Anda di halaman 1dari 20

Asuhan keperawatan Pemenuhan

Cairan dan Elektrolit

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. M. Sigit Novianto (21116106)


2. Annisa Afianria Yoja Cindona (21116076)
3. Citra Ratu Sintia (21116078)
4. Dina Ekadasi Oktaryana (21116098)
5. Icha Kristina (21116120)
6. Indah Maya Sari (21116097)
7. Resty Permatasari (21116110)
8. Wilda Mariska Putri (21116085)

Dosen Pembimbing : Apriyani, Skep., Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan segala urusan, sehingga memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan mata kuliah
“Keperawatan Keritis”.

Makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi


mahasiswa keperawatan dan dapat dimanfaatkan. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini belum cukup sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, atau penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya membangun, khususnya dari
dosen mata kuliah ini, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untukl ebih baik dimasa yang akan datang.

Palembang, 23 Oktober 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

1. LATAR BELAKANG ............................................................... 1


2. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 2
3. TUJUAN PENULISAN ............................................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 3

A. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Cairan dan Elektrolit .... 3


B. Teknis Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis ........................ 9

BAB III PENUTUP ............................................................................... 16

A. KESIMPULAN .......................................................................... 16
B. SARAN ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan


keseimbangan atau homeotasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh
kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan
anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bersifat positif (kation) dan
bermuatan negatif (anion).
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang
mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang dibituhkan untuk
mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan
lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator
penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau
saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan
komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeoststia. Sistem
pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan
dan elektrolit, asam basa dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler
dan intraseluler. Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di
sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan
dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya
terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah
cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai presentase cairan tubuh
yang lebih tinggi di bandingkan dengan orang yang lebih tua, dan pria secara
proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita.
Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit

1
dibanding dengan orang yang lebuh kurus, karena sel lemak mengandung
sedikit air.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian pemenuhan cairan dan elektrolit
2. Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit
3. Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
4. Asuhan keperawatan pada pemenuhan cairan dan elektrolit

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pemenuhan cairan dan elektrolit
2. Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi
pemenuhan cairan dan elektrolit
4. Mahasiswa dapat meleksanakan proses keperawatan dan pemenuhan
cairan dan elektrolit

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Cairan dan Elektrolit


1. Konsep Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan
komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas
yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan
kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara
lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa
minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-
kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari
diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut
adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

3
No Umur BB (kg) Kebutuhan cairan (ml / 24 jam)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun 54,0 2200– 2700
(adult)

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b. Output cairan
1) Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama.
Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

2) IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan

4
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.

3) Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

4) Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per
hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).

3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus
gastrointestinal.
b. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler
dan sel.
c. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
1) Diffusi

5
2) Filtrasi
3) Osmosis
4) Aktiv Transport

4. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat

6
meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
1) Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube
dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

5. Proses Keperawatan .
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan
gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit meliputi :

7
1) Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi
penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Kaji manifestasi klinik melalui :
a) Timbang berat badan klien setiap hari
b) Monitor vital sign
c) Kaji intake output
3) Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
a) Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan
neuromuskuler irritability.
b) Auskultasi bunyi /suara nafas
c) Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
4) Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH
serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit,
BUN, Kreatinin Urine.

6. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko
atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan
mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
b. Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan elektrolit
c. Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung,
diaphoresis, polyuria.
d. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan
dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan proses
keseimbangan, penumpukan cairan di ekstraseluler.
e. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan
kekurangan volume cairan
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau
edema

8
g. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

B. Teknis Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis


1. Kebutuhan Energi Pada Pasien Kritis
Keseimbangan nitrogen dapat digunakan untuk menegakkan
keefektifan terapi nutrisi. Nitrogen secara kontinyu terakumulasi dan
hilang melalui pertukaran yang bersifat homeostatik pada jaringan protein
tubuh. Keseimbangan nitrogen dapat dihitung dengan menggunakan
formula yang mempertimbangkan nitrogen urin 24 jam, dalam bentuk
nitrogen urea urin (urine urea nitrogen/UUN), dan nitrogen dari protein
dalam makanan:

Keseimbangan Nitrogen = ((dietary protein/6,25)(UUN/0,8) + 4)

Karena umumnya protein mengandung 16% nitrogen, maka jumlah


nitrogen dalam makanan bisa dihitung dengan membagi jumlah protein
terukur dengan 6,25. Faktor koreksi 4 ditambahkan untuk
mengkompensasi kehilangan nitrogen pada feses, air liur dan kulit.
Keseimbangan nitrogen positif adalah kondisi dimana asupan nitrogen
melebihi ekskresi nitrogen, dan menggambarkan bahwa asupan nutrisi
cukup untuk terjadinya anabolisme dan dapat mempertahankan lean body
mass. Sebaliknya keseimbangan nitrogen negatif ditandai dengan ekskresi
nitrogen yang melebihi asupan. Kebutuhan energi dapat juga diperkirakan
dengan formula persamaan Harris-Bennedict (tabel 1), atau kalorimetri
indirek. Persamaan Harris-Bennedict pada pasien hipermetabolik harus
ditambahkan faktor stres. Penelitian menunjukkan bahwa rumus perkiraan
kebutuhan energi dengan menggunakan prosedur ini cenderung berlebih
dalam perhitungan energi expenditure pada pasien dengan sakit kritis
hingga 15%. Sejumlah ahli menggunakan perumusan yang sederhana
“Rule of Thumb” dalam menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30
kkal/kgbb/hari. Selain itu penetapan Resting Energy Expenditue (REE)
harus dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah pengukuran

9
jumlah energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan kehidupan pada
kondisi istirahat dan 12 - 18 jam setelah makan. REE sering juga disebut
BMR (Basal Metabolic Rate), BER (Basal Energy Requirement), atau
BEE (Basal Energy Expenditure). Perkiraan REE yang akurat dapat
membantu mengurangi komplikasi akibat kelebihan pemberian nutrisi
(overfeeding) seperti infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise.16
Banyak metode yang tersedia untuk memperkirakan REE, salah satunya
adalah kalorimetri yang dapat dipertimbangkan sebagai gold standard dan
direkomendasi sebagai metode pengukuran REE pada pasien-pasien sakit
kritis.18

2. Menilai Status Nutrisi Pada Pasien Kritis


Pada penderita sakit kritis ditemukan peningkatan pelepasan mediator-
mediator inflamasi atau sitokin (misalnya IL-1, IL-6, dan TNF) dan
peningkatan produksi “counter regulatory hormone” (misalnya
katekolamin, kortisol, glukagon, hormon pertumbuhan), sehingga
menimbulkan efek pada status metabolik dan nutrisi pasien. Status nutrisi
adalah fenomena multidimensional yang memerlukan beberapa metode
dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan
nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index
(BMI), serum albumin, prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor.
Pengukuran antropometrik termasuk ketebalan lapisan kulit (skin fold)
permukaan daerah trisep (triceps skin fold, TSF) dan pengukuran lingkar
otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC), tidak berguna
banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung untuk
berubah. Jenis protein yang paling sering diukur adalah albumin serum.
Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang
dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan. Pada
pasien kritis terjadi penurunan síntesa albumin, pergeseran distribusi dari
ruangan intravaskular ke interstitial, dan pelepasan hormon yang
meningkatkan dekstruksi metabolisme albumin. Level serum pre-albumin
juga dapat menjadi petunjuk yang lebih cepat adanya suatu stres fisiologik

10
dan sebagai indikator status nutrisi. Level serum hemoglobin dan trace
elements seperti magnesium dan fosfor merupakan tiga indikator biokimia
tambahan. Hemoglobin digunakan sebagai indikator kapasitas angkut
oksigen, sedangkan magnesium atau fosfor sebagai indikator gangguan
pada jantung, saraf dan neuromuskular. Selain itu Delayed hypersensitivity
dan Total Lymphocyte Count (TLC) adalah dua pengukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur fungsi imun sekaligus berfungsi sebagai
screening . Penilaian global subyektif (Subjective global assessment/SGA)
juga merupakan alat penilai status nutrisi, karena mempertimbangkan
kebiasaan makan, kehilangan berat badan yang baru ataupun kronis,
gangguan gastrointestinal, penurunan kapasitas fungsional dan diagnosis
yang dihubungkan dengan asupan yang buruk. Penilaian jaringan lemak
subkutan dan penyimpanannya dalam otot skelet juga merupakan bagian
dari SGA, dan bersama dengan evaluasi edema dan ascites, membantu
untuk menegakkan kemungkinan malnutrisi sebelumnya. Level stres pada
pasien sakit kritis juga harus dinilai karena bisa memperburuk status
nutrisi penderita secara keseluruhan.

3. Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis


Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin kecukupan energi dan
nitrogen, tapi menghindari masalah-masalah yang disebabkan overfeeding
atau refeeding syndrome seperti uremia, dehidrasi hipertonik, steatosis hati,
gagal napas hiperkarbia, hiperglisemia, koma non-ketotik hiperosmolar dan
hiperlipidemia. Level yang terbaik untuk memulai pemberian nutrisi pada
pasien sakit kritis adalah 25 kkal/kgbb dari berat badan ideal per hari.19
Harus diperhatikan bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari
kebutuhan, akan merugikan buat pasien. REE dapat bervariasi antara
meningkat sampai 40% dan menurun sampai 30%, tergantung dari kondisi
pasien (tabel 1).

11
Tabel 1. Rumus untuk memperkirakan kebutuhan energi.
Perhitungan Basal Energy Expenditure (BEE)
Persamaan Harris-Benedict:
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) - (6,76 x Umur)
Wanita : 655,1 + (9,56 x BB) + 1,85 x TB) – (4,67 x Umur)
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/kgbb/hari

Faktor Stres
Koreksi terhadap perhitungan kebutuhan energi derajat hipermetabolisme
:
* Postoperasi (tanpa komplikasi) 1,00 – 1,30
* Kanker 1,10 – 1,30
* Peritonitis / sepsis 1,20 – 1,40
* Sindroma kegagalan organ multiple 1,20 – 1,40
* Luka bakar 1,20 – 2,00
(perkiraan BEE + % luas permukaan tubuh yang terbakar)
Koreksi kebutuhan energy (kkal/hari) = BEE x faktor stres

Pemberian protein yang adekuat adalah penting untuk membantu


proses penyembuhan luka, sintesis protein, sel kekebalan aktif, dan
paracrine messenger. Disamping itu, serum glukosa dijaga antara 100 – 200
mg/dL.3,15 Hiperglisemia tak terkontrol dapat menyebabkan koma
hiperosmolar non ketotik dan resiko terjadinya sepsis, yang mempunyai
angka mortalitas sebesar 40%.3 Hipofosfatemia merupakan satu dari
kebanyakan komplikasi metabolik yang serius akibat Refeeding Syndrome.
Hipofosfatemia yang berat dihubungkan dengan komplikasi yang
mengancam nyawa, termasuk insufisiensi respirasi, abnormalitas jantung,
disfungsi SSP, disfungsi eritrosit, disfungsi leukosit dan kesulitan untuk
menghentikan penggunaan respirator.

12
a. Rute Enternal
Pada pemberian nutrisi enteral, pipa nasal lebih dianjurkan
daripada oral, kecuali pada keadaan fraktur basis cranii dimana bisa terjadi
resiko penetrasi ke intrakranial. Pipa naso jejunal dapat digunakan jika
terjadi kelainan pengosongan lambung yang menetap dengan pemberian
obat prokinetik atau pada pankreatitis. Alternatif lain untuk akses nutrisi
enteral jangka panjang adalah dengan gastrostomi dan jejunum
perkutaneus. Larutan nutrisi enteral yang tersedia dipasaran memiliki
komposisi yang bervariasi. Nutrisi polimer mengandung protein utuh
(berasal dari whey, daging, isolat kedelai dan kasein), karbohidrat dalam
bentuk oligosakarida atau polisakarida. Formula demikian memerlukan
enzim pankreas saat absorbsinya. Nutrisi elemental dengan sumber
nitrogen (asam amino maupun peptida) tidaklah menguntungkan bila
digunakan secara rutin, namun dapat membantu bila absorbsi usus halus
terganggu, contohnya pada insufisiensi pankreas atau setelah kelaparan
dalam jangka panjang. Lipid biasanya berasal dari minyak nabati yang
mengandung banyak trigliserida rantai panjang, tapi juga berisi trigliserida
rantai sedang yang lebih mudah diserap. Proporsi kalori dari non protein
seperti karbohidrat biasanya dua pertiga dari total kebutuhan kalori. Serat
diberikan untuk menurunkan insiden diare. Serat dimetabolisme oleh
bakteri menjadi asam lemak rantai pendek, yang digunakan oleh koloni
untuk pengambilan air dan elektrolit. Elektrolit, vitamin dan trace mineral
ditambahkan sampai volume yang mengandung 2000 kkal. Nutrisi enteral
adalah faktor resiko independen pneumonia nosokomial yang
berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini mungkin
dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila
nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu memelihara
epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan
distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah
duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi
pada pasien di ICU yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya
multifaktorial, termasuk terapi antibiotik, infeksi Clostridium difficile,

13
impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi
metabolik paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemia.
Tabel 2. Nutrisi enteral
Keuntungan Kerugian
Fisiologis Membutuhkan waktu untuk
mencapai sokongan yang utuh
Menyediakan fungsi kekebalan Tergantung fungsi saluran cerna
Menyediakan fungsi saluran usus Kontra indikasi pada obstruksi
Tidak lebih mahal dibandingkan intestinal
TPN
Meningkatkan aliran splanchnic Ketidakstabilan hemodinamik:
yang melindungi cedera output tinggi pada
iskemik atau perfusi fistulaenterokuntaneus diare
berat

b. Rute Parenteral
Nutrisi Parenteral Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila
asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan
untuk tetap memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat
dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada
setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi
enteral secepat mungkin. Pada pasien ICU, kebutuhan dalam sehari
diberikan lewat infus secara kontinu dalam 24 jam. Monitoring terhadap
faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Halyang paling
ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN/Total Parenteral
Nutrition) melalui vena sentral adalah infeksi. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding jugular interna dan
femoral.
2. Keahlian operator dan staf perawat di ICU mempengaruhi tingkat
infeksi.
3. Disenfektan kulit klorheksidin 2% dalam alkohol adalah sangat efektif.

14
4. Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
5. Penutup tempat insersi kateter dengan bahan transparan lebih baik.
6. Kateter sekitar tempat insersi sering-sering diolesi dengan salep
antimikroba.
7. Penjadwalan penggantian kateter tidak terbukti menurunkan sepsis.

Tabel 3. Nutrisi parenteral


Kelebihan Kekurangan
Tersedia apabila rute enteral Berhubungan dengan atropi
menjadi kontra indikasi jaringan limfoid system digestif
Dapat meningkatkan asupan bila Morbiditas septic yang meningkat
oral inadekuat penuh kurang memberikan dukungan
dari 24 jam tumbuhnya bakteri
Sedikit kontraindikasi Translokasi mikroorganisme pada
sirkulasi portal

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan PemenuhanCairan dan Elektrolit
1. Konsep Dasar.
2. Keseimbangan intake & output.
3. PerpindahanCairan dan ElektrolitTubuh.
4. Faktor yang Berpengaruh pada KeseimbanganCairan dan Elektrolit
5. Proses Keperawatan .

TeknisPemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis

1. KebutuhanEnergi Pada PasienKritis


2. Menilai Status Nutrisi Pada PasienKritis
3. PemberianNutrisi Pada PasienKritis

B. Saran
1 MahasiswaSTIKes Muhammadiyah Palembang agar mampumemahami
dan dapatmengaplikasikansegala yang adadalammakalahini.
2 Para pembaca agar dapatmengetahui dan memahamimengenai
AsuhanKeperawatanPemenuhanCairan dan Elektrolit dan
TeknisPemberianNutrisi Pada PasienKritis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
volume 2. EGC: Jakarta

Tamsuri Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Eletrolit. EGC:
Jakarta

Tarwono, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Salemba Medika: Jakarta

Uliyah Musrifatul, Alimul A Azis. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Buku


Saku Praktikum. EGC: Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab IV Proposal
    Bab IV Proposal
    Dokumen4 halaman
    Bab IV Proposal
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Dina Halaman Persetujuan
    Dina Halaman Persetujuan
    Dokumen2 halaman
    Dina Halaman Persetujuan
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • 0 Cover + Daftar Isi
    0 Cover + Daftar Isi
    Dokumen10 halaman
    0 Cover + Daftar Isi
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gagal Hati
    Makalah Gagal Hati
    Dokumen24 halaman
    Makalah Gagal Hati
    gitayulianadewi
    Belum ada peringkat
  • Addison
    Addison
    Dokumen22 halaman
    Addison
    dwi yuli yanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 &
    Bab 3 &
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 &
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Fix Sempro
    Fix Sempro
    Dokumen38 halaman
    Fix Sempro
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover, Kata Pengantar, R.Hidup, Daftar Isi
    1 Cover, Kata Pengantar, R.Hidup, Daftar Isi
    Dokumen10 halaman
    1 Cover, Kata Pengantar, R.Hidup, Daftar Isi
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen1 halaman
    6
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • 2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    Dokumen59 halaman
    2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • 2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    Dokumen59 halaman
    2 Skripsi Dina Bab I-IV Ok-1
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik
    Askep Gerontik
    Dokumen28 halaman
    Askep Gerontik
    Siti maskanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-4
    Bab 1-4
    Dokumen55 halaman
    Bab 1-4
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • B Indo
    B Indo
    Dokumen39 halaman
    B Indo
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • BAB III Dan IV
    BAB III Dan IV
    Dokumen13 halaman
    BAB III Dan IV
    Dina Ekadasi Oktaryana
    Belum ada peringkat
  • Addison
    Addison
    Dokumen22 halaman
    Addison
    dwi yuli yanti
    Belum ada peringkat
  • Bencana 2 Nomor 3&8
    Bencana 2 Nomor 3&8
    Dokumen2 halaman
    Bencana 2 Nomor 3&8
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Nutrisi k.5
    Askep Nutrisi k.5
    Dokumen20 halaman
    Askep Nutrisi k.5
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 (Ajeng)
    BAB 1 (Ajeng)
    Dokumen3 halaman
    BAB 1 (Ajeng)
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik
    Askep Gerontik
    Dokumen28 halaman
    Askep Gerontik
    Siti maskanah
    Belum ada peringkat
  • 01 GDL Fresiliamo 1446 1 Artikel 0
    01 GDL Fresiliamo 1446 1 Artikel 0
    Dokumen8 halaman
    01 GDL Fresiliamo 1446 1 Artikel 0
    DIO
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii (New)
    Bab Ii (New)
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii (New)
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 &
    Bab 3 &
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 &
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 &
    Bab 3 &
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 &
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Nutrisi k.5
    Askep Nutrisi k.5
    Dokumen20 halaman
    Askep Nutrisi k.5
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Addison
    Addison
    Dokumen22 halaman
    Addison
    dwi yuli yanti
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 &
    Bab 3 &
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 &
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-4
    Bab 1-4
    Dokumen55 halaman
    Bab 1-4
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik
    Askep Gerontik
    Dokumen28 halaman
    Askep Gerontik
    Siti maskanah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii (New)
    Bab Ii (New)
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii (New)
    Resty Permatasari
    Belum ada peringkat