Anda di halaman 1dari 9

Esensi Pendidikan Di Masa Pandemi: Menjawab Persoalan Pendidikan Dengan

Teknologi Dan Strategi Pembelajaran

Munculnya wabah virus Corona (SARS-CoV-2) merupakan kejadian luar biasa


yang tidak terduga, yang mana semua ini berawal pertama kalinya di Wuhan yang
merupakan salah satu kota di Republik Rakyat Cina pada akhir tahun 2019 yang
lalu. Infeksi virus ini tidak disangka menyebar dengan sangat cepat ke berbagai
penjuru dunia, hingga akhirnya dari pihak Pemerintah Indonesia mengkonfirmasi
untuk pertama kalinya kasus COVID-19 di Indonesia, yaitu tepat pada tanggal 2
Maret 2020. Per-dua bulan setelahnya, tepatnya pada bulan Mei kasus positif
covid di Indonesia sudah tercatat dan terdeteksi sebanyak 16.006 orang dari
seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, tentu pemerintah harus sesegera mungkin untuk


mengatasi permasalahan wabah yang terjadi hampir di seluruh dunia ini. Upaya-
upaya yang dilakukan pemerintah pada permulaan munculnya virus corona di
Indonesia adalah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dengan cara
merancang program protokol kesehatan yang berbasis nasional, yaitu Pembatasan
Sosial Berskala Besar atau yang akrab terdengar sebagai PSBB.

Presiden menegaskan bahwa perlu diberhentikannya penyebaran virus corona


covid-19 lebih luas lagi, dengan mengurangi mobilitas orang dari satu tempat ke
tempat yang lain. Arahan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (Ratas) melalui Video
Conference dengan topik Laporan Tim Gugus Tugas Covid-19 di Istana Merdeka,
Provinsi DKI Jakarta, Kamis (19/3). “Kita terus menggencarkan sosialisasi untuk
menjaga jarak/social distancing, dan mengurangi kerumunan yang membawa
risiko penyebaran Covid-19. Tiga hal ini penting terus kita ulang-ulang,” tutur
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Kebijakan yang telah disebutkan diatas kemudian di perjelas oleh Ketua Gugus
Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 dari BNPT yaitu Doni Monardo
yang menyarankan bagi para warga dengan usia dibawah 45 tahun kebawah untuk
diperbolehkan menjalani aktivitas dengan tujuan untuk menggerakan kembali
roda perekonomian bangsa, tentu diperbolehkannya hal tersebut dengan syarat
harus memperhatikan rancangan program protokol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh pihak pemerintah.

Tentu, adanya wabah virus corona ini sangat membatasi banyak hal, terutama
membatasi keberlangsungan proses belajar mengajar yang biasa diadakan bertatap
muka di sekolah. Hal tersebut secara tidak langsung memaksa keberlangsungan
proses pendidikan tertunda hingga waktu yang tidak dapat ditentukan. Akan tetapi
setelah pemerintah merenungi betapa penting nya pendidikan untuk bangsa ini,
maka demi tetap menjaga dunia pendidikan bisa tetap berjalan dengan baik serta
mendukung Pemerintah dalam mendukung Psysical distanting ditengah Pendemi
Covid 19 sesuai intruksi presiden untuk tetap dirumah, belajar dirumah, bekerja
dirumah, ibadah dirumah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
menindak lanjuti kebijakan tersebut melalui Surat Edaran (SE) Nomor, 4 Tahun
2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19, dalam hal ini poin 2 yang menyatakan, proses Belajar dari
Rumah.

Belajar dari rumah ini tentu telah dirancang dan dipertimbangan dengan
sedemikian rupa, sehingga dalam pelaksanaanya harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

1. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan


untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa
terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk
kenaikan kelas maupun kelulusan
2. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemi Covid-19
3. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi
antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah
4. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baiik yang
bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi
skor/nilai kuantitatif

Statement dari pemerintah ini terkait proses pendidikan dilakukan secara belajar
dari rumah ini diperkuat dengan sebuah alasan yang dikemukakan oleh ahli
epidemologi WHO yaitu Maria Van Kerkhove menyatakan bahwa "Saat ini,
berkat teknologi yang telah maju, kita dapat tetap terhubung dengan berbagai cara
tanpa benar-benar berada dalam ruangan yang sama dengan orang-orang lain
secara fisik," dengan demikian proses belajar mengajar tetap bisa dilakukan
dengan pemanfaatan tehnologi informasi yang ada.

Dengan diperjuangkannya pendidikan di masa pandemi ini, menjadi sebuah bukti


konkret bahwa pemerintah memperhatikan sektor vital yang nantinya apabila
tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, generasi muda dalam proses
perkembangan intelektual nya akan terhambat dan tertinggal dari khalayak umum
khususnya sesama generasi muda di berbagai negara. Melakukan proses belajar di
rumah atau yang akrab di dengar sebagai Pembelajaran Jarak Jauh ini tentu
bertujuan untuk memenuhi standart pendidikan dengan cara memanfaatan
Teknologi dan Informasi dengan menggunakan perangkat komputer atau gadget
yang saling terhubung antara siswa dan guru maupun antara mahasiswa dengan
dosen sehingga melalui pemanfaatan teknologi tersebut proses belajar mengajar
bisa tetap dilaksanakan dengan baik walaupun tidak berinteraksi langsung dikelas
secara tatap muka.

Akan tetapi, adanya kebijakan tentang pembelajaran jarak jauh ini justru disisi
lain menimbulkan sebuah pertanyaan besar yang mana apakah kebijakan ini cocok
diterapkan di Indonesia? Atau justru menimbulkan pro dan kontra?. Dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kita pahami bahwa di setiap
kebijakan pasti ada sisi positif dan negatif nya, sebagai contoh bahwa
pembelajaran jarak jauh yang di dominasi oleh penggunakan gadget dan internet
ini tentu tidak dapat dilaksanakan oleh semua siswa di seluruh wilayah yang ada
di Indonesia, sebab masih banyak siswa-siswa yang tidak mampu untuk
memegang gadget bahkan ada juga yang tidak mampu atau tidak pernah sama
sekali merasakan internet. Namun, secara universal terkait penerapan kebijakan
pembelajaran jarak jauh ini menurut ahli yang bersangkutan bisa dilaksanakan,
sebab masyrakat Indonesia saat ini mayoritas sudah menggunakan Internet hal ini
sesuai dengan penelitian WE ARE SOSIAL, “Digital Reports 2020” yang dirilis
pada akhir Januari 2020 menyatakan hampir 64 persen penduduk Indonesia sudah
terkoneksi dengan jaringan internet, jumlah penguna internet di Indonesia sudah
mencapai 175,4 juta orang dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah
sekitar 272,1 juta dan ibanding tahun 2019 lalu, jumlah pengguna internet di
Indonesia meningkat sekitar 17 persen atau 25 juta pengguna.

Lantas bagaimana sistematika pembelajaran jarak jauh ini bisa difungsikan


sebagaimana mestinya? Jauh-jauh hari sebelum pemerintah mengelurkan
kebijakan tersebut tentu telah diupayakan dan dirancang sedemikian rupa agar
proses pendidikan masih bisa terlaksana walaupun terhambat oleh wabah virus
corona. Pemerintah mengembangkan sebuah model pembelajaran yang
dinamakan dengan E-Learning. Model pembelajaran tersebut adalah merupakan
model pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi dan untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Selain
elearning ada beberapa pemanfaatan teknologi lainnya yang digunakan untuk
meningkatkan proses belajar mengajar melalui pembelajaran jarak jauh
diantaranya dengan menggunakan media komunikasi sperti WhatsApp, Google
Class, YouTube, maupun Aplikasi zoom yang bisa mempertemukan dosen dan
mahasiswa secara virtual sehingga proses belajar mengajar bisa tersampaikan
dengan baik.

Dengan adanya kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh ini diharapkan bisa menekan
angkat positif Covid-19 di Indonesia sebari tetap bisa menjalankan proses
pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar sebagaimana mestinya. Apabila dilihat
dari kesiapan instrument penunjang terlaksananya PJJ secara universal ini
memang sudah bisa dikatakan cukup untuk bisa implementasikan. Akan tetapi
perlu kita soroti juga bagaimana peran dan kesiapan dari tenaga pengajar itu
sendiri dalam membantu menyukseskan program pembelajaran jarak jauh tersebut
dengan mengetahui dan memahami bagaimana memaksimalkan teknologi sebagai
alat dalam pendidikan saat ini.

Teknologi pada kesempatan ini memiliki peran yang sangat dibutuhkan dalam
keberlangsungan proses pendidikan di tengah-tengah wabah virus corona, sebab
teknologi-lah yang sekaligus memberikan dan mewadahi terjadinya proses belajar
mengajar antara para pengajar pendidikan dan para siswa nya. Salah satu manfaat
yang diperoleh dengan hadirnya teknologi adalah dapat mengatasi masalah-
masalah yang ada. Sangat disayangkan, apabila seseorang sangat acuh terhadap
hadirnya teknologi. Akibatnya, seseorang tersebut menjadi tertinggal dan tidak
dapat mengikuti suatu perubahan. Terutama pada kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah terkait pembelajaran jarak jauh yang tentu sangat memerlukan
teknologi, mau tidak mau para siswa yang awalnya acuh harus terbiasa untuk
melek teknologi, sebab hal tersebut sangat dibutuhkan pada masa dewasa kini.

Keberadaan teknologi menjadi suatu bagian yang berpengaruh terutama pada


dunia pendidikan. Triwiyanto menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan
pengalamanpengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,
nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup
dan bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian
hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. UU No 20 Tahun 2003 pasal 1
ayat 2 menerangkan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Sehingga, perancangan dan perkembangan
pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan IPTEK. Maka dari itu, teknologi
pendidikan/pembelajaran merupakan suatu proses dengan sistem tertentu dalam
mempermudah siswa untuk belajar dan dapat mengkaji masalah-masalah belajar,
sehingga membuat belajar lebih efektif.
Seperti yang telah disinggung pada paragraf sebelumnya bahwa tenaga pengajar
juga perlu kita soroti bersama terkait bagaimana kesiapan dalam menjalankan dan
menyukseskan program pembelajaran jarak jauh ini. Hal yang demikian tentu
sangat erat dengan bagimana seorang pengajar atau guru dengan dimensi
profesionalitasnya. Pentingnya profesionalime guru, akan menjadi suatu faktor
penentu proses pendidikan yang bermutu. Berkenaan dengan profesionalisme
guru, berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, maka ada empat
kompetensi yang harus dikuasai yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Kompetensi profesional dapat diartikan sebagai kemampuan guru
untuk menguasai serta memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mendukung
pembelajaran, termasuk kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan serta
teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru
memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, oleh karena itu pengetahuan, keterampilan serta penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi guna mendukung proses pembelajaran menjadi sesuatu
hal yang berguna untuk diketahui oleh guru saat ini ( Tekege, 2017). Guru harus
berhadapan dengan empat isu penting di masa depan yaitu:

1) menjadi orang-orang yang lebih kompetitif atas perkembangan global


2) siap dalam peningkatan kualitas, inovasi, dan pelayanan
3) mengisi usaha merger (penggabungan), dan akuisisi (penyediaan)- aspek
pengetahuan dan kesempatan
4) melaksanakan teknologi informasi berbasis jaringan (Daft,2010).

Lalu, ada tiga jenis penerapan teknologi di bidang pendidikan:

1) guru menggunakan teknologi ke dalam pengajaran di ruang kelas, untuk


merencanakan pengajaran dan penyajian isi pelajaran kepada siswa
2) guru menggunakan teknologi untuk presentasi
3) guru menggunakan teknologi untuk mengerjakan tugas administrasi yang
terkait dengan profesinya, seperti penilaian, pembuatan catatan, pelaporan,
dan tugas pengelolaan
Dari penjelasan diatas dapat dimaknai bahwa guru selaku pemegang peran penting
dalam menentukan keberhasilan program pembelajaran jarak jauh ini harus
dipersiapkan kematangan pengajarannya, berupa inovasi-inovasi, pelayanan-
pelayanan, dan tentu bagimana guru merancang pembelajaran yang bisa adaptif
dengan dikolaborasikan melalui teknologi. Namun, bagaimana seorang guru
gagap teknologi dalam melakukan suatu proses pembelajaran? Gagap teknologi
sama halnya dengan seseorang yang tidak pandai mengoperasikan teknologi
secara baik yang disebabkan karena ketidaktahuan dengan kemajuan teknologi
yang ada. Darmawan (2013) dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan,
mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam
proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika
kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan.
Betapa tidak, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-
learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun,
alangkah ironis bila gurunya sendiri tidak pernah sedikit pun menjamah teknologi
informasi yang kini telah merambah ke semua sisi kehidupan manusia atau
dengan kata lain sudah mendunia.

Untuk mengatasi permasalahan tentang kegagapan seorang guru terhadap


perkembangan teknologi, secara umum dapat diatasi oleh beberapa hal berikut,
seperti:

1) pengadaan sarana lengkap dan memadai bagi guru


2) melaksanakan program pelatihan rutin dalam bidang TIK dalam proses
pembelajaran
3) melaksanakan kegiatan pelatihan tentang metode pembelajaran yang
efektif dan efisien. Dari pernyataan tersebut, diharapkan dapat menjadi
solusi untuk guru yang masih belum maksimal dalam menguasai
teknologi.

Kita ketahui bahwa pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi covid 19
sangat berpengaruh, yaitu memajukan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran, yang mengharuskan dunia pendidikan untuk berganti bentuk
pembelajaran konservatif ke bentuk pembelajaran yang baru. Guru dituntut untuk
menggunakan berbagai media belajar yang berbeda, sesuai dengan kondisi
pembelajaran online.

Maka dari itu, guru sebagai mediator pendidikan harus selalu meningkatkan
keprofesionalismenya seiring dengan teknologi yang semakin berkembang pesat
di segala bidang, salah satunya bidang pendidikan. Guru harus profesional sesuai
dengan amanat undang-undang dan guru dapat memadukan teknologi dalam
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan stimulus siswa dalam belajar menjadi
tinggi, dengan demikian sangat berpengaruh baik terhadap prestasi belajar siswa.

Di sisi lain juga, harus diperhatikan kesiapan para siswa dalam melaksanakan
program pembelajaran jarak jauh tersebut, berupa kesiapan materil seperti
perangkat pembelajaran (Laptop, Komputer, Hp, dan Interntet) dan juga harus
mempersiapkan kesiapan non materil yang merupakan kesiapan lahir dan batin
dalam melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh ini.

Maka bisa disimpulkan bahwa esensi pendidikan dimasa pandemi ini terkandung
pada 3 hal, yaitu Teknologi sebagai media pendidikan masa dewasa kini, kesiapan
siswa dalam melaksanakan program belajar mengajar yang dilaksanakan secara e-
learning, dan profesionalisme guru yang sangat dibutuhkan untuk merancang
kesuksesan dalam proses keberlangsungan pembelajaran jarak jauh ini.
REFERENSI

1) Arnesi Novita dan Hamid Abdul. 2015. “Penggunaan Media Pembelajaran


Online – Offline Dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar
Bahasa Inggris. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam
Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Juni 2015, p-ISSn: 2355-4983; e-ISSN: 2407-
7488, diakses 20 april 2020
2) Darmawan, Deni. (2013). Pendidikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
3) https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ diakses 20 april 2020
4) https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200302111 534-20-
479660/jokowi-umumkan-dua-wni-positifcorona-di-indonesia, diakses 20
april 2020
5) https://setkab.go.id/mulai-hari-ini-presidenmendikbud-koordinasikan-
pembelajaran-sistemonline/
6) https://setkab.go.id/minta-masyarakat-tenang-presidensaatnya-bekerja-
belajar-dan-beribadah-dari-rumah/
7) Hartanto, Wiwin. (2016). “Penggunaan ELearningSebagai Media
Pembelajaran”, Jurnal UNEJ, diakses 20 april 2020
8) Nurhayati, T. (2016). Problematika Guru dalam Menguasai TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Solusinya di MI Al-Asy’ari Kuniran Batangan
Kabupaten Pati. [Skripsi]: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai