Anda di halaman 1dari 16

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

I.

Latar Belakang Masalah

Kemiskinan bisa kita lihat sehari-hari di depan mata kita dalam bentuk kian luasnya daerah miskin dalam peta kemiskinan, masih banyaknya daerah tertinggal, memburuknya angka kemtian ibu dan bayi, masih tingginya kasus kurang gizi dan busung lapar, tingginya angka anak putus sekolah, masih sangat besarnya jumlah mereka yang dianggap layak menerima beras miskin dan Jaminan Kesehatan Masyarakat yang 70 juta lebih orang unutk skala Nasional. Dibandingkan dengan Kabupaten Halmahera Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003, dengan luas wilayah 24.983,32 Km2, terdiri dari 9 Kecamatan dan 174 Desa serta jumlah penduduk pada tahun 2010 terdapat 161.121 jiwa, persolan kemiskinan juga menjadi masalah utama di daerah. Mempelajari trend perkembangan jumlah penduduk Halmahera Utara 3 tahun terakhir, dapat digambarkan sebagai berikut : Tahun 2008 terdapat 223.421 jiwa dan sebanyak 88.643 jiwa merupakan penduduk miskin atau 38,09% Tahun 2009 dari 177.782 jiwa terdapat 21.032 jiwa penduduk miskin atau 1,83%. Tahun 2010 terdapat 161.121 jiwa dan sebanyak 16.108 jiwa merupakan penduduk miskin atau 9,99% Walaupun trend perkembangan angka penduduk miskin menunjukkan penurunan yang signifikan dalam 3 tahun terakhir namun demikian Pemerintah Daerah tetap berusaha untuk memutahirkan data penduduk miskin dalam rangka pelaksanaan program bantuan pengentasan

kemiskinan. Secara umum perumahan merupakan kebutuhan dasar sebagai salah satu indikator kemiskinan di Kab. Halmahera Utara. Bantuan Pemerintah seperti BLT, Raskin, Jamkesmas /Jamkesda, walaupun selama ini sudah disalurkan tetapi belum mampu memberikan dampak terhadap perbaikan perumahan keluarga miskin. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembagalembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia,hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme,malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan. BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar ( human capability approach) dan pendekatan objective and subjective. Pendekatan kebutuhan dasar, melihat bahwa kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Sedangakn pendekatan pendapatan, melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan

lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Demikian pula pendekatan kemampuan dasar yang menilai bahwa kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat.

a. Taksiran mengenai Hasil guna Kebijakan yang lalu Bantuan Langsung Tunai (BLT) BLT sebagai program konpensasi jangka pendek yang tujuan utamanya adalah menjaga agar tingkat konsumsi RTS, yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin, miskin, dan dekat miskin/near poor, tidak menurun pada saat terjadi kenaikan harga BBM dalam negeri. Dengan demikian, walaupun program BLT bukan satu-satunya program yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, namun diharapkan dapat mendorong pengurangan tingkat kemiskinan pada saat terjadi penyesuaian harga-harga kebutuhan pokok menuju keseimbangan yang baru (Departemen Sosial RI, 2008 :5) Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah sejumlah uang tunai yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah tangga yang perlu dibantu agar kesejahteraannya tidak menurun jika harga BBM dinaikkan. sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga yang masuk dalam kategori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin (Departemen Sosial RI, 2008 :6). Tujuan dari Program Bantuan Langsung Tunai bagi Rumah Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah: a. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; b. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

c. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama (Departemen Sosial RI, 2008:7).

Namun pada saat realisasi Pemberian BLT dinilai merusak paradigma penanggulangan kemiskinan. Sebab masyarakat menjadi bergantung pada pemerintah dengan pemberian dana tunai tersebut. Pemberian BLT ini juga memunculkan ketidakpercayaan antarmasyarakat, antara masyarakat dan perangkat desa, dan lebih jauh lagi antara masyarakat dan pemerintah. Pemberian BLT pun dinilai berimplikasi langsung pada masalah politik. Pasalnya, kebijakan ini banyak digunakan sebagai bahan kampanye partai politik. Pembangunan RSS Program Pembangunan RSS adalah program yang ditetapkan untuk meperluas kesempatan bagi masyarakat unutk mendapatkan rumah dan mngurangi kesenjangan social, karena harganya disesuaikan dengan daya beli sebagian masyarakat golongan berpenghasilan rendah. Meskipun pembangunan Rumah sangat sederhana bisa secara langsung dinikmati oleh masyarakat miskin namun bias lain yang terjadi adalah dugaan penyalahgunaan anggaran negara ( mark up anggaran) yang menyebabkan kerugian negara. Hal ini juga dapat dilihat dari menurunnya kaulitas bangunan itu sendiri. Berdasarkan hasil kajian pembangunan RSS yang dilakukan oleh Edy Darmawan (1996), disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi oleh developer antara lain masalah perolehan lahan di kota mahal sehingga memilih lokasi di pinggiran atau luar kota dengan biaya pembangunan relatif mahal, dan masalah perijinan yang relatif sama dengan pembangunan perumahan pada umumnya, kesulitan memperoleh kredit dan simpati masyarakat yang kurang baik. Penyimpangan yang dilakukan developer swasta antara lain: sebagian besar rumah yang terjual tidak mengena pada kelompok sasaran yang sebenarnya (golongan kurang mampu) penentuan besarnya uang muka lebih tinggi dari yang telah

ditentukan, pembangunan prasarana dan sarana yang belum lengkap dilihat dari pendapatan penghuni terhadap penerimaan bentuk awal RSS diperoleh 47,1 persen penghuni dapat menerima, 28 persen penghuni tidak dapat menerima dan 24,1 persen agak berat menerima, sebagian besar penghuni bukan kelompok sebenarnya, maka mereka berpendapat bahwa besarnya angsuran cukup murah (77,1 persen), masih terjangkau (17,1 persen) dan sangat murah (5,8 persen) tidak terdapat peningkatan yang cukup berarti dengan berpindahnya penghuni ke RSS faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan rumah antara lain faktor ekonomi, faktor tingkat penghunian, faktor kesediaan lahan, status penghunian dan faktor lingkungan social.

BAB II RUMUSAN MASALAH

Upaya penanganan Kemiskinan di Indonesia telah dilakukan dengan berbagai macam program pemerintah baik pusat maupun daerah. Menginventarisir program penangan kemiskinan : - BLT program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dijalankan pemerintah dalam rangka membantu rakyat miskin sebagai dampak dari kenaikan harga BBM. Pemerintah mengurangi subsidi BBM karena merasa bahwa selama ini dana subsidi itu juga diterima oleh orang kaya. Karena itu adalah tepat jika selisih subsidi itu diberikan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dan memang program itu benar-benar telah dijalankan, terlepas dari hasilnya memuaskan atau tidak memuaskan semua pihak di bangsa ini. Pemberikan BLT memang salah sasaran karena hanya memberikan uang sebanyak Rp 150.000 per bulan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mungkin masih bisa tertutupi pekerjaan bagi yang mempunyai pekerjaan namun bagaimana dengan masyarakat yang pekerjaannya serabutan yang hanya bekerja bila dipanggil oleh orang? Pembangunan RSS Pembangunan rumah sangat sederhana ditujukan kepada kelompok sasaran masyarakat yang memiliki penghasilan terbatas. Prioritas utama adalah untuk masyarakat berpenghasilan Rp1 juta4,5 juta. Banyaknya masalah seperti lokasi yang mahal, biaya perijinan yang disamakan dengan pembangunan rumah biasa, sarana prasarana dasar yang kurang terpenuhi, dan mekanisme pembayaran yang belum diatur secara baik, mengakibatkan harga rumah terlampau tinggi sehingga susah dijangkau oleh masyarakat sasaran.

Pembangunan Rumah Layak Huni Para penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Halmahera Utara mempunyai keterbatasan dalam berbagai aspek. Keterbatasan tersebut terutama dalam usaha warga miskin untuk dapat menempati rumah sehat dan layak huni. Untuk itu diperlukan dorongan dan fasilitasi dari pihak lain seperti lembaga sosial atau pemerintah kabupaten.

a. Rumusan Policy Goals o mendapatkan data rumah keluarga miskin tidak layak huni di Halmahera utara tahun 2012. o memperbaiki rumah keluarga miskin tahun 2012. o menyalurkan bantuan pemerintah bagi keluarga miskin secara tepat.

BAB III ALTERNATIF KEBIJAKAN

a. Deskripsi Alternatif Bantuan Langsung Tunai. Pemberian BLT dimaksudkan untuk memberikan tambahan penghasilan kepada masyarakat miskin berupa uang tunia senilai Rp.300.000/bln. Hal ini dimksudkan agar dapat dianfaatkan unutk memnuhi kebutuhan rumah tangga seperti Sembako, dll. Pembangunan Rumah sangat Sederhana dengan sistim KPR bersubsidi. Pemerintah menyediakan program KPR bersubsidi kepada masyarakat. Dana KPR bersubsidi berasal APBN, kredit BI, pinjaman luar negeri, dan rekening dana investasi yang disediakan oleh Pemerintah kepada bank pelaksana KPR bersubsidi. Oleh bank pelaksana KPR bersubsidi dana-dana tersebut dicampur dengan dana pihak ke tiga dengan komposisi sesuai dengan ketentuan Pemerintah. Pembanguan Rumah Layak Huni dengan sistim Swakelola.

b. Prakiraan Hasil BLT Program BLT merupakan usaha pemerintah mempertahankan daya beli rakyat ketika terjadi inflasi setelah kenaikan harga BBM ditetapkan. Daya beli masyarakat akan meningkat, tapi tidak signifikan dan juga tidak secara permanen, hanya pada saat memperoleh BLT. Pembangunan RSS Program pembangunan rumah sangat sederhana untuk memperluas

kesempatan bagi masyarakat unutk mendapatkan rumah dan mengurangi

kesenjangan terjangkau. -

social.

Tidak

semua

golongan

masyarakat

pendapatan

< 1.500.000 mampu membeli rumah tersebut karena harganya yang tidak

Pembangunan Rumah Layak Huni Program perbaikan rumah tidak layak huni merupakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin yang menempati/mempunyai rumah tidak layak huni dengan tujuan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup/derajat kesehatan masyarakat miskin. Karena program ini melibatkan/dilakukan bersama-sama masyarakat, maka beberapa komponen biaya dapat dikurangi sehingga banyak rumah masyarakat miskin dapat dibangun dan diperbaiki.

BAB IV PENILAIAN ALTERNATIF

Dalam menentukan langkah prioritas penentuan kebijakan perlu dilakukan penilaian alternatif kebijakan, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan perkiraan atau prakiraan kemungkinan perubahan-perubahan yang akan atau dapat terjadi sebagai akibat yang ditimbulkan dari seusatu atau sejumlah alternative kebijakan. Penilaian yang yang dilakukan adalah dengan pendekatan ekonomi dengan tiga indicator yakni Efisiensi, Profitabilitas dan Efektifitas.

Tabel Penilaian Alternatif No Kriteria Ekonomi BLT


Program BLT dinilai tidak efisien karena jumlah uang yang diberikan terlalu kecil (Rp.150.000/bln)

RSS

RLH
Dana pembangunan RLH sepenuhnya diarahkan pada pembangunan fisik rumah miskin secara swakelola Ke Masyarakat Efektif karena menggunakan sumber daya masyarakat yang lebih banyak dalam penyelesaian kegiatan

Efisiensi

Profitabilitas

Efektivitas

Dibutuhkan biaya besar untuk pembebasan tanah, pengurusan perijinan, dll sehingga harga jual unit rumah menjadi tinggi Ke masyarakat Ke masyarakat dan pihak Developer Efektif karena dana Efektif karena BLT disalurkan Rumah Sangat tepat saat daya Sederhana/Rumah beli masyarakat Sederhana Sehat lemah tersedia kepada masyarakat

Hasil yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembangunan rumah tidak layak huni pada pemerintah daerah kabu[aten Halmahera Utara adalah : Out Put : 1) tersedianya data rumah keluarga miskin di 196 desa, 17 kec kab halmahera utara tahun 2011. 2) tersedianya 980 rumah layak huni keluarga miskin di 196 desa kab. halmahera utara. 3) tersalurnya bantuan pemerintah kepada keluarga miskin secara tepat. Outcome : 1) menjadi acuan perbaikan rumah keluarga miskin yang layak huni pada tahun selanjutnya. 2) peningkatan derajat kesehatan keluarga miskin. 3) terwujudnya peningkatan kualitas hidup 980 keluarga miskin di kabupaten halmahera utara

BAB V ALTERNATIF YANG DIREKOMENDASIKAN

a. Alternatif yang disarankan Rumah adalah hak dasar bagi setiap orang, kebutuhan akan rumah merupakan dasar setelah sandang dan pangan. Hal ini secara tegas disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 ayat 1 yang mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik. Salah satu misi pemerintah Kabupaten Halmahera Utara adalah

pengentasan kemiskinan. Cara pengentasan kemiskinan ini antara lain adalah setiap keluarga harus menghuni rumah yang layak, lingkungan yang bersih dan aman. Dilihat dari efektifitas, profitablitas, dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan, kebijakan penangan masyarakat miskin lewat pembangunan RUmah Tidak Layak Huni dianggap lebih merupakan intervensi pemerintah yang jauh lebih lebih baik dibandingkan dengan program sebelumnya karena :

b. Keterbatasan dan akibat yang mungkin tak terkendali 1) Permasalahn Pengadaan Barang dan Jasa lewat sistim tender atau swakelola 2) Keterbatasan bahan bangunan sehingga harus mendatangkan stok dari luar daerah 3) Cuaca Ekstrim pada lokasi pembangunan Rumah Tidak Layak Huni 4) Mobilisasi PNS ke lokasi kegiatan.

BAB VI RENCANA IMPLEMENTASI DAN STRATEGI PELAKSANAAN

a. Rencana Implementasi

b. Strategi Pelaksanaan a. Inventarisasi Jumlah Keluarga Miskin b. Pembentukan Tim c. Penetapan Prosedur Pendataan Rumah Tidak Layak Huni 1) Sosialisasi tim kab. Dengan para camat di kabupaten. 2) Sosialisasi tim kab. Dengan camat dan kepala desa di kecamatan. 3) Sosialisasi tim kabupaten, camat, kepala desa, tokoh agama, tokoh masarakat di setiap desa. 4) Pendataan oleh tim kabupaten di fasilitasi oleh kecamatan dan desa. 5) Sosialisasi hasil pendataan dan pengumuman kel calon penerima

bantuan disertai dengan data bagian bagian rumah yang di perbaiki d. Pelaksanaan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni 1) Analisa kebutuhan material 2) Pengorganisasian dan penyiapan tenaga kerja. 3) Pengadaan dan distribusi material di lokasi. 4) Pelaksanaan

e. Pengawasan

1) Monitoring dan evaluasi 2) Dokumentasi & pelaporan dibuat dalam bentuk foto, video. 3) Dokumentasi harus mencerminkan tahapan sebelum, sementara dan sesudah kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Edy (1996), Kajian Pembangunan Rumah Sangat Sederhana (RSS) Ditinjau Dari Persepsi Penghuni, Semarang, Universitas Diponegoro.

Darwanto, Herry (2007), Permasalahan Penyediaan Rumah Sederhana Sehat.

Anda mungkin juga menyukai