Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Ridho Kunto Prabowo1, Elly Nurachmah2, Debie Dahlia2


1. Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Indramayu
2. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Masalah ini dikaitkan dengan adanya tekanan psikologis dan masalah fisik yang
dihadapi oleh pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan berdampak pada penurunan
Health-Related Quality of Live (HRQoL). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian
terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). Desain yang
digunakan adalah quasi eksperimen dengan melibatkan 40 orang responden yang dipilih dengan
menggunakan teknik consecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat
dengan menggunakan uji parametrik yakni independent t test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan kecemasan yang bermakna antara kedua kelompok (p value =0,0001).
Disimpulkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF). Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan
sebagai upaya mengatasi kecemasan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF).

Kata Kunci: Congestive Heart Failure (CHF), Kecemasan, SEFT

ABSTRACT
Anxiety is a problem that is often experienced by patients with Congestive Heart Failure
(CHF). This problem is attributed to the psychological pressure and physical problems faced by
those patients that will impact on the decrease on Health-Related Quality of Live (HRQoL). This
study aimed to determine the effect of SEFT therapy on anxiety among patients with Congestive
Heart Failure. A Quasi experiment design was used in this study by involving 40 respondents which
selected by using a consecutive sampling technique and divided into two groups. The result of
independent t-test showed that there is a significant difference mean of anxiety between two groups
(p value = 0.0001). It was concluded that SEFT therapy has effect on anxiety reduction among
patients with Congestive Heart Failure. The results of this study can be recommended as an
intervention to overcome anxiety among patients with Congestive Heart Failure.

Keywords: Anxiety, Congestive Heart Failure (CHF), SEFT

PENDAHULUAN juta penduduk Amerika Serikat yang menderita


Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai gagal jantung, sedangkan di Indonesia pada
abnormalitas dari fungsi struktural jantung atau tahun 2012 menurut data dari Departemen
sebagai kegagalan jantung dalam Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang
mendistribusikan oksigen sesuai dengan yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
dibutuhkan pada metabolisme jaringan, Perkembangan penyakit kardiovaskuler
meskipun tekanan pengisian normal atau adanya dipengaruhi oleh beberapa faktor jika dilihat
peningkatan tekanan pengisian (Mc Murray et dari aspek psikologis diantaranya perasaan
al., 2012). Menurut American Heart Association marah, depresi, isolasi sosial, kecemasan dan
(AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 stres (Januzzi et al, 2000). Pasien gagal jantung

8 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


mengalami kecemasan yang bervariasi dari untuk memulihkan dan mengurangi resiko
kecemasan ringan sampai dengan kecemasan serangan atau kekambuhan yang berulang
berat. Kecemasan yang dialami pasien (Moser, 2007). Penanganan atau pemberian
mempunyai beberapa alasan diantaranya cemas intervensi kecemasan pada pasien CHF bisa
akibat sesak napas, cemas akan kondisi menggunakan terapi farmakologi dan non
penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa farmakologi.
sembuh, cemas dan takut akan kematian. Upaya penanganan yang biasanya
Yohannes et al (2010) dalam sebuah review diberikan kepada pasien dengan kecemasan
study mengemukakan bahwa kecemasan adalah dengan terapi farmakologis yaitu
merupakan hal yang umum terjadi pada pasien penggunaan obat-obatan anti ansietas. Namun
gagal jantung, prevalensi kecemasan pada menurut Townsend (2008) menyatakan bahwa
pasien gagal jantung sekitar 11-45% dari penggunaan obat-obatan anti ansietas tersebut
beberapa penelitian yang diikutsertakan dalam dapat mengakibatkan depresi susunan saraf
studi tersebut. pusat secara menyeluruh. Obat-obatan anti
Pengkajian dan penanganan kecemasan ansietas juga berpotensi menyebabkan
harus menjadi bagian dari perawatan pasien ketergantungan fisik atau psikologis,
jantung terutama gagal jantung kongestif penggunaanya tidak dianjurkan dalam jangka
tujuannya adalah untuk memulihkan dan panjang. Sehingga dibutuhkan suatu terapi non
mengurangi resiko kekambuhan berikutnya farmakologis yang dapat mengatasi masalah
(Moser, 2007). Faktor kecemasan sering dialami yang melibatkan unsur spiritual atau emosional
oleh pasien jantung dan mejadi dampak yang dan fisik pada pasien CHF.
serius bila tidak ditangani. Pasien dalam kondisi Ada beberapa terapi non farmakologi
mengalami kecemasan memiliki respon yang yang dapat digunakan oleh perawat untuk
berbeda-beda, termasuk respon spiritual pasien. mengatasi kecemasan salah satunya dapat
Harapan dan keyakinan pasien terhadap menggunakan terapi Spiritual Emotional
penyakit yang dideritanya sangat mempengaruhi Freedom Technique (SEFT). Terapi ini
respon spiritual pasien. Respon spiritual inilah termasuk kedalam teknik relaksasi dan
yang harus dipahami oleh seorang perawat merupakan sistem energi tubuh dengan terapi
profesional dalam memberikan pelayanan spiritual dengan teknik tapping atau ketukan
kesehatan yang komprehensif yaitu meliputi ringan pada titik-titik tertentu ditubuh.
biopsikososiokultural. SEFT adalah suatu bentuk mind body
Perawat mempunyai peranan yang sangat therapy dari terapi alternatif dan komplementer
penting untuk merawat pasien dengan gagal keperawatan. Prinsip kerja SEFT hampir sama
jantung kongestif yang mengalami kecemasan dengan akupuntur dan akupresur yaitu
akibat proses penyakitnya. Pengkajian sampai menstimulus titik-titik kunci pada 12 jalur
pemberian intervensi atau terapi digunakan energi tubuh. Intervensi ini merupakan teknik

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 9


mengatasi emosi yang dilakukan dengan cara Alat ukur yang digunakan adalah lembar
mengetuk ringan ujung jari dengan stimulus isian karakteristik responden yang berisi usia,
titik-titik meridian tertentu pada tubuh individu jenis kelamin, penyakit penyerta, lama
sambil dirasakan masalah yang sedang dihadapi menderita CHF dan medikasi. Kecemasan
(Craig, 2003). Pada praktik klinis, EFT terbukti diukur dengan State Trait Anxiety Inventory
efektif untuk mengatasi berbagai masalah (STAI), instrumen ini bertujuan untuk
psikologis. Hasil penelitian dari Rowe dan Allen mengukur dua konsep kecemasan yaitu
(2004) menunjukkan bahwa EFT efektif kecemasan sesaat (State Anxiety) dan
mengatasi psikologis jangka panjang. kecemasan dasar (Trait Anxiety) (Spielberger,
Penelitian ini memiliki tujuan untuk Gorsuch & Lushene, 1970; McDowell, 2006).
mengidentifikasi pengaruh terapi Spiritual
Freedom Technique (SEFT) terhadap tingkat HASIL PENELITIAN
kecemasan pada pasien Congestive Heart Analisis Univariat
Failure (CHF). Penelitian menunjukkan bahwa rerata usia
responden adalah kelompok intervensi yaitu
METODE 51.95 tahun dengan standar deviasi 12.40 tahun,
Penelitian melibatkan 40 responden untuk sedangkan rata-rata umur responden kelompok
masing-masing kelompok intervensi dan kontrol yaitu 56.10 dengan standar deviasi
kontrol. Desain yang digunakan adalah quasi 15.81 tahun. Rata-rata lama menderita CHF
eksperimen dengan consecutive sampling. kelompok intervensi yaitu 25.65 bulan dengan
Kriteria inklusi adalah pasien yang terdiagnosa standar deviasi 27.5 bulan, sedangkan rata-rata
CHF grade II dan III saat akan dilakukan lama menderita CHF responden kelompok
penelitian, pasien yang mengalami kecemasan, kontrol yaitu 12.30 bulan dengan standar deviasi
kesadaran komposmentis dan belum pernah 12.28 bulan. Jenis kelamin pada kedua
mendapatkan terapi SEFT sebelumnya. Kriteria kelompok mayoritas responden perempuan
eksklusi adalah pasien CHF dengan gangguan yaitu 57,5% (23 responden), berdasarkan
penglihatan dan pendengaran, dengan klasifikasi CHF, responden mayoritas menderita
penurunan kognitif (demensia), pasien CHF CHF NYHA 2 pada kedua kelompok yaitu
dengan penyakit penyerta selain hipertensi, DM, sebesar 60,0% (24 responden), responden yang
dan gagal ginjal, home visit tidak terjangkau memiliki penyakit penyerta terbanyak adalah
dan menolak menjadi responden penelitian. hipertensi sebesar 55,0% (22 responden), dan
Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten medikasi yang paling banyak diberikan adalah
Indramayu dan RSUD M.A Sentot Indramayu. antihipertensi sebesar 67,5% (27 responden).
Selama penelitian tidak terdapat responden yang Berdasarkan hasil univariat kecemasan
drop out. menunjukkan adanya perubahan rerata
kecemasan pada responden pada kelompok

10 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


intervensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi Distribusi karakteristik responden
SEFT, dimana rerata kecemasan pada responden berdasarkan jenis kelamin, klasifikasi CHF,
kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi penyakit penyerta, dan medikasi dapat dilihat
SEFT sebesar 123,60 dengan standar deviasi pada tabel 1.2 berikut ini :
18,00 dan setelah dilakukan terapi SEFT pada
responden kelompok intervensi nilai rerata Tabel 1.2
sesudah 1 sebesar 86,10 dengan standar deviasi Distribusi responden berdasarkan jenis
7,80, nilai rerata sesudah 2 sebesar 91,45 kelamin, klasifikasi CHF, penyakit penyerta,
dengan standar deviasi 7,94 dan nilai rerata dan medikasi (N=40)
sesudah 3 sebesar 95,90 dengan standar deviasi Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin
7,10.
Laki-laki 17 42,5
Distribusi karakteristik responden Perempuan 23 57,5
Klasifikasi CHF
berdasarkan rerata umur dan lama menderita
NYHA 2 24 60
CHF dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini NYHA 3 16 40
Penyakit Penyerta
Hipertensi 22 55
Tabel 1.1 DM 11 27,5
Distribusi karakteristik responden Gagal Ginjal 7 17,5
Medikasi
berdasarkan rerata umur dan lama Antihipertensi 27 67,5
menderita CHF (N=40) Analgesik 4 10
Antibiotik 9 22,5
Variabel Mean SD
Umur
Kel. Kontrol 51.95 12.40 Analisis Bivariat
Kel. Intervensi 56.10 15.81 Perbedaan rerata kecemasan pada
Lama Menderita CHF
Kel. Kontrol 25.65 27.5 responden sebelum dan sesudah pemberian
Kel. Intervensi 12.30 12.28 terapi SEFT antara kelompok intervensi dan
kontrol dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3
Analisis Perbedaan Rerata Kecemasan Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi
SEFT antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n = 40)

Variabel Kelompok Mean±SD Beda Mean p value


Intervensi 123,60±18,00 13,20
Kecemasan Sebelum 0,057
Kontrol 110,40±22,06
Intervensi 1 86,10±7,80 -25,35
0,0001*
Kontrol 1 111,45±20,04
Kecemasan Intervensi 2 91,45±7,94 -23,15
0,0001*
Sesudah Kontrol 2 114,60±17,34
Intervensi 3 95,90±7,10 -19,70
0,0001*
Kontrol 3 115,60±14,59
*Bermakna pada p value < α, α = 0.05

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 11


Analisis perbedaan rerata kecemasan penurunan kecemasan yang bermakna antara
sesudah pemberian terapi SEFT pada kelompok kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan (p value = 0,0001).
bahwa perbedaan skor kecemasan sebelum
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Analisis Multivariat
sebesar 13,20, dengan rata-rata skor kecemasan Pada pemodelan akhir didapatkan hasil
pada kelompok intervensi 123,60 dengan bahwa nilai koefisien determinasi (R square)
standar deviasi ±18,00 dan rata-rata skor sebesar 0,358, hal ini berarti bahwa seluruh
kecemasan pada kelompok kontrol 110,40 variabel confounding, baik umur, jenis kelamin,
dengan standar deviasi ± 22,06. Berdasarkan lama menderita CHF, klasifikasi CHF, penyakit
hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat penyerta, dan medikasi dapat menjelaskan
perbedaan kecemasan yang bermakna antara kecemasan pada pasien CHF setelah dilakukan
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol terapi SEFT sebesar 35,8 %, sedangkan sisanya
(p value = 0,057). dijelaskan oleh faktor yang lain. Setelah melalui
Sedangkan pada kelompok intervensi 1 analisis regresi linier berganda dan dilakukan uji
dan kelompok kontrol 1 sesudah pemberian asumsi didapatkan hasil sig. Anova 0,362 dan
terapi SEFT sebesar -25,35, dengan rata-rata durbin watson 2,180 sehingga model tidak dapat
skor kecemasan pada kelompok intervensi 86,10 digunakan untuk memprediksi kecemasan
dengan standar deviasi ± 7,80, perbedaan skor setelah dilakukan terapi SEFT. Untuk uji
kecemasan kelompok intervensi 2 dan interaksi tidak dilakukan karena secara substansi
kelompok kontrol 2 sesudah pemberian terapi antar variabel dipandang tidak berinteraksi.
SEFT sebesar -23,15, dengan rata-rata skor
kecemasan pada kelompok intervensi 91,45 PEMBAHASAN
dengan standar deviasi ± 7,94, dan perbedaan Umur
skor kecemasan kelompok intervensi 3 dan Hasil penelitian menunjukkan rerata umur
kelompok kontrol 3 sesudah pemberian terapi pada responden kelompok intervensi dan
SEFT sebesar -19,70, dengan rata-rata skor kelompok kontrol tidak jauh berbeda yaitu rata-
kecemasan pada kelompok intervensi 95,90 rata usia untuk kelompok intervensi adalah
dengan standar deviasi ± 7,10. Sedangkan pada 51,95 tahun sedangkan pada kelompok kontrol
kelompok kontrol 1 rata-rata skor kecemasan usia rata-rata adalah 56,10 tahun. Meningkatnya
111,45 dengan standar deviasi ± 20,04, kontrol usia merupakan faktor resiko utama pada
2 rata-rata skor kecemasan 114,60 dengan kejadian kematian akibat CHF. CHF bisa terjadi
standar deviasi ± 17,34, dan kontrol 3 rata-rata pada semua umur, akan tetapi kejadian kematian
skor kecemasan 115,60 dengan standar deviasi CHF terjadi pada umur 59 (36-75) tahun (Maria
± 14,59. Berdasarkan hasil analisis et al. 2017). Semakin tua umur seseorang atau
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang

12 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


maka semakin banyak pengalaman hidup yang (Aggelopoulou et al. 2017). Penelitian lain yang
dimiliki. Pengalaman hidup yang banyak itu, dilakukan graven et al. 2017 menunjukkan lama
dapat mengurangi kecemasan. Beberapa menderita CHF paling banyak pada rentang 1-5
penelitian menyatakan bahwa semakin muda tahun sebanyak 46 responden (30,0%), dan
usia seseorang, tingkat kecemasan semakin rentang 5-10 tahun sebanyak 41 responden
tinggi (Mahat & Scoloveno, 2003) walaupun (26,0%). Lama menderita CHF juga akan
beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa menyebabkan pasien dengan CHF sering
tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat dilakukan rawat ulang serta lama hari rawat
kecemasan (Brewer et al, 2006 dalam Tsai dapat mempengaruhi kecemasan seseorang yang
2007). sedang dirawat juga keluarga dari pasien
tersebut. Kecemasan pada pasien yang belum
Jenis Kelamin memiliki pengalaman dirawat sebelumnya akan
Sebagian besar responden dalam tetap tinggi hingga pasien menjalani perawatan
penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak lebih dari dua minggu (Stubbe, 2008). Lain
23 orang atau sebesar 57,5%. Hasil penelitian halnya temuan dalam penelitian yang dilakukan
sebelumnya menunjukkan bahwa responden oleh Coyne dan Dip (2006) yang menyatakan
perempuan lebih banyak daripada laki-laki, bahwa lama hari rawat tidak berpengaruh pada
pasien yang berjenis kelamin perempuan kecemasan (Coyne dan Dip, 2006 dalam
sebesar 59,6% dan laki-laki 40,4% (34,0%) Stubbe, 2008).
(Bots et al. 2017). Jenis kelamin dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan, perempuan Klasifikasi CHF
memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi Responden yang menderita CHF NYHA 2
dibanding laki-laki (Mahat & Scoloveno, 2003; pada kelompok intervensi yaitu berjumlah 24
Stubbe, 2008). Satu dari empat perempuan responden (60,0%), sedangkan yang menderita
amerika meninggal karena penyakit CHF NYHA 3 berjumlah 16 responden
kardiovaskular meskipun memiliki kesadaran (40,0%). Hasil penelitian sebelumnya
yang kuat untuk mengurangi kejadian kondisi menunjukkan tingkat keparahan gagal jantung
ini (Murphy et al. 2017). pada 41,1% pasien berada pada tingkat III
menurut Klasifikasi NYHA, dan NYHA II
Lama Menderita CHF sebesar 38,9% (Aggelopoulou et al. 2017),
Rerata lama menderita CHF pada sedangkan menurut penelitian lainnya
kelompok intervensi 25,65 bulan (2,14 tahun) menunjukkan bahwa 78 pasien (50,0%)
dan rerata lama menderita CHF kelompok mengalami CHF NYHA II, dan 36 pasien
kontrol 12,30 bulan (1,025 tahun). Hasil (23,1%) mengalami CHF NYHA I (Graven et
penelitian sebelumnya rata-rata lama menderita al. 2017). Depresi, kecemasan dan buruknya
gagal jantung adalah 6,6 tahun (± 3,3) kualitas hidup dapat mempengaruhi tingkat

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 13


keparahan penyakit. Pasien dengan gagal atau juga membuat tidur (hipnotik). Namun
jantung tahap II (berdasarkan NYHA) memiliki penggunan obat anticemas untuk kasus
lebih sedikit gejala kecemasan dan depresi serta gangguan kecemasan terbatas untuk gangguan
kualitas hidup lebih baik dibandingkan dengan panik dan gangguan cemas menyeluruh
mereka yang menderita CHF NYHA III atau IV. (International Journal of Psychiatry in Clinical
Sedangkan, pasien dengan CHF NYHA III dan Practice, 2012). Sehingga meskipun sudah
IV secara signifikan akan mengalami cemas dan mendapatkan terapi antidepresan, pasien CHF
mengalami penurunan kualitas hidup. masih merasakan kecemasan.

Medikasi Penyakit Penyerta


Responden yang mendapatkan obat Hasil analisis data menunjukkan bahwa
Antihipertensi sebesar 67,5% (27 responden), responden pasien CHF yang menderita/memiliki
Analgesik 10% (4 responden) dan Antibiotik penyakit hipertensi berjumlah 22 reponden
22,5% (9 responden). Hasil penelitian (55,0%), diabetus mellitus 11 responden
sebelumnya menunjukkan medikasi yang paling (27,5%) dan gagal ginjal 7 responden (17,5%).
banyak diberikan adalah ACE inhibitor dan Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil
diuretik yaitu sebesar masing-masing 24 yang sama dengan penelitian yang dilakukan
responden (82,8%), sedangkan β blocker oleh peneliti yaitu penyakit penyerta yang
sebanyak 21 responden (72,4%) (Shimizu et al. paling banyak adalah hipertensi sebesar 51,7%
2014). (15 responden) dan diikuti diabetus mellitus
Medikasi merupakan terapi yang 48,3% (14 responden) dan gagal ginjal 10,3% (3
diprogramkan secara rutin oleh medis untuk responden) (Shimizu et al. 2014). Data penyakit
mengobati kesehatan atau masalah pada klien penyerta (komorbid) didapatkan dengan cara
CHF. Data tentang penggunaan obat pada menanyakan kepada responden tentang adanya
responden baik itu kelompok intervensi maupun penyakit lain selain CHF yang dialami
kontrol didapatkan dari catatan rekam medis responden saat ini. Hasilnya didapatkan
obat. Medikasi dapat dihubungkan dengan beberapa keluhan yang sering muncul yaitu
penyakit yang melatar belakangi terjadinya CHF hipertensi, diabetes mellitus, dan gagal ginjal.
misalnya hipertensi, gagal ginjal dan diabetus Peningkatan fungsi fisik dapat diperkirakan
mellitus. Untuk mengatasi rasa cemas pada berdasarkan komorbid yang dimiliki, karena
pasien CHF diberikan obat anticemas yang komorbid khususnya berkaitan dengan
selama ini dikenal obat golongan kelemahan tubuh seseorang dan membutuhkan
benzodiazepine. Obat ini adalah obat yang perhatian yang lebih karena dapat menurunkan
mempunyai efek menenangkan dengan berfokus fungsi fisik pasien CHF. Peneliti berpendapat
menekan fungsi GABA di otak. Efeknya bahwa komorbid merupakan faktor yang perlu
membuat pasien bisa menenangkan (sedasi) dan dikaji sehingga dapat dilakukan pengontrolan

14 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


agar tidak memperburuk perjalanan penyakit CHF. Penelitian ini menggunakan terapi SEFT
seseorang. (Spiritual Emotional Freedom Technique)
dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian
Pengaruh Pemberian Terapi SEFT terhadap membuktikan bahwa terdapat penurunan skor
Tingkat Kecemasan kecemasan pada pasien CHF yang mengalami
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kecemasan yang sudah diberikan terapi SEFT
rata-rata tingkat kecemasan sebelum dilakukan selama 3 hari, 3 kali terapi turun dari skor
terapi SEFT yaitu 123,60 pada kelompok 133,60 menjadi 86,10 pada post test hari ketiga,
intervensi dan 110,40 pada kelompok kontrol. 91,45 pada post test hari ketujuh dan 95,90 pada
Hasil uji kesetaraan tingkat kecemasan antara post test hari keempat belas dengan p-value
kedua kelompok menunjukkan hasil yang setara 0,0001 (p<0,05).
(p value> 0,322; α 0,05). Beberapa responden Hasil penelitian yang didapatkan
mengungkapkan secara verbal bahwa menunjukkan bahwa terapi SEFT yang
kemampuan saat ini sangat menurun dilakukan selama tiga hari, tiga kali terapi
dibandingkan sebelum sakit CHF dan juga mempunyai dampak yang signifikan terhadap
sering cemas, susah untuk tidur dan sekarang penurunan kecemasan pada responden. Selama
lebih banyak dibantu untuk melakukan aktifitas terapi diberikan tidak ada keluhan yang
sehari-hari. dirasakan oleh responden dan tidak ada
Kecemasan yang terjadi pada yang terjadi responden yang drop out dari penelitian ini.
pada pasien CHF merupakan gejala Temuan dalam penelitian ini mendukung
multidimensional yang mencakup aspek fisik, penelitian dari Saftri dan Sadif (2013)
mental dan emosional, pengalaman kecemasan menjelaskan penggunaan terapi SEFT
yang dirasakan sebagai tanda dan gejala atau menurunkan tingkat depresi pada pasien gagal
efek dari CHF yang diderita karena kecemasan ginjal kronik, Hofer et. al. (2014) tentang
pada pasien dengan CHF biasa dikaitkan pada pemberian terapi mindfulness-enhanced yang
adanya gangguan psikologis. Dengan merupakan bagian dari neuro-psikoterapi yang
mekanisme kecemasan yang terjadi pada pasien efektif untuk mengatasi kecemasan. Penelitian
CHF masih sangat mungkin untuk dapat Baker dan Hoffman (2014) menjelaskan bahwa
dikembangkan intervensi yang efektif dengan EFT (Emotional Freedom Technique) dapat
target mekanisme kecemasan tersebut sehingga menurunkan kecemasan pasien dengan kanker
dapat menurunkan keluhan utama penderita. payudara. Penelitian yang dilakukan Bakara et
Penelitian yang dilakukan merupakan al (2013) yang berjudul “Efek Spiritual
salah satu upaya untuk menemukan intervensi Emotional Freedom Technique terhadap Stres,
yang tepat dalam menajemen kecemasan pada Cemas dan Depresi, Sindrom Koroner Akut”,
pasien CHF dan disesesuaikan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini
mekanisme kecemasan yang terjadi pada pasien menunjukkan bahwa terapi SEFT akan dapat

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 15


menurunkan stres, depresi dan tingkat kongestif yang mengalami kecemasan dapat
kecemasan pada pasien Sindrom Koroner Akut memperparah kondisi pasien seperti pasien akan
(P value <0,05). gelisah yang berlebih sampai berteriak-teriak,
Kozier, Erb, Berman, dan Snyder (2010), sesak nafas, tekanan darah meningkat, denyut
keyakinan spiritual ini akan memberikan rasa nadi cepat dan tidak patuh dalam pengobatan
tenang dan harapan positif bagi yang mengalami sehingga penyakitnya tidak kunjung sembuh.
sakit, sehingga diharapkan dapat menurunkan Selain itu pasien mengalami gangguan dalam
kecemasannya. Menurut Lewis, Dirkse, istirahat, terkadang terjadi halusinasi (Smeltzer
Heitkemper, Bucher, dan Camera (2004), & Bare, 2002).
pendekatan spiritual dapat dan membantu Terapi SEFT termasuk ke dalam kriteria
mengatasi permasalahan psikososial akibat terapi relaksasi, dimana terapi ini adalah bentuk
penyakit. Syed (2003), terapi spiritual dari mind- body therapy yang menggabungkan
menimbulkan respons relaksasi dan kesehatan, body energy system (sistem energi tubuh) atau
dapat menimbulkan keyakinan dalam perawatan yang disebut juga dengan energy medicine
diri, dan bermanfaat terhadap kecemasan dan dengan spiritual theraphy (terapi spiritual)
panik pada pasien terminal yang dapat (Zainuddin, 2012, Saputra, 2012, Thayib, 2010).
menimbulkan ketenangan. Hasil penelitian lain Teknik SEFT ini dikembangkan dari EFT yang
menyebutkan terdapat perbedaan penurunan bersumber dari energi terapi. Pengembangan
tingkat depresi pada pasien gagal jantung yang teknik ini meliputi gabungan teknik relaksasi
mendapatkan bimbingan spiritual, dimana yang memiliki unsur meditasi dengan
bimbingan spiritual dapat meningkatkan melibatkan faktor kepasrahan dan keyakinan.
motivasi sosial, gejala fisik dan peningkatan Responden melakukan teknik ini dengan
status kesehatan yang berhubungan dengan melakukan pengulangan secara verbal tentang
depresi (Bekelman, dkk., 2007). kepasrahannya secara spiritual, tahap ini disebut
Hasil penelitian ini juga terbukti Tune In dalam SEFT yang merupakan bagian
mendukung teori dari Smeltzer dan Bare (2002), dari self hypnoterapy sehingga responden saat
salah satu intervensi keperawatan pada pasien relaksasi tersebut dapat mengeluarkan hormon
gagal jantung adalah menghilangkan dengan lebih stabil, tubuh akan menguraikan
kecemasan. Pasien cemas atau stres tidak akan ketegangan otot-otot, pikiran menjadi lebih
dapat istirahat dengan cukup. Stres emosional tenang dan tentram (Zainuddin, 2012).
mengakibatkan pembuluh darah mengalami Dengan melakukan tapping pada salah
vasokonstriksi sehingga mengakibatkan tekanan satu titik sistem meridian sehingga peranan
arteri meningkat dan denyut jantung cepat. endorphin yang merupakan substansi atau
Keadaan ini akan memperberat beban jantung neurotransmiter menyerupai morfin yang
yang sudah mengalami kegagalan dalam dihasilkan tubuh secara alami dapat dikeluarkan
menjalankan fungsinya. Pasien gagal jantung oleh periaqueductal grey matter. Keberadaan

16 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


endorphin pada sinaps sel-sel saraf Szabo et. al. (2012) yaitu tentang adaptasi
mengakibatkan dapat membuat relaks pada stress secara umum sindrom stress berawal dari
tubuh (Zainuddin, 2014; Smelzer & Bare, situasi dimana tubuh secara tidak spesifik
2002). berespon terhadap berbagai stimulus. Pada
SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang kondisi stress hipotalamus berperan dalam
lebih sama dengan akupunktur dan akupresur. menstimulus hipofisis, sehingga adrenal akan
Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci memproduksi kortisol sehingga secara langsung
pada sepanjang 12 jalur energi (energi meridian) maupun tidak langsung akan tersekresi steroid
tubuh, SEFT selain menggunakan unsur ACTH (adrenocorticotropic hormone), GnRH
spiritual cara yang digunakan lebih aman, lebih (gonadotropin-releasing hormone),
mudah, lebih cepat dan lebih sederhana Somatostatin serta faktor pelepas (releasing)
dibandingkan pendahulunya (akupunktur dan hormon hipotalamus dan hipofisis lainya.
akupresur), karena SEFT hanya menggunakan Kegagalan tubuh dalam beradaptasi
ketukan ringan (tapping). terhadap stressor akan memunculkan berbagai
Akupuntur akan merangsang titik-titik tanda seperti, tekanan darah tinggi dan serangan
tertentu dengan menggunakan jarum, akupresur jantung. Oleh karena itu upaya untuk
merangsangnya dengan menekan titik pada kaki beradaptasi perlu diajarkan pada penderita stress
dengan kuat sedangkan SEFT hanya dengan ini, agar mampu beradaptasi dengan kondisinya
ketukan-ketukan ringan. Titik-titik yang sehingga tidak sampai terjadi pada gejala-gejala
dirangsang pada 3 metode diatas berbeda, tetapi diatas, salah satu upaya yang dapat dilakukan
prinsipnya tetap sama, yaitu merangsang adalah dengan pemberian terapi SEFT yang
simpul-simpul energi meridian tubuh. Hal ini dilakukan dalam penelitian ini. Tujuan dari
telah dibuktikan secara visual dengan pemberian terapi untuk meningkatkan
pemotretan menggunakan SPECT (Single penyimpanan energi dan memberikan efek
Photon Emission Computerized Tomography) rileks pada tubuh sebagai upaya untuk
menggunakan pendekatan biomolekuler manajemen stress, sehingga diharapkan dapat
kedokteran nuklir untuk membuktikan meminimalisir kecemasan yang dialami oleh
keberadaan titik accupoint pada sistem meridian responden (Zainuddin, 2012; Saputra 2012).
serta menjelaskan bahwa titik sistemmeridian Secara sistem neurotransmitter, secara
tersebut memiliki karakteristik tegangan tinggi ilmiah bahwa endogenous opiod subtance
hambatan rendah (Saputra, 2012). terdapat tiga jenis golongan yaitu enkefalin, beta
Penggunaan titik-titik jalur energi endorfin, dan dinofrin. Dimana ketiga golongan
meridian pada orang yang mengalami tersebut dapat dikeluarkan oleh Periaqueductal
kecemasan CHF dapat dijelaskan secara Neuro- grey matter dari sistem kontrol Desenden
fisiologi dari sistem meridian akupunktur dengan merangsang dari salah satu titik energi
analgesia. Sesuai dengan teori Hans Sclye oleh meridian (Saputra, 2012; Smeltzer & Bare,

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 17


2011). Beta endorfin adalah analgetik yang jauh UCAPAN TERIMA KASIH
lebih baik daripada enkefalin, sedangkan Terima kasih kepada Direktur RSUD Kab.
dinofrin 50 kali lebih kuat dari pada beta Indramayu dan RSUD M.A Sentot Patrol
endorfin (Price & Wilson, 2012) Indramayu yang telah memberikan ijin untuk
Hasil post test kedua yang dilakukan pada melakukan penelitian, serta bagian diklat,
hari ketujuh dan post test ketiga yang dilakukan kepala ruangan dan perawat yang telah memberi
pada hari keempat belas ternyata menunjukkan dukungan kepada peneliti saat pengambilan
kecemasan naik kembali, hal ini dikarenakan data.
pada post test kedua dan ketiga tidak dilakukan
terapi SEFT. Kecemasan ini naik karena KESIMPULAN
pengalaman terhadap suatu penyakit akan Pada penelitian ini didapatkan rerata umur
timbul kembali yang meliputi berbagai perasaan responden pada kelompok intervensi 51.95
dan reaksi stres, termasuk frustasi, kecemasan, tahun dan pada kelompok kontrol 56.10 tahun.
kemarahan, penyangkalan, rasa malu dengan Jenis kelamin responden baik kelompok
kondisi saat ini, berduka dan ketidakpastian. intervensi dan kontrol didapatkan lebih banyak
Pada post test kedua dan ketiga pasien perempuan sebesar 57,5% (23 responden).
sudah kembali ke rumah, pasien yang menderita Rerata lama menderita CHF pada kelompok
CHF bersama keluarganya akan menyesuaikan intervensi 25.65 bulan dan pada kelompok
diri kembali dengan kondisinya. Pertanyaan kontrol 12.30 bulan. Klasifikasi CHF baik pada
pada diri pasien akan timbul kembali mengenai kelompok intervensi dan kontrol lebih banyak
prognosis, kemungkinan sembuh dan yang menderita CHF NYHA 2 sebesar 60% (24
kemungkinan kambuh, perubahan fungsi tubuh responden. Penyakit penyerta pada kelompok
dan reaksi orang lain, terutama orang-orang intervensi dan kontrol yang paling banyak
terdekat. Pikiran pasien bahwa penyakitnya adalah hipertensi 55% (22 responden) dan
akan kambuh kembali dan harus dirawat inap medikasi pada kelompok intervensi dan kontrol
ulang dapat meningkatkan kecemasan. Dengan yang paling banyak adalah antihipertensi 67,5%
demikian orang yang menderita penyakit (27 responden).
tertentu seperti CHF terkadang menjadi sangat Dari hasil penelitian diketahui terdapat
peka dan rentan. Pasien akan dibayangi dengan pengaruh pemberian terapi SEFT terhadap
kekambuhan dan pengalaman dirawat dirumah penurunan kecemasan sebelum dan sesudah
sakit, dan hal-hal mengenai kematian, intervensi secara bermakna.
ketergantungan, ketidakberdayaan dan
gangguan harga diri akan sering muncul.

18 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018


DAFTAR PUSTAKA 172. doi: 10.4037/ajcc2009867.
AHA. (2012). Types of heart failure. Februari Januzzi, J.L, Jr., Stern, T.A., Pasternak, R.C., &
10, 2017. De Sanctis, R.W. (2000). The influence
http://www.heart.org/HEARTORG/Con of anxiety and depression on outcomes
ditions/HeartFailure/AboutHeartFailure/ of patients with coronary artery disease.
Classes-of-Heart- American Medical Assosiation, 160.
Failure_UCM_306328_Article.jsp. Kalkhoran & Karimollahi, M. (2007).
Aggelopoulou, Z. et al., 2017. The level of Religiousness and preoperative anxiety:
anxiety , depression and quality of life A correlational study. Annals of General
among patients with heart failure in Psychiatry, 6, 17. doi:10.1186/1744-
Greece. Applied Nursing Research, 34, 859X-6-17.
pp.52–56. Available at: Lewis, S.L., Dirkse, S.R., Heitkemper, M.M.,
http://dx.doi.org/10.1016/j.apnr.2017.01. Bucher, L., & Camera, I. (2004).
003. Medical surgical nursing : Assesessment
Bakara, D.M., et al. (2013). Efek Spiritual and management of clinical problems.
Emotional Freedom Technique terhadap USA: Mosby Year.
Cemas dan Depresi, Sindrom Koroner Maria, J., Gallego, P., Elvira, A., Garcia-
Akut. hamilton, D., Avila, P., Alonso, A., …
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp Fernandez-aviles, F. (2017). Impact of
/article/view/51 age and sex on survival and causes of
Bekelman, D.B., Becker, D.M., Wittstein, I. death in adults with congenital heart
Hendricks, D. E., Yamashita, T.E., & disease. International Journal of
Gottlieb,.S.H. (2007). Spiritual well- Cardiology, 245(December 1989), 119–
being and depression in patients with 124.
heart failure. J Gen Intern Med, 22(4), http://doi.org/10.1016/j.ijcard.2017.06.0
470–477. doi:10.1007/s11606-006-0044- 60
9. McDowell, I. (2006). The state-trait anxiety
Bots, M.L. et al., 2017. Trends in comorbidity inventory (C.H. Spielberger, 1968,
in patients hospitalised for 1977). Excerpt from Ian McDowell,
cardiovascular disease, 248, pp.382–388. "Measuring health: A guide to rating
scales and questionnaires". Copyright ©
Craig, G. (2003). Emotional freedom techinque
Oxford University Press, New York,
(EFT). United Kingdom: Dragon Rising.
2006.
Dixhoorn. J . V. & White. A. (2005). Relaxation
McMurray, J.J.V., Adamopoulos, S., Anker,
therapy for rehabilitation and prevention
S.D., Auricchio, A., Bohm, M. and
in ischaemic heart disease. European
Dickstein, K. et al. 2012, ESC
Journal of Cardiovascular Prevention
Guidelines for the diagnosis and
and Rehabilitation, 12,193–202.
treatment of acute and chronic heart
Graven, L.J. et al., 2017. International Journal failure, European Heart Journal,
of Nursing Studies Predictors of 33:1787-1847
depression in outpatients with heart
Moser, D.K. (2007). The rust of life: Impact of
failure : An observational study.
anxiety on cardiac patients. Am J Crit
International Journal of Nursing Studies,
Care, 16, 361–369.
69, pp.57–65. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017. Moyad, M., & Hawks, J.H. (2009).
01.014. Complementary and alternative
therapies, dalam Black, J.M., & Hawks,
Halm, M.A. (2009), Relaxation: A self-care
J.H. Medical-surgical nursing: Clinical
healing modality reduces harmful effects
management for positive outcomes, (8th
of anxiety. The American Association of
edition). Elsevier Saunders.
Critical-Care Nurses AACN, 18, 169–

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018 19


Murphy, N., Alderman, P., Harvey, K. V., & R. E. (1970). STAI manual: For the state
Harris, N. (2017). Women and Heart trait anxiety inventory (self-evaluation
Disease: An Evidence-Based Update. quistionnaire). Florida: Consulting
TJNP: The Journal for Nurse Psychologists Press Inc.
Practitioners, 13(9), 610–616. Syed. I.B. ( 2003). Spiritual medicine in the
http://doi.org/10.1016/j.nurpra.2017.07.0 history of islamic medicine. Medicine
11 University of Louisville School of
Price dan Wilson (1994). Patofisiologi : Konsep Medicine Louisville.
Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Thayib, S. (2010). Preview Spiritual Emotional
bahasa : Anugrah, P., EGC, Jakarta. Freedom Technique, Surabaya : LoGOS
Ramos, S., Prata, J., Gonclaves, F., & Coelho, Institute.
R. (2014). Congestive heart failure and Tluczek, A., Henriques, J. B., & Brown, R. L.
quality of life. Applied Research in (2009). Support for the reliability and
Quality of Life, 9(4), 803–817. validity of a six-item state anxiety scale
Roger, V., Go, A., Lloyd-Jones, D., Adams, R., derived from the State-Trait Anxiety
Berry, J., & Brown, T. (2011). Heart Inventory. Journal of Nursing
Disease and Stroke Statistics - 2011 Measurement, 17(1), 19.
update: A Report from the American Townsend, C.M. (2008). Essentials of
Heart Association. Circulation, 123(4), psychiatric mental health nursing. (4th
e18–e209. Ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Rowe, M. M. & Allen, R. G. (2004). Spirituality Yohannes A.M., Willgoss T.G., Baldwin
as a means of coping with chronic R.C., Connolly M.J. (2010). Depression
illness. American Journal of Health and anxiety in chronic heart failure and
Studies. Diunduh dari chronic obstructive pulmonary disease:
http://findarticles.com. prevalence, relevance, clinical
Safitri, R. Pratiwi & Sadif R. Safaria (2013). implications and management
Spiritual Emotional Freedom Technique principles. International Journal Geriatr
(SEFT) to reduce deppresiom for Psychiatry. 2010 Dec;25(12):1209-21.
chronic renal failure patients are in doi: 10.1002/gps.2463.
Cilacap Hospital to undergo Zainuddin, A.F. (2012). Spiritual Emotional
Hemodialysis. International Journal of Freedom Technique (SEFT) for healing
Social and Humanity. Vol. 3 (3). 300- + success + happiness + greatness.
303. DOI: 10.7763/IJSSH.2013.V3.249 Jakarta : Afzan Publishing.
Saputra, A. (2012). Buku Terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique.
Yogyakarta :NQ Publising.
Shimizu, Y., Suzuki, M. & Okumura, H., 2014.
Risk factors for onset of depression after
heart failure hospitalization. Journal of
Cardiology, 64(1), pp.37–42. Available
at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jjcc.2013.11.0
03.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G.
(2002). Brunner & Suddarth’s textbook
of medical surgical nursing 8th ed.
(Agung Waluyo et al., Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott.
Spielberger, C. D., Gorsuch, R. L., & Lushene,

20 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 2 Juli-Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai