Anda di halaman 1dari 8

JMH e-ISSN.

2715-9728
p-ISSN. 2715-8039
Jurnal Medika Hutama
Vol 03 No 02, Januari 2022
http://jurnalmedikahutama.com

Open Acces
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN REHABILITASI PASIEN
PASCA STROKE

Agnes Bintang Kartika1


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Corresponding Author: Agnes Bintang Kartika, Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung.
E-Mail: agnesbintangkartika@gmail.com

Received 28 Desember 2021; Accepted 04 Januari 2022; Online Published 28 Januari 2022

Abstrak

Stroke merupakan defisit neurologis akibat gangguan sistem peredaran darah di otak yang terjadi secara mendadak,
mengakibatkan cedera fokal atau global pada sistem saraf pusat (SSP). Salah satu tatalaksana pada pasien stroke yang
mempengaruhi prognosis pasien yaitu rehabilitasi medik. Menurut beberapa penelitian, dalam proses rehabilitasi
terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi. Faktor-faktor tersebut perlu
diperhatikan saat dilakukan proses rehabilitasi pasien pasca stroke. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
rehabilitasi yaitu karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Selain itu, psikologi pasien
seperti depresi dan motivasi, penyakit komorbid dan waktu memulai rehabilitasi juga dapat mempengaruhi hasil
rehabilitasi pada pasien pasca stroke.
Keywords: Stroke; Rehabilitasi; Faktor-faktor; Pengaruh

PENDAHULUAN dengan umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 10,9% atau lebih


dari 2,1 juta orang. Pada kelompok umur diatas ≥ 60
Stroke merupakan defisit neurologis akibat
tahun stroke menjadi penyakit tidak menular nomor satu
gangguan sistem peredaran darah di otak yang terjadi
dalam hal disabilitas[4].
secara mendadak, mengakibatkan cedera fokal atau
global pada sistem saraf pusat (SSP)[1],[2]. Stroke Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan
merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di stroke hemoragik[5]. Pada tahun 2016 ditemukan lebih
seluruh dunia. Menurut World Stroke Organization dari 9,5 juta kasus baru stroke sikemik[3]. Stroke
(WSO) lebih dari 80 juta orang di dunia mengalami iskemik terjadi akibat trombotik dan emboli di otak[2].
stroke dan lebih dari 116 juta tahun kehidupan sehat Pada stroke trombosis, terjadi penumpukan plak pada
hilang setiap tahunnya akibat kematian dan kecacatan arteri serebral akibat beberapa faktor resiko. Hal ini
karena stroke[3]. Berdasarkan diagnosis dokter tahun menyebabkan pembentukan trombus yang
2018 prevalensi stroke di Indonesia pada penduduk mengakibatkan terjadinya oklusi pada arteri serebral

2319
tersebut[2], [6]. Sedangkan pada stroke emboli, Cedera akibat stroke dapat mengenai pusat kendali
terjadinya oklusi pada arteri serebral disebabkan oleh bahasa otak yang dapat sangat mengganggu
adanya embolus yang berasal dari arteri yang lebih kemampuan seseorang dalam menggunakan dan
distal[7]. Pada daerah yang mengalami oklusi akan memahami bahasa (afasia). Stroke dapat merusak
terjadi gangguan iskemik sehingga menyebabkan bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori,
nekrosis sel pada daerah tersebut. Saat sel mengalami pembelajaran, dan kesadaran. Seorang penderita stroke
nekrosis, akan terjadi berbagai proses biomolekuler mungkin mengalami defisit dalam memori jangka
yang akhirnya menyebabkan hilangnya fungsi pendek, selain itu juga mungkin kehilangan
neurologis otak pada daerah yang mengalami oklusi kemampuan untuk membuat perencanaan, memahami
vaskular[2], [8]. makna, mempelajari tugas baru, atau terlibat dalam
aktivitas mental kompleks lainnya[2], [11].
Sebanyak 51% kematian akibat stroke disebabkan
oleh stroke hemoragik[3]. Pada kondisi ini, stres pada Seseorang yang mengalami stroke mungkin akan
jaringan otak dan cedera internal menyebabkan merasakan takut, cemas, frustrasi, marah, sedih,
pembuluh darah pecah kemudian menghasilkan efek ataupun rasa duka akibat kehilangan kemampuan fisik
toksik dalam sistem vaskular, mengakibatkan infark. dan mental. Beberapa gangguan emosional dan
Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi perdarahan kepribadian juga dapat terjadi akibat cedera otak pada
intraserebral dan subarachnoid[5]. Pada Intracerebral penderita stroke itu sendiri. Depresi klinis atau perasaan
Hemoragik (ICH), pembuluh darah pecah dan putus asa yang mengganggu kemampuan seseorang
menyebabkan akumulasi abnormal darah di dalam otak. biasanya dialami oleh penderita stroke yang selamat.
Etiologi utama ICH adalah hipertensi, gangguan Depresi pasca stroke dapat diobati dengan obat
pembuluh darah, penggunaan antikoagulan dan agen antidepresan dan konseling psikologi[2], [11].
trombolitik yang berlebihan[9]. Pada perdarahan
Salah satu tatalaksana pada pasien stroke yang
subarachnoid, darah menumpuk di ruang subarachnoid
mempengaruhi prognosis pasien yaitu rehabilitasi
otak karena cedera kepala atau aneurisma serebral[10].
medik[12]. Menurut beberapa penelitian, dalam proses
Kerusakan pada otak akibat stroke dapat bersifat rehabilitasi terdapat beberapa faktor penting yang
permanen tergantung dari keparahan serangan stroke mempengaruhi keberhasilan rehabilitasi. Faktor-faktor
serta penanganan yang didapat[2]. Kerusakan sel dan tersebut perlu diperhatikan saat dilakukan proses
koneksi di otak setelah stroke dapat menyebabkan rehabilitasi pasien pasca stroke.
berbagai masalah seperti kelumpuhan baik hemiplegia
ataupun hemiparesis, masalah menelan (disfagia) serta ISI
kehilangan kendali atas gerakan tubuh dalam hal postur
METODE PENELITIAN
tubuh, berjalan, dan keseimbangan (ataksia). Tidak Artikel ini merupakan article review yang
hanya terganggu dalam kemampuan kontrol motorik, merupakan metode penelitian dengan cara
penderita stroke juga dapat mengalami gangguan melakukan telaah pustaka. Telaah pustaka
sensorik seperti hilangnya kemampuan untuk dilakukan dengan mencari sumber atau literatur
merasakan sentuhan, nyeri, suhu, atau merasakan yang relevan dalam 10 tahun terakhir (20011-
bagaimana tubuhnya diposisikan, mati rasa dan 2021). Dalam pembuatan artikel ini dilakukan
kesemutan (parestesia)[2], [11].
2320
pecarian data dengan menggunakan media wanita memiliki skor HQOL yang lebih rendah
online, seperti: Google dan situs journal (NCBI, dibandingkan pria[13]. Namun penelitian lain
PubMed, dll). Pencarian dilakukan menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
menggunakan kata kunci rehabilitasi, pasca antara jenis kelamin dengan hasil dari
stroke, faktor-faktor dan pengaruh. rehabilitasi[19].

HASIL PENELITIAN
Pendidikan dan Pekerjaan
Usia
Pasien dengan pendidikan yang tinggi
Menurut penelitian yang dilakukan di Sri Lanka
(universitas) menunjukkan kemajuan yang
didapatkan bahwa penderita stroke dengan usia
signifikan dalam perbaikan bahasa[14]. Sejalan
lanjut menunjukkan Health-Related Quality of
dengan hal tersebut, penelitian di Sri Lanka juga
Life (HRQOL) yang lebih rendah dibandingkan
menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan
dengan usia muda[13]. Sejalan dengan
berhubungan dengan semakin tingginya nilai
penelitian tersebut, penelitian di Romania
HQOL. Selain pendidikan, pemasukan yang
menyatakan terdapat perbaikan Quality of Life
lebih tinggi juga berhubungan dengan semakin
(QOL) setelah 1 tahun rehabilitasi pada
tingginya skor HQOL[13]. Namun terdapat
individu muda (<60 tahun)[14]. Selain itu, usia
penelitian yang menunjukkan bahwa pasien
juga merupakan faktor yang mempengaruhi
dengan pendidikan rendah lebih baik dalam
perbaikan fungsional dalam Activities of Daily
meningkatkan keadaan hati (mengurangi
Living (ADL)[15]. Penelitian lain menunjukkan
depresi) yang merupakan salah satu faktor yang
hasil bahwa umur merupakan prediktor
mempengaruhi hasil rehabilitasi[19].
potensial dari hasil perbaikan fungsional setelah
Depresi
rehabilitasi dan prediktor independen dari
Depresi pasca stroke memiliki hubungan
perbaikan fungsional setelah 6 bulan pasca
dengan kemandirian fungsional dalam ADL.
stroke[16]. Selain itu juga merupakan prediktor
Depresi ini berdampak negatif terhadap proses
terkuat dari perbaikan motorik setelah
perbaikan fungsional setelah pemulangan dari
dilakukan pembedahan stereotactic
rumah sakit[15]. Hal ini juga didukung oleh
intracerebral hematoma evacuation[17].
penelitian yang memberikan hasil bahwa
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pasien
perbaikan fungsional yang baik berhubungan
dengan umur yang lebih muda dan memiliki
dengan keadaan hati yang baik[20]. Penelitian
sedikit gangguan neurologis berat memberikan
lain juga membandingkan anata pasien dengan
perbaikan yang lebih baik walaupun memiliki
depresi dan tanpa depresi, didapatkan bahwa
penyakit komorbid yang banyak dibandingkan
pasien tanpa depresi memberikan perbaikan
dengan usia tua dengan komorbid sedikit[18].
yang lebih baik dalam program rehabilitasi
Jenis Kelamin
tangan[21]. Dalam penelitian yang membahas
Dalam sebuah penelitian, didapatkan bahwa
tentang rehabilitasi ekstremitas atas
jenis kelamin memiliki hubungan yang
menyebutkan bahwa menghilangkan depresi
signifikan dengan hasil HQOL dalam hal fisik
dan psikososial, hal ini ditunjukkan dengan

2321
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi HQOL[13]. Dalam penelitian lain, pasien
rehabilitasi pada pasien pasca stroke[22]. dengan afasia memiliki waktu rawat inap yang
Motivasi dan Dukungan Keluarga lebih lama dibandingkan dengan pasien tanpa
Menurut penelitian, pasien yang menikah afasia[28].
memperoleh skor HQOL lebih tinggi daripada Penyakit Komorbid
pasien yang belum menikah[13]. Penelitian lain Menurut penelitian ditemukan bahwa penyakit
juga menyebutkan, perhatian berkelanjutan komorbid tidak hanya menjadi faktor resiko
yang diberikan terapis akan meningkatkan hasil dari stroke tetapi juga mempengaruhi hasil
rehabilitasi dan QOL dari pasien[23]. Sebuah rehabilitasi dan QOL. Selain itu, kombinasi
penelitian juga menyatakan bahwa hubungan komorbid dapat mempengaruhi fungsi motorik
sosial seperti komunikasi dengan terapis, dan juga neuropsikologi[14]. Penelitian lain
keluarga dan dengan pasien lain juga dapat juga mendukung pernyataan ini yaitu pasien
meningkatkan motivasi saat rehabilitasi[24]. yang memiliki banyak komorbid akan memiliki
Penelitian juga menunjukkan bahwa keinginan hasil rehabilitasi yang lebih buruk[19].
untuk mandiri meningkatkan hasil fungsional Waktu Memulai Rehabilitasi
motorik dan perawatan diri[25]. Penelitian lain Sebuah penelitian menyatakan bahwa semakin
juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan cepat dan intensif dilakukan rehabilitasi pada
kuat antara dukungan keluarga dengan pasien stroke akut akan memberikan hasil yang
kepatuhan dalam menjalani rehabilitasi pada lebih baik dalam perbaikan fungsional motorik
pasien[26]. Sejalan dengan itu, penelitian juga dan kemandirian[29]. Sejalan dengan ini,
menyebutkan bahwa pasien yang sudah penelitian lain juga menyatakan bahwa
menikah ataupun memiliki keluarga yang fisioterapi yang dilakukan setelah 16 minggu
memberikan dukungan penuh menunjukkan pasca stroke tidaklah efektif[19].
kemajuan yang besar dalam fisioterapi[19].
PEMBAHASAN
Penelitian di Korea juga memberikan hasil Kemampuan yang dapat hilang pada pasien
terdapat hubungan yang kuat antara pasien stroke ialah kemampuan fungsional motorik
dengan stres psikososial yang rendah dengan maupun sensorik, kemampuan berbahasa,
kembalinya pasien untuk bekerja[27]. berpikir dan mengingat maupun terjadi
Afasia gangguan secara psikologis. Kehilangan
Afasia berhubungan dengan hasil perbaikan kemampuan ini dapat terjadi akibat kerusakan
fungsional yang buruk. Afasia yang berat pada sel otak sehingga mengganggu fungsinya.
berhubungan dengan perbaikan fungsional Rehabilitasi medik merupakan bentuk
yang buruk dalam penilaian HRQOL pada tatalaksana yang berfungsi untuk membantu
penyintas stroke[16]. Hal ini sejalan dengan pasien pasca stroke dalam mempelajari kembali
penelitian yang memberikan hasil pasien tanpa beberapa kemampuan tersebut[11]. Hasil dari
afasia memiliki hasil HQOL lebih baik rehabilitasi akan mempengaruhi kegiatan
dibandingkan pasien dengan afasia, serta pasien sehari-hari serta kualitas hidup pasien
semakin berat afasia maka semakin buruk hasil

2322
tersebut. Terdapat beberapa faktor yang dapat Pasien yang mengalami depresi pasca stroke
mempengaruhi hasil rehabilitasi pada pasien. memiliki dampak negatif terhadap perbaikan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsional pasien dan memberikan hasil yang
yaitu karakteristik sosial demografi pasien. lebih buruk dibandingkan pasien tanpa
Karakteristik tersebut berupa usia, jens depresi[15], [20], [21], [22]. Sehingga
kelamin, pendidikan serta pekerjaan. Dalam menghilangkan depresi pada pasien stroke
penelitian didapatkan bahwa pasien yang lebih penting untuk meningkatkan motivasi pada
tua (>65 tahun) memberikan hasil rehabilitasi pasien. Hal ini berhubungan dengan berbagi
yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien penelitian yang menyebutkan bahwa pasien
yang lebih muda[13], [14], [15], [16], [17], yang mempunyai motivasi memberikan hasil
[18]. Hal ini dapat terjadi karena otak manusia rehabilitasi yang lebih baik[25]. Selain itu,
memiliki kemampuan plastisitas, kemampuan pasien yang mendapatkan dukungan dari orang-
ini menurun seiring dengan bertambahnya usia orang di sekitarnya seperti terapis dan keluarga
akibat proses penuaan sehingga dapat menunjukkan perbaikan fungsional setelah
menyebabkan cacat fungsional yang akan rehabilitasi yang lebih baik dibandingkan
mempengaruhi hasil rehabilitasi pasien[13]. dengan pasien tanpa dukungan[13], [19], [23],
Selain itu, populasi yang lebih muda memiliki [24], [26], [27]. Perbaikan yang lebih baik pada
intensi yang lebih tinggi terhadap kemandirian pasien yang memiliki motivasi dan dukungan
sehingga meningkatkan hasil yang lebih baik menyebabkan munculnya kemauan diri untuk
dalam rehabilitasi fungsi. Jenis kelamin sendiri dapat sembuh kembali sehingga hal ini
belum dapat dipastikan pengaruhnya terhadap merupakan faktor penting dalam proses
hasil rehabilitasi. Dalam beberapa penelitian rehabilitasi pasien pasca stroke.
menunjukkan hasil yang tidak konsisten Faktor lain yaitu afasia akibat stroke. Pasien
sehingga pengaruh jenis kelamin belum yang mengalami afasia menunjukkan hasil yang
diketahui pasti[13], [19]. Pendidikan dan lebih buruk dibandingkan pasien tanpa
pekerjaan juga dapat mempengaruhi hasil afasia[13], [16], [28]. Hal ini terjadi karena
rehabilitasi pasien. Semakin tinggi pendidikan pada pasien dengan afasia terjadi gangguan
maka semakin baik hasil dari rehabilitasi[13], bicara yang menyulitkan pasien untuk
[14], [19]. Selain itu juga, semakin tinggi berkomunikasi dengan keluarga maupun
pekerjaan maka semakin tinggi pendapatan terapis, sehingga pasien sulit untuk
menyebabkan semakin baik hasil dari mengutarakan keinginannya. Selain afasia,
rehabilitasi. Hal ini dapat terjadi akibat pasien pasie yang memiliki penyakit komorbid juga
dengan pendidikan yang tinggi memiliki menujukkan hasil rehabilitasi yang buruk.
intelektual yang lebih baik sehingga lebih aktif Penyakit komorbid yang diderita pasien stroke
dalam mencari pertolongan untuk dirinya dapat menyebabkan tambahan kerusakan
sendiri. sistem jaringan tubuh yang dapat menyulitkan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pada saat proses rehabilitasi.
rehabilitasi pasien ialah psikologis pasien.

2323
Selain karakteristik sosial demografi, psikologi Stroke iskemik akut : dasar dan klinis.
dan penyakit yang diderita pasien, waktu dalam 2021;(January):84.

memulai rehabilitasi juga mempengaruhi hasil 3. M Patrice Lindsay, Bo Norrving, Ralph L.


Sacco, Michael Brainin, Werner Hacke, Sheila
rehabilitasi. semakin cepat dilakukan
Martins, Jeyaraj Pandian VF. Global Stroke
rehabilitasi setelah stroke akan semakin baik Fact Sheet 2019. World Stroke Organization
hasil yang diberikan[19], [29]. Hal ini dapat (WSO): [Internet]. 2019; Available from:
https://www.world-
terjadi karena tubuh masih mengingat gerakan- stroke.org/assets/downloads/WSO_Fact-
gerakan sebelum terjadi stroke sehingga proses sheet_15.01.2020.pdf
rehabilitasi mudah untuk diterima oleh tubuh 4. Balitbangkes. Laporan Nasional Riskesdas
dan waktu pemulihan yang dibutuhkan akan 2018 [Internet]. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2019. 198.
lebih cepat. Available from:
SIMPULAN http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/dow
Stroke merupakan defisit neurologis akibat nload/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_R
KD2018_FINAL.pdf
gangguan sistem peredaran darah di otak yang terjadi
secara mendadak, mengakibatkan cedera fokal atau 5. Budiman RY. Stroke. In: Pedoman Standar
Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
global pada sistem saraf pusat (SSP). Stroke merupakan Operasional Neurologi. Refika Aditama; 2013.
penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh p. 17–23.
dunia. Kerusakan sel dan koneksi di otak setelah stroke 6. Aristijono E, Munir B. Stroke Trombosis. In:
dapat menyebabkan berbagai masalah seperti Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Sagung Seto;
2017. p. 3–17.
kelumpuhan, masalah menelan (disfagia), gangguan
7. Aristijono E, Munir B. Stroke Emboli. In: Buku
postur tubuh seperti berjalan, dan keseimbangan
Ajar Neurologi. Jakarta: Sagung Seto; 2017. p.
(ataksia). Selain itu, dapat mengganggu kemampuan 19–28.
menggunakan dan memahami bahasa (afasia), memori, 8. Mergenthaler P, Dirnagl U, Kunz A. Ischemic
pembelajaran, dan kesadaran. Salah satu tatalaksana Stroke: Basic Pathophysiology and Clinical
Implication. In: Neuroscience in the 21st
pada pasien stroke yang mempengaruhi prognosis
Century: From Basic to Clinical. 2013. p.
pasien yaitu rehabilitasi medik. Faktor-faktor yang 2543–63.
dapat mempengaruhi hasil rehabilitasi yaitu 9. Aristijono E, Munir B. Stroke Perdarahan Intra
karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, Serebral. In: Buku Ajar Neurologi. Jakarta:
Sagung Seto; 2017. p. 29–35.
pendidikan dan pekerjaan. Selain itu, psikologi pasien
seperti depresi dan motivasi, penyakit komorbid dan 10. Aristijono E, Munir B. Stroke Subaraknoid
Hamorrhage. In: Buku Ajar Neurologi. Jakarta:
waktu memulai rehabilitasi juga dapat mempengaruhi Sagung Seto; 2017. p. 37–42.
hasil rehabilitasi pada pasien pasca stroke.
11. Whitehead S, Baalbergen E. Post-stroke
rehabilitation. South African Medical Journal.
DAFTAR PUSTAKA 2019;109(2):81–3.
1. Kuriakose D, Xiao Z. Pathophysiology and
treatment of stroke: Present status and future 12. Coleman ER, Moudgal R, Lang K, Hyacinth
perspectives. International Journal of Molecular HI, Awosika OO, Kissela BM, et al. Early
Sciences. 2020;21(20):1–24. Rehabilitation After Stroke: a Narrative
Review. Current Atherosclerosis Reports.
2. Budianto P, Prabaningtyas H, Putra SE, 2017;19(12).
Mirawati diah K, Muhammad F, Hafizan M.

2324
13. Kariyawasam PN, Pathirana KD, Hewage DC. chronic stroke. Restorative Neurology and
Factors associated with health related quality of Neuroscience. 2015;33(5):727–40.
life of patients with stroke in Sri Lankan
22. Meadmore KL, Hallewell E, Freeman C,
context. Health and Quality of Life Outcomes.
Hughes AM. Factors affecting rehabilitation
2020;18(1):1–10.
and use of upper limb after stroke: views from
14. Schreiner TG. The Influence of Neurological healthcare professionals and stroke survivors.
Rehabilitation on Patients’ Quality of Life Topics in Stroke Rehabilitation [Internet].
After Ischemic Stroke: A Prospective Study in 2019;26(2):94–100. Available from:
Romania. Journal of Neurology Research. https://doi.org/10.1080/10749357.2018.154484
2020;10(3):80–90. 5
15. Ezema CI, Akusoba PC, Nweke MC, 23. Lin FH, Yih DN, Shih FM, Chu CM. Effect of
Uchewoke CU, Agono J, Usoro G. Influence of social support and health education on
Post-Stroke Depression on Functional depression scale scores of chronic stroke
Independence in Activities of Daily Living. patients. Medicine. 2019;98(44):e17667.
Ethiopian journal of health sciences.
24. Yoshida T, Otaka Y, Osu R, Kumagai M,
2019;29(1):841–6.
Kitamura S, Yaeda J. Motivation for
16. Kongsawasdi S, Klaphajone J, Wivatvongvana Rehabilitation in Patients With Subacute
P, Watcharasaksilp K. Prognostic Factors of Stroke: A Qualitative Study. Frontiers in
Functional Outcome Assessed by Using the Rehabilitation Sciences. 2021;2(June):1–10.
Modified Rankin Scale in Subacute Ischemic
25. Fang Y, Tao Q, Zhou X, Chen S, Huang J,
Stroke. Journal of Clinical Medicine Research.
Jiang Y, et al. Patient and Family Member
2019;11(5):375–82.
Factors Influencing Outcomes of Poststroke
17. Enatsu R, Asahi M, Matsumoto M, Hirai O. Inpatient Rehabilitation. Archives of Physical
Prognostic factors of motor recovery after Medicine and Rehabilitation [Internet].
stereotactic evacuation of intracerebral 2017;98(2):249-255.e2. Available from:
hematoma. Tohoku Journal of Experimental http://dx.doi.org/10.1016/j.apmr.2016.07.005
Medicine. 2012;227(1):63–7.
26. Wardhani IO, Martini S. Hubungan Antara
18. Wang X, Moullaali TJ, Ouyang M, Billot L, Karakteristik Pasien Stroke dan Dukungan
Sandset EC, Song L, et al. Influence of Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani
including Patients with Premorbid Disability in Rehabilitasi. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Acute Stroke Trials: The HeadPoST 2015;3(1):24–34.
Experience. Cerebrovascular Diseases.
27. Han J, Lee HI, Shin Y il, Son JH, Kim SY, Kim
2021;50(1):78–87.
DY, et al. Factors influencing return to work
19. Kobylańska M, Kowalska J, Neustein J, after stroke: The Korean Stroke Cohort for
Mazurek J, Wójcik B, Bełza M, et al. The role Functioning and Rehabilitation (KOSCO)
of biopsychosocial factors in the rehabilitation Study. BMJ Open. 2019;9(7):1–11.
process of individuals with a stroke. Work.
28. García-Rudolph A, García-Molina A, Cegarra
2019;61(4):523–35.
B, Opisso E, Saurí J, Tormos JM, et al.
20. Torrisi M, de Cola MC, Buda A, Carioti L, Subacute ischemic stroke rehabilitation
Scaltrito MV, Bramanti P, et al. Self-Efficacy, outcomes in working-age adults: The role of
Poststroke Depression, and Rehabilitation aphasia in cognitive functional independence.
Outcomes: Is There a Correlation? Journal of Topics in Stroke Rehabilitation [Internet].
Stroke and Cerebrovascular Diseases. 2021;28(5):378–89. Available from:
2018;27(11):3208–11. https://doi.org/10.1080/10749357.2020.181847
9
21. Subramanian SK, Chilingaryan G, Sveistrup H,
Levin MF. Depressive symptoms influence use 29. Morreale M, Marchione P, Pili A, Lauta A,
of feedback for motor learning and recovery in Castiglia SF, Spallone A, et al. Early versus
delayed rehabilitation treatment in hemiplegic

2325
patients with ischemic stroke: Proprioceptive or
cognitive approach? European Journal of
Physical and Rehabilitation Medicine.
2016;52(1):81–9.

2326

Anda mungkin juga menyukai