammadiyah,
Jl. KHA Dahlan No. 103, Yogyakarta, Indonesia, email: amin.sunarhadi@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian tujuan, langkah, dan turunan
kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran kebencanaan untuk tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Klaten. Kajian instruksional menggunakan
systematic instructional design (ISD) dengan model Dick & Carey. Panduan
Pembelajaran Kebencanaan di Kabupaten Klaten yang telah ditetapkan
penggunaannya melalui Peraturan Bupati Klaten Nomor 6 Tahun 2014 adalah dokumen
utama yang dikaji. Kajian menggunakan tiga alat analisa, yaitu analisa ujung depan
(front-end analysis), analisa tujuan (goal analysis), dan analisa ketrampilan subordinat
(subordinat skill analysis). Data diperoleh melalui kajian pustaka dan focused group
discussion (FGD) para ahli bidang (subject matter experts/SME) pembelajaran dan
kebencanaan di Kabupaten Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran kebencanaan merupakan mandat kebijakan pemerintah. Tujuan
pembelajaran kebencanaan mengacu tiga kemampuan, yaitu siswa mampu melakukan
kajian risiko bencana, upaya mitigasi bencana, dan kesiapsiagaan bencana di
lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya. Hasil kajian dijabarkan dalam diagram
kajian instruksional pembelajaran kebencanaan dengan hirarki dan prosedur
pembelajaran. Turunan kemampuan meliputi 1) informasi verbal terkait istilah, lokasi,
dan pengetahuan dasar kebencanaan, 2) keterampilan intelektual dalam menerapkan
prosedur manajemen bencana, 3) strategi kognitif dalam merumuskan dan menyajikan
pengetahuan dan ketrampilan manajemen bencana, 4) ketrampilan motorik dan 5) sikap
dalam pengurangan risiko bencana.

Kata Kunci : kajian instruksional; pembelajaran kebencanaan;

PENDAHULUAN menyiapkan generasi emsas 2045 yang


memiliki kecakapan abad 21 dengan
Gerakan sekolah aman yaitu
pondasi relegius, nasionalis, mandiri,
Sekolah yang menerapkan standar sarana
gotong royong dan integritas yang disajikan
dan prasarana serta budaya yang mampu
pada Gambar 1.
melindungi warga sekolah dan lingkungan
Setidaknya ada dua alasan yang
di sekitarnya dari bahaya bencana.
mendasari mengapa pendidikan karakter
(Kemendikbud, 2017) membangun sekolah
semakin penting dalam penyelenggaraan
aman melalui penguatan pendidikan
pendidikan di Indonesia, yakni
karakter sebagai pendidikan poros
kecenderungan dekadensi moral bangsa
kehidupan sebagai bentuk untuk
The 8th University Research Colloqium 2018
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

yang semakin mengkhawatirkan dan aman dari bencana yaitu: (1)


intensitas globalisasi yang semakin Mengidentifikasi lokasi sekolah/madrasah
menguat. Selain itu, memasuki abad 21, pada prioritas daerah rawan bencana
dunia pendidikan di Indonesia akan gempabumi dan tsunami; (2) Memberikan
menghadapi tantangan berat sebagai acuan dalam penerapan Sekolah/Madrasah
implikasi dari semakin meningkatnya Aman dari bencana baik secara struktural
globalisasi dalam berbagai aspek dan non-strutural.
kehidupan. Salah satu kebijakan penguatan Pemerintah Kabupaten Klaten salah
pendidikan karakter melalui gerakan satu pemerintah daerah yang
sekolah aman yang merupakan mengarusutamakan pengurangan risiko
pembelajaran yang berkomitmen akan bencana dengan membuat peraturan bupati
budaya aman dan sehat, sadar akan risiko, tentang Implementasi kurikulum bencana di
memiliki rencana yang matang dan mapan sekolah, Secara wilayah administrasi
sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan Kabupaten Klaten mempunyai variasi
selalu siap untuk merespons pada saat bentuklahan, dan mempunyai berbagai
darurat dan bencana (PERKA BNPB No 4 ancaman bencana baik secara lingkungan
Tahun 2012). Letak Indonesia sebagai berupa degradasi lingkungan, Penurunan
laboratorium Bencana menjadi komitmen kualitas air tanah, gunung meletus, banjir,
pemerintah dalam mewujudkan gerakan angin puting beliung dan gempa bumi
sekolah aman bencana yang merupakan (Suharjo, 2016), Kabupaten Klaten sejak
amanat dari Undang-Undang Nomor 24 2015 mengimplementasikan pendidikan
tahun 2007 dan sejalan dengan prakarsa siaga bencana yang ditetapkan dengan
United Nation International Srtategy For Perbub Kabupaten Klaten Nomer 7 tahun
Disaster Rreduction (UNISDR) terkait 2014 yaitu memasukkan kurikulum
kampanye Sendai Framework Action tahun kebencanaan pada aktivitas ekstrakurikuler
2015-2030 dengan tujuan penyusunan berupa sekolah siaga bencana.
pedoman penerapan sekolah/madrasah

Gambar 1. Penguatan pendidikan karakter sebagai poros kehidupan (Kemendikbud, 2017)


The 8th University Research Colloqium 2018
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Namun dari evaluasi efektivitas Klaten yang telah ditetapkan


pembelajaran oleh 30 mahasiswa penggunaannya melalui Peraturan Bupati
Pendidikan geografi FKIP UMS pada Klaten Nomor 6 Tahun 2014 adalah
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kabupaten dokumen utama yang dikaji. Kajian
Klaten pada tahun 2016 sebagian besar menggunakan tiga alat analisa, yaitu analisa
materi pembelajaran kebencanaan belum ujung depan (front-end analysis), analisa
optimal karena masih dibahasnya ancaman tujuan (goal analysis), dan analisa
bencana yang belum sesuai dengan tingkat ketrampilan subordinat (subordinat skill
risiko bencana yang ada pada setiap lokasi analysis). Data diperoleh melalui kajian
sekolah atau peserta didik. Penyusunan pustaka dan focused group discussion
perangkat pembelajaran beserta proses (FGD) para ahli bidang (subject matter
pembelajaran perlu dilakukan inovasi experts/SME) pembelajaran dan
pengembangan, misalnya bahan ajar dan kebencanaan di Kabupaten Klaten.
media pembelajaran yang menarik
(Sunarhadi, M. A., Mauly H., Agus HASIL DAN PEMBAHASAN
Supriyadi, 2015).Kabupaten Klaten belum 1. Kajian Kebutuhan untuk Penetapan
optimal melaksanakan pendidikan sekolah Tujuan Pembelajaran
aman becana, masih terbatas pada Analisis kinerja siswa dalam
pengembangan sekolah siaga bencana. pengetahuan kebencanaan dilakukan untuk
Hasil kajian tersebut perlu ditindak lanjuti mengetahui bagaimana SMA selama ini
untuk mencari solusi dari masalah-masalah dalam membekali siswa dalam
tersebut maka dalam penelitian ini akan pengurangan risiko bencana. Kinerja
dibahas bagaimana merancang model pertama adalah berkaitan wilayah sekolah
pembelajaran yang mengintegrasikan PRB dan tempat tinggal siswa berkaitan kejadian
secara efektif dengan menerapkan berbagai bencana yang ada selama ini.
kemungkinan teori pembelajaran, metode Kabupaten Klaten merupakan salah
mengajar, dan media yang aktif dan inovatif satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan kajian risiko pada setiap yang mempunyai tingkat kerentanan
wilayah. bencana yang dapat dikatakan cukup tinggi.
Uraiaan diatas menunjukkan bahwa Tingginya bencana karena wilayah
model pendidikan aman bencana Kabupaten Klaten lereng gunung api
merupakan kompetensi dan karakter yang Merapi , dan perbukitan struktural Bayat.
harus dibangun oleh peserta didik di tingkat Bencana yang terjadi daerah lereng Merapi
sekolah menengah atas utuk membentuk yaitu letusan gunung api Merapi,
karakter yang resilience/tangguh. Tujuan kekeringan, angin puting beliung, longsor
penelitian ini adalah melakukan kajian lahan dan banjir; sedang di daerah
tujuan, langkah, dan turunan kemampuan strukturan perbukitan Bayat bencana yang
yang diperlukan dalam pembelajaran terjadi kekeringan, longsor lahan dan gempa
kebencanaan untuk tingkat Sekolah bumi tektonik.
Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bencana gempa bumi tektonik
Klaten. Kajian instruksional pada model terjadi di Kabupaten Klaten pada tanggal 27
pendidikan aman bencana di sekolah Mei 2006. Menurut Data Satlak
menenangah atas Kabupaten Klaten Penanganan Bahaya Bencana (PBB)
diperlukan untuk mewujudkan tranfromasi menyebutkan jumlah korban jiwa gempa
masyarakat yang mempunyai kualitas bumi di Klaten hingga Minggu pukul 14.00
pendidikan. WIB mencapai 838 orang sedangkan yang
luka berat 842 orang. Jumlah korban jiwa
METODE tersebut meningkat sebanyak 30 orang
Kajian instruksional menggunakan hanya dalam waktu dua jam yakni dari 808
systematic instructional design (ISD) orang pada pukul 12.00. Meningkatnya
dengan model Dick & Carey. Panduan jumlah korban meninggal akibat gempa
Pembelajaran Kebencanaan di Kabupaten bumi di Klaten tersebut terjadi di rumah
The 8th University Research Colloqium 2018
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

sakit yang mencapai 119 orang dari Prambanan, Wedi, Cawas, Karangdowo,
sebelumnya hanya 89 orang. Sementara itu Gantiwarno, Klaten Tengah, Bayat, dan
jumlah bangunan warga yang roboh Trucuk, belum diketahui kerugian material
mencapai 12.073 rumah, rusak berat 1.950 yang diakibatkan oleh banjir. Pada tanggal
unit rumah dan rusak ringan 4.768 unit 23 Februari 2014 berdasarkan informasi
rumah sementara bangunan pemerintah dari (BPBD) 2014, terdapat 5 kecamatan di
roboh satu unit, rusak berat 22 unit dan wilayah Kabupaten Klaten terendam banjir
rusak ringan 111 unit. hal ini diebabkan oleh tingginya curah hujan
Letusan gunung berapi juga mengakibatnya jebolnya tanggul dan
menjadi salah satu ancaman di wilayah meluapnya kali Dengkeng. Kecamatan yang
Kabupaten Klaten. Menurut data informasi terkena dampak banjir antara lain
dari BNPB (2010) pada 26 November 2010 Gantiwarno, Wedi, Bayat, Trucuk dan
bencana letusan gunung merapi yang terjadi Cawas. Menurut Pusat Data dan Informasi
di Kabupaten Klaten menyebabkan ± 41 (Pusdatin) BPBD Klaten total warga yang
jiwa meninggal dan 51 jiwa luka-luka serta terkena dampak banjir totalnya sebanyak
107 jiwa harus mengungsi dan kehilangan 6.800 jiwa. Jumlah ini meliputi Kecamatan
aset. Bencana kekeringan dan angin putting Wedi sebanyak 250 jiwa, Cawas (4000),
beliung. Bayat (2.500) dan Gantiwarno (85),
Kekeringan berdampak kususnya sedangkan kerusakan jumlah lahan
alam penyediaan air bersih maupun persawahan yang terendam banjir totalnya
pertanian. Kegagalan panen dikarenakan 731 hektare, antara lain di Wedi sekitar 350
meninggkatnya kematian vegetasi dan ha, Trucuk (27), Cawas (135), Gantiwarno
mempercepat pelapukan tanah. Kegagalan (175) dan Bayat (40 ha)
panen mengakibatkan penurunan Berdasarkan variasi jenis, intensitas
pendapatan petani. Sementara angin putting serta korban bahwa dampak bencana
beliung melanda pada awal musim hujan di terdapat hampir di semua wilayah
beberapa wilayah bagian selatan. Kabupaten Klaten. Hal ini kemudian
Bencana longsor lahan, wilayah disikapi dengan kebijakan pemerintah
yang berpotensi yaitu Kecamatan daerah melalui Peraturan Bupati Klaten
Prambanan, Gantiwarno, Wedi, Bayat dan mengenai kesiapsiagaan melalui pendidikan
Cawas yang berbatasan lansung dengan pengetahuan kesiapsiagaan siswa sekolah
Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I menengah atas dan kejuruan (SMA/SMK )
Yogyakarta. Bencana lbanjr dan longsor di wilayah Kabupaten Klaten. Dalam hal
lahan; pada tanggal 14 November 2015, ini, tujuan pembelajaran merupakan mandat
berpotensi terjadinya bencana banjir dan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
tanah longsor di wilayah Kabupaten Klaten Peraturan Bupati Klaten Nomor 6 Tahun
yaitu terdapat 94 desa dari 11 Kecamatan 2014. Pada salah satu diktuk keputusannya
yang meliputi Kecamatan Ceper, Pedan, berbunyi bahwa Panduan Pembelajaran
Prambanan, Gantiwarno, Bayat, Cawas, Kebencanaan merupakan pedoman dalam
Karangdowo, Juwiring, Jogonalan, Wedi, kegiatan pembelajaran kebencanaan di
Kalikotes, dan Trucuk. Kabupaten Klaten mulai Tahun Ajaran
Berdasarkan informasi dari 2014/2015.
(BPBD) 2016 pada tanggal 2 Februari 2016 Tujuan umumnya adalah
Banjir melanda Kabupaten Klaten yang “Membangun budaya sadar bencana,
disebabkan oleh hujan deras dengan kesiapsiagaan, keselamatan, dan
intensitas tinggi terjadi banjir di 8 ketangguhan di tingkat sekolah untuk
kecamatan, sebanyak 9 unit rumah mencegah dan mengurangi potensi kerugian
terendam banjir di kecamatan Klaten yang ditimbulkan akibat bencana alam serta
Tengah dengan kedalaman banjir terpantau menumbuhkan rasa empati dan
yaitu 30 cm. Kecamatan di Kabupaten kesetiakawanan pada sesama yang
Klaten yang terendam banjir antara lain mengalami bencana”.
The 8th University Research Colloqium 2018
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Adapun Tujuan khususnya terdiri memahami kontek Kesiapsiagaan dan


atas a. Memberdayakan peran kelembagaan mitigasi bencana karena faktor kombinasi
dan kemampuan komunitas sekolah; b. alam dan ulah manusia, diturunkan menjadi
Mengintegrasikan pengurangan risiko 6 (enam) Kompetensi Dasar, yaitu
bencana ke dalam kegiatan intrakurikuler menjelaskan berbagai jenis (resiko)
dan ekstra-kurikuler; dan c. Membangun bencana di kabupaten Klaten, memberikan
kemitraan dengan berbagai pihak untuk contoh faktor alam dan ulah manusia yang
mendukung pelaksanaan pengurangan menyebabkan bencana, menerangkan lokasi
risiko bencana di sekolah, baik yang bersifat daerah rawan bencana di kabupaten klaten,
struktural maupun non struktural. menjelaskan dampak yang mengakibatkan
bencana, menerapkan cara pencegahan
bencana di lingkungan sekitarnya, dan
2. Kajian Langkah Pembelajaran membiasakan hidup siaga terhadap
Kebencanaan bencana.
Dalam rangka memberikan Pada Standar Kompetensi kedua,
pembelajaran bermakna mengenai yaitu mengidentifikasi risiko kebencanaan
kebencanaan pada siswa SMA/SMK maka dan cara penangan resiko bencana,
perlu ketepatan langkah dalam diturunkan menjadi 7 (tujuh) Kompetensi
pembelajaran yang dilakukan. Langkah ini Dasar, yaitu mengklasifikasikan bencana
dituangkan dalam pernyataan kemampuan berdasarkan tanda-tandanya, memberi
yang disebut sebagai standar kompetensi contoh tindakan langsung pada saat bencana
atau setara dengan kompetensi inti terjadi, mengetahui cara menolong diri
pembelajaran kebencanaan. Standar sendiri jika terjadi bencana, mengetahui
Kompetensinya adalah 1) memahami pihak yang harus dihubungi pada setelah
kontek Kesiapsiagaan dan mitigasi bencana bencana terjadi (cara mencari bala bantuan),
karena faktor kombinasi alam dan ulah menganalisis secara sederhana ancaman,
manusia, 2) mengidentifikasi risiko resiko, kapasitas dan kerentanan bencana
kebencanaan dan cara penangan resiko alam yang ada di Kabupaten Klaten,
bencana, dan 3) memutuskan tindakan menyususn rencana kontijensi bencana
pemulihan bencana. alam secara sederhana yang ada di
Tujuan pembelajaran kebencanaan lingkungan sekitarnya, dan menyusun jalur
mengacu empat kemampuan, yaitu 1) siswa evakuasi dan peta evakuasi bencana baik di
mampu melakukan kajian risiko bencana, 2) lingkungan masyarakat maupun sekolah.
upaya mitigasi bencana, 3) kesiapsiagaan Pada Standar Kompetensi pertama,
bencana di lingkungan sekolah, dan 4) yaitu memutuskan tindakan pemulihan
kesiapsiagaan bencana di tempat bencana, diturunkan menjadi 6 (enam)
tinggalnya. Kompetensi Dasar, yaitu membentuk tim
Strategi pelaksanaannya adalah penangan bencana di sekolahnya dan
dengan melaksanakan (1) pengintegrasian memiliki keahlian dasar evakuasi yang
pengurangan risiko bencana ke dalam memadai, membuat rancangan rumah tahan
kurikulum satuan pendidikan formal, dan gempa secara sederhana, mengidentifikasi
(2) Pembangunan kemitraan dan jaringan pihak yang terlibat pada pemulihan
antar berbagai pihak untuk mendukung bencana, menggunakan alat komunikasi
pelaksanaan PRB di sekolah. dalam penangan bencana alam, dan
menginvetarisasi kebutuhan pemulihan
3. Kajian Turunan Kemampuan dalam bencana jangka pendek/mendesak serta cara
Pembelajaran Kebencanaan mendapatkannya.
Berdasarkan standar kompetensi Turunan kemampuan yang
maka kemampuan yang harus dicapai siswa diperlukan meliputi 1) informasi verbal
diturunkan dalam Kompetensi Dasar. Pada terkait istilah, lokasi, dan pengetahuan dasar
Standar Kompetensi pertama, yaitu kebencanaan, 2) keterampilan intelektual
The 8th University Research Colloqium 2018
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

dalam menerapkan prosedur manajemen Kualitatif, dan R&D. Bandung :


bencana, 3) strategi kognitif dalam Alfabeta.
merumuskan dan menyajikan pengetahuan Rosmusson, B., Sunarhadi, M. A., Mauly
dan ketrampilan manajemen bencana, 4) H., Agus Supriyadi. 2015.
ketrampilan motorik dan 5) sikap dalam Development of Prepared and Safe
pengurangan risiko bencana. (PAS) School as Disaster Risk
Reduction Education Model.
KESIMPULAN National Conference of Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan Disaster Experts (IABI). DOI:
bahwa tujuan pembelajaran merupakan 10.13140/RG.2.1.2473.3927.
mandat kebijakan pemerintah. Tujuan
pembelajaran kebencanaan mengacu tiga
kemampuan, yaitu siswa mampu
melakukan kajian risiko bencana, upaya
mitigasi bencana, dan kesiapsiagaan
bencana di lingkungan sekolah dan tempat
tinggalnya. Hasil kajian dijabarkan dalam
diagram kajian instruksional pembelajaran
kebencanaan dengan hirarki dan prosedur
pembelajaran. Turunan kemampuan
meliputi 1) informasi verbal terkait istilah,
lokasi, dan pengetahuan dasar kebencanaan,
2) keterampilan intelektual dalam
menerapkan prosedur manajemen bencana,
3) strategi kognitif dalam merumuskan dan
menyajikan pengetahuan dan ketrampilan
manajemen bencana, 4) ketrampilan
motorik dan 5) sikap dalam pengurangan
risiko bencana.

DAFTAR PUSTAKA
BPBD. 2014. Panduan Pembelajaran
Kebencanaan Di Kabupaten Klaten.
Klaten : BPBD.
LIPI. 2009. Panduan Mengukur Tingkat
Kesiapsiagaan Masyarakat dan
Komunitas Sekolah.
Pribadi, S. Krishna dan Ayu Krisna
Yuliawati. Pendidikan Siaga
Bencana Gempa Bumi Sebagai
Upaya meningkatkan Keselamatan
Siswa (Studi Kasus
Pada SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2
Kabupaten Bandung). (PDF).
(diakses pada tanggal 27 Januari
2016).
Puturuhu, Ferad. 2015. Mitigasi Bencana
dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Anda mungkin juga menyukai