Inervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebagian besar berasal dari saraf
trigeminal. Inflamasi steril pada bangunan peka nyeri intrakranial maupun ekstrakranial
menyebabkan pelepasan berbagai mediator inflamasi oleh makrofag seperti IL-1 IL-6, tumor
necrosis factor alpha (TNF alfa), nerve growth factor (NGF). Selain itu sel saraf yang rusak
melepaskan ATP dan proton, dansel mast melepaskan histamin, prostaglandin E2, serotinin,
asam arakhidonat, pituitary adeylate cyclase activating peptide (PACAP), Nitric oxide (NO),
bradikinin dan ATP. Adanya inflamasi ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang
memicu keluarnya protein plasma, peptida vasoaktif calcitonin generelated protein (CGRP),
substansi P, dan neurokinin A dan L glutamat dari ujung saraf. Semua substansi ini dapat
menyebabkan sensitisasi nosiseptor meningeal dan saraf trigeminal.
RAngsangan pada bangunan peka nyeri yang terletak di tentorium serebeli maupun
diatasnya akan menimbulkan rasa nyeri menjalar pada daerah di depan batas garis ventrikel
yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (frontotemporal dan
parietal anterior). Sedangkan rangsangan bangunan peka nyeri di bawah tentorium serebeli,
yaitu pada fossa kranii posterior, radiks servikalis bagian atas dan cabang-cabang perifernya
akan menimbulkan nyeri di pada bagian oksipitalis, suboksipital dan servikal bagian atas. Nyeri
ini akan ditransmisikan oleh saraf V, VII, IX, X dan saraf spinal C1, C2 dan C3. Kadang-kadang
radiks servikalis bagian atas dapat menjalarkan nyeri ke frontal dan mata ipsilateral melalui
refleks trigeminoservikal. Refleks trigeminoservikal merupakan refleks polisinaptik melalui
nukleus spinal N. trigeminal yang mencapai motor neuron saraf servikal, sehingga rasa nyeri di
daerah leher dapat dirasakan sampai ke kepala atau sebaliknya.
Sumber :
Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Edisi V. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Pengobatan Fisik
Edukasi
Keluarga ikut meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan
adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
Keluarga ikut membantu mengurangi kecemasan atau depresi pasien, serta
menilai adanya kecemasan atau depresi pada pasien.
Sumber:
Sumber:
9. Apa saja penilaian intensitas nyeri yang bisa digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan
keluhan nyeri?
Jawab :
a. VAS (Visual Analogue Scale)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri
yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter (Gambar). Tanda
pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. 7 Ujung
yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri
terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga
dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien
anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat
mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak
bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta
kemampuan konsentrasi.
b. NPS (Numeric Pain Scale)
Skala intensitas numerik ini yang sering kali digunakan untuk menilai derajat
nyeri. Penderita akan menilai nyeri dengan menggunakan skala ini dari 0-10. Skala
ini paling efektif dan mudah untuk digunakan saat mengkaji intenitas nyeri sebelum
dan selepas pengobatan.
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik
4-6 : nyeri sedang. Pasien mendesis, menyeringai, dapat mendeskripsikan, mengikut
perintah dengan baik dan menunjukkan lokasi nyeri.
7-9 : nyeri berat. Pasien tekadang tidak dapat mengikut perintah namun masih bagus
dalam merespon tindakan, dapat mengalokasikan nyeri, tidak dapat mendeskripsikan,
distraksi dan tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
10 : nyeri sangat berat dan pasien tidak bisa berkomunikasi.
c. Face Scale
Faces Pain Rating Scale Metode pengkajian skala nyeri FPRS ini
menyajikan gambar dari 6 ekspresi wajah yang berbeda yang menggambarkan
berbagai emosi. Skala ini mungkin berguna dalam anak-anak, pada pasien yang
memiliki gangguan kognitif ringan sampai sedang.
d. FLACC
KRITERI SKOR SKOR - SKOR –
A -0 1 2
Face Tidak Terkadan Dagu
ada g sering
ekspresi meringis, bergetar,
atau menarik rahang
senyum diri, dan mengeras
tidak
tertarik
Legs Posisi Gelisah, Menendan
normal tegang g, atau
atau kaki
rileks diangkat
Activity Berbari Menggeli Melengku
ng, at, ng, kaku,
posisi bergerak menyenta
normal maju k
mundur,
tegang
Cry Tidak Erangan Menangis
menang dan terus;
is merintih; berteriak
(bangun menangis atau
atau sesekali menangis
tidur) terisak-
isak,
sering
mengeluh
Consolabi Tenang, Tenang Sulit
lity rileks dengan untuk
sentuhan, ditenangk
pelukan, an atau
diajak didiamkan
bicara;
mudah
teralihka
n
Sumber :
Kurniati, A., Trisyani, Y., Theresia, S.I.M. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana Sheehy. Singapore: Elsevier
Marandina, B. A. 2014. Pengkajian Skala Nyeri di Ruang Perawatan Intensive Literatur
Review. Jurnal Bambang. Vol. 1 (1). Viewed on April 1th 2021. From :
http://cdn.stikesmucis.ac.id/JURNAL_BAMBANG.pdf
Migren
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik
umum dan neurologis. Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-3
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
a) Lokasi unilateral
b) Kualitas berdenyut
c) Intensitas nyeri sedang atau berat
d) Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
a) Nausea dan atau muntah
b) Fotofobia dan fonofobia
Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient ischemic
attack harus dieksklusi
Kluster
1) Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4.
2) Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang berlangsung
antara 15-180 menit jika tidak ditangani.
3) Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
a) Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
b) Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
c) Edema palpebra ipsilateral
d) Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral § Miosis dan/atau ptosis
ipsilateral
e) Gelisah atau agitasi
f) Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
4) Tidak berhubungan dengan kelainan lain
Catatan;
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Episodik:
1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
2) Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7–365 hari dan dipisahkan oleh
periode remisi bebas nyeri > 1 bulan.
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Kronis:
1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau dengan periode remisi
yang berlangsung kurang dari 1 bulan.
Sumber :
Shah N, Hameed S. Muscle Contraction Tension Headache. [Updated 2021 Feb 7]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562274/
Mahardika, F. G., Rozi, I. F., & Ariyanto, R. (2016). Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kepala Primer Dengan Metode Certainty Factor. Sentia 2016, 8(1).
http://sentia.polinema.ac.id/index.php/SENTIA2016/article/viewFile/4/4