Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.

1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079


e-ISSN 2685-1946

PENERAPAN GUIDED IMAGERY UNTUK MENGATASI KECEMASAN PADA


PASIEN STROKE
Fadlilatul Laily, Mariyati, Emilia Puspitasari Sugiyanto*,Wijanarko Heru.P.

Universitas Widya Husada Semarang

Lailyfadlilatul@gmail.com

Diterima : 30 November 2021. Disetujui : 1 Januari 2022. Dipublikasikan : 2 Februari 2022

ABSTRAK
Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan gangguan fungsi otak akibat
adanya kerusakan atau kematian jaringan otak karena berkurang atau tersumbatnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Aliran darah ke otak dapat berkurang karena pembuluh darah otak yang mengalami penyempitan, penyumbatan, atau
pendarahan karena pecahnya pembuluh darah tersebut. Kecemasan terjadi karena adanya penurunan fungsi tubuh pada
pasien stroke sehingga mempengaruhi akivitas sehari-hari. Guided imagery atau imajinasi terpimpin yaitu suatu teknik
yang dilakukan menggunakan imajinasi individu dengan imajinasi yang terarah untuk mrngurangi kecemasan.Metode
studi kasus dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest. Subjek pada studi kasus ini yaitu dua pasien
stroke yang mengalami kecemasan ringan hingga sedang yang tidak mengalami masalah penurunan pendengaran,
gangguan konsentrasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisiooner Hamilton Anxiery Rating Scale dan
standar prosedur terapi guide imagery. Studi kasus ini pada responden I dilakukan pada tanggal 28 Juni 2021 dan
responden II dilakukan pada tanggal 5 Juli 2021. Penerapan guide imagery dilakukan setiap satu kali sehari selama 3
hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan skor kecemasan, pada subjek I terjadi perubahan dari skor 24
atau kecemasan sedang menjadi 20 atau kecemasan ringan. Sementara subjek II terjadi perubahan dari skor 15 atau
kecemasan ringan menjadi 10 atau tidak ada kecemasan. Studi kasus ini menunjukkan adanya perubahan skor
kecemasan sebelum dan setelah dilakukan guide imagery. Penerapan guide imgery menurunkan kecemasan pada
pasien stroke.

Kata Kunci : Kecemasan, Stroke, Guide Imagery.

ABSTRACT
Stroke is a cerebrovascular disease (brain blood vessels) which is characterized by: with impaired brain function due
to damage or death of brain tissue due to reduced or blocked blood flow and oxygen to the brain. Blood flow to the
brain can reduced because the blood vessels of the brain are narrowed, blocked, or bleeding due to the rupture of the
blood vessel. Anxiety occurs due to decreased function body in stroke patients so that it affects daily activities. Guided
imagery or Guided imagination is a technique that uses an individual’s imagination to directed imagination to reduce
anxiety. Case study method using one group pretest design posttest. The subjects in this case study were two stroke
patients who experienced mild anxiety to moderate who do not experience hearing loss problems, impaired
concentration. The instrument used is the Hamilton Anxiery Rating Scale questionnaire sheet and the standard guided
imagery therapy procedures. This case study on respondent I was conducted on 28 June 2021 and respondent II will
be held on July 5, 2021. Guide imagery is implemented once a day for 3 days. The results showed a change in anxiety
scores, in subject I occurred a change from a score of 24 or moderate anxiety to 20 or mild anxiety. While Subject II
there was a change from a score of 15 or mild anxiety to 10 or none worry. This case study shows a change in anxiety
scores before and after guided imagery was carried out. The application of guide imgery reduces anxiety in stroke
patients.

Keywords: Anxiety, Stroke, Guide Imagery.

\
PENDAHULUAN emboli, hipoperfusi, vaskulitis dan statis
Stroke atau serebrovasculer accident vena yang dapat mempengaruhi pembuluh
adalah gangguan pasukan darah otak yang otak dan akhirnya menyebabkan stroke
dapat terjadi akibat beberapa kondisi (Turanjanin, 2012). Stroke adalah penyakit
patologis termasuk aterosklerosis, thrombosis, serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang

47
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079
e-ISSN 2685-1946

ditandai dengan gangguan fungsi otak akibat Beberapa tanda dan gejala penyakit stroke
adanya kerusakan atau kematian jaringan otak diantaranya adalah seorang akan mengalami
akibat berkurang atau tersumbatnya aliran kehilangan fungsi gerak, biasanya mengalami
darah dan oksigen ke otak. Aliran darah ke kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu
otak dapat berkurangkarena pembuluh darah bagian tubuhnya. Kehilangan fungsi indra perasa,
otak mengalami penyempitan, penyumbatan, mudah merasa capek dan sulit tidur karena nyeri
atau pendarahan akibat pecahnya pembuluh pada bagian kepala, gangguan proses berfikir,
darah tersebut (Lili Indrawati, 2016). Di daya ingat dan kemampuan berbicara menurun,
Amerika dan Negara berkembang seperti serta kehilangan indra perasa baik yang bersifat
Indonesia CVD atau stroke berperan sebagai sementara maupun menetap. Bahkan dapat
peneybab utama dari disabilitas kronis dan kehilangan kesadarannya, gejala stroke ini terjadi
penyebab kematian (Satyanegara, 2014). Di lebih dari 24 jam (Adika, 2013).
Indonesia stroke merupakan penyebab Hasil penelitian Amila dan Evarina
kematianyang paling utama dan terbesar. Sembiring 2020 dengan judul “Slow Stroke
Terdapat kurang lebih 500.000 penduduk Back Massage (SSBM) dan Kecemasan Pasien
Indonesia yang mengalami stroke Stroke” didapatkan bahwa stroke menyebabkan
(Yuyun,2015). gangguan motorik, gangguan komunikasi verbal,
Menurut World Health Organization gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif
(WHO) terdapat 15 juta orang menderita stroke dan gangguan psikologis dan disfungsi kandung
setiap tahun. Sekitar 5 juta dari mereka yang kemih. Stroke dapat menyebabkan kelumpuhan,
meninggal dunia dan 5 juta orang lainnya terutama pada sisi yang terkrna, timbul nyeri dan
menderita cacat permanen. Secara keseluruhan sublokasi pada bagian terssebut, pola jalan yang
insiden stroke per 1.000 orang yang berusia di salah. Akibatnya kecemasan terjadi karena
atas 55 tahun berkisar antara 4,2 -6,5. adanya penurunan fungsi tubuh pada pasien
Terdapat perbedaan prevalensi stroke di stroke sehingga mempengaruhi akivitas sehari-
beberapa negara di dunia. Hal itu menandakan hari (Kustiawan & Hasriani, 2014).
ada pengaruh faktor genetik dan lingkungan Dampak psikologis yang di rasakan individu
(Liebeskind, 2014). Faktor resiko terjadinya dengan kecemasan adalah cenderung khawatir
stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu atau takut secara berlebihan dengan hal- hal tidak
berdasarkan faktor yang dapat dimodifikasi dan menyenangkan yang belum tentu terjadi., seperti
tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat ketika individu merasa cemas jika tiba-tiba stroke
dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin dan suku kembali sedangkan individu berada di keramaian.
atau ras. Seseorang yang berusia lebih dari 55 Individu akan menghabiskan banyak waktu
tahun lebih beresiko terkena dua kali lipat untuk untuk khawatir mengenai hal-hal yang belum
mengalami stroke, laki-laki dipercaya lebih tentu terjadi dan kemudian merencanakan
beresiko mengalami stroke walaupun beberapa bagaimana cara untuk menghindari hal-hal
penelitian tidak mengidentifikasi ini. Faktor tersebut. Selanjutnya karena terlalu sibuk dengan
resiko yang dapat dimodifikasi diantaranya masalah yang belum tentu terjadi, maka individu
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, merokok, akan mengesampingkan permasalahan-
obesitas, kolesterol tinggi, diabetes melitus, permasalahan yang nyata, sehingga individu
konsumsi alcohol dan penggunaan kontrasepsi akan menjadi ceroboh dan bingung. Akibatnya
oral (hormonal) (Mary A Nies & Melanie individu sering tidak bekerja secara efektif
McEwen). Riskendes 2018 menunjukkan karena terlalu sibuk memikirkan hal yang belum
prevalensi penyakit tidak menular mengalami tentu terjadi dan akan semakin cemas. Selain itu
kenaikan jika dibandingkan dengan riskendes terdapat juga perasaan tidak tenang, gugup dan
2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal adanya kegiatan motorik yang tidak bertujuan,
kronik, diabetes mellitus, dan hipertensi seperti jari kaki ataupun tangan yang mengetuk-
(Kesehatan et al.,, 2019). Prevalensi penyakit ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang
stroke meningkat dari tahun 2013 yaitu 7% terjadi tiba-tiba (Amelia, 2018).
menjadi 10,9 % pada tahun 2018 (Kemenkes, Terdapat hubungan timbal balik antara
2018). dampak fisik dan psikis individu yang
mengalami kecemasan, seperti dampak fisik

48
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079
e-ISSN 2685-1946

yang menyebabkan pola tidur berkurang, yang penyakitnya, merasa gelisah akan penyakitnya
akhirnya dapat berdampak ke psikis yaitu akibat dan takut penyakitnya tak kunjung sembuh. Hal
kurang tidur, individu akan menjadi lebih mudah tersebut berdampak pada pola tidur karena
marah dan sulit berkonsentrasi. Kecemasan pikiran Tn.K yang tidak tenang dan jantung yang
dapat menyebabkan peningkatan darah, denyut berdebar-deebar. Hal yang dilakukan Tn.K pada
jantung dan tingkat respirasi (Wahyuningsih, saat cemas yaitu tarik napas dalam. Responden
Nugroho & Mu’ah, 2011). kedua Tn. S ( 67 tahun) mengalami kecemasan
Seseorang yang mengalami kecemasan ada karena
beberapa cara yang dapat di lakukan untuk tangan dan kirinya yang sulit digerakkan.
mengurangi kecemasan diantaranya, pertama Merasa cemas dan takut kondisinya tidak
mengetahui penyebab timbulnya kecemasan itu kunjung membaik, mudah berkeringat dan
terjadi, yang ke dua adalah mengajarkan pada gemetaran. Mengalami kesulitan tidur karena
pasien relaksasi dan distraksi untuk pikiran yang khawtir akan penyakitnya yang
meningkatkan kontrol diri dan mengurangi tidak sembuh. Hal yang dilakukan Tn.untuk
kecemasan (Laksono, 2015). Ada beberapa cara mengatasi kecemasan yaitu napas dalam. Setelah
yang di lakukan agar dapat menurunkan dilakukan pengukuran kecemasan pada kedua
kecemasan, antara lain dengan cara melakukan responden dengan menggunakan HARS
nafas dalam, relaksasi dzikir (Perwitaningrum, didapatkan skala kecemasan Tn. K yaitu 24
Prabandari, & Sulistyarini, 2016), mendengarkan menunjukkan kecemasan sedang dan Tn.S 15
musik dan guided imagery (Rahmayati, 2010). menunjukkan kecemasan ringan. Berdasarkan
Guided imagery atau imajinasi terpimpin latar belakang di atas, penulis mengangkat karya
merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan tulis ilmiah berjudul “ Penerapan Guide Imagery
menggunakan imajinasi individu yaitu dengan Untuk Mengatasi Kecemasan Pada Pasien Stroke”
imajinasi yang terarah unruk mengurangi
kecemasan. Menurut penelitian yang dilakukan METODE PENELITIAN
oleh Afdila manfaat guided imagery yaitu Metode studi kasus dengan menggunakan
sebagai intervensi perilaku untuk menurunkan rancangan one group pretest posttest. Subjek
kecemasan, stress dan nyeri (Afdila, 2016). pada studi kasus ini yaitu dua pasien stroke
Hasil penelitian Deswita dkk 2014 yang yang mengalami kecemasan ringan hingga
berjudul “Pengaruh teknik relaksasi imajinasi sedang yang tidak mengalami masalah
terbimbing (Guided Imagery) terhadap penurunan pendengaran, gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur anak usia sekolah di konsentrasi. Instrumen yang digunakan
ruang rawat inap anak RSUD Prof. Dr. Ma. adalah lembar kuisiooner Hamilton Anxiery
Hanafiah SM Batusangkar” menunjukkan Rating Scale dan standar prosedur terapi guide
bahwa guided imagery diantaranya dapat imagery. Studi kasus ini pada responden I
menurunkan kecemasan, kontraksi otot dan dilakukan pada tanggal 28 Juni 2021 dan
memfasilitasi tidur. responden II dilakukan pada tanggal 5 Juli
Salah satu indikasi seseorang diberikan 2021. Penerapan guide imagery dilakukan
guided imagery adalah seseorang yang setiap satu kali sehari selama 3 hari.
mengalami kecemasan. Guide imagery ini dapat
diberikan pada pasien yang mengalami HASIL DAN PEMBAHASAN
kecemasan tetapi tidak dalam kondisi mengalami Tabel 12. Perbedaan penurunan tingkat
masalah penurunan pendengaran, gangguan kecemasan pada Tn. K dan Tn. S sebelum
konsentrasi, tidak mengalami trauma pada hal dan sesudah diberikan guide imagery
yang akan dibayangkan ( Febri Anggun L, 2019).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Nama Hari ke Sebelum Sesudah Keterangan
pada bulan Oktober 2020 didapatkan dari 2 Tn. K Hari ke 1 24 24 cemas sedang
responden di Kelurahan Krapyak yang
mengalami kecemasan karena penyakit stroke. Hari ke 2 24 22 cemas sedang
Responden pertama yaitu Tn. K(65 tahun), hal Hari ke 3 22 20 cemas ringan
yang dirasakan adalah kecemasan. Kecemasan
Tn. S Hari ke 1 15 15 Cemas ringan
muncul pada saat ini karena pasien khawatir akan

49
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079
e-ISSN 2685-1946

Hari ke 2 15 14 cemas ringan (kecemasan ringan) setelah diberikan guide


Hari ke 3 14 10 Tidak cemas imagery menjadi 14 (kecemasan ringan), pada
hari ke 3 sebelum diberikan guide imagery skor
Berdasarkan tabel 12 di dapatkan bahwa 14 (kecemasan ringan), setelah diberikan guide
penelitian yang telah dilakukan selama 3 hari, imagery skor 10 (tidak ada kecemasan).
dijelaskan bahwa pemberikan guide Evaluasi yang diberikan pada Tn. S
imagerydapat menurunkan tingkat kecemasan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
pasien. Pada dasarnya dari hasil pengkajian dan ditegakkan yaitu kecemasan. Evaluasi dilakukan
observasi kedua pasien tersebut memiliki tingkat pada hari ke 3 yaitu pada tanggal 7 Juli 2021,
kecemasan berbeda. Pada Tn. K tingkat dengan data subjektif : Pasien mengatakan cemas
kecemasan awal 24 (kecemasan sedang) setelah berkurang setelah diberikan terapi relaksasi
diberikan guide imagery selama 3 hari tingkat guide imagery setiap hari selama 3 hari. Data
kecemasan menjadi 20 (kecemasan ringan). objektif : Pasien mengikuti arahan dengan baik,
Untuk pasien kedua yaitu Tn. S dengan tingkat tampak skor tingkat kecemasan pasien 10 (tidak
kecemasan awal 15 (kecemasan ringan) setelah ada kecemasan). Assessment yaitu masalah
diberikan guide imagery selama 3 hari tingkat teratasi, planning yaitu pertahankan intervensi :
kecemasan menjadi 10 (tidak ada kecemasan). berikan terapi relaksasi dengan metode yang
Dalam pemberian guide imagery ini tidak ada tepat.
tanda-tanda adanya peningkatan intensitas
kecemasan. PEMBAHASAN
Kesimpulan dari peneliti yang telah
dilakukan pada kedua responden bahwa Berdasarkan hasil pengkajian terhadap
pemberian guide imagery efektif digunakan responden I dan II pada studi kasus tentang
untuk mengatasi kecemasan dimana skor tingkat “Penerapan Guide Imagery Untuk Mengatasi
kecemasan pada Tn. K awalnya 24 (kecemasan Kecemasan Pada Pasien Stroke” adalah
sedang) dan setelah dilakukan guide imagery munculnya berbagai gejala kecemasan.
pada hari pada hari ke 1 dengan skor 23 Kecemasan dapat diartikan sebagai kondisi
(kecemasan sedang), pada hari ke 2 sebelum emosi dan pengalaman subjektif individu
diberikan guide imagery yaitu skor 23 terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
(kecemasan sedang) dan setelah diberikan guide akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
imagery skor 21 (kecemasan sedang), pada hari individu melakukan tindakan untuk
ke 3 sebelum diberikan guide imagery skor 21 menghadapi ancaman (PPNI, Standar
(kecemasan sedang) dan setelah diberikan guide Diagnosa Keperaawtan Indonesia, 2017).
imagery skor 20 (kecemasan ringan). Kecemasan yang tidak ditangani dengan baik
Evaluasi yang diberikan pada Tn. K akan menyebabkan pengaruh buruk pada
berdasarkan diagnosa keperawatan yang individu. Gejala yang muncul pada kedua
ditegakkan yaitu kecemasan. Evaluasi dilakukan responden meliputi adanya perasaan cemas,
pada hari ke 3 yaitu pada tanggal 29 Juni 2021, tanda-tanda vital meningkat, gelisah, sedih,
dengan data subjektif : Pasien mengatakan cemas kekhawatiran, sulit berkonsentrasi, jantung
sedikit berkurang setelah diberikan terapi berdebar, merasa lemah, sulit tidur dan sering
relaksasi guide imagery setiap hari selama 3 hari. terbangun dimalam hari. Pada saat
Data objektif : Pasien mengikuti arahan dengan pengkajian raut wajah pasien terlihat tegang,
baik, tampak skor tingkat kecemasan pasien 20 sulit konsentrasi, suara gugup. Bahkan salah
(kecemasan ringan). Assessment yaitu masalah satu respon yaitu Tn. K mengatakan setiap
teratasi sebagian, planning yaitu pertahankan malam hari merasa cemas selalu berfikir
intervensi : berikan terapi relaksasi dengan buruk tentang penyakit yang dideritanya, Tn.
metode yang tepat. S merasa cemas takut apabila
Pada Tn. S dengan skor tingkat kecemasan
yang awalnya 15 (kecemasan ringan) dan setelah SIMPULAN DAN SARAN
diberikan guide imagery pada hari ke 1 dengan Berdasarkan hasil karya tulis ilmiah di
skor 15 (kecemasan ringan), pada hari ke dapatkan kesimpulan sebagai berikut:
2 sebelum diberikan guide imagery skor 12 Pemberian terapi relaksasi guide imagery
efektif dalam mengatasi kecemasan pasien

50
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079
e-ISSN 2685-1946

stroke. Terjadi perubahan tingkat kecemasan Esti Amira, R. J. (2020). Keperawatan


pada responden I dan II setelah diberikan Keluarga Askep Stroke. Padang:
terpai relaksasi guide imagery selama 3 hari. Pustaka Galeri Mandiri.
Pada responden I yaitu Tn.K sebelum
dilakukan terapi relaksasi guide imagery, Faizal Darmadi Nur, d. (2020). Efektivitas
tingkat kecemasan yang dialami pasien adalah Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
24 atau kecemasan sedang dan sesudah Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post
diberikan relaksasi guide imagery menjadi 20 Operasi : A Literatur Review. Alaudin
atau kecemasan ringan. Sedangkan responden Scientific Journal Of Nursing, Vol. 1
II Tn.S tingkat kecemasan yang dialami No. 1 Hal : 42-54.
pasien 15 atau kecemasan ringan dan sesudah
diberikanrelaksasi guide imagery menjadi 10 Femi, K. (2018). Hubungan Antara
atau tidak ada kecemasan Karakteristik, Tingkat Kecemasan, Dan
Saran Tenaga Kesehatan Dapat Ketergantungan Dengan Penerimaan
menerapkan guide imagery untuk mengatasi Diri Pasien Keterbatasan Gerak Akibat
kecemasan pada pasien stroke sehingga Stroke Di Rsud Kota Jakarta Utara.
perawatan terapi komplementer di bidang Journal Scientific Solutem, Vol 1 No 1.
keperawatan dapat dikenal dan memberikan
manfaat sebagai pencegahan dan pengobatan Gafur, H. (2015). Mahasiswa Dan Dinamika
alami. Dunia Kampus. Bandung: Cv. Rasi
Terbit.
DAFTAR PUSTAKA
Hanavy, B. A. (2017). Penerapan Terapi 5
Nies Mary,M. M.(2019). Keperwatan Jari Pada Pasien Psikosomatis Untuk
Kesehatan Komunitas Dan Keluarga. Mengurangi Kecemasan Di Klinik Dr.
Singapore: Elsevier. Bangunbdi Desa Kamulyan Kecamatan
Tambak. Jurnal Keperatawan
Afdila. (2016). Pengaruh Terapi Guide Muhammadiyah 1, 1-9.
Imagery Terhadap Tingkat Stress Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Hasriani, K. &. (2014). Gambaran Tingkat
Menyelesaikan Skripisi . (Doctoral Kecemasan Pada Pasien Stroke Iskemia
Dissertation : Universitas Airlangga). Di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota
Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti
Amila. (2020). Slow Stroke Back Tunas Husada, 12 (1). 10-21.
Massage (Ssbm) Dan Kecemasan
Pasien Stroke. Jurnal Teknologi Jihan, N. (2017). Pengaruh Terapi Guided
Kesehatan Dan Ilmu Sosial , Vol 2 No Imagery Terhadap Tingkat Stres Pada
2. Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam
Menyelesaikan Skripsi. Skripsi Tesis,
Dewi,L.I. (2016). Cre Your Self Stroke Http://Repository.Unair.Ac.Id/Id/Eprint
Cegah Dan Obati Sendiri. Jakarta: /50614.
Penerbad Swadaya.
Kustiawan Ridwan, H. R. (2014). Gambaran
Doenges, M. (2007). Rencana Asuhan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke
Keperawatan Psikiatri. Jakarta: Egc. Iskemik Di Ruang V Rumah Sakit
Umum Kota Tasikmalaya. Jurnal
Eka Malfasari, d. (2018). Faktor-Faktor Kesehatan Bakti Tunas Husada, Vol 12
Yang Mempengaruhi Kecemasan No 1.
Mahasiswa Dalam Menyelesaikan
Tugas Akhir Di Stikes Payung Negeri Kuswanto. (2020). Pembelajaran Pada Masa
Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia, 1-8. Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi
Pendidikan , Vol. 22 No. 1.

51
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 6 No.1 Januari 2022, Halaman 47-52 p-ISSN 2356-3079
e-ISSN 2685-1946

Lestari Ika, d. (2013). Pengaruh Latihan Turanjanin. (2012). Frequency Of Ischemia


Imajinasi Terpimpin Terhadap Stroke Subtype In Relation To Risk
Kecemasan Pasien Stroke Di Ruang Factors For Ischemia Stroke.
Perawatan Stroke Center Rsk Daerah Healthmed, 10, 3463-8.
Provinsi Sulawesi Selatan. Vol. 3 No. 2.
Wijaya, P. (2013). Keperawatan Medikal
Ppni. (2016). Diagnosis Keperawatan Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
Indonesia : Definisi Dan Indikasi Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Diagnostik. Jakarta: Dpp Ppni. Medika.

Ppni. (2018). Standar Luaran Keperawatan Zulfira, A. (2017). Kecemasan Dengan


Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil Kualitas Hidup Pada Pasien Stroke
Keprawatan. Jakarta: Dpp Ppni. Anxiety And Quality Life Of Ptient
With Stroke.
Ppni. (2018). Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dpp
Ppni.

Ri, K. (2018). Hasil Utama Riskesdes 2018.


Jakarta: Kemenkes Ri. Rikiyani,

A. (2010). Hubunganjenis Stroke Dengan


Kecemasan Pada

Caregiver Pasien Stroke Di Rsud Dr.


Moewardi Surakarta. Kedokteran
Https://Digilib.Uns.Ac.Id/Dokumen/De
tail/18215/Hubungan- Jenis-Stroke-
Dengan-Kecemasan-Pada-Caregiver-
Pasien-Stroke-Di-Rsud- Dr-Moewardi-
Surakarta.

Riskesdas.(2013).Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas).Available From:
Http://Www.Litbang.Depkes.Go.Id/Stie
s/Download/Materi_Pertemuan/Launch
Riskesdas/Riskesdas%20Launching%2
0Kabadan.Pdf.

Saryono. (2010). Kumpulan Instumen


Penelitian Kesehatan . Bantul: Nuha
Medika.

Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf.


Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Shaddri Issrahli, d. (2018). Penggunaan


Teknik Guided Imagery Terhadap
Tingkat Kecemasan Siswa Mengikuti
Aktivitas Konseling Kelompok. e-
Journal, Vol. 1 No. 3 68-78.

52

Anda mungkin juga menyukai