BAB II
KAJIAN PUSTAKA
menurut penulis perlu didefinisikan satu persatu dari tiap kata yang ada
didalamnya. Karena dengan memahami arti tiap kata akan lebih memperjelas arti
mengkajinya.
1. Jiwa
ensiklopedi umum, jiwa diartikan “unsure hidup yang ada dalam tubuh, dan
dianggap ada atau hidup bersama dengan tubuh itu”. 2 Serta dalam kamus
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 416
2
Ensilkopedi Umum, (Yogyakarta: kanisius, 1997), hal. 504
3
Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001)hal.28
1
2
nyawa, arwah, sukma, dan bathin.tetapi pengertia dari jiwa yang dimaksud
oleh Ahmad fauzi adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak dan
pribadi (personal behavior) dab hewan tingkat tinggi dan juga dari
manusia.4
tingkah lakunya dan membuat manusia jadi manusia individu yang khas,
self-self lain.”6
4
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum Untuk Fak. Tarbiyah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 9
5
Kartini Kartono, Psikologi Anak ( Psikologi Perkembangan), (Bandung: Mandar Maju, 1995), hal. 3
6
Wayan Ardhana dan Sudarsono Sudirjo, Pokok-Pokok Ilmu Jiwa umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), hal.12
7
M. Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa Anak, ( Surabaya: Usaha Nasional,1983),
hal. 10
2
3
itu adalah suatu kumpulan dari fungsi-fungsi hidup yang kepadanya setiap
empat istilah, yakni “al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-‘aql.”9 Keempat istilah
yang bersifat roh jasmani dan latif, al-nafs yang berarti hawa nafsu dan
sifat pemarah, serta al-‘aql yang berarti ilmu. Sedangkan dalam pengertian
manusia yang bersifat latif, rabbani, dan rohani yang merupakan hakekat,
diri, dan zat manusia. Oleh karena itu manusia dalam pengertian pertama
(fisik) tidak kembali pada Allah, sedangkan dalam pengertian kedua (jiwa)
kembali padaNya.10
8
Abdul Aziz El-Qussy, Ilmu Jiwa, Prinsip-prinsip Dan Implementasinya Dalam Pendidikan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976), hal. 33
9
Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam Dalam Mengembangkan Kepribadian Dan Kesehatan Mental,
(Jakarta: Ruhama, 1994), hal.26
10
Ibid., hal.28
11
Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, Seri Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hal. 109
3
4
pengertian bahwa yang dimaksud jiwa adalah suatu rangkaian dari seluruh
unsur-unsur (nyawa, roh, bathin, akal, nafsu, dan lain-lain), yang saling
mempengaruhi dan menjadi kekuatan dalam diri manusia, yang mana itu
2. Agama
bahasa Inggris, dan kata “Ad-diin” yang berdiri sendiri dalam bahasa Arab.
Sedangkan secara istilah kata agama banyak para tokoh yang mendefinisikan
antara lain:
12
Imam Malik, Diktat Psikologi Umum (tidak diterbitkan), ( Tulungagung, Fak Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel, 1995), hal.3
4
5
“Ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun-temurun diwariskan dari
generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberikan tuntutan dan
pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan didunia
dan akhirat.”16
Dari beberapa ide dan pendapat diatas, maka dapat diambil suatu
yang berasal dari Tuhan sebagai pedoman kepercayaan dan keyakinan manusia
13
Depdikbud, Kamus Besar…, hal. 10
14
Partanto dan Al-Barry, Kamus Ilmiah…, hal. 9
15
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 28
16
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), hal.15
5
6
mengambil kesimpulan bahwa jiwa agama adalah suatu rangkaian dari seluruh
unsur-unsur (nyawa, roh, bathin, akal, nafsu ), yang saling mempengaruhi dan
menjadi kekuatan dalam diri manusia, tentang suatu aturan-aturan yang berasal
dari Tuhan sebagai pedoman kepercayaan dan keyakinan manusia kepadaNya dan
mempunyai nyawa itu. Ruh Allah inilah yang ketika digunakan berfikir disebut
akal, apabila berkehendak disebut nafsu, apabila merasa disebut hati nurani. 17
Kemudian jiwa itu menjelma sebagai kekuatan dalam diri dan menjadi penggerak
bagi jasad, penggerak tingkah laku manusia, menumbuhkan sikap dan sifat, serta
mendorong tingkah laku. Maka berfungsinya jiwa dapat diamati melalui tingkah
1. N
yawa
17
http://madkentir.wordpress.com/2008/09/02/beda-ruh-dengan-nyawa/,diakses 15 Agustus 2010
18
Imam Malik, Diktat Psikologi Umum…, hal.3
6
7
Nyawa adalah energi hidup yang ada dalam setiap sel2 kromoson di
tubuh manusia (jiwa) sebelum dia terbentuk sempurna (pra janin sempurna),
maupun sesudahnya. Nyawa atau energi hidup ini berada dalam kode-kode
genetika di DNA, RNA maupun dalam pita kromosom yang lain. Nyawa ini
2. R
uh
Hakekat manusia terdiri dari dua unsur pokok yakni, gumpalan tanah
satunya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan agar dapat di
sebut manusia. Ruh menjadi faktor penting bagi aktivitas nafs manusia ketika
hidup di muka bumi ini, sebab tanpa ruh, manusia sebagai totalitas tidak dapat
lagi berpikir dan merasa. Ruh adalah zat murni yang tinggi, hidup dan
dalam bunga, tidak larut dan tidak terpecah-pecah. Untuk memberi kehidupan
19
chris leowardy, “Asal usul jiwa” Akademi Kontra Indiferentisme, Forum Terbuka, dalam
http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?printertopic=1&t=2394&postdays , diakses 15 Agustus
2010
20
http://m-irsyad.blogspot.com/2009/11/ruh-menurut-pandangan-ulama.html, diakses 16 Agustus
2010
7
8
yang lembut, jernih, yang mengalir dalam jisim seperti aliran air dalam
dengan makna “adalah Jisim yang memiliki bentuk seperti bentuk jasad
berkata: “Ruh itu memiliki jisim, dua tangan, dua kaki, dua mata dan
luas mengenai makna dari ruh . Definisi tersebut bukanlah suatu harga yang
mati namun masih banyak pengertian yang lebih luas dan lebih mendalam,
bahwa ruh tidak bisa dipisahkan dari jasad / nafs, karena ruh tersebut memberi
kehidupan pada jasad, dengan kata lain jasad tidak akan ada fungsinya tanpa
adanya ruh.
Macam-macam ruh:
21
http://m-irsyad.blogspot.com/2009/11/ruh-menurut-pandangan-ulama.html, diakses 16
Agustus 2010
8
9
menerangi ruangan, ruh adalah lampu , ruangan adalah tubuh . jika lampu
menyala maka ruangan terlihat terang , jadi tubuh ini bisa hidup karena
ada ruh. Ruhul hayat ini ada pada semua benda hidup separti manusia, jin,
Ruh dalam hal ini yaitu sebagai suatu yang halus dari diri manusia
(pemberi energi bagi jiwa ).Ruh adalah suatu yang merasa, mengerti, dan
mengetahui, hal ini berhubungan dengan hati yang halus atau hati
hakikat manusia yang tidak ada pada binatang dan tumbuhan sehingga
manusia disebut makhluk mukallaf. Ruh ini yang akan dikekalkan oleh
atas perbuatannya selama didunia, dan juga yang akan merasakan syurga
dan neraka.
Ruh itu hanya berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan mata, maka
9
10
3. B
athin/hati nurani
Hati nurani merupakan bagian dari ruh, yaitu ruh yang digunakan
kita. Standar dari organ intern ini disebut "hati nurani". Ada orang melukiskan
suara intern yang samar-samar ini sebagai suara Allah di dalam diri manusia.
Memang hati nurani merupakan bagian yang sangat mistik di dalam diri
manusia. Di dalam hati nurani manusia, yaitu tempat yang sangat tersembunyi
Jika hati itu baik maka keseluruh tubuh kita baik, namun jika hati itu
buruk maka seluruh tubuh kita buruk. Tempatkanlah hati sebagai pemimpin
dalam diri ini. Namun perlu diketahui hati itu sangat rapuh, hati sangatlah
mudah untuk berubah, Sebenarnya bukan berubah namun hati itu sering
10
11
adanya hati itulah yang harus diupayakan, karena hati selalu menunjukkan
kebaikan.
Hati ini hanyalah sebuah petunjuk, hati ini adalah sebuah peta
4. A
kal
Seperti yang dijelaskan diatas, yaitu bahwa hati adalah sebuah peta
kebaikan, maka fungsi akal yaitu yang akan membaca peta kebaikan hati dan
akan berjalan menuju tujuan kebaikan. Tanpa akal hati itu hanyalah sebuah
petunjuk yang akan sangat sulit untuk dimanfaatkan dan diaplikasikan. Akal
yang akan memutuskan kita akan lewat jalan yang mana, sesuai dengan
banyaknya jalan kebaikan yang akan ditunjukkan oleh hati. Akal akan
menentukan kita melewati rute-rute mana saja, selama akal itu masih
menggunakan peta hati maka semua jalan yang dipilih oleh akal adalah jalan
kebaikan. Akal hanya milih jalan yang dirasa sangat cocok dengan diri kita.
5. N
afsu
11
12
mempercepat perjalanan kita. Namun nafsu ini sungguh adalah sebuah hal
yang bisa menjadi penghambat, dan bisa menimbulkan kecelakaan bagi diri
kita sendiri. Nafsu bisa mengantarkan seseorang bisa cepat mencapai tujuan,
kita sudah dibekali hati sebagai peta, namun ketika pengemudi akal tak
mengendalikan nafsu, kapan kita harus menarik gas, kapan kita harus
menginjak pedal rem pada kendaraan. Hal itu hanya akal yang mampu
melakukan.24
Macam-macam nafsu:
12
13
kalau berbuat kejahatan, lebih sangat menyesal. Dalam nafsu lawamah ini
Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan
d. Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang tenteram, tenang, aman dan damai
kebaikan dan mencegah keburukan, yaitu apabila nafsu itu diberi pelajaran dan
pengajaran yang baik serta dididik dengan keagamaan serta diajak untuk
meneliti berbagai percontohan dan suri teladan yang baik yang ada di
sekitarnya.
1. Faktor intern
a. Faktor herreditas
25
Sirajuddin Syamsul Arifin Noer,“macam-macam nafsu”, dalam
http://sirajuddinsamsularifin.blogspot.com/2008/04/macam-macam-nafsu.html, diakses 15 Agustus
2010
13
14
berpengaruh.26
b. Tingkat usia
lebih kritis pula dalam memahami ajaran agama. Selanjutnya pada usia
14
15
berbeda.27
c. Kepribadian
kepribadian.
27
Ibid., hal. 244
15
16
terlihat ada unsur-unsur yang bersifat tetap dan unsure-unsur yang dapat
bersifat tetap berasal dari unsur bawaan, sedangkan yang dapat berubah
d. Kondisi kejiwaan
28
Ibid., hal. 245
16
17
abnormal.
2. Faktor ekstern
17
18
a. lingkungan keluarga
perilakunya.
18
19
citra anak terhadap bapaknya. Jika seorang bapak menujukkan dan tingkah
laku yang baik, maka anak akan menirukan sikap dan tingkah laku sang
kepribadian anak.
anak dalam pandangan islam sudah lama disadari. Oleh karena, hal itu
tersebut kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam
pada telinga bayi yang baru lahir, mengakiqah, memberi nama yang baik,
29
Markaz al-Risalah, “Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam” dalam
http://www.alhassanain.com/indonesian/book/book/family_and_community_library/family_and_child/
pendidikan_anak/001.html, diakses 28 april 2010
19
20
lainnya yang sejalan dengan perintah agama. Jadi keluarga dinilai sebagai
jiwa keagamaan.30
b. Lingkungan Institusional
dapat berupa Institusi formal seperti sekolah, ataupun yang non formal
kurikulum dan anak. 2. hubungan guru dan murid. 3. hubungan antar anak.
30
Jalaluddin, Psikologi agama…, hal. 248
20
21
pendidikan di sekolah.
yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya
c. Lingkungan masyarakat
kurang menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara
ketat.
Karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah
laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Dengan demikian, kehidupan
bersama.
31
Ibid., hal. 249
21
22
unsure pengaruh belaka. Tetapi norma dan nilai yang ada terkadang lebih
warganya.32
1. Orang tua
32
Jalaluddin, Psikologi agama…, hal. 250
22
23
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat
pendidikan agama kepada anak-anaknya, dan juga orang tualah yang menjadi
penentu apakah anaknya nanti menjadi orang Islam atau tidak tergantung pada
pendidikan orang tua dalam keluarga. Karena itulah orang tua harus dapat
menciptakan suasana dan kesan yang terbaik sehingga menjadi panutan bagi
anak-anaknya.
masa depan mereka. Juga tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua, apakah itu diakuinya
secara sadar atau tidak, diterimanya dengan sepenuh hati atau tidak, hal itu
adalah merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah kepada orang tua.
23
24
Mereka tidak bisa mengelakan tanggung jawab itu, karena menjadi amanat
anak dalam pandangan islam sudah lama disadari. Oleh karena, hal itu sebagai
orang tua diberikan beban tanggung jawab. Ada semacam rangkaian ketentuan
yang dianjurkan kepada orangtua, yaitu mengazankan pada telinga bayi yang
baru lahir, mengakiqah, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca Al-
perintah agama. Jadi keluarga dinilai sebagai factor yang paling dominan
2. Pendidik
penting dan kompleks. Karena pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
beban dan tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkananak
33
Hakim, “Usaha Orang Tua dalam Membina Pendidikan Agama Anaknya” dalam
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/tarbiyah/usaha-orang-tua-dalam-pembinaan-pendidikan-
agama-anaknya-pada-sekolah-meneng-0, diakses 4 Mei 2010
34
Jalaluddin, Psikologi agama…, hal. 248
24
25
Oleh karena tugas dan tanggung jawa pendidik semakin berat, maka
bidangnya sehingga mampu membawa peserta didik kea rah tujuan yang
maju, pendidik memegang peranan yang sangat penting hamper tanpa kecuali,
warga masyarakat.35
a. Pengertian pendidik
dalam perkembangan jasmani dan rohani kea rah kedewasaan, yang pada
individu yang berdiri sendiri.36 Istilah lain yang sering digunakan untuk
35
W. James Popham dan Eval Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta,
2001), hal. 1
36
Nur Uhbiati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hal. 65
25
26
“orang yang patut digugu dan ditiru” (orang yang patut dipercaya dan
dijadikan teladan).37 Jadi guru itu harus konsisten dan konsekuen, tidak
sebagai manusia yang baik sebagai makhluk Tuhan yang berbudi maupun
26
27
segala hal maka mempelajarinya adalah mencari yang lebih mulia itu, dan
mengajar dan mendidik adalah pekerjaan yang sangat mulia karena secara
naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh orang, dan
kemuliaan.
Dalam artian yang lain, secara umum pendidik adalah orang yang
nilai-nilai ajaran islam. Oleh karena itu pendidik dalam konteks ini bukan
39
Zainudin, dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 50
40
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers), hal. 41
27
28
macam, yaitu : orang tua sebagai pendidik dirumah, guru sebagai pendidik
b. Tugas pendidik
pendidikan sehingga apa yang akan diberikan kepada anak didiknya tidak
28
29
anak didik, mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik yang pada
titik akhir akan menghasilkan manusia yang berguna bagi agama, nusa,
dan bangsa. Oleh karena itu pendidik harus senantiasa berusaha untuk
manusia lainnya.43
29
30
Lain dari pada itu, mengeni tugas pendidik telah diatur dalam
45
Ibid., hal. 42
30
31
tinggi.46
46
Undang-Undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cemerlang, 2003), hal.
29
31
32
untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren
pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan
48
akhiran an berarti tempat tinggal para santri . Maka pondok pesantren
adalah asrama tempat tinggal para santri. Pondok pesantren mirip dengan
akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka
47
Muhammad Khafifi, “Pola Pendidikan Santri pada Pondok Pesantren” dalam
http://khofif.wordpress.com/2009/01/17/pola-pendidikan-santri-pada-pondok-pesantren, diakses 03
Mei 2010
48
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,( Jakarta:
LP3ES,1985), hal.18
49
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren,(Yogyakarta:LkiS,2001), hal.171
50
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta:Penerbit Kalimah, 2001), hal.70
32
33
jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang
teknologi.
kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning),
Kyai
Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah
bahasa Jawa.52 Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga
33
34
Masjid
Santri
53
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren..., hal.55
54
Ibid., hal. 49
34
35
datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap
di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan
dan santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak
keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera
berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan
Pondok
55
Ibid., hal. 52
35
36
yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai
pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari
dari asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung
tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri
56
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia…, hal. 142
36
37
klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi
57
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren..., hal.45
58
Ibid., hal. 50
59
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia…, hal. 144
37
38
fiqh, usul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, tasawwuf dan etika, cabang-
sama.60
sekali yang dapat kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu,
peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan Islam. Ini bisa kita lihat
60
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren..., hal. 51
38
39
tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar
harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Peraturan yang lebih ketat
lagi dibuat pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan
dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada
izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah.61
menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang dulu tertarik kepada
39
40
RI, memang masuk akal untuk menarik kesimpulan bahwa perkembangan dan
pelan karena ternyata sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan
atau rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang
guru, dan belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu
malam hari biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Tempat-
tradisional sering disebut sistem salafi. Pada pesantren salafi yaitu tetap
62
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren..., hal. 41
63
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam…, hal.150
64
Ibid., hal.212
40
41
41
42
Sorogan
atau ustad. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana
sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai orang
dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak
terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusai tingkat
kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai.
42
43
paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan
pesantren.67
istilah weton ini berasal dari kata wektu (bhs.Jawa) yang berarti
pasif. Dan metode bandungan ini dapat bermanfaat ketika julah muridnya
cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang
67
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren..., hal. 28
68
Muhammad Khafifi, “Pola Pendidikan Santri pada Pondok Pesantren” dalam
http://khofif.wordpress.com/2009/01/17/pola-pendidikan-santri-pada-pondok-pesantren, diakses 03
Mei 2010
43
44
Halaqoh
dibawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu tempat.
Muhammad yunus system ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas,
rajin dan mampu serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk
pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab
berdiskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar, sehingga
logis.
44
45
Alfiyah ibnu Malik atau juga sering juga dipakai untuk menghafalkan Al-
tertentu dalam jangka aktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini
diskusi yang umum kita kenal selama ini. Bedanya metode hiwar ini
ada di santri. Yang menjadi ciri khas dari hiwar ini, santri dan guru
45
46
ibadah, aqidah dan masalah agama pada umumnya. Metode ini tidak jauh
tinggi.
Fathul Kutub
Mukoronah
madzahib.(perbandingan mazhab).
46
47
Pesantren. Percakapan ini baik antra sesame santri atau santri dengan
sedikit demi sedikit, setelah santri banyak menguasai kosa kata, kepada
yang tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali
1. Kematangan intelektual
Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda
menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang
69
Muhammad Khafifi, “Pola Pendidikan Santri pada Pondok Pesantren” dalam
http://khofif.wordpress.com/2009/01/17/pola-pendidikan-santri-pada-pondok-pesantren, diakses 03
Mei 2010
47
48
dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita
sebut dengan “kesadaran, kecerdasan dan akal”. Ketiga alat berpikir itu
bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu
48
49
untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al-
Haq.70
pengetahuan dan keterampilan yang matang, maka dengan modal itu membuat
Terkait dengan intelektual itu sendiri, terdapat tipe-tipe tertentu. Adapun tipe-
70
http://sdmatr.wordpress.com/2007/11/01/membangun-kemampuan-berpikir-dan-memahami-
kata-kata-kunci/, diakses 5 Me1 2010
49
50
thinking).
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek
tangan).
50
51
2. Kematangan Kepribadian
yang dilihat orang lain. Kesan itu merupakan bauran yang unik dari ciri-ciri
fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang. Kesan yang ditarik oleh orang
mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh orang lain
dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber
dari kepercayaan diri karena kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita
71
Azee,“Manusia Dewasa Fisik, Intelektual, Emosional, dan spiritual”, dalam
http://azee.student.umm.ac.id/2010/02/04/manusia-dewasa-fisik-intelektual-emosional-spiritual/,
diakses 5 Mei 2010
72
http://sdmatr.wordpress.com/2007/11/01/membangun-kemampuan-berpikir-dan-memahami-kata-
kata-kunci/, diakses 5 Mei 2010
51
52
a. Berani jadi diri sendiri (Be my self), hal ini merupakan dasar
sesuai kata hati nurani. Atau dengan kata lain menjadi diri sendiri
karena hati nurani itu hal terjujur yang ada di diri manusia.
diri kita. Tidak sombong dengan kelebihan dan tidak pula minder
dengan kekurangan.
c. Mempunyai konsep diri yang tepat, Konsep diri ialah suatu cara
seseorang yang mana bisa membuat rumusan yang tepat untuk dirinya
sendiri. Konsep diri itu bisa diperoleh setelah seseorang itu bisa
organisme, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati (seperti
73
Remaja Kontemporer, “Cara Berkepribadian Kuat” dalam
http://remajakontemporer.blogspot.com/2010/04/cara-berkepribadian-kuat.html, diakses 6 Mei 2010
52
53
pikiran dan perasaan), dengan kata lain tingkah laku adalah “gaya”. Jadi setiap
manusia akan mengaktualisasikan diri kedalam tiga gaya tingkah laku, yaitu:
dan hak satu sama lain adalah sama. Jadi ada kemampuan untuk
keinginan, kebutuhan dan hak orang lain menjadi lebih penting dari milik
aktif atau pasif, jujur atau tidak jujur, langsung atau tidak langsung, tetapi
adanya respek, jadi kita menempatkan keinginan, kebutuhan dan hak kita
74
http://sdmatr.wordpress.com/2007/11/01/membangun-kemampuan-berpikir-dan-memahami-
kata-kata-kunci/, diakses 5 Mei 2010
53
54
54