Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan
normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan,
gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan
adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-
akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat
dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila
dibandingkan dengan nak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri,
kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap
peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut
memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap
anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan
dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana kebutuhan komunikasi anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana implikasi anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus?
6. Apa hambatan komunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus?
7. Bagaimana teknik berkomunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus?
8. Apa kebutuhan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan terhadap anak berkebutuhan
khusus ?
1
9. Bagaimana perencanaan pendidikan ksehatan terhadap anak berkebutuhan khusus?
10. Bagaimana rencana evaluasi terhadap anak berkebutuhan khusus?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa
tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
1. Untuk Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus karakteristik
perkembangan anak berkebutuhan khusus
2. Untuk Mengetahui karakteristik perkembangan anak berkebutuhan khusus
3. Untuk Mengetahui kebutuhan komunikasi anak berkebutuhan khusus
4. Untuk Mengetahui implikasi dari anak berkebutuhan khusus
5. Untuk Mengetahui prinsip komunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus
6. Untuk Mengetahui hambatan komunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus
7. Untuk Mengetahui teknik berkomunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus
8. Untuk Mengetahui kebutuhan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan terhadap anak
berkebutuhan khusus
9. Untuk Mengetahui perencanaan pendidikan ksehatan terhadap anak berkebutuhan
khusus
10. Untuk Mengetahui rencana evaluasi terhadap anak berkebutuhan khusus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Menurut Hallahan dan Kauffman, 1986
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,
dikarenakn dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus.
Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai“orang luar
biasa“, dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang terkenal
memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang
kehidupan lainnya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka
yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak di
alami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat berupa kelainan
dalam segi fisik, psikis, sosisal, dan moral.
Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian
yang lebih luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat“ dalam percakapan sehari hari.
dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda, yaitu mereka yang
menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan
orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke
bawah, yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di
derita oleh orang normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi
kemampuan intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki
inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “aerodinamika“ yang
berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebagai orang yang jenius di bidangnya, sedangkan
contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah orang yang lambat dan sulit dalam belajar.

3
2.2 KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Karakteristik Anak Berkelainan Fisik
1. Karakteristik Tunanetra
Tunanetra adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfurigsian organ
penglihatan seseorang. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang
khas, diantaranya adaiah:
 Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
 Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
 Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
 Sosial/emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalisme yaitu dapat bicara
tetapi tidak tahu nyatanya
2. Karakteristik Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidak fungsian organ
pendengaran. Beberapa karakteristik khas anak tunarungu, diantaranya adalah:
 Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak
 Kemampuan akademik, sama dengan anak normal pada umumnya
 Motorik, memiliki keseimbangan motorik yang kurang baik
 Sosial-emosional, perasaan curiga yang berlebihan dan mudah tersinggung
3. Karakteristik Tunadaksa
Anak Tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh,
yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan anggota
gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelainan yang ada di syaraf pusat atau
otak, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik maupun motorik
 Kemampuan akademik;untuk tunadaksa ringan sama dengan anak normal pada
umumnya sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami
gangguan neuro-muscular,disertai dengan keterbelakangan mental.
 Motorik,mengalami gangguan motorik kasar maupun motorik halus.
 Sosial – emosional ,cenderung merasa rendah diri (minder) dalam pergaulan

2. Karakteristik Anak Berkelainan Mental Emosional


Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan mental-emosional, yaitu
1. Karakteristik Tunagrahita
Berdasarkan berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Mampu didik

4
Mampudidik merupakan istilah untuk mengelompokan tunagrahita ringan.
Kemampuan maksimalnya setara dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 SD,
apabila mendapat pelayanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak
mampudidik dapat lulus Sekolah dasar. Tunagrahita mampudidik umumnya tidak
disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris, sehingga kesan
lahiriah anak mampudidik sama dengan anak normal sebaya.
b. Mampu latih
Tunagrahita mampulatih secara fisik sering memiliki kelainan fisik baik
sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang memiliki kelainan
dengan tipe klinik masuk dalam kelompok mampulatih sehingga sangat mudah
untuk mendeteksi anak mampu latih, karena penampilan fisiknya berbeda dengan
anak normal sebaya. Anak mampulatih kemampuan tertingginya setara dengan
anak normal usia 8 tahun (kelas 2 SD). Anak mampulatih tidak dapat mengikuti
pelajaran yang bersifat akademik walaupun secara sederhana seperti membaca,
menulis dan berhitung,mereka hanya mampu dilatih dalam keterampilan mengurus
diri sendiri dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
c. Perlu rawat
Adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat,istilah kedokterannya
disebut idiot. Memiliki kapasitas inteligensi di bawah 25 dan sudah tidak mampu
dilatih keterampilan, hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning) dalam
kehidupan sehari-hari. Seumur hidupnya tidak dapat lepas dari orang lain.

2. Karakteristik Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang
ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam
lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya,anak-anak tunalaras memiliki kemampuan
intelektual yang normal. Kelainan banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa karakteristik menonjol dari anak yang berperilaku kelainan sosial:
a. Karakteristik umum
 Mengalami gangguan perilaku; suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak
milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau
bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong,
tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek dsb.
 Mengalami kecemasan,khawatir,ketakutan,tertekan,sulit bergaul,menarik
diri,kurang PD,bimbang,sering menangis,malu dan sebagainya.
 Kurang dewasa, suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku,
pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya.
5
 Agresif, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya,
sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
b. Sosial /emosi
Karakteristiknya : Sering melanggar norma masyarakat, sering mengganggu,
bersifat agresif, secara emosional sering merasa rendah diri mengalami kecemasan.
c. Karakteristik akademik
Karakteristiknya:Hasil belajarnya sering jauh di bawah rata-rata, Sering tidak naik
kelas, sering membolos, seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalulintas.

3. Karakteristik Anak Berkelainan Akademi


Anak-anak berkelainan akademik terdiri dari :
1. Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat merupakan istilah untuk menunjukkan adanya anak berkelainan
mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau ciri yang
menonjol meliputi:
a. Karakteristik Intelektual, cepat dalarn belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya
konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi
b. Karakteristik Sosial-emosional:Mudah bergaul,mudah beradaptasi di lingkungan
yang baru,memiliki sifat kepemimpinan terhadap teman sebayanya,jujur,tenggangg
rasa, mampu mengontrol emosi.
c. Karakteristik Fisik-kesehatan:berpenampilan menarik,memiliki system imune yang
baik,dapat memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi.

2. Karakteristik Anak Berkesulitan belajar


Ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi)
yang telah ditentukan. Berkesulitan belajar dapat dipahami melalui:
 Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
 Adanya disfungsi minimal otak
 Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
 Adanya kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik

2.3 CARA BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


a. Menyebut nama mereka ketika ingin berkomunikasi
Jangan kaget ketika seorang anak berkebutuhan khusus memanggil nama kamu secara
lengkap. Mereka memang membutuhkan sesuatu yang lengkap, begitu pun dengan nama.
Agar komunikasi dengan mereka berjalan lancar, coba panggil nama mereka saat ingin
mulai berkomunikasi. Jangan hanya dengan memanggil “Hey, kamu” atau panggilan lain
6
yang tidak pasti kepada siapa kamu memanggil. Hal tersebut mempermudah mereka untuk
menangkap panggilan yang kamu tunjukkan.
b. Membahas topik spesifik dan jelas
Jika kamu sering membahas banyak hal dengan teman-teman tanpa arus yang jelas,
maka hal tersebut sebaiknya jangan dilakukan dengan anak berkebutuhan khusus. ABK
membutuhkan segala sesuatu yang spesifik dan jelas. Coba untuk membahas topik yang
spesifik dengan mereka. Misalnya, jika kamu ingin berbincang mengenai musik, fokuslah
pada genre musiknya atau mengenai alat musiknya. Jangan menyatukan kedua hal tersebut.
c. Kontak mata secukupnya
Kontak mata merupakan suatu kewajiban saat berkomunikasi. Tetapi, jangan samakan
pelakuan tersebut kepada ABK. Jangan memberikan kontak mata yang terlalu sering
kepada mereka. Hal tersebut bisa membuat mereka tidak nyaman dan terintimidasi. Jika
sudah begitu, mereka akan sering menunduk dan tidak ingin berbicara.
d. Hindari terlalu banyak memberi kebisingan dan sentuhan
Sama dengan kontak mata, mereka juga sensitif dengan kebisingan, sentuhan, dan
juga bau. Tidak seperti kebanyakan anak lain yang lebih menikmati suasana luar yang
ramai, ABK merupakan anak yang lebih suka suasana tenang. Coba juga untuk menahan
sentuhan kepada mereka. Seperti menyentuh bahu dan tangan ketika berkomunikasi.
Mereka akan merasa ketakutan ketika banyak disentuh.
e. Ajak bersosialisasi
Meskipun mereka dirasa berbeda, tetapi jangan juga menjauhkan mereka dari
lingkungan kamu. Mereka perlu banyak sosialisasi untuk melatih daya tumbuh mereka.
Coba ajak mengobrol dengan cara-cara di atas. Selain itu, coba juga untuk melakukan
kegiatan yang mereka suka, seperti menggambar, mewarnai, dan bermain Lego.
f. Sabar menunggu jawaban diberikan
Ketika mereka diberikan pertanyaan, butuh waktu bagi mereka untuk menyerap apa
yang ditanya hingga bisa menjawabnya. Untuk itu, kamu yang bertanya harus bersabar
menunggu jawaban tersebut. Saat mereka belum menjawab, jangan memiliki prasangka
lain terdahulu atau bahkan langsung mengganti topik pembicaraan. Berikan pertanyaan satu
persatu dan tunggu jawaban sebelum memberikan pertanyaan lainnya

2.4 IMPLIKASI KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Implikasi Komunikasi dalam Keperawatan pada Anak Berkebutuhan Khusus :
Implikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat mengingat
berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat dilakukan melalui komunikasi di
antaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah:

7
1. Ajak berbicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak atau
mengkaji anak dengan menjalin hubungan dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain agar anak mau
berkomunikasi
3. Berikan maianan sebelum masuk ke dalam pembicaraan inti.
4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan sambil
duduk, berdiri atau tidur.
5. Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang berdampak trauma
lakukan diakhir pemeriksaan.
6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri kesempatan untuk
memegang alat periksa

2.5 PRINSIP KOMUNIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


a. Prinsip kasih saying
Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus membutuhkan kasih sayang dan bukan
belas kasihan. Kasih sayang yang dimaksudkan merupakan wujud penghargaan bahwa
sebagai manusia mereka memiliki kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan diakui
bahwa mereka adalah sama seperti anak-anak yang lainnya. Perubahan lingkungan dari
lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang ke lingkungan sekolah pada awal anak
masuk sekolah merupakan peristiwa yang menentukan bagi perkembangan anak
selanjutnya. Untuk itu, guru sudah seharusnya mampu menggantikan kedudukan orangtua
untuk memberikan perasaan kasih sayang kepada anak. Wujud pemberian kasih sayang
dapat berupa sapaan, pemberian tugas sesuai dengan kemampuan anak, menghargai dan
mengakui keberadaan anak.
b. Prinsip keperagaan
Anak berkebutuhan khusus ada yang memiliki kecerdasan di bawah jauh rata-rata.
Keadaan ini berakibat anak mengalami kesulitan dalam menangkap informasi, ia memiliki
keterbatasan daya tangkap pada hal-hal yang konkret, ia mengalami kesulitan dalam
menangkap hal-hal yang abstrak. Untuk itu, guru dalam membelajarkan anak hendaknya
menggunakan alat peraga yang memadai agar anak terbantu dalam menangkap pesan. Alat-
alat peraga hendaknya disesuaikan dengan bahan, suasana, dan perkembangan anak.
c. Keterpaduan dan keserasian antar ranah
Dalam proses pembelajaran, ranah kognisi sering memperoleh sentuhan yang lebih
banyak, sementara ranah afeksi dan psikomotor kadang terlupakan. Akibat yang terjadi
dalam proses pembelajaran seperti ini terjadi kepincangan dan ketidakutuhan dalam
memperoleh makna dari apa yang dipelajari. Pendidikan berfungsi untuk membentuk dan
mengembangkan keutuhan kepribadian. Salah satu bentuk keutuhan kepribadian adalah
8
terwujudnya budi pekerti luhur. Penanaman budi pekerti luhur pada subjek didik mustahil
terwujud bila hanya dengan penanaman aspek kognitif saja. Untuk itu kedua aspek yang
lain perlu meperoleh porsi yang memadai. Keterpaduan dan keserasian antar ranah yang
dirancang dan dikembangkan secara komprehensif oleh guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran mendorong terbentuknya kepribadian yang utuh pada diri
anak.Untuk itu, guru harus menciptakan media yang tepat untuk mengembangkan ketiga
aranah tersebut.
d. Pengembangan minat dan bakat
Proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus pada dasarnya mengembangkan
minat dan bakat mereka. Minat dan bakat masing-masing subjek didik berbeda, baik dalam
kuantitas maupun kualitasnya. Tugas guru dan orangtua adalah mengembangkan minat dan
bakat yang terdapat pada diri anak masing-masing. Hal ini dilakukan karena, minat dan
bakat seseorang memberikan sumbangan dalam pencapaian keberhasilan. Oleh karena itu,
proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus hendaknya didasarkan pada minat dan
bakat yang mereka miliki.
e. Kemampuan anak
Heteroginitas mewarnai kelas-kelas pendidikan pada anak berkebutuhan khusus,
akibatnya masing-masing subjek didik perlu memperoleh perhatian dan layanan yang
sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan yang dimaksud meliputi keunggulan-
keunggulan apa yang ada pada diri anak, dan juga aspek kelemahan-kelemahannya. Proses
pendidikan yang berdasar pada kemampuan anak akan lebih terarah ketimbang yang
berdasar bukan pada kemampuan anak, seperti keinginan orangtua atau tuntutan paket
kurikulum. Orangtua memang memiliki anaknya, tetapi seringkali terjadi orangtua kurang
dan tidak mengetahui kemampuan anaknya. Mereka menganggap sama pada semua
anaknya. Oleh karena itu, sebelum dan selama proses pendidikan orangtua perlu disertakan
dalam proses pendidikan anaknya, sehingga kemampuan dan perkembangannya dapat
diikutinya. Selain itu, guru n harus mampu menterjemahkan tuntutan kurikulum terhadap
heteroginitas kemampuan masing-masing subjek didik.
f. Model
Guru merupakan model bagi subjek didiknya. Perilaku guru akan ditiru oleh anaknya
didiknya. Oleh karena itu, guru perlu merancang secermat mungkin pembelajaran agar
model yang ditampilkannya oleh guru dapat ditiru oleh anak. Di sekolah, anak-anak lebih
percaya pada gur-gurunya daripada orangtuanya. Hal ini terjadi karena dunia anak telah
pindah dari lingkungan keluarga ke lingkungan baru, yaitu sekolah. Kepercayaan anak
terhadap orang-orang yang ada di sekolah perlu dimanfaatkan dalam proses pendidikan.
Pemanfaatan tersebut berupa pemberian contoh atau model yang secara sadar atau tidak
sadar membentuk pribadi dan perilaku subjek didik. Karena guru menjadi pusat perhatian
9
model anak, maka penataan dirinya perlu didahulukan, mulai dari cara berpakaian, bertutur
kata, berdiri di kelas atau di luar kelas.
g. Pembiasaan
Penanaman pembiasaan pada anak normal lebih mudah bila dibarengi dengan
informasi pendukungnya. Hal ini tidak mudah bagi anak berkebutuhan khusus. Pembiasaan
bagi anak berkebutuhan khusus membutuhkan penjelasan yang lebih konkret dan berulang-
ulang. Hal ini dilakukan karena keterbatasan indera yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus dan proses berpikirnya yang kadang lambat. Untuk itu, pembiasaan pada anak
berkebutuhan khusus harus dilakuakn secara berulang-ulang dan diringi dengan contoh
yang konkret.
h. Latihan
Latihan merupakan cara yang sering ditempuh dalam pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus. Latihan sering dilakukan bersamaan dengan pembentukan
pembiasaan. Porsi latihan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus disesuaikan
dengan kemampuan yang dimilikinya. Pemahaman akan kemampuan anak dalam
memberikan latihan pada diri subjek didik akan membantu penguasaan keterampilan yang
telah dirancangkan lebih dahulu. Latihan yang diberikan tidak melebihi kemampuan anak,
sehingga anak senang melakukan kegiatan yang telah diprogramkan oleh pengelola
pendidikan.
i. Pengulangan
Karakteristik umum anak berkebutuhan khusus adalah mudah lupa. Oleh karena itu,
pengulangan dalam memberikan informasi perlu memperoleh perhatian tersendiri.
Pengulangan diperlukan untuk memperjelas informasi dan kegiatan yang harus dilakukan
anak. Meskipun hal ini sering menjemukan, tetapi kenyataan mereka memerlukan demi
penguasaan suatu informasi yang utuh.
j. Penguatan
Penguatan atau reinforcement merupakan tuntutan untuk membentuk perilaku pada
anak. Pemberian penguatan yang tepat berupa pujian, atau penghargaan yang lain terhadap
munculnya perilaku yang dikehendaki pada anak akan membantu terbentuknya perilaku.
Pujian yang diberikan padanya akan memiliki arti tersendiri dalam pencapaian usaha
keberhasilan. Secara psikologis akan memberikan penghargaan pada diri subjek didik,
bahwa dirinya mampu berbuat. Penghargaan ini akan memberikan motivasi pada diri
mereka. Bila ini terjadi, anak akan berusaha untuk menampilkan prestasi lain.

2.6 HAMBATAN KOMUNIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Beberapa hambatan atau gangguan perkembangan fisik maupun psikis yang terjadi
pada anak berkebutuhan khusus meliputi : retardasi mental, kesulitan belajar, gangguan emosi,
10
gangguan komunikasi (bahasa dan pengucapan), tunarungu (gangguan pendengaran), tunanetra
(gangguan penglihatan), tunadaksa (gangguan fisik atau gangguan kesehatan lainnya),
tunaganda (memiliki lebih dari satu gangguan atau ketunaan yang cukup berat). Anak
berkebutuhan khusus sebagai anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, mental, intelektual, sosial, emosional), sehingga
memerlukan pelayanan dan perlakuan khusus dalam kehidupan mereka termasuk dalam
pemenuhan kebutuhan komunikasinya.

2.7 TEKNIK KOMUNIKASU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


a. Bangun Kedekatan
Bayangkan jika kita punya kedekatan dengan seseorang. Apapun yang kita inginkan,
akan dipenuhi oleh orang tersebut. Bahkan tanpa harus meminta, cukup dengan adanya
kedekatan dan saling memahami melalui bahasa tubuh atau ekpresi wajah.
Contohnya, bayi baru lahir ekspresi kebutuhan ASI disampaikan melalui rengekan
atau mencoba mencari-cari punting ibu dengan mengosokkan wajah dan mulutnya pada
dada ibu yang sedang mengendongnya. Apakah ibu sudah otomatis paham dengan isyarat
bayi menginginkan ASI ? Tentunya tidak. Sangat jarang, ibu yang baru melahirkan mampu
membedakan isyarat-isyarat bayi. Isyarat bayi butuh ASI, isyarat sedang mengantuk,
isyarat merasa sakit, isyarat bayi perlu dibersihkan dari BAB/ BAK, ataupun isyarat-isyarat
lain.
Hari-hari bersama bayi yang baru lahir, Ibu dan bayi perlu sama-sama bangun
kedekatan agar ada kesamaan pemahaman pada isyarat, gerakan tubuh, suara, dan ekspresi
wajah. Kesamaan pemahaman yang diartikan sebagai kesepakatan bersama. Kedekatan
juga perlu terus dibina. Kedekatan dipengaruhi emosi, kesehatan, lingkungan, ingatan masa
lalu dan waktu interaksi.
Sampai di sini, kita sepakat ya, bahwa kedekatan antara orangtua dan ABK atau
antara terapis dan ABK, harus diasah terus.
Pembahasan langkah berikutnya adalah pemilihan dan penggunaan kosa kata.
b. Perbanyak Kosa Kata.
Berkomunikasi tentang benda/ tempat/ orang/ keadaan yang sama, jauh lebih mudah
jika diantara yang berkomunikasi memiliki satu nama/ petunjuk yang sama. Makin banyak
kosa kata yang dimiliki, makin spesifik benda/ tempat/ orang/ sikap dan perilaku yang
diinfomasikan.
Misalnya kata benda “baju” jika dibandingkan dengan kalimat “baju warna biru di
dalam lemari baju”. Jauh lebih jelas kalimat baju warna biru di dalam lemari baju.
Petunjuknya lengkap. Dengan beberapa kosa kata (baju, warna, biru…. dan lemari baju).

11
Jelas ya, ABK dengan penguasaan banyak kosa kata memperjelas dan mempermudah
komunikasi.Komunikasi yang dapat digunakan saat ABK berinteraksi sosial.
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
Suasana yang menyenangkan menyebabkan anak lebih mudah menyerap. Apalagi jika
ditambahkan stimulasi pendukung, seperti menggunakan irama, gerakan, sentuhan, bentuk,
warna, bau, teksture dan ekspresi tertentu. Penambahkan imbalan, sebagai motivasi dapat
memicu anak untuk lebih aktif. Stimulasi dan imbalan mendukung terciptaknya suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Anak makin bersemangat dan punya keinginan untuk
meningkat kemampuan komunikasinya.
d. Gunakan AAC (Augmentative Alternative Communication)
Amati sekeliling anda, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi verbal
(menggunakan bahasa lisan) dengan efektif. Faktor-faktor yang menghambat komunikasi
verbal adalah adanya perbedaan bahasa, budaya, kebiasaan menjadi alasan yang umum.
Alasan yang khusus adalah hambatan ABK, seperti ABK penyandang disabilitas
pengelihatan, pendengaran, gangguan sosial dsbnya.
Untuk ABK dengan hambatan komunikasi, penggunaan AAC atau Augmentative
Alternative Communication, menjadi alternatif. AAC, banyak jenisnya, mulai cara
tradisional seperti bahasa isyarat hingga cara canggih seperti penggunaan software berbasis
kemajuan teknologi komunikasi. Steven Haywkins seorang ilmuwan, dosen dan pencetus
teori pembaharuan adalah contoh dari penyandang disabilitas komunikasi yang mampu
menggunakan AAC secara maksimal.

2.8 KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak berkebutuhan khusus memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang penyakit
daripada anak pada umumnya. Berbagai macam penyakit atau gangguan kesehatan yang
menyerang anak umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang berasal dari
lingkungan sekitar. Sehingga, salah satu cara untuk menekan masalah ini adalah dengan
menghindarkan anak dari lingkungan yang tidak sehat. Orangtua dapat mengajarkan anak pola
hidup sehat. Tentu tak mudah dan diperlukan perlakuan khusus serta kesabaran.
Salah satu kunci dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus adalah dengan
pembiasaan. Orang tua maupun guru sebagai orang terdekat anak dapat mengajarkan anak
tentang pola hidup sehat melalui berbagai macam pembiasaan hidup sehat, seperti pembiasaan
perilaku hidup bersih. Orangtua perlu mengajarka dengan sabr dan berulang-ulang hingga anak
dapat melakukannya secara mandiri. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dimulai dari
kebiasaan-kebiasaan kecil seperti mencuci tanganmenggunakan sabun sebelum makan dan
setelah buangair besar serta setelah memegang binatang, kebiasaan menggosok gigi dua kali
sehari, serta mandi di pagi dan sore hari.
12
Mengajarkan berbagai kebiasaan hidup bersih dan sehat kepada anak berkebutuhan
khusus memang berbeda. Selain dengan pembiasaan, anak juga perlu diberikan contoh konkrit.
Hal ini karena anak berkebutuhan khusus, terlebih berusia dini masih belum bisa berpikir
secara abstrak. Selain itu, salah satu sifat perkembangan anak usia dini adalah imitasi, yakni
kebiasaan meniru setiap hal yang ia lihat dari orang disekitarnya. Orang tua dapat memberikan
contoh yang sederhana namun bermanfaat, misalnya mencuci tangan sebelum makan.
Hal lain yang tak kalah penting adalah memberikan asupan makanan dengan gizi seimbang.
Selain memperhatikan komposisi gizi, hal yang perlu diperhatikan adalah keamanan jenis
makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh anak, misalnya tidak menggunakan bahan
penyedap, pengawet dan pewarna buatan. Perlu juga diperhatikan alergi atau diet pada anak.
Anak dengan ASD biasanya melakukan diet dengan menghindari bahan makan yang
mengandung kasein dan gluten. Orangtua juga perlu membiasakan anak untuk tidak jajan di
tempat umum. Memberikan bekal makan kepada anak yang sudah memasuki sekolah adalah
sebuah pilihan yang tepat, untuk menghindari berbagai bahaya yang tidak disadari anak.
Orang tua yang ingin membiasakan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus untuk hidup
bersih dan sehat yang terpenting adalah memperhatikan kebutuhan khusus yang dimiliki oleh
anak. Selain itu, jika orangtua ingin anaknya berperilaku hidup bersih dan sehat, maka ia juga
harus memiliki perilaku hidup bersih dan sehat. Kesabaran mutlak dimiliki orang tua agar anak
dapat meningkat kualitas hidup dan kemandirian anak.

2.9 PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus banyak membawa manfaat bagi anak itu
sendiri. Melalui pendidikan dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan
khusus seterusnya akan dikembangkan yang akan berguna bagi kehidupannya karena banyak
anak berkebutuhan khusus yang memiliki bakat yang tidak dimiliki oleh anak normal pada
umumnya. Dapat menjadikan anak lebih disiplin dan mandiri sehingga tidak lagi bergantung
pada orang lain dalam menjalani kehidupannya. Anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan masyarakat sekitar sehingga anak merasa menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Dapat mewujudkan seseorang yang memiliki kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting bagi kelangsungan hidup
bermasyarakat karena melalui pendidikan anak dapat berinteraksi dengan orang lain dan
diperlakukan sama dengan anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus pun berhak
mendapatkan pendidikan. Tidak ada manusia yang tidak memiliki kekurangan. Dimata Tuhan
semua orang sama yang membedakan hanya ketakwaannya.

13
2.10 RENCANA EVALUASI
Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sekumpulan komponen yang saling berkaitan
satu sama lain yang saling berkolaborasi didalam membuat program perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan hasil evaluasi yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan
Inklusif untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik dalam kelompok tertentu
sesuai dengan kemampuan dan kecakapan masing-masing serta membantu guru dalam
menyusun rencana evaluasi, menentukan waktu pelaksanaan dan melaporkan hasilnya yang
tidak membuat kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, penilaian pendidikan terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian eksternal merupakan
penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran.
Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik dalam maupun luar negeri yang
dimaksudkan untuk penegnadalian mutu. Adapun penilaian internal adalah penilaian yang
dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung dalam rangka
penjaminan mutu.
Penilaian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penilaian internal terhadap
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah untuk menilai
kompetensi peserta didik pada sekolah dasar tertentu pada saat dan akhir pembelajaran.
Penilaian ini lebih dikenal dengan penilaian kelas. Kurikulum menghendaki adanya cara
penilaian sehingga dapat diketahui perkembanganan ketercapaian berbagai kompetensi peserta
didik. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan penilaian hasil belajar
yang dilakuan oleh pendidik. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif menggunakan tiga
model kurikulum, yaitu kurikulum umum, kurikulum modifikasi dan kurikulum yang
diindividualisasikan. Implementasinya di pergunakan tiga jenis kurikulum dan karakteristik
peserta didik yang beragam pada sekolah inklusif, maka dibutuhkan sistem penilaian fleksibel
yang dapat dipergunakan untuk menilai kompetensi belajar semua peserta didik

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Anak dengan hambatan penglihatan dan pendengaran memperlihatkan banyak
tantangan yang unik ketika berkomunikasi baik untuk individu itu sendiri maupun orang yang
ada di sekitarnya. Orangtua, guru, atau orang terdekat dengan anak harus belajar menafsirkan
dan memberi tanggapan terhadap komunikasi yang dilakukan anak. Bentuk interaksi
komunikasi reseptif dan ekspresif, yang dijabarkan dalam berbagai langkahlangkah konkrit
dan operational dapat memberikan panduan kepada orangtua, guru, pengasuh, atau siapapun
yang terlibat dalam upaya mengembangkan komunikasi.
Penting untuk diperhatikan bahwa sesederhana apapun kegiatan interaksi dan
komunikasi yang dibangun, akan memberi kan makna positif bagi anak. Anak tetap menjadi
bagian penting dengan memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan, bahwa masing-masing
anak memiliki perbedaan tergantung pada banyaknya dan jenis hambatan penglihatan dan
pendengaran yang mereka miliki, disamping cara mereka belajar menggunakan penglihatan
dan pendengaran itu

3.2 SARAN
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak
berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para
pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu
bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal
lainnya akan tetapi caranya yang berbeda.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Hafied Cangara,. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008
 Sugiarto, S, Prambahan, D.S., dan Pratitis, N.T, Pengaruh Social Story Terhadap
Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Anak Autis. Anima, 2004
 Suparno.2008.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
 Tamsuri, Anas, 2006. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai