Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340476007

PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN


BENCANA BANJIR PADA WARGA MASYARAKAT KELURAHAN GANDUS KOTA
PALEMBANG

Article · October 2019

CITATIONS READS

0 3,271

5 authors, including:

Imroatul Chalimah Juliana Agus Lestari Yuono


Universitas Sriwijaya Universitas Sriwijaya
18 PUBLICATIONS   52 CITATIONS    8 PUBLICATIONS   12 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Riani Muharomah
Universitas Sriwijaya
9 PUBLICATIONS   26 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Rain Water Harvesting View project

All content following this page was uploaded by Riani Muharomah on 07 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional AVoER XI 2019
Palembang, 23-24 Oktober 2019
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN BENCANA


BANJIR PADA WARGA MASYARAKAT KELURAHAN GANDUS KOTA PALEMBANG

Imroatul C. Juliana1*, Reini S. Ilmiaty1, Agus L.Yuono1,, Riani Muharomah1, dan Taufik Ari Gunawan1

1
Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sriwijaya, Palembang
Corresponding author: icjuliana76@gmail.com

ABSTRAK: Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan dengan jumlah kerusakan
dari sisi kehidupan dan material. Permasalahan banjir dan genangan di Kota Palembang yang hampir terjadi setiap
musim hujan menjadi permasalahan yang mengganggu masyarakat dan pemerintah kota. Pendidikan kesiapsiagaan
bencana banjir, terutama di Kota Palembang perlu dilakukan secara berulang-ulang dan reguler agar membudaya di
masyarakat. Pendidikan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang harus diketahui untuk
mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan
edukasi kepada warga masyarakat mengenai bencana banjir dan penanggulangannya dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengetahuan kesiapsiagaan dan penanggulangan
banjir secara menyeluruh sehinga masyarakat dapat menyusun suatu manajemen kesiapsiagaan banjir yang baik.
Khalayak sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah warga masyarakat yang tinggal di Rukun Tetangga
(RT) 13, 14, dan 15, Kelurahan Gandus Kota Palembang. Kegiatan diawali dengan identifikasi kondisi pada lokasi
studi. Setelah itu, Penyuluhan dilakukan kepada warga masyarakat setempat mengenai penyebab banjir, cara
pencegahan, sekaligus langkah-langkah yang perlu dilakukan jika banjir sudah terjadi melalui alat peraga seperti
video/animasi, leaflet, banner dan standard operational procedure (SOP) tentang kesiapsiagaan bencana banjir.
Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kemudian tim melakukan kegiatan pendampingan ke
warga masyarakat untuk menyusun manajemen bencana banjir yang sesuai pada lokasi studi sehingga masyarakat dapat
meningkatkan strategi kesiapsiagaan bencana yang tepat pada kawasan tersebut. Melalui penyuluhan dan sosialisasi,
diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang kesiapsiagaan banjir.

Kata Kunci: Banjir, kesiapsiagaan banjir, penyuluhan, manajemen bencana banjir.

ABSTRACT: Flood is a condition of natural disaster phenomenon that has a relationship with the amount of damage in
terms of life and material. The problem of flooding and inundation in Palembang which almost happens every rainy
season becomes a problem that disturbs the community and city government. Flood disaster preparedness education,
especially in Palembang needs to be done repeatedly and regularly in order to be entrenched in the community.
Education and understanding of preparedness are a series of activities that must be known to anticipate disaster
situations quickly and efficiently. The main purpose of this activity is to provide education to citizens about floods and
their mitigation in the hope that they will increase public knowledge and awareness of the importance of knowledge of
flood preparedness and prevention as a whole so that the community can arrange a good flood preparedness
management. The target audience for community service activities is the community members who live in the 13, 14,
and 15 Neighborhood Association (RT), Gandus Village, Palembang City. The activity begins with the identification of
conditions at the study site. After that, counseling is carried out to local residents regarding the causes of floods, how to
prevent them, as well as the steps that need to be taken if floods have already occurred through props such as
video/animations, leaflets, banners and standard operational procedures (SOP) on flood disaster preparedness.
Counseling is done by lecture and question and answer method. Then the team conducts mentoring activities to the
community members to arrange appropriate flood disaster management at the study location so that the community can
improve the appropriate disaster preparedness strategy in the area. Through counseling and outreach, it is hoped that
the community will have a good understanding of flood preparedness.

Keywords: Flooding, flood preparedness, counseling, flood disaster management

935
Imroatul C.Juliana, et al

PENDAHULUAN seperti terjadinya genangan ditaksir hampir mencapai


Rp. 1,5 milyar pertahun, akibat rusaknya infrastruktur
Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam umum dan rumah tangga, terutama pada daerah rendah
yang memiliki hubungan dengan jumlah kerusakan dari di beberapa kawasan sub sistem sungai di Kota
sisi kehidupan dan material. Banjir yang terjadi hampir Palembang (Putranto dan Popy, 2009).
setiap tahun di Indonesia menyebabkan kerugian yang Sebagai negara yang sangat rentan terkena bencana
sangat besar, baik berupa korban jiwa maupun materil, alam, Indonesia masih memiliki masalah utama yaitu
sehingga mitigasi bencana banjir sangat diperlukan rendahnya kinerja penanganan bencana, rendahnya
untuk dilaksanakan. Banjir merupakan bencana alam perhatian mengenai mitigasi bencana, dan masih
yang ke tiga terbesar di dunia yang telah banyak lemahnya peran sekolah/akademisi dalam pengenalan
menelan korban jiwa dan kerugian harta benda (Aryono, pendidikan mitigasi bencana (Astuti dan Sudaryono,
2011). 2010). Dari data yang tercantum di Indeks Risiko
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan Bencana Indonesia 2013 (IRBI 2013) yang dikeluarkan
terhadap bencana banjir. Sampai dengan bulan Maret oleh BNPB, 205 juta jiwa terpapar pada risiko bencana.
2015, telah terjadi 191 kasus banjir yang tersebar di Berdasarkan pertimbangan risiko bencana dan luasnya
seluruh wilayah Indonesia. Bencana ini telah paparan, maka diperlukan upaya terpadu, sinkron dan
menyebabkan sebanyak 12 orang meninggal dunia, 2 sinergis antar Kementerian/ Lembaga, masyarakat dan
orang mengalami luka-luka, dan lebih dari 400.000 dunia usaha untuk mencegah risiko bencana,
penduduk menderita dan harus berpindah tempat tinggal menguatkan kemampuan lembaga dan masyarakat,
untuk sementara waktu serta lebih dari 90.000 unit mengurangi dampak bencana, menyiapsiagakan
rumah terendam banjir dan mengalami kerusakan. Tidak masyarakat, memastikan sistem peringatan dini, serta
hanya itu, berbagai fasilitas seperti fasilitas kesehatan, menguatkan kemampuan tanggap darurat dan pemulihan.
fasilitas peribadatan, dan fasilitas pendidikan juga ikut Pencegahan dampak bencana harus dimulai dari
mengalami kerusaan akibat terkena dampak dari bencana individu (Intan et al. 2018). Selama ini pencegahan
ini (BNPB, 2015). sekaligus penanganan bencana terlanjur melekat sebagai
Palembang merupakan salah satu kota besar di kewajiban pemerintah sehingga masyarakat tidak siap
Indonesia yang tidak terlepas dari permasalahan banjir. menghadapi bencana dan pencegahannya. Sosialisasi
Dimusim penghujan, curah hujan dan intensitas hujan dan penyuluhan terkait antisipasi bencana harus
yang tinggi serta pengaruh pasangnya air Sungai Musi dilakukan terus menerus agar masyarakat mampu
menjadi salah satu penyebab utama banjir di Kota menyiapkan diri terhadap bencana sehingga dapat
Palembang. Pada saat terjadi kelebihan air di daerah menurunkan resiko dampak dari bencana tersebut.
aliran sungai (DAS), air yang berada pada sistem sub Pendidikan kesiapsiagaan bencana banjir, terutama di
DAS tidak dapat mengalir keluar karena tertahan oleh air kota palembang perlu dilakukan secara berulang-ulang
Sungai Musi yang sedang pasang, sehingga kelebihan air dan reguler agar membudaya di masyarakat. Oleh karena
tersebut akan menggenangi wilayah-wilayah yang itu, agar kesiapsiagaan bencana banjir di masyarakat
rendah pada daerah sekitarnya. Potensi banjir di dapat lebih diperluas lagi, maka perlu dilakukan suatu
sebagian Kota Palembang memiliki potensi yang tinggi penyuluhan dan sosialisasi mengenai bencana serta cara
sampai dengan sangat tinggi (Al Amin, 2015). siaga dan penanganan bencana banjir sedini mungkin.
Permasalahan banjir dan genangan di Kota Pendidikan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan
Palembang yang hampir terjadi setiap musim hujan adalah serangkaian kegiatan yang harus diketahui untuk
menjadi permasalahan yang mengganggu masyarakat mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat
dan pemerintah kota. Pada tanggal 13 November 2018, guna (Djafar et al. 2013).
hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di kota
Palembang dengan durasi waktu lebih dari 6 jam
membuat sebagian besar Kota Palembang lumpuh oleh ANALISIS SITUASI
banjir. Beberapa titik wilayah kawasan Palembang
mengalami genangan dengan beberapa variasi ketinggian Curah hujan di Kota Palembang termasuk tinggi,
dari 0,5 - 1.5 m dengan area yang lumayan luas. Durasi yaitu rata-rata 2.600 mm/tahun dan cenderung
genangan akibat limpasan air yang tidak tertampung oleh terdistribusi merata sepanjang tahun dengan persentase
drainase maupun kolam tampungan yang ada bervariasi hari hujan rata-rata sebesar 48% per tahun (BMKG,
dengan lama durasi genangan 6 jam sampai dengan 3 2015) dan luas wilayah 40.061 Ha atau 400,61 km2
hari. Kerugian karena ketidakseimbangan lingkungan (BPS Kota Palembang, 2017). Tingginya curah hujan

936
Penyuluhan dan Pendampingan Manajemen Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Warga Masyarakat Kelurahan Gandus Kota
Palembang

dan kondisi geografis yang ada menyebabkan Kota


Palembang rawan terhadap kejadian banjir. Terkait dengan upaya untuk melindungi warga
Hasil studi menunjukkan penduduk menghadapi negara terhadap bencana, Pemerintah Indonesia telah
risiko banjir yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang
persepsi mereka terhadap bencana tersebut. Persepsi Penanggulangan Bencana. UU tersebut secara jelas
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif, seperti menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan
kondisi demografi, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam
kepercayaan. Sebagai contoh, penduduk di Surabaya penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam
mempersepsikan risiko banjir lebih rendah daripada situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat
penduduk kota Medan. Hal ini disebabkan pemerintah potensi bencana. Melalui pendidikan, pelatihan, dan
kota Surabaya sangat aktif dalam membangun mitigasi keterampilan tersebut diharapkan agar upaya
struktural sehingga penduduk Surabaya telah merasa pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran
terlindungi karena pemerintah kotanya telah bertanggung yang lebih luas.
jawab penuh untuk melakukan pengurangan risiko
melalui pembangunan infrastruktur penanggulangan
banjir yang masif. Sebaliknya, penduduk di Kota Medan TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN
memiliki persepsi risiko banjir yang tinggi karena upaya
pengurangan risiko banjir oleh pemerintah kotanya Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan
masih sangat terbatas, lebih fokus pada pascabencana,” edukasi kepada warga masyarakat mengenai bencana
ungkapnya. (LIPI, 2018). banjir dan penanggulangannya. Melalui sosialisai dan
Gambaran dari kondisi di Kota Surabaya dan Medan penyuluhan yang dilakukan, diharapkan dapat
memberikan kesimpulan bahwa upaya pengurangan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
risiko harus dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu akan pentingnya pengetahuan kesiapsiagaan dan
pemerintah kota dan masyarakat. Upaya mitigasi penanggulangan banjir secara menyeluruh sehinga
struktural dan non-struktural harus dilakukan secara masyarakat dapat menyusun suatu manajemen
bersama oleh semua stakeholder yang terkait, tidak kesiapsiagaan banjir yang baik.
hanya pemerintah kota dan masyarakat saja tetapi Masyarakat wajib berperan serta untuk bersiap sedia
juga stakeholder lain termasuk akademisi. Hal ini dapat menghadapi ancaman bahaya banjir dengan persiapan
membantu meningkatkan kapasitas masyarakat serta dini, serta pengetahuan yang cukup untuk menghadapi
mendukung upaya mitigasi struktural pemerintah. bencana banjir. Kesiapsiagaan dalam menghadapi
Salah satu contoh wilayah di Kota Palembang bencana banjir akan membantu masyarakat dalam
yang rawan terhadap banjir adalah Kelurahan membentuk dan merencanakan tindakan apa saja yang
Gandus. Kelurahan Gandus menjadi salah satu perlu dilakukan ketika banjir (manajemen
kelurahan rawan banjir karena terletak di pinggiran kesiapsiagaan).
Sungai Musi dan banyak memiliki Daerah Aliran Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
Sungai (DAS) sehingga saat air Sungai Musi pasang pengetahuan, pemahaman dan kewaspadaan (awareness)
dan hujan turun sebagian kawasan tergenang banjir. masyarakat terhadap bahaya banjir. Kegiatan ini
Wilayah Kelurahan Gandus ini berbatasan langsung diharapkan dapat membantu pemerintah dalam upaya
dengan DAS Lambidaro, Soak Bujang, mitigasi bencana nonstruktural berupa peningkatan
Sungai Gandus dan sejumlah anak sungai lainnya kepedulian, kesiapsiagaan, dan pendidikan publik.
seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan identifikasi
tingkat pemahaman dan kesiapsiagaan banjir warga
masyarakat sehingga dapat dijadikan masukan bagi
pemerintah.

BANJIR

Bencana dibagi menjadi dua kelompok yaitu bencana


alam dan bencana teknologi. Bencana alam dibagi
menjadi beberapa subgrup yaitu geofisik (gempa bumi,
gelombang panas, aktivitas vulkanis), meteorologi
(temperatur ekstrim, kabut, badai), hidrologi (banjir,
Gambar 1. Lokasi Kegiatan

937
Imroatul C.Juliana, et al

longsor, gelombang pasang), klimatologi (kekeringan,


mencairnya lapisan es (glasial), kebakaran lahan),
biologi (epidemi, serangan hama, serangan hewan) dan
ekstraterrestrial (kejadian karena pengaruh benda
angkasa). Sedangkan bencana teknologi dibagi menjadi
subgroup kecelakaan industri (kebocoran bahan kimia, Gambar 2. Proses terjadinya bencana (Nurjanah et al.
gedung runtuh, ledakan, kebakaran, gas bocor, racun, 2011)
radiasi, tumpahan minyak), kecelakaan transportasi
(udara, jalan, rel dan air), kecelakaan lain (runtuh, Manajemen bencana adalah hal yang sangat
ledakan, api dan sebagainya) (CRED, 2009). diperlukan sebagai tindakan dalam penanggulangan
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang bencana untuk mengurangi bahkan mencegah dampak
biasanya kering, oleh air yang berasal dari bencana yang mungkin terjadi mengingat saat ini
sumbersumber air yang ada disekitar daratan tersebut semakin banyak bencana alam yang terjadi. Manajemen
seperti sungai, danau maupun laut, yang mana genangan bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan
air tersebut tidak permanen. Jadi banjir terjadi masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi
disebabkan oleh air yang ada di dalam sumber air naik kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi
permukaannya atau meningkat volumenya sehingga kerentanan.
meluap menggenangi daratan disekitarnya (Mustofa dan Konsep pengelolaan bencana telah mengalami
Inung, 2010). Secara umum, ada beberapa faktor yang pergeseran paradigma dari pendekatan konvensional
menyebabkan terjadinya banjir. Faktor-faktor tersebut menuju pendekatan holistik (menyeluruh). Pandangan
antara lain: kondisi alam seperti letak geografis wilayah, konvensional menganggap bencana merupakan suatu
kondisi toporafi, dan geometri sungai; peristiwa alam peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakkan dan
seperti curah hujan dan lamanya durasi hujan, pasang korban harus segera mendapatkan pertolongan. Oleh
surut air laut, erosi dan sedimentasi, dan aliran lahar karena itu, fokus dari pengelolaan bencana dalam
dingin; dan aktifitas manusia seperti pembudidayaan pandangan konvensional lebih bersifat bantuan (relief)
daerah dataran banjir, pemanfaatan tata ruang di dataran dan kedaruratan (emergency). Orientasi dari pandangan
banjir yang tidak sesuai, belum adanya pola pengelolaan konvensional adalah pada pemenuhan kebutuhan darurat
dan pengembangan dataran banjir, pemukiman di berupa pangan, penampungan darurat, kesehatan, dan
bantaran sungai, sistem drainase yang tidak memadai, penanganan krisis. Tujuannya adalah menekan kerugian,
terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya kerusakan dan secepatnya memulihkan keadaan pada
kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, kondisi semula.
penggundulan hutan di daerah hulu, hingga terbatasnya Pandangan yang berkembang selanjutnya adalah
upaya pemeliharaan bangunan pengendali banjir. paradigma mitigasi, yang tujuannya lebih diarahkan pada
Sebagai fenomena alam yang terkait dengan oleh identifikasi daerahdaerah yang rawan bencana,
ulah manusia, banjir terjadi akibat akumulasi beberapa mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan
faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kerawanan, serta melakukan tindakantindakan mitigasi,
kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut. baik yang bersifat struktural maupun non-struktural.
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir saat ini Paradigma selanjutnya adalah paradigma pembangunan,
disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan dimana upaya-upaya pengelolaan bencana yang
daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, dilakukan lebih bersifat mengintegrasikan upaya
pelanggaran hukum meningkat, perencanaan penanganan bencana dengan program pembangunan,
pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat seperti perkuatan ekonomi, penerapan teknologi,
yang rendah (Peraturan Kepala BNPB No.4 Tahun pengentasan kemiskinan, dan lain sebagainya.
2008). Paradigma ini didasarkan pada upaya mengurangi
kerentanan dalam masyarakat. Paradigma yang terakhir
Pengelolaan (Manajemen) Bencana adalah paradigma pengurangan risiko. Pendekatan ini
merupakan perpaduan dari sudut pandang teknis dan
Peristiwa yang ditimbulkan oleh gejala alam maupun ilmiah dengan perhatian pada faktor-faktor sosial,
yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, baru dapat ekonomi, dan politik dalam perencanaan pengurangan
disebut bencana ketika masyarakat atau manusia yang bencana.
terkena dampak oleh peristiwa itu tidak mampu untuk Pengelolaan bencana dimulai dari penetapan
menanggulanginya (Nurjanah et al. 2011). Gambar 2 kebijakan pembangunan yang didasari risiko bencana
berikut menjelaskan tentang proses terjadinya bencana.

938
Penyuluhan dan Pendampingan Manajemen Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Warga Masyarakat Kelurahan Gandus Kota
Palembang

dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap for Sustainable Development (ESD). Education for
darurat, dan rehabilitasi. disaster risk reduction merupakan proses interaktif dari
Tujuan pengelolaan bencana dalam paradigma saling belajar antara individu dan organisasi (United
pengurangan risiko bencana adalah meningkatkan Nations International Strategy for Disaster Reduction,
kemampuan masyarakat untuk mengelola dan menekan 2017). Pendidikan risiko bencana tidak terbatas pada
risiko terjadinya bencana. Pendekatan ini memandang pendidikan formal di sekolah-sekolah dan universitas,
masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek dari tetapi menyangkut juga rekognisi dan penggunaan
pengelolaan bencana dan proses pembangunan. pengetahuan dan kearifan lokal untuk melindungi dari
Manajemen bencana merupakan ilmu pengetahuan yang bahaya alam. Pendidikan disampaikan melalui
terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang pengalaman, pengaturan pembelajaran, teknologi
meliputi tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, informasi, pelatihan staf, elektronik dan media cetak dan
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat cara lain yang memfasilitasi pertukaran informasi dan
bencana terjadi. Secara umum, pengeloaan bencana pengetahuan kepada masyarakat, professional, organisasi
merupakan proses menerus yang dilakukan oleh dan pengambil keputusan public, termasuk beragam
individu, kelompok, dan komunitas dalam mengelola stakeholder komunitas.
bahaya sebagai upaya untuk menghindari atau
mengurangi dampak akibat bencana. Tindakan yang Kesiapsiagaan Bencana Banjir
dilakukkan bergantung pada persepsi terhadap risiko
yang diihadapi. Efektifitas pengelolaan bencana Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan
bergantung pada keterpaduan seluruh elemen, baik merupakan faktor yang paling penting dan menjadi kunci
pemerintah maupun non-pemerintah. Aktivitas pada keselamatan. Menurut UndangUndang RI Nomor 24
setiap hirarki (individu, kelompok, masyarakat) Tahun 2007, kesiapsiagaan merupakan serangkaian
memberikan pengaruh pada tingkatan yang berbeda. kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tepat guna dan berdaya guna. International of Red Cross
and Red Cresscent Society (2016) kesiapsiagaan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan merupakan suatu proses yang saling berkesinambungan
suatu kegiatan jangka panjang, sebagai bagian dari dan terarah yang dihasilkan untuk mengurangi risiko
pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan terjadinya korban jiwa.
pengetahuan, inovasi, dan pengetahuan untuk Kesiapsiagaan lebih ditujukan untuk menghadapi
membangun budaya selamat dan tangguh pada semua kondisi sesaat setelah bencana dan upaya pemulihan
satuan pendidikan, seperti yang dinyatakan dalam Hyogo kembali ke kondisi normal. Upaya-upaya yang dapat
Framework for Action (HFA) dan telah pula menjadi dilakukan pada tahap kesiapsiagaan ini diantaranya
komitmen bangsa Indonesia. PRB yang berkaitan dengan mempersiapkan diri untuk melakukan pertolongan
bidang pendidikan sesuai yang tercantum dalam HFA pertama setelah terjadi bencana, bagaimana melakukan
dan telah diusulkan dalam Framework for Disaster Risk koordinasi dalam kondisi tanggap darurat, serta
Reduction 2015-2030. bagaimana melakukan evakuasi dari daerah yang terkena
Komponen-komponen penting yang harus dipenuhi bencana ke daerah yang aman.
dalam pengurangan risiko bencana, antara lain interaksi Kesuksesan dalam penanganan dan evakuasi/
dengan sumber bencana, keterpaparan, kerentanan, dan pengungsian ketika banjir sangat bergantung dari
kapasitas (United Nations Secretariat for International kesiapsiagaan masyarakat dan perseorangan itu sendiri.
Strategy for Disaster Reduction, 2017). Kualitas terganggunya aspek kehidupan masyarakat
PRB merupakan sebuah proses pembelajaran sangatlah bergantung kepada besar kecilnya ancaman
bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat (hazard) bencana tersebut, juga dipengaruhi oleh
dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan kapasitas (capacity) masyarakat yang ada serta
pengurangan risiko bencana lebih luas daripada kerentanan (vulnerability) (Daryono, 2010).
pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk Manajemen kesiapsiagaan masyarakat dalam
di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007 memfokuskan
tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan pada 5 aspek yaitu:
terhadap bencana alam. Selain itu, pendidikan PRB 1) Perencanaan, mengkaji bagaimana rencana tanggap
menjadi wahana yang sangat penting untuk mewujudkan darurat yang meliputi prosedur tetap dan pembagian
budaya siap dan siaga dalam menghadapi ancaman tugas masing-masing elemen sesaat setelah bencana
bencana, sekaligus sebagai perwujudan dari Education terjadi.

939
Imroatul C.Juliana, et al

2) Pengorganisasian, mengkaji pengorganisasian dan


pelatihan, yaitu pembentukan organisasi masyarakat
yang siaga bencana serta pelatihan untuk peningkatan Rencana Kesiapsiagaan Bencana Banjir
pengetahuan. Pengorganisasian dan pelatihan ini
perlu dilakukan agar masyarakat yang berisiko Mitigasi dan pendidikan kesiapsiagaan bencana
bencana mempunyai wadah untuk mengembangkan banjir merupakan salah satu langkah penting sebagai
diri, baik itu melalui pelatihan atau memberikan upaya mengurangi dampak bencana. Secara ilmiah
contoh bagi yang lainnya. mitigasi (mitigate) berarti tindakantindakan untuk
3) Aksi, melihat bagaimana pelaksanaaan dari mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.
perencanaan yang sudah disusun oleh organisasi yang Mitigasi meliputi tindakan perlindungan yang dapat
sudah terbentuk. Komponen yang termasuk dalam diawali dari persiapan sebelum bencana itu berlangsung,
aspek ini berupa sistem peringatan dini, penyediaan menilai bahaya bencana, penanggulangan bencana,
kebutuhan dasar, lokasi evakuasi, dan penyediaan berupa penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi. Dari
barang serta peralatan pemulihan prasarana dan sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling
sarana. strategis adalah pembelajaran atau pendidikan.
4) Kontrol, mengkaji bagaimana pengawasan yang Pendidikan merupakan wahana yang efektif untuk
dilakukan oleh pihak yang berada di luar organisasi membangun perilaku dalam menghadapi bencana
masyarakat ini, seperti pemerintah setempat yang (Ahmad, 2013)
berwewenang. Pengawasan yang dilakukan oleh Menurut BNPB (2017), ada tiga faktor utama untuk
pemerintah terhadap organisasi kebencanaan akan menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana
memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat. yaitu:
5) Evaluasi yaitu penilaian terhadap bencana yang 1) Memiliki sebuah rencana darurat keluarga dengan
dilakukan pada saat simulasi ataupun pada saat meliputi : analisis ancaman sekitar, identifikasi titik
bencana benar-benar terjadi. kumpul, nomor kontak penting, mengetahui jalur
Nugroho (2007) memberikan 5 parameter yang evakuasi, identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas
digunakan dalam mengukur kesiapsiagaan suatu dan listrik, identifikasi titik aman didalam bangunan
kelompok maupun masyarakat yang diadopsi dari LIPI – atau rumah, identifikasi anggota yang rentan
UNESCO, yaitu: pengetahuan dan sikap, kebijakan dan (anakanak, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang
panduan, perencanaan kedaruratan, sistem peringatan, disabilitas).
dan mobilisasi sumberdaya. Sementara itu menurut 2) Menyimpan 10 benda yang dibutuhkan saat bencana
Dodon (2013) mengkaji kesiapsiagaan dilihat dari 5 yaitu, air minum untuk 3-10 hari, makanan untuk 3-
indikator yang diadopsi dari LIPI yaitu: pengetahuan dan 10 hari, obat P3K, obat-obatan pribadi, lampu senter
sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, (dan ekstra baterai), sejumlah uang dan dokumen
sumberdaya pendukung dan modal sosial. penting (akta kelahiran, sertifikat tanah atau rumah,
Menurut Purwana (2013) suatu masyarakat ijazah, dokumen asuransi, dan surat kepemilikan
menyadari bahwa keterlibatan mereka dalam asset), pakaian, jaket, sepatu, peralatan (peluit, sarung
penanggulangan bencana sangat diperlukan, karena tangan, pisau serbaguna, masker dan pelindung
secara tidak langsung akan memberikan keuntungan bagi kepala), dan pembersih higienis (tisu basah, hand
mereka. Disinilah perlunya manajemen yang bisa sanitizer, dan perlengkapan mandi).
memberikan arahan dan aturan sehingga bisa mengetahui 3) Menyimak informasi dari berbagai media seperti
apa yang seharusnya mereka lakukan untuk kedepannya. radio, televisi, media online, maupun sumber lain
Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat yang yang resmi.Beberapa daftar untuk memperoleh
memberikan peningkatan kapasitas masyarakat dapat informasi resmi dalam penanganan darurat dari
berupa fisik dan non-fisik. Kegiatan fisik seperti BPBD, BNPB, dan kementerian atau lembaga terkait.
pemanfaatan lahan dengan tepat dan penyediaan tempat Apabila sudah terbentuk posko, informasi lanjutan
evakuasi. Sedangkan peningkatan kapasitas non-fisik akan diberikan oleh posko setempat
seperti mempelajari gejala alam untuk mengetahui tanda- Berdasarkan framework kesiapsiagaan terhadap
tanda datangnya bencana, sampai saling mengingatkan bencana yang dikembangkan oleh LIPI bekerjasama
di antara sesama untuk siaga dapat membentuk dengan UNESCO atau ISDR (Hidayati et al. 2011),
kesiapsiagaan sebagai budaya dalam komunitas kesiapsiagaan dikelompokan menjadi lima parameter
masyarakat. yaitu:
1) Sistem pengetahuan dan sikap (knowledge and
attidue)

940
Penyuluhan dan Pendampingan Manajemen Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Warga Masyarakat Kelurahan Gandus Kota
Palembang

Sistem Pengetahuan dan Sikap (Knowledge and


Attidue) merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat akan mempengaruhi sikap dan
kepedulian untuk siap dan siaga dalam
mengantisipasi bencana, sehingga masyarakat dapat
diberikan pengetahuan dasar tentang bencana alam
seperti, ciri, gejala dan penyebabnya
2) Kebijakan dan Panduan,
Kebijakan dan panduan merupakan upaya konkret
untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana yang
dapat mempengaruhi kesiapsiagaan meliputi
pendidikan publik, emergency planning, system
peringatan bencana, dan mobilisasi daya termasuk
pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas
penting untuk koordinasi darurat bencana.
3) Perencanaan Kedaruratan (Emergency Planning)
Perencanaan Kedaruratan (Emergency Planning)
dapat dilakukan dengan tindakan apa yang sudah
dipersiapkan dalam menghadapi bencana seperti
evakuasi, pertolongan dan penyelamatan agar korban
bencana dapat diminimalkan. Gambar 3. Kerangka pemecahan masalah
4) Sistem Peringatan Dini (early warning system)
Sistem Peringatan Dini (early warning system) Metode Kegiatan
merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh
Kegiatan diawali dengan identifikasi kondisi pada
masyarakat dalam mencegah korban akibat bencana
lokasi studi. Identifikasi ini diperlukan untuk
dengan cara mengenali tanda-tanda peringatan yang
menentukan langkah tepat dalam kesiapsiagaan banjir
ada. Berkaitan hal tersebut, maka diperlukan latihan
yang perlu dilakukan. Setelah itu, tim merencanakan dan
dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila
mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan dalam
mendengar peringatan, kemana dan bagaimana harus
kegiatan seperti leaflet, banner dan standard operational
menyelamatkan diri dalam waktu tertentu sesuai
procedure (SOP) tentang kesiapsiagaan bencana banjir.
dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat
Selanjutnya, koordinasi dengan pengurus RT atau
terjadi bencana.
wilayah setempat dilakukan untuk memperlancar proses
5) Mobilisasi Sumber daya.
kegiatan.
Mobilisasi Sumber daya lebih kepada potensi dan
Penyuluhan dilakukan ke warga masyarakat setempat
peningkatan sumber daya di masyarakat melalui
mengenai penyebab banjir, cara pencegahan, sekaligus
keterampilan yang diikuti, dana, prasarana dan sarana
langkah-langkah yang perlu dilakukan jika banjir sudah
lainnya.
terjadi. Melalui penyuluhan dan sosialisasi, diharapkan
masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang
kesiapsiagaan banjir. Penyuluhan dilakukan dengan
METODE PENELITIAN metode ceramah dan tanya jawab. Setelah penyuluhan
selesai dilakukan, tim melakukan kegiatan
Kerangka Pemecahan Masalah pendampingan ke warga masyarakat untuk menyusun
manajemen bencana banjir yang sesuai pada lokasi studi
Banjir merupakan salah satu jenis bencana yang perlu sehingga masyarakat dapat meningkatkan strategi
diwaspadai oleh masyarakat. Kesiapsiagaan dari kesiapsiagaan bencana yang tepat pada kawasan
masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi tersebut.
ancaman bencana banjir melalui peningkatan kapasitas Tim juga akan menyebarkan kuesioner ke warga
masyarakat. Metode kegiatan yang dilakukan pada masyarakat setempat untuk menganalisis sejauh mana
kegiatan ini adalah penyuluhan dan sosialisasi yang pemahaman masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana
dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan berupa banjir. Data ini dibutuhkan agar dapat menyusun
pembinaan dan konsultasi untuk menyusun manajemen manajemen kesiapsiagaan banjir yang sesuai pada lokasi
kesiapsiagaan banjir yang tepat. studi.

941
Imroatul C.Juliana, et al

Materi Pelaksanaan Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada bulan


Desember 2019. Total warga yang mengikuti kegiatan
Sebelum pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi, tim adalah 42 orang. Kegiatan penyuluhan diawali dengan
telah menyiapkan alat dan bahan untuk mempermudah presentasi dari tim yang berisi tentang penjelasan
warga memahami materi yang diberikan (Gambar 4. bencana banjir, manajemen bencana, dan cara
Alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang penanggulangannya. Dalam penyuluhan dan sosialisasi
kegiatan pengabdian ini berupa: ini, diputarkan juga video tentang penanggulangan
1. Leaflet yang berisi ringkasan tentang penaggulangan bencana banjir agar masyarakat lebih mudah untuk
bencana banjir memahami cara mitigasi bencana banjir yang benar.
2. Standard operational procedure (SOP) tentang Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi
pengertian dan prosedur ringkas kesiapsiagaan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
bencana banjir.
3. Bahan presentasi yang digunakan pada saat
sosialisasi dan penyuluhan
4. Video animasi penanggulangan dan kesiapsiagaan
bencana banjir
5. Kuesioner yang digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk tim

Gambar 5. Kegiatan presentasi materi penyuluhan

Setelah presentasi tentang materi manajemen


kesiapsiagaan bencana banjir, dilanjutkan dengan diskusi
dan tanya jawab dengan peserta penyuluhan (Gambar 6).
Gambar 4. Alat bantu penyuluhan Hal yang ditanyakan antara lain tentang bagaimana
mengedukasi keluarga dan warga sekitar agar mau
peduli tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana. Selain
HASIL KEGIATAN pertanyaan tentang banjir, warga juga menanyakan
tentang bagaimana mengelola air hujan di rumah agar
Khalayak sasaran kegiatan pengabdian pada dapat menghindari terjadinya banjir.
masyarakat ini adalah warga masyarakat yang tinggal di
Rukun Tetangga (RT) 13, 14, dan 15, Kelurahan Gandus
Kota Palembang (Gambar 1). Lokasi ini dipilih karena
merupakan salah satu lokasi yang rawan banjir yang
berada di Kecamatan Gandus. Pada musim penghujan, di
kawasan ini sering terjadi banjir yang diakibatkan oleh
curah hujan yang tinggi dan luapan sungai. Salah satu
sungai yang melintasi Kelurahan Gandus adalah Sungai
Soak Batang yang memiliki lebar ±7 m dan merupakan
anak Sungai Musi. Setiap kali terjadi curah hujan tinggi
sungai tersebut meluap sehingga banyak daerah yang
tergenang. Faktor lain yang menyebabkan daerah ini Gambar 6. Kegiatan diskusi dan tanya jawab
termasuk daerah yang rawan banjir adalah secara
topografi wilayah tersebut relatif landai sehingga laju air
Sebagai bahan evaluasi, tim menyiapkan seperangkat
menjadi lambat. Faktor perubahan tata guna lahan juga
kuesioner yang disebarkan kepada warga masyarakat
mempengaruhi terjadinya banjir, lahan resapan maupun
yang mengikuti kegiatan. Kuesioner ini berisi 6
rawa banyak dilakukan penimbunan dan dibangun
pertanyaan yang menanyakan tentang pemahaman
permukiman maupun pabrik.
peserta kegiatan terhadap materi penyuluhan. Dari hasil
kuesioner, dapat disimpulkan sebagai berikut:

942
Penyuluhan dan Pendampingan Manajemen Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Warga Masyarakat Kelurahan Gandus Kota
Palembang

1. 55% dari total warga yang mengikuti penyuluhan Aryono, D.P. (2011). The Silent Disaster: Bencana dan
belum pernah mendengar atau memahami tentang Korban Massal, CV. Sagung Seto. Jakarta.
manajemen kesiapsiagaan bencana banjir. Astuti, S. I. dan Sudaryono, (2010): Peran Sekolah
2. 70% dari peserta penyuluhan tertarik untuk mulai dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana” dalam Jurnal
menerapkan manajemen kesiapsiagaan bencana Dialog Penanggulangan Bencana, vol. 1(1): 30-42.
banjir. Daryono. (2010). Mitigasi Bencana Banjir (Online).
3. 35% dari peserta penyuluhan sudah menerapkan http://www.sumeks.co.id.
manajemen kesiapsiagaan bencana banjir di rumah Djafar, I, M., Mantu, F, N., & Patellongi, I, J. (2013).
dan lingkungan. Pengaruh Penyuluhan Tentang Kesiapsiagaan
4. 90% peserta penyuluhan menyatakan bahwa Bencana Banjir Terhadap Pengetahuan dan Sikap
penyuluhan ini memberikan manfaat. kepala Keluarga di Desa Romang Tangaya
Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi akan dilanjutkan Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota
dengan kegiatan pendampingan untuk menindaklanjuti Makasar, Jurnal Psikologi Kepribadiandan Sosial.
penyusunan manajemen kesiapsiagaan bencana banjir Hidayati, Deny, dkk. (2006). Kajian Kesiapsiagaan
pada lokasi studi. Bencana Masyarakat dalam Menghadapi Bencana
Gempa dan Tsunami. Jakarta: LIPI-UNESCO- ISDR.
Intan, A.P., dkk. (2018). Indonesian Cities Green
KESIMPULAN Development Index: A Prototype Measurement,
International Journal of Sciences: Basic and Applied
Dari penyuluhan dan sosialisasi yang telah Research, 31 (3): 290-308.
dilaksanakan oleh tim Pengabdian Pada Masyarakat Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. (2011).
UNSRI, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta.
1. Materi penyuluhan yang diberikan oleh tim dapat http://gerashiaga.files.wordpress.com/2012/06/buku-
dipahami oleh warga yang mengikuti penyuluhan. kerangka-kerjasekolah-siaga-bencana.pdf.
2. Dari hasil penyuluhan dan sosialisasi, peserta Mustofa, B., dan Inung, S. (2010). Kamus Lengkap
pelatihan memahami akan manfaat manajemen Geografi. Yogyakarta: Panji Pustaka.
kesiapsiagaan bencana banjir. Nugroho, A.C. (2007). Kajian Kesiapsiagaan
3. Sebagian besar warga yang mengikuti pelatihan dan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana,
sosialisasi (70%) tertarik untuk menerapkan MPBIUNESCO, Jakarta.
manajemen kesiapsiagaan bencana banjir. Nurjanah, R., Sugiharto, Dede, K., Siswanto B.P.,
Adikoesoemo. (2011). Manajemen Bencana,
Bandung, Alfabeta.
SARAN Purwana. R., (2013). Manajemen Kedaruratan Kesehatan
Lingkungan dalam Kejadian Bencana, PT. Raja
Koordinasi dan komunikasi dengan pengurus dan Grafindo Persada. Jakarta.
warga perumahan perlu untuk terus dilakukan untuk Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
menjamin keberlanjutan manajemen kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana. (2007).
bencana banjir. Kegiatan pendampingan akan membantu
masyarakat dalam membentuk dan merencanakan
tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir
(manajemen kesiapsiagaan).

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim menyampaikan ucapan terima kasih kepada


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya atas pendanaan
yang diberikan melalui UPPM Fakultas Teknik sehingga
kegiatan pengabdian ini dapat terselenggara dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

943
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai