Anda di halaman 1dari 65

JURNAL DAN CRITICAL JURNAL

EFEKTIVITAS MANAJEMEN NYERI DENGAN GUIDED

IMAGERY RELAXATION PADA PASIEN CEDERA KEPALA

DI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH

Kelompok 5:

1. Ahmad Saipulloh 175140140


2. Lisa Indriyani ( 185140050)
3. Nurlia Mellyana 185140016
4. Novita 185140064
5. Ransiska Turnip 1851 40118
6. Rossa Bella 185140072
7. Rosi Amilia 1851 40123

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TAHUN 2021/2022

JURNAL
EFEKTIVITAS MANAJEMEN NYERI DENGAN GUIDED
IMAGERY RELAXATION
PADA PASIEN CEDERA KEPALA
DI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Nugroho Priyo Handono ¹, Arviah sulistyaningsih2,Joko Priyatno3
1)Dosen Akper GSH Wonogiri
2)Mahasiswa Akper GSH Wonogiri
3)Perawat
nphands.emperor123@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan Cedera kepala masih menjadi masalah

yang global, dimaa menjadi penyebab utama kematian

dsabilitas pada usia muda . cedera kepala menyebakan

respon nyeri pada penderitanya. Nyeri disebabkan karena

peningkatan asam laktat dan tekanan intrakranial . Untuk

mengatasi nyeri maka dapat dilakukan guided imagery

relaxation dengan prosedur yang benar dan tepat dan

prosedur tersebut dapat di dukung dengan peralatan musik

yang menghasilkan suara lembut dan menenangkan.

Prosedur ini memberikan potensi skala nyeri yang

dirasakan penderita dapat berkurang bahkan hilang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

efektivitas manajemen nyeri dengan guided imagery

relaxation pada pasien cedera kepala. Metode penelitian

yang digunakan menggunakan jenis penelitian studi kasus

(case study).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

cedera kepala di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso


Wonogiri. Kesimpulan penelitian ini adalahSetelah

dilakukan tindakan guide imagery relaxation dengan

menggunakan musik ,dan membimbing untuk berimajinasi

selama kurang lebih 15-30 menit didapatkan bahwa TN.E

dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri 8 menjadi

skala nyeri 6, NY.S dengan cedera kepala sedang dari

skala nyeri 9 menjadi skala nyeri 5TN.S dengan cedera

kepala ringan dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri

2,NY.B dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri 6

menjadi skala nyeri 2, dan NY.K dari skala nyeri 7

menjadi 3 . Maka terjadi selisih penurunan skala nyeri

pada kelima responden yang ada.

Kata kunci : Guided Imagery Relaxation, Manajemen

Nyeri, Cedera Kepala.

PENDAHULUAN

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

luka dan cedera serta hubungannya dengan kekerasan.

Salah satu dari banyak penyebab kematian ialah cedera

kepala, yang dapat meyebabkan trauma pada kepala baik

lapisan luar maupun dalam.Diperkirakan 1,7 juta orang di

Amerika serikat mengala mi cedera kepala setiap tahunnya.

Lebih dari 52.000 orang meninggal dunia , 275.000

dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% dirawat dan


dirujuk di I nstalasi Gawat Darurat. Gambaran cedera

kepala yang menyebabkan kematian yaitu fraktur basis

krani,cedera otak difus, hematoma serebral, dan hematoma

subdural. (Asrid C.Awaloei,dkk , 2016).

Cedera kepala paling banyak terjadi pada jenis

kelamin laki-laki umur antara 15- 24 tahun, dimana angka

kejadian cedera kepala pada jenis kelamin laki-laki (58%)

lebih banyak di bandingkan jenis kelamin perempuan, ini

diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia

produktif (valentina B. M. L ,dkk, 201 5).

Dalam jurnal Sunarmo,dkk tahun 2016 angka

kejadian cedera kepala di Amerika Serikat meningkat,

dimana pada tahun 2010 mencapai 2,5 juta (center for

Diesease control and Prevention/CDC,2015). Cedera

kepala Yang terjadi di dunia sebagian besar diakibatkan

oleh kecelakaan lalu lintas ( International Brain Injury

Assocition/IBIA,2016).

Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia dalam

rentang 2010-2014 mengalami kenaikan

rata-rata 9,59% per tahun dengan diikuti kenaikan

persentase korban meninggal dengan rata-rata 9,24% per

tahun ( Badan pusat Atatistik /BPS, 2016). Di jawa tengah

pada tahun 2013 persetase kecelakaan sepeda motor

mencaapai 40,1% cedra kepala di jawa tengah juga


disebabkan karena korban tidak memakai helm/alat

pelindung kepala yang berstandar (Riskendas, 2013).

Cedera kepala merupakan proses yang heterogen dan

dinamis sehingga kemungkinan terdapat lebih dari s atu

faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan

intrakranial (Dr.dr.M. Z. Arifin, Sp.BS (k),2013).

Cedera kepala atau traumatic brain injury

didsefiniskan sebagai cedera kepala Jurnal Keperawatan

GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734 Efektivitas

Manajemen Nyeri Dengan Guided Imagery Relaxation Pada

Pasien Cedera Kepala Di Rsud Dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri , Handono dkk Page 6 secara umum

diartikan sebagai cedera yang melibatkan scalp atau kulit

kepala, tulang tengkorak, dan tulang-tulang yang

membentuk wajah atau otak.Etiologi cedera kepala dapat

berasal dari berbagai sumber yaitu kekerasan benda

tumpul, kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri akibat

tembakan (Asrid C.Awaloei,dkk , 2016).

Cedera kepala akan iikuti dengan sidrom

posttraumatic, sindrom posttraumatic dapat meliputi

seperti nyeri kepala,vertigo, imnsomnia, mual-muntah,

dan penurunan kesadaran ( Urip Rahayu, dkk ,2010).

Gangguan tidur dalam waktu yang lama akan

mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang


serta bisa menyebabkan lama nya proses penyembuhan.

Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guide imagery

relaxattion ) merupakan salah satu teknik merelaksasi

menggunakan semua panca indera melalui audio yang

diberikan. Yang membantu memenuhi kebutuhan tidur

yang terganggua karena faktor nyeri, lingkungan,

kecemasan,dan tindakan keperawatan

(Deswita,dkk,2014).

Dari uraian diatas perawat sebenarnya dapat

mempunyai peranan dalam tindakan keperawatan mandiri

dalam penanganan nyeri secara berkala sebagai langkah

awal dalam meningkatkan kenyamanan pasien dengan

melakukan guide imagery relaxation . Dalam penelitian

yang dilakukan oleh U rip Rahayu, dkk pada tahun 2010

menjelaska guide imagery relaxation dapat mengurangi

tingkat nyeri pada cidera kepala. Maka jika tehnik guide

imagery relaxation diberikan secara terus menerus maka

hasilnya akan sangat efektif untuk menjadi adalah satu

intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan oleh para

perawat. Berdasarkan latar belakang yang telah diurai

diatas maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan dan

melaporkan hasil studi kasus dari efektivitas manajemen

nyeri dengan tehnik guide imagery relaxation pada pasien

yang mengalami cidera kepala agar dimasukan dalam salah


satu tindakan keperawatan mandiri untuk menurunkan

intensitas nyeri pada pasien cedera kepala.baik itu cedera

kepala berat, cedera kepala sedang dan cedera kepala

ringan yang berada di rumah sakit dengan penanganan

terbaik.

METODE

Dijelaskan dalam penelitian Urip Rahayu,dkk pada

tahun 2010, dengan jumlah pasien sebanyak 15 pasien dan

didapatkan hasil rerata skala sebelum dilakukan teknik

Guided Imagery Relaxation yaitu 8,66 kemudian setelah

dilakukan teknik Guided Imagery Relaxation didapatkan

hasil rerata yaitu 7,66. Dengan menggunakan pired t test.

Maka peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap 5

responden pasien cedera kepala yang ada di RUMAH

SAKIT pada bulan November 2018. Awalnya peneliti

melakukan observasi TTV, dan respon nyeri selanjutnya

melakukan tindakan relaksasi dan mengobservasi hasil

tindakan yang telah dilakukan. Pada metode penelitian

jumlah yang dikehendaki peneliti adalah 5 responden.

Pemilihan sampel berdasar atas kasus cedera kepala yang

ada di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

.Dari hasil penelitian pemberian guide imagery relaxation

di RSUD dr. Soediran M.S Wonogiri sebelum dilakukan


guide imagery relaxation disajikan dalam bentuk skala

nyeri dan persentasi rata-rata. Tindakanepemberian

relaksasi diberikan 1 kali sehari selama dua hari.

Pengukuran tingkat nyeri dilakukan sebelum tindakan

dilakukan dan sesudah tindakan kedua pada hari terakhir.

Data yang didapatkan peneliti , disajikan dan di bahas

berdasar teori dan fakta penelitian.

HASIL DAN BAHASAN

1.KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden berdas arkan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 3 orang (60%) sedangkan perempuan

sebanyak sebanyak 2 orang (40%). Hasil penelitian yang

dilakukan pada April 2018 jumlah pasien cedera kepala

adalah 3 laki-laki dan 2 perempuan , dapat disimpulkan

bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada

perempuan, ini sesuai dengan hasil dari penelitian Astrid

C.Awalaoei,dkk (2016) yang menyimpulkan bahwa jenis

kelamin laki-laki terering mengalami cedera

kepala.Disebutkan bahwa pasien terdiri dari beberapa

usia, yaitu usia 34 tahun,36 tahun,42 tahun,52 tahun,58

tahun. Menurut penelitian oleh Suparnadi (2002) dalam

Astrid C.A et.al (2016) usia terbanyak cedera kepala

adalah usia 20-40 tahun. Diperkirakan bahwa usia 20-40


tahun merupakan usia produktif dengan mobilitas yang

tinggi serta kurangnya kesadaran memakai alat pelindung

diri atau keselamatan berkendara.

Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018

ISSN 2088-2734 Efektivitas Manajemen Nyeri Dengan

Guided Imagery Relaxation Pada Pasien Cedera Kepala Di

Rsud Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri , Handono

dkk Page 7 Tabel 4.3. karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan No Pekerjaan JUMLAH %

1 Wiraswasta 1 20%

2 Buruh 2 40%

3 IRT 2 40%

total 5 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan adalah 1 orang

wiraswasta, 2 orang bekerja sebagai buruh dan 2 orang

hanya sebagai ibu rumah tangga. Berdasar dari penelitian

Fonda,dkk (2013) profesi/ pekerjaan terbanyak yang

mengalami kecelakaan dan cedera kepala adalah pelajar/

mahasiswa . Maka dari hasil penelitian belum dapat

membuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa

penyebab terbanyak dari kasus cedera kepala adalah


kecelakaan lalu lintas , ini sesuai dengan hasil penelitian

dari fonda,dkk (2013) bahwa penyeb ab terbanyak kasus

cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas. Maka perlu

adanya

kesadaran masyarakat atas menjaga keselamatan diri

sendiri, mengingatkan tingginya angka kasus kecelakaan

perlu adanya pendidikan, dan sosialisasi dalam cara

penganan awla dan penangan nyeri

pada pasien cedera kepala sebelum sampai rumah sakit.

Skala nyeri dari sebelum dan sesudah dilakukan guide

imagery relaxation: Sebelum dilakukan tindakan guide

imagery relaxation didapatkan bahwa ada 2 orang

responden mengalami skala nyeri berat, 2 orang responden

mengalami nyeri sedang dan 1 orang responden mengalami

nyeri dengan skal ringan. Data ini diambil dari

pemeriksaan dengan wawancara langsung terhadap pasien

dan keluarga. Setelah dilakukan tindakan guide imagery

relaxation didapatkan bahwa ada, 1 orang responden

mrngalami nyeri sedang dan 4 orang responden mengalami

nyeri dengan skala ringan. Data ini diambil dari

pemeriksaan dengan wawancara langsung terhadap pasien

dan keluarga. 4.6 tabel perbandingan skala nyeri sebelum

dan sesudah tindakan.


No Responden Skala Nyeri S ebelum Skala Nyeri Sesudah

1. TN.E 8.0 6.0

2. NY.S 9.0 5.0

3. TN.S 4.0 2.0

4. NY.B 6.0 2.0

5. NY.K 7.0 3.0

Setelah dilakukan tindakan guide imagery relaxation

dengan menggunakan musik ,dan membimbing untuk

berimajinasi selama kurang lebih 15 - 30 menit didapatkan

bahwa TN.E dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri

8 menjadi skala nyeri 6, NY.S dengan cedera kepala

sedang dari skala nyeri 9 menjadi skala nyeri 5 , TN.S

dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri 4 menjadi

skala nyeri 2, NY.B dengan cedera kepala ringan dari

skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 2, dan NY.K dari skala

nyeri 7 menjadi 3 .Maka terjadi selisih penurunan skala

nyeri pada kelima responden yang ada , akan tetapi karena

sudah adanya pemberian obat sebagai langkah penanganan

kolaboratif maka hasil tersebut belum murni dari hasil

tindakan langkah pemberian teknik gided imagery

relaxation pada pasien. Dalam hal ini mendukung dari

penelitian Urip Rahayu,dkk pada tahun 2010, dengan


jumlah pasien sebanyak 15pasien dan didapatkan hasil

rerata skala sebelum

dilakukan teknik Guide Imagery Relaxation yaitu 8,66

kemudian setelah dilakukan teknik Guide Imagery

Relaxation didapatkan hasil rerata yaitu 7,66. Maka

dengan hasil dari penelitian Urip Rahayu dkk, menunjukan

bahwa Guide Imagery Relaxation efektif untuk dijadikan

salah satu

alternatif intervensi keperawatan .

KETERBATASAN

Belum adanya inklusi dalam penelitian . Kurang

pemantauan tentang terapi farmakologis pada pasien

mempengaruhi hasill dari pengamatan dan intervensi yang

telah dilakukan,tidak memperhatikan adanya pengaruh

obat yang telah diberikan kepada pasien sehingga

mempengaruhi hasil yang ada.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka

dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang


(60%) sedangkan perempuan sebanyak sebanyak 2 orang

(40%).bahwa pasien terdiri dari beberapa usia, yaitu usia

34 tahun,36

tahun,42 tahun,52 tahun,58 tahun. Menurut Jurnal

Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088 -

2734 Efektivitas Manajemen Nyeri Dengan Guided

Imagery Relaxation Pada Pasien Cedera Kepala Di Rsud

Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri , Handono dkk

Page 8 penelitian oleh Suparnadi (2002) dalam Astrid C.A

et.al (2016) usia terbanyak cedera kepala adalah usia 20-

40 tahun. Bahwa penyebab terbanyak dari kasus cedera

kepala adalah kecelakaan lalu lintas. Sebelum dilakukan

tindakan guide imagery relaxation didapatkan bahwa ada 2

orang responden mengalami skala nyeri berat, 2 orang

responden mrngalami nyeri sedang dan 1 orang responden

mengalami nyeri dengan skal ringan. Data ini diambil dari

pemeriksaan dengan wawancara langsung terhadap pasien

dan keluarga. Setelah dilakukan tindakan guide imagery

relaxation didapatkan bahwa ada, 1 orang responden

mengalami nyeri sedang dan 4 orang responden mengalami

nyeri dengan skala ringan. Data ini diambil dari

pemeriksaan dengan wawancara langsung terhadap pasien

dan keluarga.Setelah dilakukan tindakan guide imagery

relaxation dengan menggunakan musik ,dan membimbing


untuk berimajinasi selama kurang lebih 15- 30 menit

didapatkan bahwa TN.E dengan cedera kepala ringan dari

skala nyeri 8 menjadi skala nyeri 6, NY.S dengan cedera

kepala sedang dari skala nyeri 9 menjadi skala nyeri 5 ,

TN.S dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri 4

menjadi skala nyeri 2, NY.B dengan cedera kepala ringan

dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 2, dan NY.K dari

skala nyeri 7 menjadi 3 .Maka terjadi selisih penurunan

skala nyeri pada kelima responden yang ada.

SARAN

Guided imagery relaxation dapat dijadikan referensi

mahasiswa untuk mengatasi nyeri secara non

farmakologis. Beri bimbingan secara intensif kepada

mahasiswa tentang cara dan langkah penelitihan yang

benar dan berkualitas. guided imagery relaxation dapat

dijadikan sebagai aplikasi untuk penangan lain selain

nyeri misalnya kecemasan, stress, dan sulit tidur. Tambahi

jangka waktu penelitihan untuk meningkatkan mutu dan

kualitas hasil penelitihan. Dan sebelum di lakukan

penelitihan harap melakukan studi banding ke daerah

penelitihan terlebih dahulu.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis

makalah ini masih diberikan kesempatan untuk dapat

menyelesaikan critical jurnal riview ini dengan judul

Efektifitas Manajemen Nyeri Dengan Guided Imagery

Relaxation Pada Pasien Cedera Kepala Di Rsud Dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri . Critical Jurnal ini

saya buat untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata

kuliah Keperawatan Gawat Darurat semoga critical jurnal

ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para

pembaca .

Dalam penulisan critical jurnal ini, saya tentu saja

tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari

pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Kedua orangtua saya yang selalu mendoakan

2. Kepada Dosen Pengampu , Bapak Tubagus Erwin

N,S. Kep., Ns., M. Kep ( Koord)

Saya menyadari bahwa critical jurnal ini masih jauh

dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan .

Oleh karena itu saya dengan segala kerendahan hati


meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang

membangun perbaikan dan penyempurnaan kedepannya .

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan

semoga makalah ini dapat memberi kan manfaat bagi kita

semua.

Bandar Lampung , 30 Maret 2021

Penyusun ,

Kelompok 5
DAFTAR ISI

JUDUL

…………………………………………………………………………

……..

JURNAL………………………………………………………………

……………….

KATA PENGANTAR

………………………………………………………………...

DAFTAR ISI

…………………………………………………………………………

..

BAB 1 PENDAHULUAN

…………………………………………………………….

BAB 2 METODE PENELITIAN

………………………………………

BAB 3 TUJUAN PENELITIAN

…………………………………………………………..

BAB 4 MASALAH

…………………………………………………………

HASIL DAN PEMBAHASAN

………………………………………………………….

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

………………………………………………………..
KESIMPULAN DAN SARAN

……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

…………………………………………………………………………


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

luka dan cedera serta hubungannya dengan kekerasan.

Salah satu dari banyak penyebab kematian ialah cedera

kepala, yang dapat meyebabkan trauma pada kepala baik

lapisan luar maupun dalam.Diperkirakan 1,7 juta orang di

Amerika serikat mengalami cedera kepala setiap tahunnya.

Lebih dari 52.000 orang meninggal dunia , 275.000

dirawat di rumah sakit, dan hampir 80% dirawat dan

dirujuk di I nstalasi Gawat Darurat. Gambaran cedera

kepala yang menyebabkan kematian yaitu fraktur basis

krani,cedera otak difus, hematoma serebral, dan hematoma

subdural. (Asrid C.Awaloei,dkk , 2016).

Cedera kepala paling banyak terjadi pada jenis

kelamin laki-laki umur antara 15- 24 tahun, dimana angka

kejadian cedera kepala pada jenis kelamin laki-laki (58%)

lebih banyak di bandingkan jenis kelamin perempuan, ini

diakibatkan karena mobilitas yang tinggi dikalangan usia

produktif (valentina B. M. L ,dkk, 2015).


Dalam jurnal Sunarmo,dkk tahun 2016 angka

kejadian cedera kepala di Amerika Serikat meningkat,

dimana pada tahun 2010 mencapai 2,5 juta (center for

Diesease control and Prevention/CDC,2015). Cedera

kepala Yang terjadi di dunia sebagian besar diakibatkan

oleh kecelakaan lalu lintas ( International Brain Injury

Assocition/IBIA,2016).

Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia dalam

rentang 2010-2014 mengalami kenaikan rata-rata 9,59%

per tahun dengan diikuti kenaikan persentase korban

meninggal dengan rata-rata 9,24% per tahun ( Badan pusat

Atatistik /BPS, 2016). Di jawa tengah pada tahun 2013

persetase kecelakaan sepeda motor mencaapai 40,1% cedra

kepala di jawa tengah juga disebabkan karena korban

tidak memakai helm/alat pelindung kepala yang berstandar

(Riskendas, 2013).

Cedera kepala merupakan proses yang heterogen dan

dinamis sehingga kemungkinan terdapat lebih dari satu

faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan

intrakranial (Dr.dr.M. Z. Arifin, Sp.BS (k),2013).

Cedera kepala atau traumatic brain injury

didsefiniskan sebagai cedera kepala

Efektivitas Manajemen Nyeri Dengan Guided Imagery

Relaxation Pada Pasien Cedera Kepala Di Rsud Dr.


Soediran Mangun Sumarso Wonogiri , Handono dkk Page 6

secara umum diartikan sebagai cedera yang melibatkan

scalp atau kulit kepala, tulang tengkorak, dan tulang-

tulang yang membentuk wajah atau otak.Etiologi cedera

kepala dapat berasal dari berbagai sumber yaitu kekerasan

benda tumpul, kecelakaan,pembunuhan, bunuh diri akibat

tembakan (Asrid C.Awaloei,dkk , 2016).

Cedera kepala akan iikuti dengan sidrom

posttraumatic, sindrom posttraumatic dapat meliputi

seperti nyeri kepala,vertigo, imnsomnia, mual-muntah,

dan penurunan kesadaran ( Urip Rahayu, dkk ,2010).

Gangguan tidur dalam waktu yang lama akan

mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang

serta bisa menyebabkan lama nya proses penyembuhan.

Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guide imagery

relaxattion ) merupakan salah satu teknik merelaksasi

menggunakan semua panca indera melalui audio yang

diberikan. Yang membantu memenuhi kebutuhan tidur

yang terganggua karena faktor nyeri, lingkungan,

kecemasan,dan tindakan keperawatan (Deswita,dkk,2014).

Dari uraian diatas perawat sebenarnya dapat

mempunyai peranan dalam tindakan keperawatan mandiri

dalam penanganan nyeri secara berkala sebagai langkah


awal dalam meningkatkan kenyamanan pasien dengan

melakukan guide imagery relaxation . Dalam penelitian

yang dilakukan oleh U rip Rahayu, dkk pada tahun 2010

menjelaska guide imagery relaxation dapat mengurangi

tingkat nyeri pada cidera kepala. Maka jika tehnik guide

imagery relaxation diberikan secara terus menerus maka

hasilnya akan sangat efektif untuk menjadi salah satu

intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan oleh para

perawat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diurai diatas

maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan dan

melaporkan hasil studi kasus dari efektivitas manajemen

nyeri dengan tehnik guide imagery relaxation pada pasien

yang mengalami cidera kepala agar dimasukan dalam salah

satu tindakan keperawatan mandiri untuk menurunkan

intensitas nyeri pada pasien cedera kepala.baik itu cedera

kepala berat, cedera kepala sedang dan cedera kepala

ringan yang berada di rumah sakit dengan penanganan

terbaik
BAB 2

A. METODE JURNAL

Dijelaskan dalam penelitian Urip Rahayu,dkk pada

tahun 2010, dengan jumlah pasien sebanyak 15 pasien dan

didapatkan hasil rerata skala sebelum dilakukan teknik

Guided Imagery Relaxation yaitu 8,66 kemudian setelah

dilakukan teknik Guided Imagery Relaxation didapatkan

hasil rerata yaitu 7,66. Dengan menggunakan pired t test.

Maka peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap 5

responden pasien cedera kepala yang ada di RSDU pada

bulan November 2018. Awalnya peneliti melakukan

observasi TTV, dan respon nyeri selanjutnya melakukan

tindakan relaksasi dan mengobservasi hasil tindakan yang

telah dilakukan. Pada metode penelitian jumlah yang

dikehendaki peneliti adalah 5 responden. Pemilihan

sampel berdasar atas kasus cedera kepala yang ada di

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri .Dari hasil

penelitian pemberian guide imagery relaxation di RSUD

dr. Soediran M.S Wonogiri sebelum dilakukan guide

imagery relaxation disajikan dalam bentuk skala nyeri dan

persentasi rata-rata.

Tindakan pemberian relaksasi diberikan 1 kali sehari

selama dua hari. Pengukuran tingkat nyeri dilakukan


sebelum tindakan dilakukan dan sesudah tindakan kedua

pada hari terakhir. Data yang didapatkan peneliti ,

disajikan dan di bahas berdasar teori dan fakta penelitian.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana efektivitas manajemen nyeri dengan guided

imagery relaxation pada pasien cedera kepala. Metode

penelitian yang digunakan menggunak an jenis penelitian

studi kasus (case study). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien cedera kepala di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

C. MASALAH

Cedera kepala masih menjadi masalah yang global,

dimaa menjadi penyebab utama kematian dsabilitas pada

usia muda . cedera kepala menyebakan respon nyeri pada

penderitanya. Nyeri disebabkan karena peningkatan asam

laktat dan tekanan intrakranial .

Untuk mengatasi nyeri maka dapat dilakukan guided

imagery relaxation dengan prosedur yang benar dan tepat

, dan prosedur tersebut dapat di dukung dengan peralatan

musik yang menghasilkan suara lembut dan menenangkan.


Prosedur ini memberikan potensi skala nyeri yang

dirasakan penderita dapat berkurang bahkan hilang .

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterkaitan antara hasil dan teori telah tergambar

jelaspada hasil dan pembahasan yang dihasilkan oleh

peneliti,peneliti telah mencantumkan teori yang ada

dengan hasil yang di dapat dan terdapat kesesuaian

antara kedua hal tersebut. Namun peneliti tidak

menambahkan manfaat dari hasil penelitian yang

telah di dapat.

E. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN


KELEBIHAN

-Abstrak sudah mampu menggambarkan masalah

penelitian,tujuan,metode dan kesimpulam

-Kata kunci sudah dicantumkan oleh peneliti

KEKURANGAN

- Komponen dalam abstrak kurang tersusun

rapi,seharusnya dalam abstrak memenuhi AMRAD

(introduction,Metods,Result,Analize,Discussions)`

F. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasi penelitian dan pembahasan maka

dapat di simpulkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin laki laki sebanyak 3 orang

(60%) sedangkan perempuan senamyak 2 orang

(40%).bahwa pasien terdiri dari beberapa usia,yaitu

usia 34 tahun,36 tahun,42 tahun,58 tahun. Menurut

jurnal Keperawatan GSH Vol No 1Januari 2018 ISSN

2088-2734 Eveksitas Menejemen Nyeri Dengan

Guided Imagery Relaxation pada pasien cidera

kepala di RSUD Dr.Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

SARAN
Guided imagery relaxation dapat di jadikan refrensi

mahasiswa untuk mengatasi nyeri secara non

farmakologis. Bagi bimbingan secara intensif kepada

mahasiswa dengan cara atau langkah penelitian yang

benar dan berkualitas. Guided imagery relaxation

dapat di jadikan sebagai aplikasi untuk penanganan

lain selain nyeri misalnya kecemasan,stress,dan sulit

tidur. Tambahi jangka waktu penelitian untuk

meningkatakan mutu dan kualitas hasil penelitian.

Dan sebelum di lakukan penelitian harap melakukan

studi banding ke daerah penelitian terlebih dahulu.


CRITIKAL JURNAL

EFEKTIVITAS MANAJEMEN NYERI DENGAN GUIDED

IMAGERY RELAXATION

PADA PASIEN CEDERA KEPALA

DI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

WONOGIRI

Penulis : Nugroho Priyo Handono, Arviah

sulistyaningsih, Joko Priyatno

Sumber : nphands.emperor123@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan Cedera kepala masih menjadi masalah yang

global, dimaa menjadi penyebab utama kematian dsabilitas


pada usia muda . cedera kepala menyebakan respon nyeri

pada penderitanya. Nyeri disebabkan karena peningkatan

asam laktat dan tekanan intrakrania l . Untuk mengatasi

nyeri maka dapat dilakukan guided imagery relaxation

dengan prosedur yang benar dan tepat , dan prosedur

tersebut dapat di dukung dengan peralatan musik yang

menghasilkan suara lembut dan menenangkan. Prosedur ini

memberikan potensi skala nyeri yang dirasakan penderita

dapat berkurang bahkan hilang. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas manajemen

nyeri dengan guided imagery relaxation pada pasien

cedera kepala. Metode penelitian yang digunakan

menggunakan jenis penelitian studi kasus (case study).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien cedera

kepala di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Kesimpulan penelitian ini adalahSetelah dilakukan

tindakan guide imagery relaxation dengan menggunakan

musik ,dan membimbing untuk berimajinasi selama kurang

lebih 15-30 menit didapatkan bahwa TN.E dengan cedera

kepala ringan dari skala nyeri 8 menjadi skala nyeri 6,

NY.S dengan cedera kepala sedang dari skala nyeri 9

menjadi skala

nyeri 5 , TN.S dengan cedera kepala ringan dari skala

nyeri 4 menjadi skala nyeri 2,NY.B dengan


cedera kepala ringan dari skala nyeri 6 menjadi skala

nyeri 2, dan NY.K dari skala nyeri 7

menjadi 3 .Maka terjadi selisih penurunan skala nyeri

pada kelima responden yang ada

Kata kunci :Guided Imagery Relaxation, Manajemen

Nyeri, Cedera Kepala.


BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An H

DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

Identitas Klien

Nama : An H

Umur: 7 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Semarang, 16 Desember 1999

Golongan Darah: O

Pendidikan terakhir : TK

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status perkawinan : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

TB/BB : 100 cm/36 Kg

Alamat : Jl. Simongan RT 03/RW VII Manyaran

Semarang barat

Tanggal masuk RS : 2 Desember 2007

Tanggal pengkajian : 3 Desember 2007 jam 08.00

Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny. E
Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Hubungan dengan klien : Ibu

Pendidikan Terakhir : Sarjana

Pekerjaan : Guru
B. STATUS KESEHATAN

1. Status Kesehatan saat ini

a. Alasan masuk RS

Klien terjatuh saat bersepeda di komplek rumahnya

dengan posisi miring ke kiri dan kepala membentur

aspal.k Klien sempat pingsan dan kemudian dibawa

keluarga ke rumah sakit Banyumanik dan akhirnya di

rujuk ke RSUP Dr. Karyadi. Pada saat pengkajian, kondisi

klien masih lemah dan mengeluh pusing dan sakit si

tangan kirinya.

b. Faktor pencetus : Jatuh

c. Keluhan Utama : Pusing

d. Faktor yang memperberat : Terbentur aspal

e. Diagnosa medis : Cereda kepala grade 1 tanggal 2

Desember 2007

2. Status kesehatan masa lalu

a. Penyakit yang pernah dialami : Flu, batuk, demam

b. Sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan

c. Klien belum pernah di rawat rumah sakit dan belum

pernah menjalani operasi

d. Klien tidak memiliki alergi obat, makanan maupun

lingkungan.

e. Klien tidak mempunyai riwayat penyakit asma,

hepatitis, DM dan penyakit keturunan lainnya.


f. Klien terakhir imunisasi umur 6 tahun, yaitu

imunisasi TT

3. Status kesehatan keluarga

Keluarga tidak mempunyai riwayat penyalit asma, DM,

hipertensi, hepatitis.

C. TINJAUAN SISTEM

Keadaan Umum : Lemah

Tingkat Kesadaran : Composmetis

Skala Koma Glasgo : E4V5M6

TTV : TD 110/70 mmHg RR 24 x/mnt

Nadi 104 x/mnt Suhu 39, 2 0C

1. Sistem Pernapasan

Gejala (Subyektif)

a. Tidak Dispnea

b. Tidak mempunyai riwayat penyakit system

pernapasan, seperti bronkithis, asma, TBC, Emfisema,

Pneumonia

c. Tidak menggunakan alat bantu pernapasan

Tanda (obyektif)

a. Pernapasan : Frekuensi 24x/mnt, cepat, dangkal

b. Tidak menggunakan otot bantu napas

c. Traktil fremitus teraba sama kanan kiri

d. Bunyi napas vesikuler

e. Tidak sianosis
f. Klien tampak gelisah dan bicara kacau

2. Sistem Kardiovaskuler

Gejala (Subyektif)

a. Tidak mempunyai riwayat hipertensi/masalah jantung

b. Tidak ada riwayat edema kaki, batuk darah

maupun penyembuhan lambat

c. Tidak ada nyeri dada

Tanda (obyektif)

a. TD : TD 110/70 mmHg

b. Nadi/pulsasi

1) Karotis : teraba

2) Temporalis : teraba

3) Juguralis : teraba

4) Radialis : teraba

5) Femoralis : teraba

6) Popliteal : teraba

7) Posyibial : teraba

8) Dorsal pedis : teraba

c. Bunyi jantung : S1 dan 2 murni, frekuensi

22x/menit, ireguler, dangkal

d. Ekstremitas : Warna coklat, pengisisan kapiler <

2 detik, tidak ada varises maupun phlebitis

e. Warna : Membrane mukosa lembab, konjungtiva

tidak anemis, bibir lembab, sklera putih


3. Sistem Integumen

Gejala (Subyektif)

a. Tidak ada riwayat gangguan kulit

b. Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

Tidak ada lesi, kuku dan rambut normal.

4. Sistem Perkemihan

Gejala (Subyektif)

a. Tidak mempunyai riwayat penyakit ginjal/kandung

kemih

b. Tidak ada riwayat penggunaan deuretik

c. Tidak ada rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK

d. Tidak ada kesulitan BAK

Tanda (obyektif)

a. Pola BAK : 6-7x/hari, spontan, tidak ada retensi

b. Tidak ada distensi kandung kemih

c. Karakteristik urin : warna kuning, jumlah ± 2.000

ml/hari, bau khas

5. Sistem Gastrointestinal

Gejala (Subyektif)

a. Makan 3x/hari dengan komposisi nasi, sayur, lauk,

buah, susu dan klien sering ngemil. Minum 6 -8 gelas/hari.


b. Tidak ada ganguan nafsu makan, tidak mual muntah,

tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi makanan, tidak

ada masalah mengunyah/menelan

Tanda (obyektif)

a. TB/BB : 100cm/36 cm

b. Turgor kulit : baik

c. Tidak ada asites

d. Kondisi mulut : gigi bersih, mukosa mulut lembab,

lidah putih

e. Inspeksi : Datar

f. Auskultasi : Bising usus 15 x/ menit

g. Perkusi : Timpani

h. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

6. Sistem Eliminasi

Gejala (Subyektif)

a. Klien mengatakan belum BAB selama 2 hari

b. Tidak ada kesulutan BAB

c. Tidak penggunaan laksantif

d. Tidak ada riwayat perdarahan maupun inkontenensia

alvi

Tanda (obyektif)

a. Pola BAB : dorongan spontan, frekuensi 2x/hari,

tidak ada retensi


b. Karakteristik feses : warna kuning kecoklatan, bau

khas

7. Sistem Endokrin

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

Tidak ada perbesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe

8. SistemMuskuloskeletal

Gejala (Subyektif)

Klien mengeluhan tangan kiri sakit jika digerakkan

Tanda (obyektif)

a. Kekuatan otot : 5 3

5 5

b. Kemampuan aktifitas : Aktivitas dibantu keluarga

c. Tidak terjadi deformitas

9. Sistem Reproduksi

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

Klien berjenis kelamin perempuan

10. Sistem Persarafan

Gejala (Subyektif)

Klien mengeluh nyeri kepala

Tanda (obyektif)
a. GCS E4V5M6 = 15

b. Nervus cranial

N.I (olfaktorius)

Tidak ada masalah penciuman

N.II (optikus)

Tidak ada gangguan penglihatan

N.III (okulomotorius)

Bola mata dapat digerakkan ke atas-bawah

N.IV (troklearis)

Bola mata dapat digerakkan ke kanan -kiri

N.V (Trigeminus)

Tidak ada gangguan mengunyah

N.VI (abdusen)

Bola mata dapat menyudut

N.VII (fasialis)

Klien dapat tersenyum, cemberut, dapat membedakan rasa

manis, asam, asin

N.VIII (auditoriusvestibularis)

Tidak ada masalah pendengaran, ketika bejalan klien mau

jatuh, tidak ada gangguan bicara

N.IX (glasovaringeal)

Klien membedakan rasa pahit

N.X (vagus)

Tidak ada gangguan menelan


N.XI (asesori)

Bahu kanan dapat diangkat dan bahu kiri tidak dapat

diangkat

N.XII (hipoglasus)

Klien dapat menggerakkan lidah

11. Sistem Penglihatan

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

a. Visus : mata kanan dan kiri 6/6

b. Lapang pandang : dapat melihat kesegala arah

c. Konjungtiva : anemis

d. Pupil : peka terhadap cahaya

e. Sclera : putih

f. Penampilan bola mata : baik

g. Klien tampak mengangtuk, mata merah, terdapat

kantung mata, klien sering menguap

12. Sistem Pendengaran

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (Obyektif)

a. Daun telinga : warna coklat, simetris, tidak ada

tanda peradangan

b. Liang telinga : tidak ada serumen dan kotoran


c. Membrane timpani : abu-abu

d. Fungsi pendengaran : baik

13. Sistem Pengecapan

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

a. Klien dapat membedakan rasa manis, asam, asin,

pahit

b. Warna lidah putih

14. Sistem Penciuman

Gejala (Subyektif)

Tidak ada keluhan

Tanda (obyektif)

Membedakan bau minyak kayu putih dan parfum

F. DATA TAMBAHAN

1. Pengkajian nyeri

P : Nyeri Kepala dalam keadaaan apapun, nyeri tangan

kiri jika tersentuh atau digerakkan.

Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk.

R : Nyeri di bagian kepala dan tangan kiri

S : Skala nyeri 8

T : Nyeri berlangsung terus-menerus


2. Pola Aktivitas

a. Sebelum di RS

Klien dapat melakukan aktivitas sendiri

b. Selama di RS

Aktivitas dibantu keluarga

3. Pola tidur dan istirahat

a. Sebelum di RS

Waktu : 21.00-05.30

Lama tidur : 8,5 jam

Kebiasaan pengantar tidur : nonton TV

Kesulitan tidur : tidak ada

b. Selama di RS

Waktu : 20.00-06.00

Lama tidur : tiap 5-10 menit terbangun karena pusing

dan takut mendengar teriakan pasien lain

Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada

Kesulitan tidur : sulit tidur dikarenakan pusing dan

takut mendengar teriakan pasien lain

G. DATA PENUNJANG

1. Laboratorium tanggal 2 Desember 2007

Hematologi

Hemoglobin 11,4 gr% 13,00 – 16,00

Hematokrit 34,3 % 40,00 – 54,00

Eritrosit 4,26 juta/ mmk 4,50 – 6,50


MCH 26,80 pg 27,00 – 32,00

MCV 80,60 fL 76,00 – 96,00

MCHC 33,20 g/dL 9,00 – 36,00

Leukosit 18,50 ribu/mmk 4,00 – 11,00

Trombosit 426 ribu/mmk 150,0 – 400,0

Kimia klinik

Glukosa sewaktu 131 mg/dl 80 – 110

Ureum 13 mg/dl 15 – 39

Creatinin 0,61 mg/dl 0,60 – 1,30

Elektrolit

Natrium 140 mmol/L 136 - 145

Kalium 3,5 mmol/L 3,5 – 5,1

Chlorida 111 mmol/L 98 – 107

Kalsium 2,37 mmol/L 2,12-2,52

2. CT Scan tanggal 2 Desember 2007

Tidak ada perdarahan

3. X- Foto Thorax tanggal 3 Desember 2007

COR & Pulmo dalam batas normal ; tak tampak fraktur

kosta / klavikula

4. Terapi tanggal 3 Desember 2007

a. Infus RL 20 tetes/menit

b. Parasetamol sirup 3xsendok takar

c. Injeksi Cefotaxime 3x500 mg i.v

d. Injeksi Asam mefenamat 3x250 mg i.v


e. Diet biasa
ANALISA DATA

No. DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH TTD

1.

DS: Trauma Jaringan Gangguan rasa nyaman : nyeri

- Klien mengatakan pusing dan nyeri pada tangan

kiri dengan skala nyeri 8

DO:

P: Nyeri Kepala dalam keadaaan apapun, nyeri

tangan kiri jika tersentuh atau digerakkan.

Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk.

R: Nyeri di bagian kepala dan tangan kiri

T: Nyeri berlangsung terus-menerus.

- Klien tampak mringis menahan sakit.

- Klien tampak hati- hati dalam melakukan setiap

gerakan.

TTV: TD: 110/70 mmHg

RR: 24 x/menit

Nadi: 104 x/menit

Suhu 39,2oC

2. DS: Proses Infeksi Hipertermia

- Keluarga mengatakan dua hari ini klien panas

tinggi.

DO:

- Suhu : 39,2oC, TD : 110/70 mmHg


Nadi : 104 x/menit, RR : 24x/menit

- Leukosit : 18,5 ribu/mmk

- Klien berbicara kacau

- Klien tampak gelisah

3. DS: - Nyeri

- Situasi lingkungan Perubahan pola tidur

- Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri

kepala.

- Klien mengatakan sering terbangun dari tidur karena

mendengar teriakan pasien lainnya.

DO:

ÿÿ1033ÿÿgnp1ÿÿÿÿinÿÿsiÿÿ91ÿÿ28ÿÿharrsid8340306

ÿÿÿÿnd20ÿÿs22ÿÿ

- Klien tampak mengantuk

- Mata merah

- Terdapat kantung mata

- Sering menguap

4 DS: Penurunan kekuatan otot. Gangguan mobilitas

fisik.

- Klien mengatakan seluruh badannya masih

terasa sakit dan lemas.

DO

5 3

5 5
- Kekuatan otot

- Nyeri pada tangan kiri

- ADL dibantu keluarga.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma jaringan

2. Hipertermia b.d proses infeksi

3. Perubahan pola tidur b.d nyeri, pengaruh situasi

lingkungan.

4. Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan

otot.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD.

1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga

hari, nyeri hilang atau terkontrol.

KH:

1. Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2. Klien menunjukkan postur rileks dan mampu tidur.

1. Teliti keluhan nyeri. Catat intensitas,

karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk

dan meredakan. - Nyeri merupakan pengalaman

subjektif dan harus dijelaskan oleh individu. Identifikasi

karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupkan


satu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang

cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan sari terapi yang

diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-

verbal, seperti gelisah, ekspresi wajah, menan gis,

mringis, perubahan frekuensi jantung atau pernapasan dan

tekanan darah. - Merupakan indikator atau derajat

nyeri yang tidak langsung.

3. Berikan lingkungan yang tenang untuk

istirahat. - Menurunkan stimulasi berlebihan yang

dapat mengurangi rasa nyeri.

4. Berikan kompres dingin pada kepala. -

Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan

vasodilatasi.

5. Gunakan teknik relaksasi, seperti napas -

napas panjang dan visualisasi. - Memberikan pasien

sejumlah pengendali nyeri dan atau dapat menubah

mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri.

6. Anjurkan pasien untuk menggunakan

pernyataan positif , seperti ”saya akan sembuh.” -


Pemikiran negatif dapat meningkatkan ketegangan

yang meningkatkan nyeri dan sakit kepala.

7. Berikan analgesik, seperti asam

mefenamat sesuai indikasi. - Menurunkan nyeri.

2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga

hari, klien tidak mengalami hipertemi.

KH:

1. Suhu tubuh 36,5-37,5oC.

2. Tidak menggigil. 8. Pantau suhu pasien.

Perhatikan menggigil /diaforesisi. - Suhu 38,9-41,1

oC menunjukkan proses inferksi akut.

9. Pantau suhu lingkungan, batasi atau

tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

- Suhu ruangan atau jumlah selimut diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

10. Berikan kompres. - Menurunkan

demam.

11. Berikan antipiretik. - Mengurangi

demam.

3.

Setalah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari,

klien dapat tidur nyenyak.


KH:

1. Melaporkan perbaikan dalam pola istirahat.

2. Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan

sopan.

1. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan

yang terjadi.

- Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi

yang tepat.

2. Berikan atau letakkan beberapa barang

milik pribadi, misal bantal, guling, boneka dsb. -

Meningkatkan kenyaman tidur dan dukungan

fisiologis.

3. Tingkatkan regimen kenyaman sebelum

tidur, misalnya masase, susu hangat.

- Meningkatkan efek relaksasi.

4. Instruksikan tindakan relaksasi. -

Membantu menginduksi tidur.

5. Kurangi kebisingan dan lampu. -

Memberikan situasi kondusif untuk tidur.


6. Hindari mengganggu bila mungkin (misal:

untuk obat atau terapi. - Tidur tidak terganggu

lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak

bisa kembali tidur setelah terbangun.

4.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari,

klien tidak mengalami gangguan mobilitasi fisik.

KH:

1. Kekuatan otot meningkat.

2. Klien dapat membedakan APL sesuai toleransi.

3. Melakukan kembali atau mempertahankan posisi

fungsi optimal.

4. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan

fungsi tubuh pada bagian yang sakit. 1. Periksa

kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

kerusakan yang terjadi. - Mengidentifikasi

kemungkinan kerusakan secara fungsional dan

memperngaruhi pilih intervensi yang akan d ilakukan.

2. Kaji ulang derajat mobilitasi oasien

menggunakan skala ketergantungan (0 -4) - Skala 0.

Pasien mampu mandiri.

- Skala 1

Klien memerlukanbantuan atau peralatan mobilisasi yang

minimal.
- Skala 2

Memerlukan bantuan sedang atau diajarkan.

- Skala 3

Memerlukan bantuan atau peralatan secara terus -menerus

dan alat khusus.

- Skala 4

Tergantung secara total pada permberi asuhan.

Seseorang dalam skala 2 - 4 mempunyai resiko yang besar

bahaya sehubungan dengan imobilisasi.

3. Berikan atau bantu melakukan latihan

tentang gerak. - Mempertahankan mobilisasi dan

fungsi sendi atau posisi normal ekstremik dan menurunkan

terjadinya vena statis

4. Pertahankan linen tetap bersih, kering dan

bebas dari kerutan. - Meningkatkan sirkulasi dan

elastisitas kulit serta menurunkan resiko terjadinya

ekskoriasi kulit.

5. Anjurkan klien untuk melatih tangan kiri.

- Stimulus vena return dan mencegah trombus

vena.

6. Berikan tindakan pengamanan atau pasang

pengaman tempat tidur. - Mencegah pasien cidera

atau jatuh.
7. Anjurkan klien untuk tetap ikut serta

dalam ADL sesuai dengan kemampuan. -

Menngkatkan kesembuhan dan membentuk kekuatan

otot.
CATATAN KEPERAWATAN.

No. DP HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON

HASIL TTD

SENIN, 3 DESEMBER 2020

2,4 07:30 1. Merapikan dan membersihkan linen

atau tempat tidur klien - Linen bersih dan bebas

kerutan.

- Klien merasa lebih nyaman.

4 07:35 2. Memasang pengaman tempat tidur.

- Klien merasa terlindungi.

1 09:00 3. Mengkaji ulang riwayat nyeri. -

Klien mengatakan kepala sakit sekali, pusing terus -

menerus.

- Skala nyeri 8.

- Tangan kiri sakit bila digerakkan.

- Klien tampak merintih menahan sakit.

1 09:30 4. Mengajarkan klien teknik relaksasi

napas dalam. - Klien mengatakan kepala masih

sakit, pusing.

- Klien masih tampak tegang menahan sakit.

1 09.45 5. Menganjurkan klien untuk

menumbuhkan semangat sembuh dalam hati. - Klien

setuju

1 10:00 6. Memberikan injeksi asam mefenamat

250 mg, injeksi cefotaxime 500 mg - Obat asam


mefenamat 250 mg dan cefotaxime 500 mg masuk lewat

selang infus/iv

2 11:00 7. Mengukur TTV - TD: 110/70

mmHg, suhu: 39oC, nadi: 88 x/menit, RR: 22 x/menit.

2 11:10 8. Memberikan parasetamol 2 sendok

takar - Obat masuk.

2 11:15 9. Meminta keluarga untuk memberikan

kompres dan air minum yang banyak. - Keluarga

setuju.

- Klien dikompres dengan air biasa di leher dan

ketiak.

- Klien minum dua gelas air.

4 11:20 10. Mengkaji ulang kemampuan

fungsional tangan kiri klien. - Tangan kiri sakit

bila diangkat.

4 11:30 11. Mengkaji ulang derajat imobilitas

pasien dengan menggunakan skala ketergantungan. -

Klien termasuk dalam kategori 2, yaitu memerlukan

bantuan sedang.

4 11:45 12. Membantu klien melakukan latihan

rom ROM aktif, yaitu meminta klien untuk melakukan

fleksi, ekstensi. - Tangan kanan dan kedua kaki

mampu fleksi dan ekstensi, tangan kiri tidak mampu

melakukan fleksi dan ekstensi.


4 12:00 13. Meminta klien untuk melatih tangan

kiri dengan cara mengangkat tangan kiri. - Klien

hanya sedikit mampu mengangkat tangan kiri

- Kien menolak untuk melakukan lagi karen sakit.

3 12:05 14. Menganjurkan klien untuk istirahat.

- Klien mengatakan tidak bisa tidur karena

pusing dan suasana lingkungan ramai.

- Mata merah, ada kantung mata, sering menguap

3 12:10 15. Menannyakan kebiasaan tidur klien

- Klien mengatakan menonton tv dulu sebelum

tidur.

3 12:15 16. Meletakkan bantal kesayangan klien

didekatnya. - Klien merasa nyaman.

4 12:20 17. Menganjurkan klien dan keluarga

untuk terus melatik tangan kiri klien - Kien dan

keluarga setuju.

SELASA, 4 DESEMBER 2020

2,4 07:30 1. Merapikan dan membersihkan linen

tempat tidur klien. - Linen bersih dan bebas kerutan.

4 07:40 2. Memasang pengaman tempat tidur.

- klien terlindungi.

3 07:45 3. Menanyakan klien kualitas tidur

semalam. - Klien sudah bisa tidur karena kemarin


sore dibawakan tv kecil oleh keluarga hingga bisa tidur

seperti kebiasaan klien di rumah.

- Klien tampak senang.

08:00 4. Menanyakan klien tantang sakit kepala

dan pusingnya. - Klien mengatakan masih pusing tetap

sudah berkurang karena senang akan hiburan menonton tv

sebelum tidur.

- Klien mengatakan pasti sembuh.

4 08:15 5. Meminta klien utuk mengangkat

tangan kiri. - Klien dapat mengangkat tangan kiri

lebih tinggi dari hari kemarin.

- Klien tampak merintih.

- Keluarga mengatakan tiap waktu keluarga meminta

klien untuk latihan, klien bersedia melakukan latihan.

- Klien mengatakan tangan kirinya masih sakit.

1,3 10:00 6. Mlelakukan injeksi asam mefenamat

250 mg dan cefotaxime 500 mg - Obat asam

mefenamat 250 mg dan cefotaxime masuk lewat selang

infus.

2 11:30 7. Mengukur TTV - TD: 110/70

mmHg, suhu: 37,7oC, nadi: 80 x/menit, RR: 22 x/menit.


4 12:00 8. Mengkaji ulang derajat imobilitas

klien dengan menggunakan skala derajat ketergantungan.

- Klien termasuk dalam kategori skala 1,

memerlukan bantuan minimal.

- Klien tampak mau makan sendiri.

3 12:15 9. Memberikan klien susu hangat -

Klien tampak senang minum susu.

3 12:30 10. Menganjurkan klien untuk tidur -

Klien sudah tampak letih.

- Klien tidur.

3 12.35 11. Menganjurkan klien untuk banyak

minum, minimal enam gelas air/hari. - Klien setuju.


CATATAN PERKEMBANGAN

NO. DP HARI/TGL/JAM EVALUASI TTD

SENIN, 3 DESEMBER 2020

Jam 13.00

1 S: - Klien mengatakan sakit kepala dan

pusing terus-menerus

- Klien mengatakan tangan kiri sakit bila digerakkan

O: - Diberikan injeksi asam mefenamat

250 mg i.v

- Wajah merintih.

- TD: 110/170 mmHG,

Nadi: 88 x/menit

RR: 22 x/menit.

Suhu: 39oC

- Skala Nyeri 8

A: - Masalah belum teratasi.

P: - Lanjutkan intervensi 1-7.

2 S: - Keluarga mengatakan klien masih

demam.

O: - Klien dikompres air biasa di leher

dan ketiak.

- Klien diberi parasetaamol sirup 2 sendok takar.

- Suhu klien 39oC

A: - Masalah belum teratasi.


P: - Lanjutkan intervensi 1-4

3 S: - Klien mengatakan tidak bisa tidur

karena ramai dan pusing.

O: - Mata merah

- Sering menguap

- Ada kantung mata

A: - Masalah belum teratasi.

P: - Lanjutkan intervensi 1-6.

4 S: - Klien mengatakan tangan kiri dakit

bila diangkat.

O: - Klien dapat mengangkat tangan kiri

sedikit.

- Klien tampak kesakitan sewaktu mengangkat tangan

kirinya.

- Skala ketergantungan klien 2.

- ADL dibantu keluarga.

A: - Masalah belum teratasi.

P: - Lanjutkan intervensi 1-7.

SELASA, 4 DESEMBER 2020

Jam 13.00

1 S: - Klien mengatakan sakit kepala

berkurang tetapi tangan kiri masih sakit bila digerakkan.

O:

- Skala nyeri 6
- Nyeri dibagian kepala.berkurang, sedangkan nyeri

dibagian tangan kiri masih dan bertambah bila digerak kan.

- Klien tampak rileks.

A: - Masalah teratasi sebagian

P: - Observasi adanya tanda-tanda nyeri

- Beri analgesik

2 S: - Keluarga mengatakan panas sudah

turun.

O: - Suhu: 37.7oC

- Klien tidak menggigil.

A: - Masalah teratasi.

P: Pertahankan dan atau tingkatkan kondisi

klien.

3 S: - Klien mengatakan semalam dapat

tidur nyenyak karena menonoton tv dahulu sebelum tidur.

O: - Wajah klien tampak segar.

- Mata klien tidak merah.

- Tidak mengantuk.

- Tidak ada kantuung mata.

A: - Masalah teratasi.

P: - Pertahankan dan atau tingkatkan

kondisi klien
4 S: - Keluarga mengatakan klien sering

melatih tangan kirinya.

O: - Tangan kiri klien dapat diangkat

lebih tnggi dari sebelumnya.

- Klien mau makan sendiri.

- Kekuatan otot

A: - Masalah belum teratasi.

P: - Kaji ulang derajat imobilisasi klien.

- Bantu latihan rentang gerak.

- Anjurkan klien untuk melatih tangan kiri

- Anjurkan klien untuk tetap ikut serta dalam

pemenuhan ADL sesuai toleransi.


BAB 5

PENUTUP

KESIMPULAN

Penelitian ini menun'ukkan hasil bah/a terdapat hubungan

antarahasil T S+an dengan nilai 8 S pada pasien +edera

kepala. Dimana halini dapat dipengaruhi oleh e*ek buruk

+edera kepala karena melaluimekanisme langsung dan

tidak langsung. Pengaruh se+ara langsungter'adi beberapa

saat setelah trauma ter'adi sedangkan trauma se+aratidak

langsung merupakan +edera otak sekunder yang bisa

ter'adibeberapa 'am setelah ke'adian bahkan beberapa hari

setelah penderitaterpapar trauma. edera otak sekunder

ter'adi karena perubahanaliran darah ke otak dan 'uga

ter'adi peningkatan tekanan intrakranialkarena

meningkatnya volume isi kepala. edua mekanisme

tersebutmemperberat +edera otak yang sudah ada. edera

otak bisamenimbulkan dampak ;sik, kogniti*, emosi dan

sosial. Prognosis +ederaotak bisa sangat bervariasi dari

mulai sembuh total sampai +a+atmenetap bahkan

kematian.

SARAN

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan

padamakalah ini. !leh karena itu, penulis mengharapkan


sekali kritik yangmembangun bagi makalah ini, agar

penulis dapat berbuat lebih baiklagi di kemudian hari.

Semoga makalah ini dapat berman *aat bagipenulis pada

khususnya dan pemba+a pada umumnya .


DAFTAR PUSTAKA

Astrid C. Awaloei,dkk,2016.

Valentina B. M. L,dkk,2015

Dr.dr.M.z.arifin,Sp.Bs(k),2013

Anda mungkin juga menyukai