Anda di halaman 1dari 9

Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 2, November 2020

Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu


Sosial
SLOW STROKE BACK MASSAGE (SSBM) DAN
KECEMASAN PASIEN STROKE

1
Amila, 2Evarina Sembiring
1
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia
2
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia

email : mila_difa@yahoo.co.id

Abstrak
Ansietas dan depresi merupakan gangguan psikologis yang sering dialami pasien stroke fase akut yang
dapat disebabkan oleh gangguan serebral atau merupakan reaksi psikologis. Salah satu intervensi
keperawatan untuk menurunkan kecemasan adalah slow stroke back massage (SSBM). SSBM
bermanfaat meningkatkan level dari serotonin, mengurangi efek psikis dari stres dan mengurangi
resiko seperti hipertensi. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh slow stroke back
massage terhadap kecemasan pasien stroke. Desain penelitianadalah quasi experiment dengan
pendekatan control group pre test post test pada 29 responden yang terbagi menjadi 15 orang
kelompok kontrol dan 14 orang kelompok intervensi yangdidapatkan melalui consecutive sampling.
Kelompok intervensi diberikan slow stroke back massage setiap hari 10 menit selama 3 hari dan terapi
anti hipertensi, sedangkan kelompok kontrol mendapat terapi anti hipertensi. Instrumen penelitian
untuk menilai kecemasan menggunakan STAI. Hasil uji statistik Mann Whitneymenunjukkan tidak
ada pengaruh SSBM terhadap kecemasan pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi Medan (p>0.05).
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan SSBM dan Progressive
Muscle Relaxation (PMR) terhadap kecemasan pasien stroke.

Kata kunci : Slow stroke back massage, kecemasan,stroke

1. PENDAHULUAN prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan


Stroke merupakan penyakit atau diagnosa tenaga kesehatan adalah 12,1%
gangguan fungsional otak berupa (2013)sedang pada tahun 2018 prevalensi
kelumpuhan saraf (defisit neurologik) stroke berdasarkan diagnosa tenaga
akibat terhambatnya aliran darah ke otak kesehatan sebesar 10,9%, namun
secara mendadak dan akut yang meningkat dibandingkan pada tahun 2007
berlangsung lebih dari 24 jam, karena yakni 8,3%.Berdasarkan diagnosis tenaga
adanya perdarahan ataupun sumbatan pada kesehatan prevalensi stroke di Sumatera
bagian otak yang dapat menyebabkan Utara didapatkan sebesar 6,6% tahun 2013
kematian. Stroke umumnya dikenal dua meningkat menjadi 9,7% tahun 2018.
macam yaitu stroke hemoragik disebabkan Selain itu diperkirakan sekitar 500.000
oleh pecahnya pembuluh darah di otak penduduk terkena stroke setiap tahunnya.
sedangkan stroke non hemoragik atau Dari angka tersebut, 25% atau 125.000
iskemik merupakan stroke yang terjadi jika orang diantaranya meninggal, dan sisanya
aliran darah ke otak terhambat atau cacat ringan hampir setiap hari (Pdpersi,
tersumbat(Junaidi, 2011). 2010).).
Menurut American Heart Association Stroke menyebabkan gangguan
(2010), strokemenyumbangsekitarsatu motorik, gangguan komunikasi verbal,
darisetiap18kematiandiAmerikaSerikatpad gangguan persepsi, kerusakan fungsi
a tahun2006. Berdasarkan hasil Riset kognitif dan gangguan psikologis serta
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, disfungsi kandungkemih. Stroke dapat
1
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
menyisakan kelumpuhan, terutama pada 7.9% mengalami ansietas dan depresi.
sisi yang terkena, timbul nyeri, sublukasi Kondisi kehidupan, skor MMSE <26 dan
pada bahu, pola jalan yang salah dan masih BI <90 memiliki hubungan yang signifikan
banyak kondisi yang perlu dievaluasi oleh dengan ansietas (Fure, Wyller, Engedal, &
perawat(Smeltzer & Bare, 2013).Orang Thommessen, 2006).
yang telah mengalami serangan stroke Ketika pasien mengalamipenyakit
lebih mudah terkena serangan ulang stroke yang serius dapat menimbulkan berbagai
dan dampaknya lebih parah dari serangan reaksi psikologis seperti marah, ansietas
pertama dimana angka kematian dan atau berduka. Kondisi ini membutuhkan
kecacatan lebih tinggi (Amila, Sinaga, & terapi psikologis dari tim yang
Sembiring, 2019).Kondisi ini dapat memberikan perawatan pada pasien stroke.
menimbulkan terjadi stres bahkan depresi Bukan hanya psikolog yang memberikan
setelah terjadinya stroke, sehingga terapi psikologis pada pasien, tetapi
membutuhkan perawatan yang lama. seluruh profesi yang terlibat dalam
Pasien yang membutuhkan perawatan pasien stroke. Terapi psikologis
perawatan yang lama dapat mengalami dapat berupa edukasi, informasi, dukungan
berbagai respon psikologis. Pasien stroke dan advokasi (Gurr, 2009). Jika reaksi ini
memiliki perasaan negatif tentang diri berkepanjangan akan menghambat proses
mereka, penurunan aktivitas sosial, dan rehabilitasi (Gurr, 2009).
gangguan psikologis (Ellis & Horn, 2000). Salah satu terapi non farmakologis
Selama dirawat di rumah sakit, pasien yang dapat digunakan untuk mengurangi
stroke mengalami stress atau gangguan gejala ansietas adalah terapi massage
psikologis dengan berbagai tingkatan. (Reif, Field, Krasnegor, Theakston,
Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan Hossain, Burman, 2000).
aliran darah yang menurunkan sintesis Massasemerupakan salah satu terapi
monoamin sehingga menurunkan serotonin komplementer dalam praktik keperawatan
yang merupakan neurotransmitter untuk (Mok & Woo, 2004). Back massage
mempertahankan keadaan emosi tetap merupakan jenis massage yang sering
stabil (Cass, 2008). dilakukan oleh perawat (Ollney, 2007).
Penurunan serotonin menyebabkan Salah satu jenis massaseadalah slow stroke
gangguan suasana hati, tidur dan nafsu back massage (SSBM). SSBM dalam
makan (Schub & Caple, 2010). Gangguan praktik keperawatan berbeda dengan
suasana hati dimanifestasikan dengan massage yang dilakukan pada terapi
marah, frustasi, putus asa dan sering komplementer. SSBM merupakan jenis
menyebabkan depresi (Green & King, Swedish massage yang dikenal sebagai
2007).Stres psikologis merupakan effleurage dengan menggunakan tekanan
pengalaman yang sangat individual yang yang lemah dan agak lama (Harris &
berkontribusi terhadap penyakit (Welch, Richards, 2010).
2008). Tujuan massase adalah menimbulkan
Insiden gangguan psikologis pada relaksasi otot, merangsang peredaran darah
pasien stroke belum banyak dilaporkan. dan drainage limfatik (Ollney, 2007),
Ansietas dan depresi merupakan gangguan menurunkan nyeri, ansietas dan
psikologis yang sering dialami pasien ketegangan (Bauer et al., 2010). Meskipun
stroke fase akut yang dapat disebabkan massase merupakan suatu intervensi
oleh gangguan serebral atau merupakan keperawatan tradisional yang sudah
reaksi psikologis. Dari 169 pasien stroke dikenal cukup lama, namun terapi massage
iskemik yang telah dirawat selama 3-7 belum dilaksanakan di ruangan. Jenis
hari, 26.4% pasien dilaporkan mengalami massage yang aman digunakan dengan
ansietas, 14.0% mengalami depresi dan kontraindikasi yang sangat minim adalah
3
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
slow-stroke back massage (Harris & SSBM digambarkan oleh Elizabeth
Richards, 2010). (1966, dalam Mok & Woo, 2004)
Massasedapat menyebabkan relaksasi merupakan tekanan ritme lambat dengan
akibat stimulasi taktil jaringan tubuh yang menggunakan tangan. Efektifitas
menimbulkan respon neurohormonal massasedapat menyebabkan relaksasi yang
kompleks di hipothalamic-pituitary axis dapat dinilai dengan tanda-tanda vital,
(HPA) melalui lintasan sistem saraf pusat. perasaan yang dilaporkan oleh pasien
Stimulasi didistribusikan melalui korteks, ataupun menggunakan instrumen (Mok &
midbrain dan diinterpretasikan dengan Woo, 2004).
respon relaksasi. Interpretasi positif Indikator relaksasi sebagai tujuan dari
stimulasi taktil dengan slow- stroke back slow stroke back massage adalah tekanan
massage meningkatkan sekresi darah, denyut nadi, temperatur tangan dan
kortikotropin dari HPA. Kortikotropin respon verbal. Sedangkan indikator
akan menurunkan sekresi hormon psikologis slow-stroke back massage
adrenokortikotropik dan kortisol sehingga adalah 20 pertanyaan menggunakan
terjadi relaksasi (Harris, 2009). Spielberger Self-Evaluation Questionnaire
Stimulasi sensorik berulang saat (STAI) (Harris & Richards, 2010).
massage akan merubah sirkuit neuron yang Hasil penelitian yang dilakukan Mok
dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf & Woo (2004) yang meneliti tentang
otonom seperti tekanan darah. Selain pengaruh slow-stroke back massage
mempengaruhi stimulasi sensorik, (SSBM) terhadap ansietas dan nyeri bahu
massasedapat mempengaruhi mekanisme pada pasien stroke, dilaporkan bahwa
psikologis seperti emosi dan respon SSBM 10 menit selama 3 hari berturut-
perasaan selama massasediatur oleh sistem turut dapat menurunkan persepsi nyeri dan
limbik yang memiliki koneksi yang dekat ansietas.
dengan sirkuit saraf otonom dan Fenomena yang ditemukan dilapangan
mengurangi aktivitas simpatis (Aourell, bahwa pada umumnya pasien stroke yang
Skoog, Carleson, 2005). dirawat jarang melakukan latihan relaksasi.
Massase sama efektif dengan Perawat lebih berfokus kepada terapi
progressive muscle relaxation (PMR) farmakologi serta nonfarmakologi lainnya.
dalam menurunkan ansietas pada Berdasarkan pengamatan peneliti di RSUD
hipertensi. Penelitian ini dilakukan Dr. Pirngadi, SSBM belum pernah
terhadap 30 responden dengan rerata usia dilakukan oleh perawat sebagai terapi
51.6 tahun dan mendapatkan pengobatan untuk menurunkan kecemasan pada pasien
yang bermacam-macam berupa beta paska stroke, padahal SSBM adalah
blocker, calcium channel blocker, tindakan yang dapat dilakukan perawat dan
antikoagulan dan ACE inhibitor. Kedua SSBM merupakan salah satu tindakan yang
kelompok melaporkan adanya penurunan telah diakui sebagai salah satu tindakan
ansietas, namun penurunan tingkat depresi keperawatan dalam Nursing Intervention
hanya dilaporkan pada pasien yang Classification (Dochtermen & Bulechek,
mendapatkan terapi massase. (Reif, Field, 2004). Selain itu SSBM mudah dipelajari
Krasnegor, Theakston, Hossain, & dapat diberikan oleh perawat dengan
Burman, 2000). Mekanisme slow stroke latihan rutin, cepat, biaya murah dan
back massage yaitu meningkatkan efektif untuk mengatasi berbagai gejala
relaksasi dengan menurunkan aktivitas fisiologik dan psikologi.
saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas Tujuan penelitian ini adalah
saraf parasimpatis sehingga terjadi mengidentifikasi pengaruh SSBM terhadap
vasodilatasi diameter arteriol (Cassar, kecemasan pasien stroke di RSUD Dr.
2004). Pirngadi Medan.
4
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
mempertahankan keadaan emosi tetap
2.TINJAUAN PUSTAKA stabil (Cass, 2008). Penurunan serotonin
2.1 Konsep Stroke menyebabkan gangguan suasana hati, tidur
Black and Hawks (2009), dan nafsu makan (Schub & Caple, 2010).
mendefinisikan bahwa stroke adalah suatu Gangguan suasana hati dimanifestasikan
kondisi yang digunakan untuk menjelaskan dengan marah, frustasi, putus asa dan
perubahan neurologik yang disebabkan sering menyebabkan depresi (Green &
oleh gangguan dalam sirkulasi darah ke King, 2007). Stres psikologis merupakan
bagian otak. Stroke dibagi menjadi dua pengalaman yang sangat individual yang
yaitu stroke iskemik dan hemoragik. berkontribusi terhadap penyakit (Welch,
Berbagai faktor risiko terjadinya 2008).
stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus, Dari 169 pasien stroke iskemik
kenaikan kadar kolesterol, merokok, yang telah dirawat selama 3-7 hari, 26.4%
pemakaian alcohol, penyakit jantung, diet pasien dilaporkan mengalami ansietas,
dan nutrisi, aktivitas fisik, kegemukan dan 14.0% mengalami depresi dan 7.9%
drug abuse, usia, jenis kelamin, ras dan mengalami ansietas dan depresi. Kondisi
factor keturunan (Mackay & Mansyah kehidupan, skor MMSE <26 dan BI <90
2004 dalam Lawrence, 2009); Iskandar, memiliki hubungan yang signifikan dengan
2003; Lewis et al, 2007; Black & ansietas (Fure, Wyller, Engedal, &
Hawks,2009). Thommessen, 2006).
Dampak yang terjadi pada pasien
stroke, seperti kehilangan motorik, 2.3Fisiologi Massase terhadap
gangguan komunikasi, persepsi, gangguan Kecemasan
hubungan visual – spasial, kehilangan Massasedapat menyebabkan
sensori, kerusakan fungsi kognitif dan efek relaksasi akibat stimulasi taktil jaringan
psikologik dan disfungsi kandung kemih tubuh yang menimbulkan respon
(Smeltzer & Bare, 2002). Kondisi ini dapat neurohormonal kompleks di hipothalamic-
menimbulkan terjadi stres bahkan depresi pituitary axis (HPA) melalui lintasan
setelah terjadinya stroke, sehingga sistem saraf pusat. Stimulasi
membutuhkan perawatan yang lama. didistribusikan melalui korteks, midbrain
dan diinterpretasikan dengan respon
2.2 Kecemasan pada Stroke relaksasi. Interpretasi positif stimulasi
Ansietas merupakan perasaan was- taktil dengan slow- stroke back massage
was atau khawatir atau tidak nyaman meningkatkan sekresi kortikotropin dari
seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan HPA. Kortikotropin akan menurunkan
sebagai ancaman (Community Mental sekresi hormon adrenokortikotropik dan
Health Nursing, 2006). kortisol sehingga terjadi relaksasi (Harris,
Ansietas dan depresi merupakan 2009).
gangguan psikologis yang sering dialami Stimulasi sensorik berulang saat
pasien stroke fase akut yang dapat massage akan merubah sirkuit neuron yang
disebabkan oleh gangguan serebral atau dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf
merupakan reaksi psikologis. Selama otonom seperti tekanan darah. Selain
dirawat di rumah sakit, pasien stroke mempengaruhi stimulasi sensorik,
mengalami stres atau gangguan psikologis massasedapat mempengaruhi mekanisme
dengan berbagai tingkatan. Keadaan ini psikologis seperti emosi dan respon
dapat terjadi akibat gangguan aliran darah perasaan selama massasediatur oleh sistem
yang menurunkan sintesis monoamin limbik yang memiliki koneksi yang dekat
sehingga menurunkan serotonin yang dengan sirkuit saraf otonom dan
merupakan neurotransmitter untuk
5
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
mengurangi aktivitas simpatis (Aourell, tengkorak, tekan lembut ke bawah pada
Skoog, Carleson, 2005). tulang belakang mencapai pinggang diikuti
oleh tangan yang kedua dan tangan
3. METODE PENELITIAN pertama kembali ke dasar tengkorak;
Penelitian ini menggunakan desain tempatkan tangan di sisi leher di bawah
quasi eksperimental dengan pendekatan telinga, tekan lembut ke bawah dan ibu jari
control group pre testpost test melewati bahu; tempatkan kedua ibu jari di
designdengan jumlah sampel15 kontrol sisi tulang belakang dimulai dari bahu dan
dan 14 intervensi yang ditetapkan dengan gerakkan ibu jari ke bawah sampai
conseutive sampling. Kelompok intervensi pinggang. Ulangi beberapa kali; terakhir
diberikan slow stroke back massage dan letakkan telapak tangan disisi leher tekan
terapi antihipertensi, sedangkan kelompok lembut kebawah ke arah bahu, kemudian di
kontrol mendapat terapi antihipertensi. bagian belakang dekat tulang belakang,
Kriteria inklusi dalam penelitian ini lakukan beberapa kali.Kelompok
adalah : stroke iskemik dan stroke intervensi diberikan kombinasi SSBM dan
hemoragik, kesadaran komposmentis dan terapi antihipertensi. Pelaksanaan SSBM
bersedia menjadi responden. Sedangkan dilakukan selama 3 hari berturut – turut
kriteria eksklusi dalam penelitian ini dalam waktu 10 menit pada jam 18.00
adalah : mengalami peningkatan tekanan untuk mecegah efek obat
intrakranial (adanya muntah proyektil, antihipertensi.SSBM dilakukan 1 kali
pusing, tekanan darah tidak stabil, sehari Peneliti melakukan pengukuran
penurunan kesadaran), perburukan kondisi, kecemasan responden menggunakan
pasien mengalami gangguan penyakit kulit kuesioner STAI.Data ini digunakan
atau penyakit keganasan pada tulang sebagaipretest. Evaluasi pada kelompok
belakang, luka/cedera tulang belakang dan intervensi dilakukan 5 menit setelah terapi
gangguan kognitif berat. masase dilakukan. Setelah massase
Instrumen untuk mengukur diberikan selama 3 hari, dilakukan
kecmasan menggunakan STAI (State Treat pengukuran kecemasan responden. Data ini
Anxiety Inventory) yang terdiri dari 20 item digunakan sebagai posttest
dan telah dikembangkan oleh Spielbedger Pada kelompok kontrol hanya
et al. Skor STAI berada pada rentang 20 – diberikan terapi antihipertensi. Peneliti
80, bila lebih tinggi menunjukkan melakukan pengukuran kecemasan
kecemasan yang lebih tinggi (Tilton, responden. Data ini digunakan sebagai
2008). STAI merupakan kuesioner yang pretest. Pada kelompok kontrol tidak
valid dan reliabel dan telah digunakan oleh diberikan SSBM. Setelah 3 hari, dilakukan
beberapa peneliti untuk mengukur pengukuran kembali kecemasan
kecemasan. responden. Data ini sebagai posttest. Pada
SSBM digambarkan oleh Elizabeth hari ke 3 pasien juga diberikan terapi
(1966 dalam Mok & Woo, 2004) massase untuk memberikan keadilan pada
menggunakan teknik effleurage yang kelompok kontrol.
merupakan tekanan ritme lambat dengan Pelaksanaan penelitian dilakukan
menggunakan tangan. Prosedur SSBM setelah mendapat izin penelitian tertulis
adalah: pasien dalam posisi duduk, atau dari Kepala bidang diklat RSUD Pirngadi
membungkuk dengan menggunakan Medan. Penelitian dilakukan dengan
bantal, atau tidur dengan posisi prone; menekankan masalah etika dengan
letakkan kedua tangan di atas bahu, memperhatikan aspek–aspek self
tempatkan ibu jari di bawah dasar determination, privacy and anonymity,
tengkorak, buat gerakan sirkuler di leher benefience, maleficience, justice.
bagian atas; tempatkan 1 tangan di dasar
6
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
Analisa data yang digunakan adalah adalah 72 tahun.Rata-rata usia kelompok
uji Mann Whitneyuntuk mengetahui intervensi adalah 55,71 (SD = 9,659)
perbedaan kecemasan antara kelompok dengan usia terendah adalah 41 tahun dan
kontrol dan kelompok intervensi usia tertinggi adalah 75 tahun. Rata-rata
karenadata tidak berdistribusi normal. tingkat kecemasan kelompok kontrol
adalah 53,33 (SD = 5,273) dengan tingkat
3.HASIL DAN PEMBAHASAN kecemasan terendah adalah 48 dan
3.1 Hasil Penelitian tertinggi adalah 65. Rata-rata tingkat
Berdasarkan hasil analisis tabel 1 kecemasan kelompok intervensi adalah
didapatkan data seluruh 57,86 (SD = 8,734) dengan tingkat
respondenmemiliki stroke iskemik yaitu 29 kecemasan terendah adalah 48 dan
orang (100%). Karakteristik responden tertinggi 76.
berdasarkanjenis kelamin sebagian besar Berdasarkan hasil analisis tabel 3
responden memiliki jenis kelamin laki-laki didapatkan rata-rata tingkat kecemasan
yaitu 23 orang (79.31%).Berdasarkan sebelum intervensi pada kelompok kontrol
tingkat pendidikan, sebagian besar adalah 55,27 (SD =6,442) dan sesudah
responden memiliki pendidikan SMA yaitu intervensi pada kelompok control adalah
19 orang (65.52%). Berdasarkan frekuensi 53,33 (SD= 5,273). Rata-rata tingkat
serangan stroke, menunjukkan bahwa dari kecemasan sebelum intervensi pada
29 orang responden, sebagian besar kelompok intervensi adalah 58 (SD
responden mengalami serangan stroke =7,686) dan sesudah intervensi pada
pertama yaitu 24 orang (82.76%). kelompok intervensi adalah 57,86 (SD=
Berdasarkan hasil analisis tabel 2 8,734). Hasil uji statistik menunjukkan
didapatkanrata-rata usia kelompok kontrol tidak ada pengaruh kecemasan sebelum
adalah 54,07 (SD = 11,87) dengan usia dan sesudah intervensi selama 3 hari, baik
terendah adalah 34 tahun dan usia tertinggi pada kelompok kontrol maupun intervensi.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Stroke, Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan, Jumlah Serangan Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Kontrol (n=15) Intervensi (n=14) Total
Variabel Σ % Σ % Σ %
Jenis Stroke
Iskemik 15 100 14 100 29 100
Total
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 80.0 11 78.6 23 79..31
Perempuan 3 20.0 3 21.4 6 20.69
Total 15 100 14 100 29 100
Tingkat Pendidikan
SD - - 1 7.1 1 3.45
SMP 4 26.7 1 7.1 5 17.24
SMA 9 60.0 10 71.4 19 65.52
PT 2 13.3 2 14.3 4 13.79
Total 15 100 14 100 29 100
Jumlah Serangan Stroke
Serangan Pertama 12 80.0 12 85.7 24 82.76
Serangan Kedua dan 3 20.0 2 14.3 5 17.24
Seterusnya
7
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
Total 15 100 14 100 29 100

Tabel 2.Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Kecemasan Pasien Stroke di RSUD
Dr. Pingadi Medan (n= 29)
Variabel N Mean SD Min. Mak. 95% CI

Umur

Kontrol 15 54,07 11,871 34 72 47,49 – 60,64


Intervensi 14 55,71 9,659 41 75 50,14 – 61,29
Tingkat Kecemasan
Kontrol 15 53,33 5,273 48 65 50,41 – 56,25
Intervensi 14 57,86 8,734 48 76 52,81 – 62,90

Tabel 3.Hasil Analisis Perbandingan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan
SSBM Antara Kelompok Kontrol dan Intervensi Pada Pasien Stroke
Variabel N Mean SD SE p value
Kontrol
Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi 15 55,27 6,442 1,663
0,074
Tingkat Kecemasan Sesudah Intervensi 15 53,33 5,273 1,362
Intervensi
Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi 14 58,00 7,686 2,054
0,894
Tingkat Kecemasan Sesudah Intervensi 14 57,86 8,734 2,334

3.2 Pembahasan dengan penyakitnya.Kortisol dan


Hasil penelitian ini menunjukkan tidak katekolamin merupakan hormon yang
ada pengaruh kecemasan sebelum dan dilepaskan sebagai respon stress yang
sesudah intervensi selama 3 hari, baik pada berhubungan dengan ansietas dan memiliki
kelompok kontrol maupun intervensi. korelasi positif dengan tekanan darah.
Masih meningkatnya kecemasan pada Meskipun pasien mengalami
pasien strokedapat disebabkan karena peningkatan kecemasan, namun skor
pasien hipertensi merupakan faktor utama ansietas tidak ada yang melebihi 80. Skor
stroke (Misbach, 2011, Black & Hawks, STAI berada pada rentang 20 – 80, bila
2009). Menurut Pinto & Caple, (2010), lebih tinggi menunjukkan kecemasan yang
bahwa sekitar 70% pasien stroke lebih tinggi (Tilton, 2008). Kondisi
mengalami peningkatan tekanan darah. kehidupan, fungsi kognitif dan
Dari 169 pasien stroke iskemik yang ketidakmampuan fungsional mempunyai
telah dirawat selama 3-7 hari, 26.4% hubungan yang signifikan dengan ansietas
pasien dilaporkan mengalami ansietas, (Fure, Wyller, Engedal & Thommessen,
14.0% mengalami depresi dan 7.9% 2006).
mengalami ansietas dan depresi. Kondisi Walaupun secara statistik tidak ada
kehidupan, skor MMSE <26 dan BI <90 hubungan signifikan antara SSBM dengan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kecemasanpada kelompok intervensi dan
ansietas (Fure, Wyller, Engedal, & kelompok kontrol, namun responden
Thommessen, 2006). melaporkan lebih rilaks setelah dilakukan
Hasil observasi didapatkan pasien back massage. Back massage merupakan
suka melamun, kadang-kadang menangis, tindakan non invasif yang efektif untuk
merasa tidak berdaya dan tidak berguna
8
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
meningkatkan relaksasi dan komunikasi patients. Journal of Advanced Nursing
dengan pasien (Fraser & Kerr, 1993). 18, 238–245.
Menurut Kaplan dan Saddock Fure, B., Wyller, T. B., Engedal, K., &
(1998) serta Tarwoto dan Wartonah (2003) Thommessen, B. (2006). Emosional
faktor yang mempengaruhi ansietas adalah symptoms in acute ischemic stroke. Int
potensi stressor, maturitas, status J Geriatr Psychiatry, 21, 382-387.
pendidikan, keadaan fisik, tipe Harris, M. (2009). The effects of slow-
kepribadian, lingkungan atau situasi, umur stroke back massage on the sleep of
dan jenis kelamin. persons with dementia in the nursing
home: A pilot study. Dissertation,
4. KESIMPULAN UMI Microform 3357546.
Berdasarkan hasil penelitian Harris, M., & Richards, K. C. (2010). The
didapatkan tidak ada pengaruh SSBM physiological and psychological effect
dengan kecemasan pasien stroke di Ruang of slow-stroke back massage and hand
Neurologi RSUD Dr. Pirngadi massage on relaxation in older people.
Medan.Perlu dilakukan penelitian Journal of Clinical Nursing, 19, 917-
selanjutnya dengan jumlah sampel yang 926.
lebih besar dan membandingkan efektifitas Holland, B., Marie, E., & Pokorny. (2001).
SSBM dengan Progressive Muscle Slow stroke back massage: its effect
Relaxation (PMR) dalam menurunkan on patients in a rehabilitation setting.
kecemasan. Rehabilitation Nursing. Volume 26.
Issue 5 182-186.
Iskandar, J. (2011). Stroke waspadai
DAFTAR PUSTAKA
ancamannya. Yogyakarta: Cv andi
Amila, A., Sinaga, J., & Sembiring, E. offset.
(2019). Pencegahan Stroke Berulang Kementerian Kesehatan Republik
Melalui Pemberdayaan Keluarga Dan Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar
Modifikasi Gaya Hidup. Jurnal (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
Abdimas, 22(2), 143-150. Penelitian dan Pengembangan
Aourell, M., Skoog, M., Carleson, J. Kesehatan. Diakses dari:
(2005). Effects of Swedish massage on https://www.kemkes.go.id/resources/do
blood pressure. Complementary wnload/general/Hasil%20Riskesdas%20
Therapies in Clinical Practice, 11, 2013.pdf
242-246. Kementerian Kesehatan Republik
Bauer, B. A., Cutshall, S. M., Wentworth, L. Indonesia. (2018). Hasil Utama Laporan
J., Engen, D., Messner, P., Wood, C. Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
M., et al. (2010). Effect of massage Kesehatan Republik Indonesia. Diakses
therapy on pain, anxiety, and tension dari:
after cardiac surgery: A randomized https://www.kemkes.go.id/resources/do
study. Complementary Therapies in wnload/info-terkini/hasil-riskesdas-
Clinical Practice, 16, 70–75. 2018.pdf
Davis, G. (2006). Blood pressure: anatomy Lewis., Heitkemper., Dirksen., Camera., &
and physiology in relation to drug Bucher. (2011). Medical surgical
therapies. Nurse Prescribing, 4 (9), nursing. (8th ed.). St.Louis :
358-364. Missouri.Mosby-Year Book,
Fraser J & Kerr J. (1993). Incorporation.
Psychophysiological effects of back Meek, S. S. (1993). Effects of slow stroke
massage on elderly institutionalized back massage on relaxation in hospice

9
Jurnal TEKESNOS Vol 2 No 1 01 Mei tahun 2020
Jurnal Teknologi, Kesehatan dan Ilmu
Sosial
clients. Journal of Nursing
Scholarship, 25 (1), 17-21.
Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi.
Jakarta : Salemba Medika.
Mok, E., & Wo, C. P. (2004). The effects of
slow-stroke back massage on anxiety and
soulder pain in elderly stroke patients.
Complementary Therapies in Nursing &
Midwifery, 10, 209-216.
Olney, CM. (2007). Back massage: Long
term effects and dosage determination
for persons with pre-hypertension and
hypertension. Theses and
Dissertations, Paper 2307.
Pdpersi (2010). Stroke peringkat pertama
penyebab Kematian di Indonesia.
http://www.pdpersi.co.id/?show=detail
news&kode=5621&tbl=cakrawaladipe
roleh tanggal 20 Mei 2013.
Pinto, S., & Caple, C. (2010). Stroke : risk
and protective factors. Glendale,
California : Information System.
Reif, M. H., Field, T., Krasnegor, J.,
Theakston, H., Hossain, Z., &
Burman, I. (2000). High blood
pressure and associated symptoms
were reduced by massage therapy.
Journal of body work and movement
therapies, 4 (1), 31-38.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013).
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC
Soertidewi & Jannis. (2011). Unit stroke.
Manajemen stroke secara
komprehensif. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Welch, R. (2008). Considering the
psychological effects of stroke. British
Journal of Healthcare Assistants, 02
(07), 335-338.

10

Anda mungkin juga menyukai