BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar
atau pembaca.
Penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah
ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Pemilihan itu bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan,
orang yang diajak bicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat
pembicaraan
Sedangkan penggunaan kata yang tepat saat menyampaikan sesuatu
disebut dengan diksi. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang
diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan
Kalau makna kata yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak
tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami
apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.Supaya kata yang dibuat
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, yang bentuknya
seturut kaidah bahasa Indonesia. Artinya, harus sesuai dengan pedoman
kaidah ejaan yang berlaku
.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Jelaskan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
2
*
C. Tujuan
Makalah ini di susun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan informasi berupa penjelasan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
2. Menjelaskan dan memberikan informasi mengenai pilihan kata atau diksi
3. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pembaca mengenai
pedoman umum apa saja yang ada dalam ejaan bahasa Indonesia
4. Menjelaskan mengenai pedoman pembentukan istilah
3
*
BAB II
TINJAUANTEORI
4
*
7
*
5. SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang
sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan
atau kemiripan. Sinonim ini dipergunakan tultuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada
tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Kita ambil contoh kata cerdas
dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim ialah:
agung, besar, raya
mati, mangkat, wafat, meninggal
cahaya, sinar
dan lain-lain.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna
konotatif suatu kata.
6. PEMBENTUKAN KATA
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam clan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbenhik kata baru melalui tuzsur serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
tata daya serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya pukul serba plastik
tata rias daya tarik serba kuat
tata cara daya serap serba tahu
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing.
Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa lain.
Oleh sebab itu, pengaruh-memengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu
ditata kembali kaidah penyerapan katakata itu. Oleh sebab itu, Pedoman Umum
Pembentukan Istilah yang kini telah beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya
itu..
Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam:
1) Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
Yang termasuk kata-kata itu ialah
bank,
8
*
opnarne,
golf.
2) Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia.
Yang termasuk kata-kata itu ialah
subject subjek,
apotheek apotek,.
tunanetra buta
tuli tunawicara bisu
c) Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh:
konon puspa
bayu lepau
laskar didaulat
Di bawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan
baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, saksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai
dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata di bawah ini dapat dilihat.
a) Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak selalu
dapat dipertukarkan. Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung.
b) Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masingmasing tidak boleh
diikuti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
c) Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain
sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
d) Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul
e) Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata
benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
la mencari sesuatu.
Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.
f) Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk
menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
la mendapat tugas dari atasannya.
Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan.
Contoh:
10
*
11
*
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke,dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian
kata depan.
Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (Benar)
j. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran. Lalu, bentukan yang
manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah
simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepat keputusan dan yang salah putusan,
ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman
ataukah permukiman? Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti
pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan saksama, bentukan-bentukan
kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat
korelasi di antara berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya, verba yang
berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna 'proses' yang berimbuhan
peng-an, dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna 'hasil' yang berimbuhan -
an.
k. Penggunaan Kata yang Hernat
Salah satu ciri pernakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata,
tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata
yang tidak hemat (boros). Berikut ini didaftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
Boros Hemat
1. sejak dari sejak atau dari
2. agar supaya agar atau supaya
3. demi untuk demi atau untuk
Mari kita lihat perbandingan boros dan hemat berikut.
Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan tenaga
dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Boros, Salah)
Apabila suatu reservoar masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong
buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Hemat, Benar)
l. Analogi
13
*
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata
bertinju. Kata petinju berarti 'orang yang (biasa) bertinju', bukan 'orang yang (biasa)
meninju’.
m. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak
dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak
dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti
kuda-kuda,
meja-meja, dan
buku-buku.
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti
beberapa meja,
sekalian tamu,
semua buku,
3) Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak, seperti para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti mereka, kita, dan kami,
kalian.
n. Penggunaan di mana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana
tersebut harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya
8. UNGKAPAN IDIOMATIK
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang
mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan yang bersifat
idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden SBY. (Salah)
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden SBY. (Benar)
Yang benar ialah bertemu dengan.
Di samping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu, yaitu
sehubungan dengan
14
*
berhubungan dengan
sesuai dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan adalah
Salah Benar
terdiri
terjadi atas
disebabkan karena
membicarakan tentang
bergantung kepada
baik... ataupun
antara... dengan
15
*
b. Huruf Vokal
c. Huruf Kosonan
16
*
c cakap kaca -
q Quran furqan -
v varia lava -
w wanita bawa -
x xenon - -
y yakin payung -
17
*
d. Huruf Diftong
Oi - boikot amboi
Ny nyata hanyut -
f. Pemenggalan Kata
man-di som-bong
cap-lok ap-ril
d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men
in-fra
ben-trok
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
ma-ka-nan
mem-bantu
me-rasa-kan
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur
itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi
intro-speksi, in-tro-spek-si
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus
19
*
Misalnya:
Adik bertanya,”Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan,”Berhati-hatilah, Nak!”
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama,Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dankeagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
20
*
Profesor Supomo
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Mesin diesel
7. Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, danbahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus
hari Natal
hari Lebaran
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.
21
*
Misalnya:
garam inggris
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
Republik Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuah republik
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Dr. doktor
Prof. profesor
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
22
*
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu
garis di bawahnya.
3. PENULISAN KATA
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
23
*
b. Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar
dikelola
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkat dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak biri-biri
buku-buku bumiputra-bumiputra
d. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim sebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
orang tua
kambing hitam
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
ibu-bapak kami
anak-istri saya
watt-jam
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
Acapkali kacamata
barangkali olahraga
Daripada padahal
24
*
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
g. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
h. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
3. Partikel per yang berarti „mulai‟, „demi‟, dan „tiap‟ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
i. Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
25
*
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
f. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD‟45)
g. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)
nama dan alamat pengirim surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1991
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
… Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
… Jadi, soalnya tidak semudah itu.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu,”karena kamu lulus.”
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
28
*
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
30
*
d. Misalnya:
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
e. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
f. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
31
*
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan
berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jawa Barat
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
1910–1945
Tanggal 5–10 April 1970
Jakarta–Bandung
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
35
*
36
*
a. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu.
b. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang
tersedia yang mempunyai rujukan sama.Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bernilai rasa (konotasi) baik.
c. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar(eufonik).
d. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa
Indonesia.
37
*
38
*
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
Jadi, penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat
yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi),
tata bahasa, kosakata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari
pemilihan kata yang tepat dalam menyatakan sesuatu dengan menggunakan ejaan
pedoman yang lebih luas. Serta penerapan istilah yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
B. SARAN
Diharapkan dengan penjelasan diatas, kita bisa menerapkan sesuai dengan kaidah-
kaidah yang disampaikan.Sehingga kita tidak lagi keliru dalam penyampaian
berkomunikasi serta penulisan. Agar bisa tersampaikan dengan mudah dan jelas.
39
*
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
Jakarta: Pelita II
40