Anda di halaman 1dari 33

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA

ZOOM MEETING UNTUK PJJ DI SDN 1 TANJUNG MELALUI IHT


(Penelitian Tindakan Sekolah di SDN 1 Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya)

Laporan Hasil Penelitian Tindakan Sekolah


Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat pengajuan Kenaikan Pangkat
Gol IVA ke IVb

Oleh
Caswita, S.Pd.I,MA.Pd
NIP. 198012012009021002

DINAS PENDIDIKAN
KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Musibah pandemic virus corona yang menimpa bangsa Indonesia dan dunia, telah
menyebabkan keterpurukan tatanan kehidupan sosial. Semua aspek harus mampu
menyesuaikan dengan kondisi untuk pencegahan penyebaran corona. Entah sampai
kapan pandemik covid 19 berakhir. World Health Organization (WHO) atau
Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan corona sebagai darurat kesehatan
masyarakat dunia sudah menjadi perhatian internasional pada tanggal 30 Januari 2020
serta pandemi pada 11 Maret 2020 (Cucinotta & Vanelli, 2020). Dengan adanya
pandemik tersebut dibutuhkan pemikiran dan solusi yang tepat untuk dapat
mengantisipasi dan mencegahnya. Semua aspek kehidupan harus dapat menyesuaikan
dengan kondisi pandemik. Apabila tidak dapat menyesuaikan dipastikan akan
berhenti berjalan akibat adanya pandemik. Aspek sosial, politik, ekonomi, budaya,
pendidikan dan lainnya berhenti total akibat ancaman pandemik covid 19. Hanya
yang mampu menyesuikan dengan kondisi tersebut yang dapat bertahan dengan
segala keterbatasan.
Virus corona telah memaksa berbagai aspek untuk menjalankan adaptasi apa yang
disebut dengan kehidupan normal baru. Sekarang ini seluruh bangsa di dunia sedang
berusaha dengan sekuat tenaga untuk menanggulangi penyebaran virus corona
Corona. Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak virus corona,
tentunya juga disibukkan dengan cara bagaimana menanggulanginya. Sebagai bentuk
ikhtiar pemerintah dalam menekan penyebaran virus tersebut adalah dengan
mengeluarkan berbagai kebijakan protokol kesehatan. Diantaranya yaitu kewajiban
memakai masker, mencuci tangan, social and physical distancing hingga pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM). Kondisi ini mengharuskan aktivitas masyarakat berada dirumah atau stay at
home, bekerja, beribadah, dan belajar di rumah.
Dampak penyebaran corona sangat berdampak sekali bagi dunia pendidikan.
Sehingga pemerintah harus membuat lebijakan untuk mengantisifasi penyebaran virus
tersebut di lembaga pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat
keputusan berupa Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan
Coronavirus Disease (COVID-l9) yang berlaku Pada Satuan Pendidikan untuk
kegiatan belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi dilakukan dari rumah atau
disebut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) (Kemdikbud RI, 2020). Kebijakan
tersebut dilakukan unutk memutuskan dan mencegah terrjadinya penularan virus
covid 19.
Sehingga pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia telah menganjurkan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh yang dilakukan
secara online, dengan tujuan mencegah meluasnya corona ini. Secara yuridis
pembelajaran jarak jauh(PJJ)merupakan pola pembelajaran yang berlangsung dengan
adanya keterpisahan antara guru dan peserta didik. Menurut UU Nomor 20 Tahun
2003 pasal 1 Ayat 15 pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan yang peserta
didiknya tidak bertatap muka secara langsung dengan pendidikdan proses
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar seperti teknologi dan
komunikasi ataupun media lainnya.
Lebih lanjut pemerintah juga terus memperpaharui kebijakan-kebijakan terkait
dengan pembelajaran masa pandemic berdasarkan kondisi yang ada. Pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan dan inisiatif untuk menghadapi kendala
pembelajaran di masa pandemi Corona, seperti revisi surat keputusan bersama (SKB)
Empat Menteri yang telah diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020, untuk menyesuaikan
kebijakan pembelajaran di era pandemi saat ini. Selain itu, sekolah diberi fleksibilitas
untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa di masa
pandemi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan terkait kurikulum pada masa darurat. Pembelajaran masa pandemik
diberikan alternatif oleh pemerintah dengan menyesuiakan dengan kategori zona
penyebaran corona. Diantara model alternatif tersebut bisa melalui PJJ luring dan
daring dengan berbagai aplikasi yang ada (zoom meeting, googel meet, jitsi dan yang
lainnnya), belajar dari rumah (BDR) melalui modul, kegiatan Belajar dari Rumah
melalui TVRI, peluncuran portal Guru Berbagi, dan tentunya inovasi lainnya yang
terus berkembang. (https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/kebijakan-kemendikbud-
di-masa-pandemi).
Sudah lebih dari satu tahun pembelajaran tatap muka secara normal dihentikan
untuk kebaikan semua dengan mengutamakan aspek kesehatan siswa dan guru.
Kondisi demikian tentunya berpengaruh pada kegiatan pembelajaran tatap muka pada
umumnya, sehingga dibutuhkan berbagai inovasi dalam melaksanakan proses
pembelajaran pengganti pembelajaran tatap muka. Salah satu inovasi yang dilakukan
pendidikan pada masa pandemi ini yaitu dengan melakukan pembelajaran jarak jauh
secara secara online atau daring.
Pembelajaran jarak jauh juga dikenal dengan E-learning. E–learning merupakan
aplikasi diciptakan untuk mengatasi persoalan atau kendala dalam proses belajar
antara guru dan pesertadidik, terutama terkait dengan pembatasan ruang dan waktu.
Dengan E-learning pendidik dan peserta didik tidak harus berada dalam satu dimensi
ruang dan waktu, tetapi proses pembelajaran dapat berjalan dan mengabaikan kedua
hal tersebut (Putri,2011). Dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ), dapat
digunakan beberapa metode yang berperan untuk melengkapi empat komponen
pendidikan; adapun komponen tersebut meliputi; pendidikan umum, untuk
memperjelas pengetahuan dan wawasan pendidik tentang mata pelajaran yang
diampunya, pengajaran pedagogi dan perkembangan anak, dan menjadi sebuah
pedoman untuk membentuk kelas yang baik. (Firman,2019)
Sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan pendidikan tidak boleh terhenti
dengan adanya pandemik. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan terkiat
pembelajaran pada masa pandemik untuk keberlangsungan pendidikan. Prinsip
kebijakan pendidikan di masa pandemi Corona adalah mengutamakan kesehatan dan
keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat
secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi
psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Corona.
Menghadap persoalan yang menghabat tersebut berbagai stake holder pendidikan
harus bersatu untuk keberlangsungan pendidikan dengan menyeusiakan keadaan ada.
Oleh karena itu garda terdepan pendidikan yang ada di sekolah dari mulai kepala
sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus terus berinovasi memanfaatkan
berbagai kemajuan teknologi. Untuk mgnghadapai semua itu guru sebagai garda
terdepat harus terus meningkatkan kompetensi dalam hal penguasaan teknologi
informasi untuk menghadapi pembelajaran jarak jauh. Selain itu kepala sekolah
sebagai pimpinan, manajer, supervisior juga harus mendorong guru untuk terus
belajar. Dengan memberikan fasilitas Kepala sekolah/narasumberan kepada guru baik
di sekolah ataupun workshop diluar sekolah. Walapun tidak secara langsung berhadap
dengan siswa akan tetap kepala sekolah memikiki peran penting untuk menimngktkan
kompetensi guru dalam hal pembelajaran. Sehubungan dengan masalah tersebut
diatas, maka di sekolah dibutuhkan tenaga pendidik (guru) yang memiliki
kemampuan dan kecakapan penggunaan teknologi informasi di dalam proses belajar
mengajar untuk menyeusuaikan dengan kondisi corona. Oleh karena itu dibutuhkan
Kepala sekolah/narasumberan secara berkesinambungan untuk mengasah
keterampilan dalam mengajar. Kepala sekolah harus mendorong kegiatan Kepala
sekolah/narasumberan tersebut baik yang dilaksanakan oleh sekolah sendiri melalaui
in hoese training (IHT) dengan mengundang narasumber ahli ataupun dengan
mengikutkan guru ke lembaga lain.
Sebagai kepala sekolah, menurut Nurtain (1989: 84-85) dikatakan bahwa
kedudukan kepala sekolah sebagai administrator sekolah, pemimpin pengajaran, dan
supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas mendayagunakan sumber
daya yang tersedia meliputi: pengelolaan pengajaran, pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan personel, pengelolaan sarana, pengelolaan keuangan, pengelolaan
hubungan sekolah dan masyarakat. Sebagai pemimpin pengajaran, kepala sekolah
harus mampu menggerakkan potensi personel sekolah meliputi kegiatan
pengembangan staf dan guru, melaksanakan program evaluasi terhadap guru dan staf.
Sebagai supervisor kepala sekolah memunyai tugas memberikan bantuan teknis
profesional pada guru-guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
Secara umum guru di sekolah belum siap menghadapai gelombang perubahan
yang sangat drastis dan cepat dalam pembelajaran. Selama belum maksmalkan dalam
memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia untuk pembelajaran. Walaupun
teknologi tersebut sudah akrab setiap hari bahkan ada dalam gennggaman setiap saat.
Oleh karena itu di era saat ini dibutuhkan pemahaman kembalai atau up grading bagi
guru akan pentingnya penguasaan teknologi untuk pembelajaran. Hal tersebut
dibutuhkan agar guru lebih menyadari akan pentingnya memaksimalkan teknologi
yang ada untuk pembelajaran. Sehingga apa yang selama ini ada dalam genggaman
guru berupa hp smartphone/android dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, bukan
hanya hiburan atau informasi semata. Dibutuhkan kemauan dan kretaivitas guru
untuk terus belajar dalam memanfaatkan berbagai kemajuan yang ada. Guru tidak
boleh berdiam diri hanya menunggu instruksi dan informasi. Bersama kepala sekolah,
guru harus dapat membuat terobosan mengatasi permasalahan sulit dalam
pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti sebagai kepala sekolah dituntut untuk
melakukan upaya dalam meningkatkan kemampuan guru di sekolah dan penguasaan
teknologi informasi untuk pembelajaran. Diantara teknologi yang dapat digunakan
untuk pembelajaran jarak jauh adalah zoom meeting. Kepala SDN 1 Tanjung dalam
hal ini berupaya agar seluruh guru dapat menguasai aplikasi zoom meeting untuk
kegiatan PJJ. Saat ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara kemamapuan guru-
guru SDN 1 Tanjung dalam menguasai aplikasi zoom meeting masih sangat rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi redahnya kemamampuan guru SDN 1
Tanjung disebabkan beberapa, diantaranya; pertama aplikasi tersebut terbilang baru,
kedua usia guru yang menjelang pensiun dan minimnya Kepala
sekolah/narasumberan untuk peningkatan kompetensi penguasaan TIK. Oleh karena
itu dalam rangka meningkatkan kompetensi guru SDN 1 Tanjung diselenggarakan In
House Training selanjutnya disingkat dengan IHT. Melalui kegiatan tersebut
diharapkan melalui kegiatan IHT dapat meningkatkan kemamapuan guru
menggunakan zoom meeting untuk PJJ. In House Training (IHT) adalah kegiatan
yang diselenggarakan oleh sebuah sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi
guru dan karyawannya. IHT ini tentu saja sangat penting sebagai salah satu dari CPD
(Continuous Profesional Development) yang harus senantiasa dilakukan oleh guru
untuk menjaga kualitas mereka.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti sebagai kepala sekolah
mengadakan penelitian tindakan kepala sekolah dengan judul: Upaya Meningkatkan
Kompetensi Guru Dalam Penggunaan Media Zoom Meeting Untuk PJJ di SDN
1 Tanjung Melalaui IHT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraiakan tersebut. Dan
merupakan permasalahan yang dihadapi sekolah. Maka rumusan masalah
penelitian tindakan sekolah ini adalah; Apakah ada peningkatan kompetensi guru
dalam menggunakan ap;likasi zoom meeting untuk PJJ melalui Kegiatan In House
Training (IHT) pada SDN 1 Tanjung ?
C. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian tindakan sekolah ini adalah :
1. Untuk mengetahaui kompetensi guru dalam menggunakan zoom meeting
untuk pembelajaran jarak jauh.
2. Untuk mengetahui peran IHT dalam meningkatkan kompetensi guru
menggunakan aplikasi zoom meeting dalam PJJ.
D. Manfaat Hasil Penelitian/Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan sekolah ini adalah :
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Untuk memperoleh gambaran kompetensi guru dan menjadikan suatu
alternatif tindakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran
jarak jauh.
b. Sebagai dorongan untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran jarak jauh
dengan memanfaatkan aplikasi berbasis zoom meeting.
c. Memberikan pengalaman dalam mengatasi permasalahan pembelajaran jarak
jauh melalui pelaksanaan penelitian tindakan sekolah.
2. Bagi Guru
a. Meningkatnya kompetensi guru dalam menerapkan aplikasi zoom meeting
untuk pembelajaran jarak jauh.
b. IHT sebagai wahana pendidikan dan kepala sekolah/narasumbera dalam
meningkatkan kompetensi guru untuk menyiapkan pembelajaran jarak jauh.
c. Memberikan motivasi kepada guru untuk terus belajar kapanpun, dimanapun
dan dalam kondisi apapun. Sehingga tidak ada kendala dalam proses
pembelajaran jarak jauh.
BAB II
KAJIAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Kebijakan PJJ dimasa pandemic
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona. Surat Edaran tersebut untuk
memperkuat Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Corona). Dalam surat edaran
ini disebutkan bahwa tujuan dari pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) adalah
memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan
selama darurat Corona, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk
Corona, mencegah penyebaran dan penularan Corona di satuan pendidikan dan
memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan
orang tua.
Pelaksanaan belajar dari rumah (BDR), salah satu bentuk kegiatan
pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selain itu juga BDR dilaksnanakan melalui televisi
dan web rumah belajar dan modul yang telah disediakan. Kebijakan pembelajaran
jarak jauh sebenaranya bukanlah kebijakan baru. Sebelum terjadinya musibah
pandemik corona, Mendikbud telah megeluarkan kebijakan pengaturan PJJ. Banyak
fasilitas bebasis teknologi infomasi dan komunikasi saat ini yang dapat dimanfaatkan
untuk pelaksanan PJJ. Pembelajaran dengan memanfaatan teknologi informsasi dan
komunikasi tersebut juga dikenal dengan istilah e-learning.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor (109) tahun (2013)
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Pendidikan Tinggi, Pendidikan
jarak jauh (PJJ) adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh yang
mana guru dan murid tidak salaing tatap muka maka kegiatan ini dilakukan melalui
penggunaan berbagai mediakomunikasi (Permendikbud, 2013). Pendidikan jarak jauh
adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya
berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk
menghubungkan keduanya dan berbagai sumberdaya yang dibutuhkan di dalamnya
(Simonson, Smaldino, Albright, dan Zvacek, 2006).
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Jarak
Jauh (PJJ) adalah proses pembelajaran yang tidak selalau terkait pada ruang dan
waktu. Sehingga proses belajar dapat terus berlangsung tanpa harus bertatap muka
secara langsung antara guru dan siswa. Hal tersebut dapat dilakukan melalui jarak
jauh atau melalui jaringan online. Pembelajaran tersebut bertujuan untuk guru dan
siswa lebih mandiri dengan memanfaatkan media, teknik, atau strategi dalam
kegiatan pembelajaran, (Isman, 2017).
Dengan kebijakan baru tersebut maka guru dan siswa di haruskan
menggunakan media dan aplikasi yang dapat mendukung kegiatan belajar jarak jauh,
salah satu aplikasi yang kerap digunakan yaitu zoom. Menurut, Dewi (2020), zoom
merupakan aplikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan
video, zoom dapat digunakan dengan perangkat elektronik seperti komputer, laptop,
telepon, desktop hingga sistem ruang. Lebih lanjut Indrawati (2015) menemukan
dalam penelitiannya bahwa siswa dengan metode belajar yang tepat dan benar dapat
mengembangkan maupun menciptakan konsep baru dengan menggunakan dan
menggabungkan beberapa konsep dasar sebagai pilihan untuk menyelesaikan
masalah, karena telah tertanam di dalam diri peserta didik tersebut sifat tekun, ulet,
gigih, dan rasa keingintahuan yang tinggi.
b. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Zoom
Belajar adalah proses peserta didik untuk membentuk pemahaman dan ide
bagi dirinya sendiri, sehingga kegiatan belajar mengajar mampu menciptakan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal baru secara lancar dan termotivasi.
Kondisi kelas saat proses belajar harus melibatkan partisipasi siswa secara aktif,
misalnya diskusi dan tanya jawab antar siswa maupun dengan guru. Metode
pembelajaran yang digunakan harus mengimplikasikan keaktifan siswa sehingga
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. (Rahmayanti, 2016).
Stren (2016), pembelajaran online adalah sistem pendidikan yang paling baru
dan menjadi terkenal saat ini. Dalam 10 tahun terakhir, pembelajaran online
memberikan efek yang besar di dunia pendidikan dan tren ini terus meningkat.
Anderson, (2004) pembelajaran online yang berkualitas memberikan banyak
penilaian bagi guru, tidak hanya itu terdapat pula kesempatan bagi siswa-siswa yang
pandai memanfaatkan pengaruh baik online learning itu sendiri untuk mendorong
mereka merefleksikan cara belajar mereka sendiri.
Menurut Kevin (2020) di kompas.com, zoom merupakan aplikasi video
conference banyak digunakan untuk kegiatan pembelajaran online jarak jauh yang
sering dilakukan guru dengan siswa karena kualitas video dan audio dapat tetap baik
meskipun koneksi internet tidak stabil. Aplikasi Zoom berupa video conference
adalah alternatif yang digunakan sebagai pengganti pembelajaran secara tatap muka
yang dapat di akses oleh siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar ditengah pandemi corona ini. Fitur-fitur yang ada di zoom efektif dalam
mendukung kegiatan diskusi danpembahasan materi, seperti fitur grup chat, adalah
alterntif yang disediakan jika audio sedang tidak baik maka fitur chat dapat tetap
mendukung kegiatan diskusi (Bharma, 2020).
Zoom Meeting merupakan sebuah aplikasi yang dapat diunduh melalui media
elektronik dapat menjadi media pembelajaran, adaa zoom meeting proses
pembelajaran nya menggunakan video, sehingga pguru dan siswa dapat bertatap
muka walau walau tidak secara langsung tetapi secara virtual. Zoom Meeting
merupakan sebuah aplikasi ang diciptakan Eric Yuan dan telah diresmikanpada tahun
2011, dan kantor nya berada di San Jose, California. Aplikasi ini mempunyai
multifungsi bukan hanya bisa digunakan untuk dunia pendidikan, tetapi juga bisa
digunaikan didalam bidang hukum, sosial maupun yang lainnya. Aplikasi terserbut
bisa digunakan secara gratis oleh berbagai kalangan tetapi mempunyai batas waktu
sekitar satu jam, tetapi jika menggunakan nya lebih dari jam tersebut bisa
menggunakan aplikasi Zoom Meeting yang berbayar. Dalam aplikasi Zoom Meeting
mempermudah kita bisa berkomunikasi langsung dengan siapapun lewat suara dan
video. Maka dari itu, aplikasi ini direkomendasikan untuk proses pembelajaran
terutama dalam pembelajaran jarak jauh.
Aplikasi Zoom adalah sebuah layanan konfersensi video yang dapat diakses
oleh banyak orang yang berbasis cloud computing. Aplikasi Zoom diyakini memiliki
kualitas yang cukup baik, karena aplikasi Zoom dapat membuat beberapa orang
bertemu secara virtual, ini memungkinkan sekelompok orang untuk berkomunikasi
lebih mudah. Ditambah dengan fitur merekam layar dan suara, maka rekaman dapat
diputar sewaktu dibutuhkan. Zoom Meeting itu sendiri adalah salah satu media
belajar yang menggunakan video.
Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran online melalui
zoom adalah kegiatan belajar mengajar jarak jauh yang dilakukan oleh guru dan para
peserta didik dengan menggunakan aplikasi zoom yang mana aplikasi ini berbasis
video conference, guru dan para peserta didik dapat berkomunikasi satu sama lain,
berdiskusi hingga bertukar materi melalui aplikasi ini, pun aplikasi ini di lengkapi
dengan fitur chat sebagai alternatif jika video dan audio sedang tidak stabil.
c. Hakikat In House Training (IHT)
Program In House Training (IHT) merupakan program Kepala
sekolah/narasumberan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk
meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Sujoko, 2012:40). Danim (2012:94)
mendefinisikan In House Training sebagai Kepala sekolah/narasumberan yang
dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang
ditetapkan sebagai penyelenggaraan Kepala sekolah/narasumberan yang dilakukan
berdasarkan pada pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan
kompetensi dan kerier guru tidak dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan
secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki
oleh guru yang lain. Sedangkan peserta IHT minimal 4 orang dan maksimal 15 orang.
Berdasarkan pendapat Sujoko (2012:94) dan Danim (2012:40), nampak bahwa
esensi dari IHT merupakan kegiatan interen sekolah untuk meningkatkan kompetensi
guru dengan mengoptimalkan potensi dari guru. Lulu Kamaludin (2011:2) dan Meldona
(2009:234) menjelaskan bahwa IHT bertujuan untuk: a) meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM); b) memperbaiki kinerja, c) menciptakan interaksi antara peserta;
d) mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan; serta e) meningkatkan motivasi dan
budaya belajar yang berkesinambungan. Selanjutnya Lulu Kamaludin (2011:2)
menyebutkan keuntungan dari penggunaan IHT: pertama, hasilnya lebih maksimal, kedua,
materinya lebih spesifik, dan ketiga, biaya lebih murah.
Marwansyah (2012:170) menyebutkan bahwa IHT dilakukan melalui tiga fase,
yaitu; pertama, fase perencanaan, berfungsi untuk menentukan tujuan atau kerangka
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan ini meliputi;
menentukan tujuan, menentukan materi, menentukan pendekatan dan metodologi Kepala
sekolah/narasumberan, menentukan peserta Kepala sekolah/narasumberan dan fasilitator
(trainer), menentukan waktu dan tempat, menentukan semua bahan, menentukan model
evaluasi Kepala sekolah/narasumberan, menentukan sumber dana dan pembiayaan yang
dibutuhkan. Kedua, fase proses penyelenggaraan meliputi. mempersiapkan kelengkapan
bahan Kepala sekolah/narasumberan dan sarana prasarana. Ketiga, Fase evaluasi adalah
fase penilaian terhadap kegiatan Kepala sekolah/narasumberan yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan uraian tentang hakikat, tujuan, langkah-langkah IHT seperti telah
diuraikan di atas, maka IHT adalah Kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan permintaan
pihak sekolah, pesertanya berasal dari satu sekolah, dengan materi yang ditentukan oleh
pihak sekolah. IHT dilaksanakan di sekolah tempat guru bekerja dengan tujuan
memperoleh perubahan tingkah laku sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan
keahlian, pengetahuan dan sikap. IHT dilaksanakan melalui tiga fase yaitu perencanaan,
penyelenggaraan dengan mempersiapkan kelengkapan bahan dan sarana prasarana dan
evaluasi untuk menilai kegiatan Kepala sekolah/narasumber yang telah dilaksanakan.
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah anggapan sementara dari suatu permasalahan terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian
yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang kebenarannya perlu dibuktikan peneliti. Menurut Sugiono (2017)
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, yang mana rumusan
masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Maka Hipotesis dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Sementara itu
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 71) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara
terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.
Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan
dilakukan”. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “ IHT dapat
meningkatan kompetensi guru SDN 1 Tanjung dalam menggunakan Zoom Meeting untuk
PJJ”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian :
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah s e m u a guru SDN 1 Tanjung
Kecamatan Kawalu. Semua guru berjumlah 10 orang. Terdiri 2 orang GPAI, 1
orang guru PJOK dan 7 Orang guru kelas. Adapun latar belakang pendidikannya
adalah 1 orang guru dalam proses S1 sedangkan yang 9 orang sudah S1. 4 orang
gur PNS dan 6 orang Non PNS.
B. Tempat dan Waktu penelitian :
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SDN 1 Tanjung Kec.
Kawalu Kota Tasikmalaya. Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan zoom meeting. Penelitian
dilaksanakan pada awal semester satu tahun 2021/2022, pada bulan Juni-Juli
2021. Adapun profil SDN 1 Tanjung adalah sebagai berikut :
Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Tanjung Kecamatan Kawalu, Kota
Tasikmalaya. Sekolah ini berstatus negeri dan berdiri pada tanggal 01 Januari
1910, untuk lebih jelasnya tentang profil sekolah SDN 1 Tanjung dapat dilihat
dari data di bawah ini:
Nama Sekolah : SDN 1 Tanjung
NSS : 101327773004
NPSN : 20224685
Kecamatan : Kawalu
Kota : Tasikmalaya
Status Sekolah : Negeri
Personil SDN 1 Tanjung berjumlah 10 orang yang terdiri dari satu orang

Kepala Sekolah, 7 orang guru kelas, satu orang guru PAI, satu orang guru PJOK,

dan satu orang penjaga sekolah. Latar belakang pendidikan, terdiri atas (1) satu

orang lulusan S3 (Doktoral), 8 (delapan) Orang S1, dan 1 (satu) orang D3, dan

seorang penjaga sekolah lulusan SMP. Berdasarkan data pada daftar 1. Terlihat

jelas bahwa keadaan guru di SDN 1 Tanjung pendidikan terakhirnya hampir

semuanya sarjana bahkan ada yang sudah meraih gelas S3 (Doktor). Dari data

yang ada hanya ada satu orang guru yang diploma III. Sedangkan jumlah siswa

secara keseluruhan SDN 1 Tanjung memiliki siswa sebanyak 205 orang, terdiri

dari 117 orang laki-laki dan 88 orang perempuan.

C. Metode dan Instrumen Penelitian


Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action
Research), yaitu sebuah penelitian tindakan yang merupakan kolaborasi antara
peneliti dalam hal ini kepala sekolah dengan guru. Hal tersebut guna
meningkatkan kompetensi guru agar menjadi lebih baik dalam melaksanaan
pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Menurut Arikunto, (2009)
ada empat tahapan dalam penelitian tindakan diantaranya yaitu: pertama,
perencanaan; kedua, pelaksanaan; ketiga, pengamatan; dan keempat, refleksi.
Pada tahap perencanaan diuraikan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Secara ideal, penelitian
tindakan kelas seharusnya dilakukan dengan cara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan/peneliti dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan
(observer). Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti, yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan dengan melaksanakan tindakan di sekolah. Pada tahap
ini, penulis harus berusaha melaksanakan secara detail apa yang telah dirumuskan
di dalam rancangan, bertindak sewajarnya dan tidak dibuat-buat. Selanjutnya,
tahap pengamatan merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat (Arikunto, 2009). Pengamatan berlangsung bersamaan dengan proses
pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti mencatat sedikit
demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan
siklus berikutnya. Selanjutnya, tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru sudah
selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
D. Prosedur Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini kepala sekolah mengidentifikasi masalah yang merupakan tahap
awal dalam kegiatan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
adalah sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan orientasi dan identifikasi dengan penelitian yang berfokus
dengan menganalisis kompetensi guru dalam mengunakan aplikasi zoom meeting
untuk PJJ .
b. Mengidentifikasi pengalaman guru mengelola proses pelaksanaan pembelajaran
jarak jauah dengan aplikasi zoom meeting atau dengan aplikasi lain sejenis..
c. Melihat proses guru dalam melaksanakan PJJ berbasis aplikasi.
2. Perencanaan tindakan penelitian
a. Penentuan siklus tindakan penelitian
Siklus tindakan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, sebagaimana dijelaskan di
atas bahwa jenis PTK yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Mc.Taggart.
b. Penetapan teknik pelaksanaan tindakan penelitian
Teknik pelaksanaan tindakan penelitian terdiri dari empat kegiatan, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Namun, PTK yang digunakan dalam
model Kemmis dan Taggart yaitu kegiatan tindakan dan observasi dilaksanakan
secara serempak.
c. Penetapan instrumen tindakan penelitian dan observasi pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam tindakan penelitian ini
adalah instrumen Pre Test dan Posti, kuesioner, aktivitas guru dalam IHT.
3. Pelaksanaan tindakan penelitian
siklus I
a. Perencanaan
 Menyusun Panduan Kegiatan IHT. Panduan ini merupakan
pedoman dalam melaksanakan kegiatan IHT.
 Melaksanakan sosialisasi kepada guru (peserta) sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan IHT.
 Melaksanakan rapat pembentukan panitia IHT.
 Menentukan jadwal kegiatan dan roundoun acara.
 Menghubungi pihak-pihak terkait diantaranya pengawas dan
narasumber terkait dengan pelaksanaan In House Training (IHT).
 Mempersiapkan materi IHT tentang penggunaan aplikasi zoom meeting
untuk pembelajaran jarak jauh.
 Mempersiapkan lembaran tes, lembaran monev, lembaran
wawancara, lembaran penilaian simulasi zoom meeting, dan
lembaran catatan lapangan.
 Mempersiapkan sarana dan prasarana seperti ruangan kegiatan dan
perlengkapan dalam hal ini aplikasi zoom meeting, koneksi internet,
leptop/smartphone android yang dibutuhkan dalam kegiatan IHT.
b. Pengamatan
 Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat kegiatan
IHT. Pengamatan dengan menggunakan instrumen pengamatan.
 Kepala sekolah mengevaluasi respon guru/peserta selama kegiatan
IHT.
c. Refleksi
 Pada siklus 1 terlihat sebagaian besar belum mengetahui cara
penggunaan aplikasi zoom meeting.
 Guru masih belum terbiasa melihat menu-menu pada aplikasi zoom
meeting.
 Guru masih kesulitan mengoptimalkan menu-menu zoom yang ada.
 Pada saat diberi kesempatan praktik guru masih kesulitan membuka
menu-menu pada aplikasi zoom meeting.
4. Pembelajaran Siklus II
a. Perencanaan
 Menyusun Program IHT siklus II tindak lanjut .
 Menyiapkan instrumen penelitian.
 Menyiapkan format evaluasi pretes dan postes.
 Menyiapkan sebagai sumber belajar yang berupa modul IHT tentang zoom
meeting dengan materi yang berbeda dari siklus I,
 lembar kerja dan aplikasi zoom meeting.
b. Tindakan
 Kepala sekolah melakukan refleksi siklus I, dengan memberikan arahan dan
penjelasann hasil siklus I.
 Kepala sekolah menjelaskan tujuan kegiatan IHT siklus II.
 Kepala sekolah memberikan materi pendalaman IHT tentang aplikasi dan
simulasi zoom meeting.
 Guru melakukan simulasi praktik penggunaan zoom.
 Kepala sekolah mendiskusikan sekaligus evaluasi terhadap praktik simulasi
zoom meeting guru.
c. Pengamatan
 Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan IHT saat kegiatan dengan
menggunakan instrumen pengamatan pembelajaran guru dan siswa.
 Kepala sekolah mengevaluasi respon guru selama kegiatan IHT dari angket
yang diisi.
 Kepala sekolah mengevaluasi kegiatan IHT secara keseluruhan.
d. Refleksi
 Pada siklus ke-2 terjadi kemajuan yang signifikan. Kelancaran membuka
aplikasi zoom meeting, kemampuan mengolah menu zoom meeting, dan
penggunaan aplikasi zoom meeting untuk PJJ.
 Dari sikluk ke-2 dapat disimpulkan bahwa keberhasilan guru telah
mencapai 80% dalam menggunakan zoom meeting untuk PJJ.
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan alat pengumpulan data di antaranya:
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kompetensi
awal yang dimiliki guru dalam menggunakan aplikasi zoom meeting dalam
proses PJJ.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui langkah-langkah
mengoprasikan aplikasi zoom meeting; dan
c. Dokumentasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahuai hasil dari proses
PJJ.
F. Inidkator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah;
pertama, adanya peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan aplikasi
zoom meeting, sebagai media pembelajaran jarak jauh dari pra siklus ke siklus I
dan dari siklus I ke siklus II. Kedua, terjadinya peningkatan kualitas kompetensi
guru pada proses pembelajaran jarak jauh dengan indikasi mampu memahami
dan menguasai pemanfaatan aplikasi zoom meeting untuk pembelajaran jarak
jauh dan mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas dari
kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Secara rinci dalam
presentase peningkatkan tersebut adalah :

a. Peningkatan kompetensi guru dalam memamhami aplikasi zoom meeting


untuk PJJ minimal memenuhi 70%.
b. Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan praktik menggunakan
aplikasi zoom meeting untuk PJJ minimal memenuhi 70%.
c. Peningkatan kompetensi guru menggunakan zoom meeting untuk PJJ
minimal memenuhi KKM sebesar 70%. (Wardani, 2008:50).
Penelitian tindakan ini dianggap berhasil jika sekurang-kurangnya 7 dari 10 guru
telah mencapai skor dengan kriteria baik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus
Berdasarkan permasalahan yang ditemui pada guru di SDN 1 Tanjung Kec.
Kawalu Kota Tasikmalaya ketika orientasi dan observasi. Kompetensi guru dalam
menggunakan zoom meeting untuk pembelajaran jarak jauh masih sangat minim. Data
yang didapat, ternyata dari jumlah guru 10 orang baru 3 orang guru (30%), yang sudah
mampu mengunakannya aplikasi zoom meeting, sedangkan 7 orang (70%) kurang
mampu menggunakan zoom meeting. Berdasarkan observasi kelemahan guru SDN 1
tanjung dalam mengunakan aplikasi zoom meeting, disebabkan beberapa hal
diantaranya pertama, adalah faktor usia dari guru. Kedua, karena apikasi zoom
meeting terbilang aplikasi baru dan mulai dikenal pada saat pandemic covid 19
terjadi. Ketiga minimnya kesempatan Kepala sekolah/narasumberan kepada guru
SDN 1 Tanjung.
Terkait dengan hal tersebut minimnya jumlah guru yang mampu menggunakan
zoom meeting untuk PJJ hanya 3 orang. Sedangkan masa pandemic corona saat ini
pemerintah masih menerapkan kebijakan PPKM darurat. Sementara itu waktu
dimulainya tahun ajaran baru 2021/2022 tidak lama lagi. Sehingga dibutuhkan lebih
banyak lagi guru yang menguasai aplikasi untuk PJJ. Minimal 70% guru SDN 1
Tanjung harus sudah bisa memanfaatkan zoom meeting untuk pembelajaran jarak jauh
ditahun ajaran baru 2021/2022. Oleh sebab itu meningkatkan kompetensi guru, harus
dilaksanakan tindakan dengan suatu kegiatan In House Training (IHT).
B. Siklus I
Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Pada saat libur sekolah yaitu tanggal
Juni 2021 Pertemuan dilaksanakan tepatnya tanggal 28 dan 29 Juni 2021. Data yang
dipaparkan mulai dari perencanaan (persiapan), pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
hasil kegiatan siklus I.
1. Perencanaan
Pelaksanaan penelitian siklus I, tentang tindakan peningkatan kompetensi
guru menggunakan zoom meeting untuk pembelajaran jarak jauh melalui kegiatan
IHT dilakukan perencanaan sebagai berikut :
a) Menyusun panduan kegiatan IHT sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan IHT.
b) Melaksanakan sosialisasi kepada guru (peserta) sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan IHT.
c) Melaksanakan rapat pembentukan panitia IHT.
d) Menentukan jadwal kegiatan dan roundoun acara.
e) Menghubungi pihak-pihak terkait komite, pengawas dan narasumber terkait
dengan pelaksanaan In House Training (IHT)
f) Mempersiapkan materi IHT tentang penggunaan aplikasi zoom meeting untuk
pembelajaran jarak jauh.
g) Mempersiapkan lembaran tes, lembaran monev, lembaran wawancara,
lembaran penilaian simulasi zoom meeting, dan lembaran catatan lapangan.
h) Mempersiapkan sarana dan prasarana seperti ruangan kegiatan dan perlengkapan
dalam hal ini aplikasi zoom meeting, koneksi internet, leptop/smartphone android
yang dibutuhkan dalam kegiatan IHT.
2. Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan hasil rapat dewan guru. Kegiatan
IHT yang telah dirumuskan pada kegiatan perencanaan. Untuk lebih jelasnya
diuraian kegiatan siklus I di bawah ini.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari senin, tanggal
28 Juni 2021, dimulai pukul 08.00. Kegiatan IHT diawali dengan penjelasan
dan pengarahan oleh kepala sekolah sekaligus sebagai narasumber terkait
kebijakan PPJ yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.
Kegiatan dilanjutkan dengan langkah strategis sekolah dalam menghadapi
kebijakan PJJ di SDN 1 Tanjung. Kepala sekolah menjelaskan tetang kebijakan
penggunakan aplikasi untuk PJJ dalam menghadap ajaran baru 2021/2022.
Kepala sekolah sebagai narasumber sekaligus pimpinan sekolah, memberikan
motivasi akan pentingnya pemanfaatan media pembelajaran jarak jauh dengan
aplikasi zoom meeting. Selanjutnya menyampaikan terkait dengan kegiatan
IHT beberapa hari kedepan dalam rangka meningkatkan kompetensi
penggunaan zoom meeting untuk PJJ bagi guru di SDN 1 Tanjung.
Langkah selanjutnya pada pertemuan pertama adalah pemaparan materi
tentang aplikasi zoom meeting sebagai media PJJ. Materi awal diberikan
kepada para peserta/guru adalah teori tentang pengetahuan zoom meeting.
Materi ini merupakan dasar pengetahuan tentang apa dan bagaimana aplikasi
zoom meeting digunakan dalam proses PJJ. Materi selanjutnya kepala sekolah
sebagai narasumber mendemontrasikan, bagaimana cara membuka dan
menggunakan aplikasi zoom meeting dengan ditampilkan pada layar melalui
proyektor agar bisa dilihat jelas oleh para peserta IHT untuk dicontoh oleh
guru/peserta. Langkah selanjutnya peserta/guru diminta untuk mempraktikkan
cara membuka dan menggunakan aplikasi zoom meeting. Peserta yang sudah
mampu menggunakan IT diarahkan dan dibimbing untuk untuk membuat
media berbasis IT. Ketika kegiatan berlangsung Kepala sekolah/narasumber
