Disusun Oleh :
PEMBIMBING KLINIK :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................2
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
2.1 LATAR BELAKANG.............................................................................1
2.2 TUJUAN..................................................................................................2
BAB II............................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................1
2.1 ANATOMI GINJAL................................................................................1
2.2 FISIOLOGI GINJAL...............................................................................3
2.3 DEFINISI DAN KLASIFIKASI AKUTE KINEY INJURY...................4
2.4 EPIDEMIOLOGI AKUTE KINEY INJURY..........................................6
2.5 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI AKUTE KINEY INJURY............6
2.6 DIAGNOSIS AKUTE KINEY INJURY...............................................10
2.7 TATALAKSANA AKUTE KINEY INJURY.......................................14
2.8 KOMPLIKASI.......................................................................................17
2.9 PROGNOSIS AKUTE KINEY INJURY...............................................19
BAB III.........................................................................................................20
KESIMPULAN............................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
fibrosis yang berakhir dengan CKD. Sampai saat ini belum ada terapi
spesifik yang dapat mengobati AKI, maka pengenalan dan manajemen
yang dilakukan secara dini sangat dibutuhkan. Pengenalan secara dini
pasien dengan risiko AKI dapat menghasilkan outcome yang lebih baik
daripada melakukan terapi pada AKI yang sudah ditegakkan. Oleh
karena itu, pada artikel ini kita akan membahas mengenai deteksi dini,
manajemen awal dan pencegahan pasien pasien kritis yang mengalami
AKI supaya tidak jatuh pada kondisi CKD yang bersifat irreversibel. (3)
2.2 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa.
Korteks renalis terdapat di bagian luar yang berwarna cokelat gelap dan
medula renalis di bagian dalam berwarna cokelat lebih terang. Bagian
medula berbentuk kerucut disebut pelvis renalis, yang akan terhubung
dengan ureter sehingga urin yang terbentuk dapat lewat menuju vesika
urinaria. Terdapat kurang lebih satu juta nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal dalam setiap ginjal. (4)
1
Gambar 2. Ginjal. (5)
Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distalis dan tubulus kolektivus. Glomerulus
merupakan unit kapiler yang disusun dari tubulus membentuk kapsula
Bowman. Setiap glomerulus mempunyai pembuluh darah arteriola afferen
yang membawa darah masuk glomerulus dan pembuluh darah arteriola
efferen yang membawa darah keluar glomerulus. Pembuluh darah arteriola
efferen bercabang menjadi kapiler peritubulus yang mengalir pada tubulus.
Di sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler, yaitu
arteriola yang membawa darah dari dan menuju glomerulus, serta kapiler
peritubulus yang mengalir pada jaringan ginjal. (4)
2
2.2 FISIOLOGI GINJAL
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh
dengan cara membuang sisa metabolisme dan menahan zat – zat yang
diperlukan oleh tubuh. Fungsi ini amat penting bagi tubuh untuk menjaga
hemeostatis. Homeostatis amat penting dijaga karena sel – sel tubuh hanya
bisa berfungsi pada keadaan cairan tertentu. Walaupun begitu, ginjal tidak
selalu bisa mengatur keadaan cairan tubuh dalam kondisi normal. Pada
keadaan minimal, ginjal mengeluarkan minimal 0,5 liter air per hari untuk
kebutuhan pembuangan racun. Hal ini tetap harus dilakukan walaupun
tubuh berada dalam kondisi dehidrasi berat. (6)
Secara singkat, kerja ginjal bisa diuraikan menjadi (6):
Mempertahankan keseimbangan kadar air (H2O) tubuh
Mengatur jumlah dan konsentrasi dari kebanyakan ion di cairan
ekstraseluler. Ion – ion ini mencakup Na+ , Cl- , K+ , Mg2+, SO4
+ , H+ , HCO3 - , Ca2+, dan PO4 2- . Kesemua ion ini amat
penting dijaga konsentrasinya dalam kelangsungan hidup
organisme.
Membantu mempertahankan kadar asam – basa cairan tubuh
dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO3 -
Membuang sisa metabolisme yang beracun bagi tubuh, terutama
bagi otak
Membuang berbagai komponen asing seperti obat, bahan aditif
makanan, pestisida, dan bahan lain yang masuk ke tubuh
Mempertahankan keseimbangan osmolaritas cairan tubuh
Mengatur volume plasma
Memproduksi erythropoietin
Memproduksi renin untuk menahan garam
Mengubah vitamin D ke bentuk aktifnya.
Metabolisme glukoneogenesis
3
2.3 DEFINISI DAN KLASIFIKASI AKUTE KINEY INJURY
Acute kidney injury (AKI) merupakan suatu sindrom yang
ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur komposisi
cairan dan elektrolit tubuh, serta pengeluaran produk sisa metabolisme,
yang terjadi tiba-tiba dan cepat. Definisi AKI didasarkan kadar
serum kreatinin (Cr) dan produksi urin (urine output/UO). Pada
tahun 2004, acute dialysis quality initiative (ADQI) mengganti istilah
acute renal failure (ARF) menjadi acute kidney injury (AKI) dan
menghadirkan kriteria RIFLE yang terdiri dari 3 kriteria akut
berdasarkan peningkatan kadar serum Cr dan UO (Risiko/Risk,
Cedera/Injury, Gagal/Failure) dan 2 kategori lain menggambarkan
prognosis gangguan ginjal. (7)
4
mg/ dL sebagai ambang definisi AKI, serta semua pasien yang
membutuhkan terapi pengganti ginjal diklasifikasikan AKI tahap 3. (7)
3 >300% (>3x lipat) nilai dasar atau <0,3 mL/kg/jam, >24 jam
>4,0 mg/dL dengan peningkatan atau anuria >12 jam
akut minimal 0,5 mg/dL
2 >200% - 300% (>2-3x lipat) nilai dasar <0,5 mL/kg/jam, >12 jam
3 >300% (>3x lipat) nilai dasar atau >4,0 <0,3 mL/kg/jam, >24 jam
mg/dL dengan peningkatan akut atau anuria >12 jam
minimal 0,5 mg/dL
5
2.4 EPIDEMIOLOGI AKUTE KINEY INJURY
Insiden AKI di dunia didapatkan bahwa 20 % pasien yang dirawat di
rumah sakit mengalami AKI. Salah satu faktor risiko timbulnya AKI di
rumah sakit adalah pasien dalam kondisi sakit kritis. Oleh sebab itu,
prevalensi AKI pada pasien kritis cukup tinggi yaitu sekitar 50% dan
sekitar 20%–30% nya membutuhkan renal replacemen therapy (RRT).
Kematian pada pasien ICU dengan AKI dilaporkan lebih dari 50% dan
akan meningkat menjadi 80 % pada pasien yang membutuhkan. Studi di
Asia menunjukkan, AKI di Asia Timur sebesar 19,4%; di Asia Selatan
sebesar 7,5%; di Asia Tenggara mencapai 31,0%; Asia Tengah 9,0% dan
16,7% di Asia Barat. Sedangkan mortalitas pasien karena AKI sebesar
36,9% di Asia Timur, 13,8% Asia Selatan dan 23,6% pada Asia Barat. (3)
6
- Penurunan Volume Vascular
1. Kehilangan darah/plasma karena perdarahan, luka bakar.
2. Kehilangan cairan ekstraselular karena muntah, diare.
3. Kehilangan cairan dari saluran kemih karena diuretic,
diabetes insipidus
- Kenaikan Kapasitas Vascular
1. Sepsis
2. Blokade ganglion
3. Reaksi anafilaksis
- Penurunan Curah Jantung/kegagalan pompa jantung
1. Renjatan kardiogenik
2. Payah jantung kongesti
3. Tamponade jantung
4. Distritmia
5. Emboli paru
6. Infark jantung
Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata < 70 mmHg)
serta berlangsung dalam jangka waktu lama, maka mekanisme
otoregulasi tersebut akan terganggu dimana arteriol afferent mengalami
vasokonstriksi, terjadi kontraksi mesangial dan penigkatan reabsorbsi
natrium dan air. Keadaan ini disebut prerenal atau gagal ginjal akut
fungsional dimana belum terjadi kerusakan struktural dari ginjal. (8)
B. Gagal ginjal akut renal.
Gagal ginjal akut intra renal merupakan komplikasi dari beberapa
penyakit parenkim ginjal, yaitu :
- GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti :
1. Glumerulonefritis
Keadaan cedera kapiler glomerulus dapat terjadi pada kasus
glomerulonefritis. Glomerulonefritis merupakan jenis AKI
yang merusak glomerulus akibat kelainan reaksi imun.
Kurang dari 95% pasien terjadi kerusakan glomerulus 1
7
sampai 3 minggu setelah mengalami infeksi seperti radang
tenggorok streptokokus, tonsilitis streptokokus, atau bahkan
infeksi kulit streptokokus. Bukan infeksi itu sendiri yang
merusak ginjal, namun selama beberapa minggu sewaktu
antibodi terhadap streptokokus terbentuk, antibodi dan
antigen bereaksi satu sama lain membentuk kompleks mun
tak larut yang kemudian terperangkap di glomerulus,
terutama di bagian membran dasar glomeruli. Begitu
kompleks imun yang tertimbun di glomeruli, banyak sel
glomeruli proliferasi terutama sel mesangial yang terletak
diantara endotel dan epitel. Selain itu sejumlah leukosit juga
terperangkap di glomeruli. Banyak glomeruli menjadi
tersumbat oleh reaksi infamasi ini, dan yang tidak tersumbat
menjadi lebih permeabel yang memungkinkan protein dan
sel-sel darah merah bocor dari darah kapiler glomerulus
masuk ke fltrat glomerulus. Pada kasus yang berat hampir
seluruh fungsi ginjal dapat terhenti dan dapat berkembang
menjadi gagal ginjal kronis. (3)
2. Kerusakan tubulus
Patofsilologi kerusakan tubulus ginjal dapat disebabkan oleh
iskemia berat dan pasokan oksigen dan zat makanan ke sel
epitel tubulus yang tidak adekuat. Selain itu juga dapat
disebabkan juga oleh racun, toksin, atau obat-obatan yang
merusak sel-sel epitel tubulus. Iskemia disebabkan oleh syok
sirkulasi atau ganguan lain yang dapat mengganggu pasokan
aliran darah ke ginjal. Jika iskemia cukup berat maka
pasokan makanan dan oksigen ke sel-sel epitel tubulus ginjal
akan terganggu. Jika terus menerus berlangsung maka
kerusakan atau penghancuran sel-sel epitel dapat terjadi dan
akan menyebabkan sel-sel tubulus dapat terlepas. Sel-sel ini
dapat menyumbat banyak nefron sehingga keluaran urin dari
8
nefron akan tersumbat. Nefron akan seringkali gagal
mengekskresi urin selama tubulus masih tersumbat. Penyebab
tersering kerusakan epitel tubulus akibat iskemia adalah
penyebab prerenal dari AKI yang berhubungan dengan syok
sirkulasi. (3)
3. Nefritis interstitialis akut karena obat, kimia, atau kuman
Intrarenal AKI juga dapat disebabkan oleh kerusakan
intersisium dan kapiler - kapiler ginjal. Kerusakan intersitium
terjadi pada kasus nefritis yang disebabkan oleh rekasi alergi
yang disebabkan oleh obat-obatan (penicillins,
cephalosporins dan sulfonamides) dan infeksi (bakteri seperti
sleptospirosis, legionella, pyelonephritis dan virus, seperti
virus hanta). Sedangkan kerusakan vaskular ginjal biasanya
disebabkan oleh penyakit yang merusak vaskularisasi ke
ginjal sehingga menurunkan perfusi dan GFR. Beberapa
penyakit yang menyebabkan kerusakan vaskular ke ginjal
yaitu krisis hipertensi, penyakit tromboemboli,
preeklampsia/eklampsia, dan hemolyticuremic syndrome
(HUS)/thrombotic thrombocytopenia purpura (TTP).
Penyebab lainnya adalah karena racun dan obatobatan. Obat-
obatan yang dapat menyebabkan AKI seperti karbon
tetraklorida, logam berat (air raksa dan timah hitam), media
radio kontras, etilen glikol, insektisida, dan beberapa obat
lain seperti tetrasiklin, aminoglikosida, acyclovir, non steroid
anti infammatory drugs (NSAIDs) dan cisplatinum yang
digunkan untuk pengobatan kanker tertentu. (3)
- Nefrosis Tubular Akut (NTA)
Nefropati vasomotorik akut terjadi karena iskemia ginjal sebagai
kelanjutan GGA prerenal atau pengaruh bahan nefrotoksik. Bila
iskemia ginjal sangat berat dan berlngsung lama dapat
menaakibatkan terjadinya nekrosis kartikol akut (NKA) dimana
9
lesi pada umumnya difus pada seluruh korteks yang bersifat
reversibel. Bila lesinya tidak difus (patchy) akan ada
kemungkinan reversibel. (3)
Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan
aliran darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini
disebabkan oleh prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam,
terjadi penurunan aliran darah ginjal dibawah normal akibat pengaruh
tromboxane-A2 dan A-II. Tekanan pelvis ginjal tetap meningkat tetapi
setelah 5 jam mulai menetap. Fase ke-3 atau fase kronik, ditandai oleh
aliran ginjal yang makin menurun dan penurunan tekanan pelvis ginjal
ke normal dalam beberapa minggu. Aliran darah ginjal setelah 24 jam
adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu tinggal 20% dari normal.
Pada fase ini mulai terjadi pengeluaran mediator inflamasi dan faktor -
faktor pertumbuhan yang menyebabkan fibrosis interstisial ginjal. (3)
10
Kriteria Diagnosis GGA menurut KDIGO (8) ::
Anamnesis
- Apakah terjadi gangguan pada saat buang air kecil seperti (Oligouri)
atau tidak adanya urin sama sekali (Anuria)
- Apakah sering merasa badan lemas dan sering haus
- Apakah pernah terjadi kehilangan volume cairan tubuh melalui
dehidrasi, perdarahan, Luka bakar, dan gangguan pada gastro-
intestinal seperti diare, muntah, atau cairan NGT.
- Apakah adanya riwayat infrak miokard, kardimopati,
perikarditis,artimia, disfungsi katup, gagal jantung, emboli paru atau
hipertensi pulmonal yang dapat menyebabkan Terjadi penurunan
volume efektif pembuluh darah (Curah jantung).
- Apakah ada riwayat mengkonsumsi obat NSAIDS dan siklosproin
yang dapat menyebabkan adanya gangguan autoregulasi ginjal atau
obat-obat vasodilator yang dapat menyebabkan terjadinya
redistribusi cairan. (8)
Pemeriksaan fisik
- Adanya Badan Lemah
- Nadi Cepat dan dangkal
11
- Bibir kering dan turgor yang buruk
- Sesak nafas
- Pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah bisanya normotensi
atau hipotensi (hal ini tergantung pada autoregulasi cairan tubuh)
- Adanya Edema Pada tungkai. (8)
Anamnesis
- Pada Nefrotoksik Atau nefritis interstisial terdapat adanya riwayat
mengkonsumsi obat-obatan seperti aminoglikosida, cisplatin,dan
amphotercin B. Terdapat juga riwayat penggunaan radiokontras
- Pada Iskemik TNA adanya keluhan demam akibat dari infeksi/
sepsis. atau keluhan sesak nafas pada pasien dengan gagal jantung
- Pada glomerulonefritis akut terdapat riwayat demam akibat infeksi
streptokokus, dan LES.
- Pada Hemolisis terdapat adanya riwayat transfusi darah. (8)
Pemeriksaan Fisik
- Pada Pemeriksaan Vital Sign :
Didapatkan Hipertensi pada gagal jantung dan hipertensi
akselerasi. Hipotensi pada dehidrasi dan syok
Peningkatan Tekanan vena jugularis pada gagal jantung dan
menurun pada dehidrasi.
Adanya demam bila terjadi infeksi atau sepsis
- Pada Pemerisaan fisik Kulit dapat ditemukan butterfly rash pada
LES dan Purpura pada vaskulitis
- Pada Pemeriksaan Paru adanya ronki pada edema paru
- Pada Pemeriksaan Jantung Adanya takikardia dan Murmur (gagal
jantung)
- Pada abdomen adanya nyeri pada sudut kostovertebrae, asites, dan
hidronefrosis. (8)
12
3. Diagnosis Klinik Akute kiney Injury dengan etiologi post-renal
Anamnesis
- Adanya Nyeri kolik abdomen
- Adanya gangguan berkemih (obstruksi urin) dan nyeri saat
berkemih
- Apakah terdapat riwayat tumor, batu, dan bekuaan darah pada ureter
yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi ureter.
- Apakah terdapat hipertrofi prostat, prolaps uteri, batu dan bekuaan
darah pada uretra. (8)
Pemeriksaan Fisik
- Demam
- Pada Pemeriksaan Abdomen :
Terdapat nyeri tekan abdomen
Pembesaran ginjal
Pembesaran pada Vesike urinaria
Pembesaran Prostat
13
Gambar 4. Alogoritme untuk menegakkan diagnosis GGA. (8)
Pemeriksaan penunjang
14
Memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan rasam basanoble)
Beberapa prinsip terapi konservatif (8)
:
Hati-hati pemberian obat yang bersifat nefrotoksik
Hindari keadaan yang menyababkan deplesi volume d cairan
ekstraselular dan hipotensi
Hindari gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis metabolik
BearHindari instrumentasi (kateterisasi dan sistoskopi)
Hindari pemeriksaan radiologi dengan media kontras tanpa
indikasi medis yang kuat
Kendalikan hipertensi sistemik dan tekanan
Kendalikan keadaan hiperglikemia dan infeksi saluran kemih
(ISK)
Diet protein yang proporsional
Pengobatan yang sesuai terhadap etiologi GgGA
Pada dasarnya terapi konservatif (suportif) adalah untuk menjaga
homeostasis tubuh dengan mengurangi efek buruk akibat komplikasi
GgGA. (8)
15
(kayazalete)
Beri glukosa 50% sebanyak 50cc+insulin
10 unit
Beri natrium-bikarbonat (50-100 mmol)
Beri salbutamol 10-20 mg inhaler atau
0,5-1mg IV
Kalsium glukonat 10% (10cc dalam 2-5
menit)
16
jika tidak tersedia, 20 hingga 30 kkal/kg/hari harus diberikan (kalori total),
dengan sekitar 30% hingga 35% energi dari lipid. (10)
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada GgGA dan memerlukan pengelolaan
segera adalah (8):
1. Gangguan keseimbangan cairan tubuh
17
Pada keadaan normal terjadi keseimbangan pengaturan cairan tubuh
dan elektrolit (terutama natrium) sehingga tekanan osmotik plasma
stabil dengan kadar normal natrium sekitar 135-145 meq/liter. Pada
GgGA, akibat hipoperfusi ataupun Imekanisme lain akan terjadi
oligouri atau anuri sehingga keseimbangan ini terganggu. Terjadinya
retensi cairan akan mengakibatkan kelebihan cairan intravaskular
(volume overload) dan disnatremi. Manifestasi kliniknya dapat berupa
peningkatan tekanan vena jugularhipertensi ringan, edema perifer atau
edema paru.
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
Akibat retensi air atau asupan cairan yang hipotonis dapat terjadi
hiponatremia (dilusional). Pada hiponatremia yang berat dapat terjadi
edema serebral dengan gejala kejang atau gangguan neurologis lain.
Dalam keadaan normal, kadar K+ lebih tinggi di intraselular
dibanding dengan ekstraselular. Hiperkalemia dapat terjadi akibat
peningkatan kadar kalium total atau terhambatnya translokasi kalium
dari ekstraselular ke intraselular. Hiperkalemia berat dapat
menimbulkan gangguan neurologis, gagal Napas atau henti jantung
(cardiac arrest).
3. Asidosis metabolik
Ginjal memegang peranan penting dalam pengaturan kesimbangan
asam basa. Pada GgGA terjadi penurunan LFG secara mendadak yang
mengakibatkan terjadinya penimbunan anion organik. Akibat
gangguan reabsorbsi dan regenerasi, produksi bikarbonat menurun.
Kedua mekanisme ini akan menimbulkan komplikasi metabolik
asidosis pada penderita GgGA.
4. Gagal Jantung
Akibat kelebihan cairan intravaskular dapat terjadi edema perifer,
asites atau efusi pleura. Bila fungsi jantung memburuk akan terjadi
gagal jantung akut dengan edema paru yang dapat disertai hipertensi
pada sindrom kardio-renalatau hipotensi pada syok kardiogenik
18
5. Gagal napas
Gagal napas sering terjadi pada GgGAdan mekanismenya belum jelas.
Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab gagal napas pada GGA
adalah:
a. kelebihan cairan intravaskular (edema kardiogenik)
b. disfungsi ventrikel kiri (edema kardiogenik)
c. peningkatan permeabilitas kapiler paru (Acute Respiratory
Distress Syndrome - ARDS) d. gangguan paru akut (acute lung
injury)
6. Azotemia
Peningkatan toksin uremik (azotemia) pada GGA menimbulkan
berbagai kelainan, antara lain gangguan saluran pencernaan
(anoreksia, mual, muntah), gangguan kesadaran dengan derajat ringan
sampai qebkoma, perikarditis, efusi perikard, tamponade kardiak, dan
berbagai kelainan lain yang dapat mengancam jiwa. (8)
19
ginjal. Dopamin dosis ginjal maupun diuretik tidak terbukti efektif
mencegah terjadinya AKI. (10)
20
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryantoro, S. D., Santoso, D., & Firdausa, S. (2021). Acute kidney injury
(AKI) pada kehamilan. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 21(1).
2. Hidayat, H., Pradian, E., & Kestriani, N. D. (2020). Angka Kejadian, Lama
Rawat, dan Mortalitas Pasien Acute Kidney Injury di ICU RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 8(2), 108-118.
3. Fatoni, A. Z., & Kestriani, N. D. (2018). Acute Kidney Injury (AKI) pada
Pasien Kritis. Majalah Anestesia dan Critical Care, 36(2), 64-76.
4. Verdiansah. (2016). Pemeriksaan Fungsi.Ginjal. Rumah Sakit Hasan
Sadikin : Bandung, Indonesia. CDK-237/ vol. 43 no. 2.
5. Paulsen, F., & Waschke, J. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta:
Kedokteran EGC. Edisi, 23.
6. Sherwood, L. (2015). Human physiology: from cells to systems.
Cengage learning.
7. Melyda. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Acute Kidney Injury (AKI) pada
Syok Septik. CDK-259/ vol. 44 no. 12
8. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 1132-53.
9. Ginting, W. (2018). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Ginjal
Menggunakan Metode Case Based Reasoning. Volume 3 No.2. Information
System Development [Isd]
10. Gabarre, P., Dumas, G., Dupont, T., Darmon, M., Azoulay, E., & Zafrani, L.
(2020). Acute kidney injury in critically ill patients with COVID-
19. Intensive care medicine, 46(7), 1339-1348.
21