OLEH :
KELOMPOK I
KELAS PSPA A
NAMA ANGGOTA :
Manifestasi klinik
Sakit kepala migrain biasanya dimulai selama beberapa menit hingga jam,
berkembang dari nyeri biasa ke denyut yang lebih intens dengan rasa sakit
yang memburuk setiap denyutnya. Migrain biasanya dimulai di daerah
frontotemporal dan dapat menyebar ke oksiput dan leher. Sakit kepala
migrain sering disertai mual dan muntah dan dapat berlangsung selama
hingga 72 jam. Sakit kepala ini biasanya diatasi dengan relaksasi di
ruangan gelap dan tidur. Migrain lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. Sakit kepala migrain dibagi menjadimigrain aura dan tanpa aura.
Istilah aura mengacu pada kompleks gejala neurologis fokal (misalnya,
perubahan penglihatan atau sensasi) yang memulai atau menyertai
serangan migrain. Migrain mungkin dipicu oleh berbagai diet,
farmakologis, hormonal, atau faktor lingkungan (Koda Kimble
10th edition, 2013).
Patofisiologi migrain
Aktivasi saraf sensorik trigeminal memicu pelepasan vasoaktif
neuropeptida, termasuk peptida terkait gen kalsitonin, neurokinin A, dan
substansi P dari akson perivaskular. Vasodilatasi pembuluh darah dural
dapat terjadi dengan ekstravasasi plasma dural yang mengakibatkan
peradangan. Studi kembar menunjukkan 50% heritabilitas migrain, dengan
poligenik multifactorial dasar. Pemicu migrain mungkin merupakan
modulator dari titik setel genetic yang menjadi predisposisi untuk sakit
kepala migrain. Populasi spesifik reseptor serotonin (5-HT) tampaknya
terlibat dalam patofisiologi dan pengobatan sakit kepala migrain. Alkaloid
ergot dan triptan turunannya adalah agonis reseptor 5-HT1 vaskular dan
neuronal, menghasilkan vasokonstriksi dan penghambatan pelepasan
neuropeptida vasoaktif (Dipiro, 2017)
Etiologi :
Beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migraine
(Price, 2005)
1. Riwayat penyakit migren dalam keluarga. 70-80% penderita migraine
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga.
2. Perubahan hormone (esterogen dan progesterone) pada wanita,
khususnya pada fase luteal siklus menstruasi.
3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat)
vasokonstriktor (keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan.
4. Stres
5. Faktor fisik, tidur tidak teratur
6. Rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat)
7. Alkohol dan Merokok
Epidimiologi :
Nyeri kepala migrain diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada
perempuan daripada laki-laki, cenderung dijumpai dalam satu keluarga,
diperkirakan memiliki dasar genetik, dan biasanya dijumpai pada
perempuan muda yang sehat. Pengidap migrain yang memiliki keluarga
dekat yang juga mengidap migrain memiliki persentase 75-80%. Migrain
paling sering terjadi pada perempuan berusia kurang dari 40 tahun,
walaupun dapat juga dijumpai pada menopause akibat perubahan produksi
hormon (Price and Wilson, 2005).
Data populasi lain melaporkan bahwa gangguan sakit kepala paling sering
pada orang dewasa di dunia adalah nyeri kepala umum sebanyak 46%,
migrain sebanyak 11%, dan nyeri kepala tipe tegang sebanyak 42%
(Fransiska et al., 2007).
Penelitian yang dilakukan di Jakarta terhadap penderita migrain kelompok
usia 16 sampai 30 tahun mencatat prevalensi migrain sebanyak 43,5%,
dimana prevalensi wanita sebesar 53,5% dan pria sebesar 35,8%
(Fransiska et al., 2007).
SWAMEDIKASI
sehari 1 tablet.
Nama lain :
- Arunda (Sumatera)
- Inggu (Sunda)
- Anruda busu (Makassar)
Bagian yang digunakan :
- Herba segar
Dosis
- 1 x 5 g herba/hari.
Cara pembuatan/penggunaan :
- Bahan dihaluskan, ditempelkan pada pelipis,
biarkan sampai kering.
Nama lain :
- Mungle (Aceh)
- Bungle (Batak)
- Banlai (Minangkabau)
- Panglai (Sunda)
- Pandiang (Madura)
- Banggele (Bali)
- Bangulai (Bima)
- Banglas (Dayak)
- Kekundiren (Minahasa)
- Panini (Bugis)
- Unin makei (Ambon)
- Rimpang segar
Dosis :
- 2 x 5 g rimpang/hari
Cara pembuatan/penggunaan :
Nama lain :
- Ceuku (Aceh)
- Kaciwer (Batak)
- Cakue (Minangkabau)
- Cikur (Sunda)
- Kencor (Madura)
- Cekur (Sasak)
- Soku (Bima)
- Ceku (Bugis)
- Asuli (Ambon)
- Bataka (Ternate)
- Daun segar
Dosis :
- 1 x 3 daun/hari
Cara pembuatan/penggunaan :
Nama lain :
- Teh (Jawa)
- Nteh (Sunda)
- Rembiga (Sasak)
- Kore (Bima)
- Krokoh (Flores)
- Kapauk (Roti)
- Rambega (Bugis).
Bagian yang digunakan :
- Pucuk daun
Dosis :
- 3 x 8 g pucuk daun/hari
Cara pembuatan/penggunaan :
- Bahan diseduh dengan 1 cangkir air mendidih, diamkan, saring
dan dapat ditambahkan dengan sedikit air jeruk nipis dan/atau
madu kemudian diaduk rata dan diminum sekaligus.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sakit kepala biasa terjadi akibat beberapa hal pemicu yang banyak orang
alami. Begitu pula dengan migrain yang akan kambuh pada waktu yang tidak
dapat ditentukan. Keadaan pasien yang sering mengalami sakit kepala seharusnya
melakukan pemeriksaan ke dokter terlebih dahulu, namun hal yang terjadi pada
masyarakat apabila mengalami sakit kepala atau mingrain mereka malas untuk
melakukan pemeriksaan ke dokter. Dengan adanya swamedikasi mempermudah
pasien dalam memperoleh obat yang sesuai dengan gejala yang dialami. Pasien
dapat langsung mendatangi apotek dan menceritaka gejala yang dirasakan
kemudian petugas apotek yakni apoteker akan menyarankan beberapa obat bebas
atau pun obat bebas terbatas ataupu obat keras OWA (obat wajib apotek) untuk
menangani gejala yang dirasakan pasien. Apabila pasien ingin mengonsumsi obat
herbal juga diberikan.
Obat-obat yang dapat digunakan swamedikasi bahan alam untuk sakit
kepala dan migraine yaitu Obamig dan Vermifit yang merupakan jamu, Bodrex Herbal
dan Herbapain merupakan obat herbal terstandar dan yang berasal dari tanaman yaitu
Inggu (Ruta angustifolia (L) Pers, Bengle (Zingiber purpureum Roxb), Kencur
(Kaempferia galanga L.), The (Camellia sinensis L.). Terapi non farmakologi yang
dapat dilakukan untuk penanganan sakit kepala dan migrain antara lain yaitu
kompres es pada kepala dan dianjurkan istirahat tidur pada tempat yang tidak
terlalu terang dan tenang. Identifikasi dan hindari pemicu serangan migrain.
Pemicu ini dapat berasal dari makanan, lingkungan dan kebiasaan (Dipiro et al,
2015).
DAFTAR PUSTAKA
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson,
P.A.,Kradjan, W.A., 2013, Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics
The Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins,
Pennsylvania, United States of America.
Anurogo, D. (2014). 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45
Penyakit dan Gangguan Saraf-Ed.1. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Budiman, Y., 2013. Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
Operasional Neurologi. - ed. Jakarta: Refika Aditama
Charles & Brennan, 2011. harles, A. & Brennan, K., 2011. The neurobiology of
migraine. In: M. M. Nappi G, ed. Handbook of Clinical Neurology. Los Angeles:
Elsevier, pp. 99-108
Costa, A., Antonaci, F., Matteo, C. R. & Nappi, G., 2015. The
Neuropharmacology of Cluster Headache and other Trigeminal Autonomic
Cephalalgias. Health Science Center (HSC), 13(3), pp. 304- 323
Fransisca R. V. S., Sitorus F., Ali W. 2007. Prevalensi dan Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Migren pada populasi usia muda di Jakarta. Neurona
(24)4:9-17
Rajiah, K., Maharajan, M.K & Nair, S. 2016. Pharmacy student’s knowledge and
Perceptions About Adverse Drug Reactions Reportig and
Pharmacovigilance. Saudi Pharmaceutical opurnal. 24 : p. 600-604
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI.
Riyadina, W., & Turana, Y. (2014, Oktober). Faktor Risiko dan Komorbiditas
Migrain. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17.