mengisi instrumen monev untuk guru, sedangkan guru mengisi instrumen
monev untuk kepala sekolah (Kepala sekolah/narasumber).
Kegiatan ditutup dengan melakukan evaluasi terkait pengetahuan dan
praktik penggunaan aplikasi zoom meeting. Evalusi dilakukan dengan
mengunakan instrumen yang teah ditentukan yaitu instrumen untuk mengukur
pengetahuan/teori dan praktik. Selanjutnya kepala sekolah sebagai narasumber
memberikan pesan kepada guru agar berlatih menggunakan zoom meeting
ketika ada waktu luang di rumah maupun di sekolah. Bagi guru yang sudah
bisa menggantikan zoom meeting agar membimbing teman yang belum bisa.
b) Pertemuan Kedua
Kegiatan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 Juni
2021. Pada pertemuan kedua diawali dengan mengecek kehadiran guru/peserta
IHT. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan meninjau
kembali pada saat pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua kepala sekolah
sebagai narasumber lebih banyak memberikan pendampingan kepada guru-
guru tentang mengoperasikan aplikasi zoom meeting baik pada laptop ataupun
smartphone. Bagi guru yang sudah mahir, diminta untuk ikut mendampingi
guru/peserta yang belum mahir. Pada pertemuan kedua ada 3 orang guru yang
sudah mahir menggunakan aplikasi zoom meeting.
Pada pertemuan kedua selain melakukan pendampingan, kepala
sekolah/narasumber juga terus mendemonstrasikan cara memanfatkan zoom
meeting sebagai media pembelajaran jarak jauh. Pertama bagaimana cara
masuk akun zoom meeting. Kedua, cara membuat schedul meeting. Ketiga,
cara membagikan link meeting pada para calon partisipan. Keempat, cara
melakukan admin partisipan dan kelima cara membagikan materi (share
scene). Semua itu harus maka dihubungkan dengan LCD (infokus) maka
guru/peserta sehingga dapat dilihat melalui layar.
Apabila peserta/guru belum memiliki laptop maka dapat menggunakan
smartphone yang dimiliki masing-masing. Guru/peserta diberikan kesempatan
untuk berkreasi dan berinovasi, memaksimalkan menu yang ada pada aplikasi
zoom, misalnya mengganti background layar profil. Kepala
sekolah/narasumber melayani guru dengan penuh semangat dan ikhlas,
sehingga akan terjadi interaksi positif antara kepala sekolah/narasumber
dengan guru/peserta. Guru/peserta yang suda mahir juga harus membantu
rekan sejawat yang mengalami kesulitan memanfaatkan media PJJ berbasis
zoom meeting. Ketika kegiatan berlangsung Kepala sekolah/narasumber
mengisi instrumen monev untuk guru, sedangkan guru mengisi instrumen
monev untuk kepala sekolah (Kepala sekolah/narasumber). Kegiatan ditutup
dengan menanyakan kepada guru tentang kegiatan hari ini serta memberikan
pesan kepada guru agar berlatih terus menggunakan IT serta membantu teman
sejawat dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis IT ketika waktu
luang di sekolah.

3. Observasi
Pada bagian ini diuraikan hasil observasi kegiatan IHT siklus ke I dengan dua
pertemuan. Pengamatan dilakukan kepada guru/peserta yang mengikuti kegiatan IHT
dengan materi peningkatan kompetensi penggunaan zoom meeting untuk PJJ.
Berdasarkan data instrumen guru/peserta IHT, peserta telah aktif mengikuti kegiatan
serta dapat membantu teman sejawat sehingga peserta mampu memanfaatkan media
pembelajaran berbasis IT. Hal tersebut berdasarkan data hasil observasi dengan
indikator yang telah ditentukan. Berdasarkan data tersebut dua orang guru mendapatkan
nilai sangat baik, dan tiga guru guru/peserta mendapatkan nilai baik. Sehingga dapat
diambil kesimpulan 5 orang guru/peserta telah mendapatkan nilai dengan kategori
kompeten dalam menggunakan aplikasi zoom meeting, karena mendapatkan nilai diatas
kriteria kelulusan.
Berdasarkan observasi pada kegiatan siklus satu terjadi peningkatan dari
hasil observasi par siklus. Peningkatan tersebut sebesar 10% dari segi aspek
teori, praktik dan simulasi. Untuk lebih jelasnya hasil dari kegiatan IHT siklus
I ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil IHT Siklus I Peningkatan Kompetensi aplikasi zoom meeting untuk PJJ

No Nama Unsur Penilaian


Peserta/Guru Teori Parktek Simulas Jumlah
i
1 YY, A.md 3 3 3 9
2 YY, S.Pd 3 3 3 9
3 RH, S.Pd 4 3 3 10
4 INF, S.Pd 4 3 3 10
5 IF 4 3 3 10
6 PR, S.Pd 5 5 5 15
7 TSD, S.Pd 4 4 4 12
8 RN, S.Pd 4 4 4 12
9 IP, S.Kom 5 5 5 15

10 HM, S.Pd 4 4 4 12
Pedoman Penafsiran
Jumlah skor 0 – 3 = Sangat tidak baik
Jumlah skor 4 – 6 = Tidak baik
Jumlah skor 7 – 10 = Kurang baik
Jumlah skor 11 – 12 = Baik
Jumlah skor 13 – 15 = Sangat baik
Secara umum pelaksanaan pada siklus I telah terjadi peningkatan kompetensi guru
dalam menggunakan apikasi zoom meeting dalan PJJ, walaupun tidak terjadi secara
signifikan. Peningkatan tersebut terjadi pada aspek teori dan praktik akan tetapi pada
aspek simulasi masih kurang. Peningkatan tersebut terjadi dari yang sebelumnya hanya
dua orang guru yang memiliki kemampuan menggunakan zoom meeting menjadi sekitar
5 orang yang kompeten. Dari data tersebut 50% guru telah dianggap kompeten dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting untuk PJJ. Sehingga dapat disimpulkan, belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70% peserta. Oleh karena
itu perlu dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu sikulus II.

4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan silus I, ketercapaian kompetensi tenaga Pengajar
SDN 1 Tanjung masih belum memenuhi standar ketercapaian indikator penelitian
karena masih dibawah 70%. Oleh karena itu masih perlu dilanjutkan dengan siklus II,
sampai dengan tercapainya tujuan penelitian untuk kompetensi tenaga Pengajar dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting untuk PJJ. Hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan
pada siklus II adalah meliputi praktik membuka, membuat schedul zoom meeting,
kemudian melakukan simulasi dengan siswa.
Kegiatan IHT di SDN 1 Tanjung telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
perencanaan. Hal tersebut terlihat dari antusian Guru/peserta pada kegiatan tersebut.
Guru/Peserta yang sudah mahir, membantu teman sejawat yang mengalami kesulitan
dalam memanfaatkan media pembelajaran jarak jauh berbasis zoom meeting. Ketika
pelksanaan simulasi guru/peserta sudah bisa memanfaatkan zoom meeting sebagai
media pembelajaran jarak jauhh. Namun aspek pemanfaatan menu yang ada belum
dapat dimaksimalkan, sehingga kreativitas masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut
penting agar pelaksanaan PJJ dengan media zoom dapat dilaksanakan secara maksimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru SDN 1 Tanjung Kec. Kawalu, sudah
mengalami peningkatan dalam memanfaatkan media pembelajaran jarak juah berbasis
zoom meeting, namun perlu ditingkatkan lagi terutama indikator yang masih berkategori
cukup. Oleh sebab itu, kegiatan IHT perlu dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
Tindakan siklus II merupakan upaya perbaikan terhadap siklus I. Tahapan yang
dilakukan sama dengan tahapan pada siklus I, namun pada siklus II ada beberapa hal
yang perlu ditekankan dan ditambahkan, yaitu: Pertama, sebelum melaksanakan
tindakan, narasumber menekankan agar guru lebih berperan aktif sehingga kemampuan
guru dalam menggunakan aplikasi zoom meeting dapat meningkat. Kedua, narasumber
memberitahukan kepada guru bahwa guru tidak boeh takut salah untuk untuk bertanya
dan mencoba apabila ada sesuatu yang belum dipahami dalam menggunakan aplikasi
zoom meeting.
Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 21-22 Juli 2021, dimulai dari pukul 08.00
s.d selesai. Secara umum pelaksanaan pada siklus kedua sama dengan siklus kesatu
yang meliputi mulai dari perencanaan (persiapan), pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi hasil kegiatan. Namun demikian pada siklus II menggunakan strategi yang
berbeda dari siklus I. Hal tersebut terkait dengan penguatan aspek yang belum tercapai
maksimal pada siklus I. Dalam hal ini berdasarkan hasil analisis yang belum tercapai
adalah aspek simulasi. Sehingga diperlukan simulasi yang berulang sampai guru mahir
dalam mengunakan aplikasi zoom meeting untuk pembelajaran jarak jauh.
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil siklus I direncanakan hal-hal berikut:
a) Mempersiapkan materi sehubungan pemanfaatan zoom meeting pada PJJ
terutama pendampingan dalam simulasi.
b) Mempersiapkan instrumen obervasi, instrumen simulasi.
c) Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan
IHT.
d) Mempersiapkan perangkat untuk simulasi.
2. Pelakasanaan Tindakan
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama siklus II diawali dengan memberikan pengarahan dari
kepala sekolah sekaligus Kepala sekolah/narasumber dari kegiatan IHT.
Menyampaikan hasil kegiatan siklus I. Kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan apersepsi pentingnya pemanfaatan media pembelajaran berbasis
IT dalam proses pembelajaran, menyampaikan langkah-langkah kegiatan
IHT, pemaparan materi tentang media pembelajaran berbasis IT. Kepala
sekolah/narasumber membimbing guru membuat media pembelajaran
berbasis IT. Dalam hal ini indikator yang perlu dipertegas adalah tentang
pembuatan gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan harus jelas terlihat dari
belakang. Materi sesuai dengan KD yang telah dipersiapkan. Kepala
sekolah/narasumber mendemonstrasikan cara memperbesar gambar atau
tulisan dalam pembuatan media. Guru mempraktikkan hal yang disampaikan
oleh Kepala sekolah/narasumber. Guru diberikan kesempatan berkreatif dan
berinovasi. Kepala sekolah/narasumber melayani guru dengan semangat dan
ikhlas. Peserta juga membantu teman sejawat yang mengalami kesulitan
memanfaatkan media zoom meeting untuk pembelajaran jarak jauh . Ketika
kegiatan berlangsung Kepala sekolah/narasumber mengisi instrumen monev
untuk guru, sedangkan guru mengisi instrumen monev untuk kepala sekolah
(Kepala sekolah/narasumber). Kegiatan ditutup dengan menanyakan kepada
guru tentang kegiatan hari ini serta memberikan pesan kepada guru agar
berlatih terus menggunakan IT serta membantu teman sejawat dalam
memanfaatkan media pembelajaran berbasis IT ketika waktu luang di
sekolah.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua diawali dengan mengecek kehadiran guru/peserta IHT.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan meninjau
kembali pertemuan sebelumnya. Kepala sekolah/narasumber kembali
mempraktikan kepada guru.peserta dalam mebuat jadwal meeting pada
aplikasi zoom meeting. Kemudian mempraktikan share screen materi untuk
keperluan kegiatan pembelajaranjarak jauh. Caranya, pertama masuk aplikasi
zoom meeting. Pilih menu schedule lalu Klik oke. Muncul menu judul topik
meeting, misalnya Tema 1 kelas 2 “Hidup Rukun”. Kita isi sesuai kebutuhan
dengan judul materi yang sudah ditentukan. Kemudian pilih strat untuk
jadwal meeting diisi dengan hari, tanggal bulan dan tahun. Kemudian diisi
pula dengan jam waktu mualinay meeting.
Guru diberi kesempatan berkreatif dan berinovasi pada menu yang ada di
aplikasi zoom meeting. Kepala sekolah/narasumber mendampingi
guru/peserta dengan penuh sabar, telaten, semangat dan ikhlas. Guru/peserta
yang sudah bisa diinstruksikan membantu teman sejawat yang mengalami
kesulitan memanfaatkan media pembelajaran berbasis zoom meeting. Ketika
kegiatan berlangsung Kepala sekolah/narasumber mengisi instrumen monev
untuk guru. Kegiatan ditutup dengan menanyakan kepada guru tentang
kegiatan hari ini serta memberikan pesan kepada guru agar berlatih terus
menggunakan zoom meeting serta membantu teman sejawat dalam
memanfaatkan media pembelajaran jarak jauh berbasis zoom meeting ketika
waktu luang di sekolah. Kepala sekolah/narasumber melayani guru dengan
penuh semangat dan ikhlas.
3. Observasi
Pada bagian ini dipaparkan hasil pengamatan kegiatan IHT. Pengamatan
dilakukan kepada peserta IHT. Berdasarkan data instrumen peserta IHT, peserta
telah aktif mengikuti kegiatan serta dapat membantu teman sejawat sehingga peserta
mampu memanfaatkan media pembelajaran berbasis IT. Untuk Hasil kegiatan
menunjukan pada sikulus II, telah terjadi peningkatan sebanyak 7 orang guru dari
total 10 orang guru telah mendapatkan nilai baik atau 70% telah mendapatkan nilai
mencapai KKM yang telah ditentukan. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil IHT Siklus II Peningkatan Kompetensi aplikasi zoom meeting untuk PJJ

No Nama Unsur Penilaian


Peserta/Guru Teori Parktek Simulas Jumlah
i
1 YY, A.md 3 3 3 9
2 YY, S.Pd 3 3 3 9
3 RH, S.Pd 4 3 3 10
4 INF, S.Pd 4 4 4 12
5 IF, S.Pd 4 4 4 12
6 PR, S.Pd 5 5 5 15
7 TSD, S.Pd 4 4 4 12
8 RN, S.Pd 4 4 4 12
9 IP, S.Kom 5 5 5 15

10 HM, S.Pd 4 4 4 12

Pedoman Penafsiran
Jumlah skor 0 – 3 = Sangat tidak baik
Jumlah skor 4 – 6 = Tidak baik
Jumlah skor 7 – 10 = Kurang baik
Jumlah skor 11 – 12 = Baik
Jumlah skor 13 – 15 = Sangat baik
4. Refleksi
Berdasarkan hasil monev penyelenggara IHT, catatan lapangan, dan wawancara
terhadap guru disimpulkan bahwa penyelenggara IHT telah dilaksanakan sesuai
dengan panduan. Merujuk hasil akttivitas guru/peserta IHT, hasil instrument monev,
catatan lapangan peserta telah mengerjakan tugas dengan tanggung jawab, dapat
membantu teman sejawat yang mengalami kesulitan dalam memanfaatkan media
pembelajaran berbasis IT. Ketika simulasi guru sudah mampu memanfaatkan
aplikasi zoom meeting sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sudah mamapu
membuat jadwal meeting, sudah bisa melakukan share materi pada aplikasi.
Guru/peserta juga bisa berinteraksi dengan siswa saat simulasi PJJ. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru SDN 1 Tanjung, sudah mengalami
peningkatan dalam memanfaatkan zoom meeting dalam pembelajaran jarak jauh.
Oleh sebab itu, kegiatan IHT tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai
berikut.
a. Berdasarkan hasil observasi awal kemampuan guru di SDN 1 Tanjung Kec.
Kawalu dalam menggunakan aplikasi zoom meeting masih rendah. Sehingga
pelaksanaan PJJ belum maksimal.
b. Proses pelaksanaan penelitian dengan melaksanakan kegiatan IHT dalam upaya
meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan aplikasi zoom meeting
untuk PJJ yang dilakukan oleh kepala sekolah di SDN 1 Tanjung Kec. Kawalu
berlangsung selama dua siklus.
c. Guru diberikan bimbingan, arahan dan pendampingan dalam dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting masih rendah. Guru menunjukkan
keseriusan dalam mengikuti IHT untuk meningkatkan kompetensi dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting untuk PJJ. Informasi ini diperoleh peneliti
dari hasil pengamatan pada saat pada saat melakukan tindakan penelitian dan
wawancara dengan guru perihal tanggapannya terhadap pelaksanaan kegiatan
IHT meningkatkan kompetensi dalam menggunakan aplikasi zoom meeting
untuk PJJ. Guru merasa termotivasi dan mengikuti kegiatan dengan baik untuk
meningkatkan kompetensi dalam menggunakan aplikasi zoom meeting untuk
PJJ
d. Pelaksanaan kegiatan IHT untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
menggunakan aplikasi zoom meeting untuk PJJ. Data diperoleh dari hasil
pelaksanaan kegiatan IHT di SDN 1 Tanjung oleh guru pada siklus kesatu dan
siklus kedua. Kemampuan guru dalam menggunakan aplikasi zoom meeting
untuk PJJ pada siklus kesatu berdasarkan hasil observasi sebanyak 5 orang yang
sudah temasuk kategori baik dan sesuai dengan KKM yang tekah ditentukan.
Artinya sebanyak 50% guru sudah kompeten. Pada siklus kedua kemampuan
guru/ peserta lebih meningkat. Sebanyak 7 orang guru telah memiliki kompeten
dengan kategori baik. Artinya sebanyak 70% guru di SDN 1 Tanjung telah
kompeten dalam menggunakan zoom meeting untuk pembelajaran. Sehingga
PTS dengan kompetensi yang sama melalui IHT tidak perlu dilanjutkan ke
siklus berikutnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian tindakan sekolah tentang Upaya Meningkatkan
Kompetensi Guru dalam Penggunaan Media Zoom Meeting Untuk PJJ Di SDN 1
Tanjung Melalui IHT, dapat disampaikan saran-saran berikut:
a. Bagi guru, disarankan menerapkan kemampuannya menggunakan aplikasi zoom
meeting untuk pembelajaran jarak jauh di SDN 1 Tanjung, khususnya pada saat
penerapan kebijakan masa pandemic.
b. Bagi kepala sekolah/peneliti agar terus melanjutkan penelitian tindakan sekolah
menggunakan model IHT untuk meningkatkan kompetensi lainnya bagi guru.
Khususnya kemampuan melaksanakan PJJ pada masa pandemic.
c. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan, disarankan agar
melakukan penelitian tentang peningkatan kompetensi guru dalam PJJ melalui IHT
pada kompetensi lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO menyatakan CORONA sebagai pandemi. Acta Bio-
Medica: Atenei Parmensis,
91(1), 157-160.
Firman, (2020). Pembelajaran Online Ditengah Pandemic Corona. Indonesian Journal of
Educational Science Volume 02, No 02 Maret 2020 , 82.
Handayani, L. (2020). Keuntungan, Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama Pandemi
Corona: Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus.Journal of Industrial Engineering &
Management Research,1(2), 15-23.
Hanum, N.S. (2013). Keefektifan e-learning sebagai media pembelajaran (studi evaluasi model
pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta. Jurnal pendidikan vokasi, vol.3, no.1Hariyanto. (2012). Pedagogi, andrologi
dan heutagogi serta implikasinya dalam pemberdayaan masyarakat. Dinamika pendidikan Vol
XXII No 01 Mei 2017-65.
Indrawati, F. (2015). Pengaruh kemampuan numerik dan cara belajar terhadap prestasi belajar
matematika.Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,3(3).
James A. O’Brien, & Marakas, G. M. (2017). Management InformationSystems Tenth Edition.
In McGraw-Hill Irwin.
Kahfi. & Pongki.(Ed). (2020). Pedagogik & Corona Kemingkinan dalam Pendidikan. Jakarta:
Taman Belajar Rawamangun.
Kevin. (2020). Alasan Zoom Banyak Dipakai untuk Rapat Hingga Kuliah dari Rumah. 24 Maret
08:02. Tekno.compas.com
Muhaimin, M., & Kristiawan, M. (2019, February). Resistensi Guru Mengajar Di Daerah
Terpencil. inProsiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang(Vol.
12, No. 01).
Putri, M. K. (2011). Implementasi ELearning pada SMA Negeri 2 Surakarta Menggunakan PHP
dan Mysql (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai