Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ansietas atau kecemasan merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang utama. Kecemasan adalah bagian gangguan mental yang paling sering

terjadi di masyarakat, di mana kecemasan adalah salah satu penyebab yang

dapat menimbulkan kerugian individu dan sosial yang besar. Kecemasan juga

berhubungan dengan berbagai kondisi medis, memperburuk gejala,

menghambat pemulihan, dan meningkatkan risiko gangguan mental lainnya.

Bahkan kecemasan dapat menyebabkan kesengsaraan dan kesehatan yang

buruk (Grillon, 2019).

Menurut Stuart (2016) kecemasan adalah bentuk kekhwatiran yang

tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik.

Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal. Gejala kecemasan dapat berupa perasaan khawatir/takut yang

tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur, rasa tegang dan

cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut dan

khawatir terhadap penyakit yang berat dan sering membayangkan hal-hal

yang menakutkan/rasa panik terhadap masalah yang besar. Apabila individu

tidak mampu mengatasi secara konstruktif, maka ketidakmampuan tersebut

dapat menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang patologis.


Menurut World Health Organization (2017) gangguan kecemasan

merupakan masalah yang serius, dengan prevalensi 14,9% atau sekitar 264

juta orang mengalami kecemasan di dunia. Lebih dari 300 juta orang

menderita depresi dan 260 juta orang yang mengalami gangguan kecemasan

(WHO, 2012). Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian

Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018 melaporkan bahwa prevalensi gangguan

jiwa karena depresi dan kecemasan di Indonesia sebesar 6,1% untuk

penduduk berusia 15 tahun ke atas, yang berarti lebih dari 14 juta jiwa

penduduk Indonesia menderita gangguan mental emosional.

Kecemasan merupakan respon alami sebagai tanda bahaya akan suatu

hal yang tidak menyenangkan dan dapat terjadi pada siapa saja, tidak

terkecuali terjadi pada klien dengan penyakit jantung (Celano,2016). Penyakit

jantung sering menimbulkan kecemasan dengan angka prevalensi 30-40%,

menyebabkan meningkatnya prognosis buruk pada penyakit dengan angka

sebanyak 36%. Kecemasan pada penyakit jantung pada akhirnya dapat

mempengaruhi program pengobatan karena kecemasan dapat mengurangi

kemampuan adaptif terhadap dampak penyakit (Aburuz, 2018).

Berdasarkan data dari World Health Organisation (WHO) pada tahun

2016 menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit jantung,

yang mewakili dari 31% kematian di dunia. Di negara Amerika Serikat

penyakit gagal jantng hampir terjadi 550.000 kasus pertahun, Sedangkan

negara-negara berkembang didapatkan kasus sejumlah 400.000 sampai

700.000 per tahun. Menurut Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi


Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%,

dengan peringkat prevalensi tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%,

DIY 2%, dan Gorontalo 2%. Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8

provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan prevalensi nasional salah satunya yaitu Provinsi Sumatra Barat

dengan prevalensi sebesar 1,6% (PERKI, 2019)

Ansietas dapat diatasi dengan cara farmakologi dan non farmakologi.

Menurut Keliat (2015) penatalaksanaan ansietas non farmakologi dapat

dilakukan melalui terapi meliputi relaksasi, distraksi, hipnotis lima jari dan

kegiatan spiritual. Beberapaprogram rehabilitasi jantung yang dapat

mengurangi kecemasan pada pasien penyakit jantung adalah yang berbasis

latihan seperti yoga dan terapi musik. Yoga dapat membuat kerja jantung

lebih baik dan membantu memompa darah ke seluruh tubuh dan menstabilkan

irama jantung sedangkan terapi musik hanya mampu menurunkan perasaan

tertekan yang dirasakan klien (Farquhar, 2018).

Yoga adalah teknik relaksasi dan meditasi berdasarkan postur tubuh,

latihan, dan teknik pernapasan yang memiliki berbagai manfaat medis dalam

pengobatan kecemasan. Yoga dikenal sebagai alternatif lain yang bersifat

preventif dan dapat meningkatkan kesehatan. Yoga telah berkembang

menjadi salah satu sistem kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh,

tidak hanya secara fisiologi, tetapi juga psikologi (Neto, 2016).

Ada minat ilmiah yang meningkat tentang potensi keefektifan

intervensi yoga ini untuk pengobatan kecemasan, terutama untuk tingkat


keparahan gangguan ringan hingga sedang (Antonacci, 2016).Yoga

menawarkan metode yang efektif dan efek yoga dapat menurunkan

kecemasan pada kasus penyakit kronis termasuk penyakit jantung. Yoga

terbukti aman, murah dan mudah dilakukan dengan menyesuaikan

kemampuan sehingga yoga aman dilakukan bagi klien penyakit jantung.

Intervensi ini menarik karena penggunaannyatidak menimbulkan efek

samping dan tersedia dengan mudah (Raghuram, 2016)

Menurut American Heart Association, latihan yoga dapat membantu

menurunkan tekanan darah, meningkatkan kapasitas paru-paru, meningkatkan

fungsi pernapasan dan detak jantung, meningkatkan sirkulasi dan

meningkatkan kekencangan otot. Yoga juga dapat mengurangi kecemasan

dan stres baik dengan menyeimbangkan sistem saraf otonom dengan

peningkatan aktivitas parasimpatis dan mengurangi aktivitas simpatis,

sehingga mengoptimalkan dan memulihkan homeostasis tubuh (mengurangi

beban alostatis), serta menurunkan reaktivitas sumbu HPA. Dengan

mengurangi kedua jalur ini, yoga dapat menghentikan beberapa kejadian

inflamasi yang berbeda dan meningkatkan fungsi kardiovaskuler (Innes,

2016).

Latihan yoga dapat meningkatkan banyak neurotransmiter dan hormon

seperti GABA (gamma aminobutyric acid), serotonin, dan dopamin. Semua

ini adalah anti depresan alami. Mereka telah terbukti meningkatkan kadar

melatonin, membantu memulai tidur, meningkatkan kualitas tidur dan

pengaturan tidur, serta meningkatkan kadar oksitosin, "hormon pengikat",


sehingga membantu perasaan terhubung. GABA adalah salah satu

neurotransmiter penghambat utama tubuh, bekerja untuk mengurangi

rangsangan saraf dan aktivitas di seluruh sistem saraf pusat. GABA bertindak

sebagai pemain penting dalam respons tubuh terhadap stres, ketakutan,

depresi, kecemasan, dan pengaturan tidur. Tingkat GABA yang lebih rendah

dari normal di otak telah dikaitkan dengan skizofrenia, depresi, kecemasan,

gangguan stres pasca-trauma, epilepsi dan gangguan tidur (Streeter, 2015).

Seiring dengan penurunan tingkat hormon penyebab stres, maka seluruh

badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat dengan lebih banyak energi

untuk penyembuhan (healing), penguatan (restoration), dan peremajaan

(rejuvenation). Dengan demikian, klien dengan penyakit jantung merasa

rileks seiring dengan menurunnya gejala kecemasan (Rakhshani, dkk., 2016).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa yoga dapat digunakan sebagai

pengobatan untuk Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ketika digunakan

sebagai adjuvan untuk obat-obatan, yoga menghasilkan perbaikan gejala yang

lebih baik. Selain itu, tinjauan makalah Khalsa selama tiga dekade terakhir

menyimpulkan bahwa Yoga menunjukkan kemanjuran untuk psikopatologis

(misalnya, depresi, kecemasan), kardiovaskular (misalnya, hipertensi,

penyakit jantung), pernapasan (misalnya, asma), dan diabetes (Jeter, dkk.,

2015).

Menurut Raghuram & Rao (2014) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa penambahan yoga secara terpadu dalam program rehabilitasi jantung

selama satu tahun setelah CABG menurunkan faktor resiko LVEF, BMI,
glukosa darah dan lemak serta menurunkan stres, kecemasan dan depresi.

Hasil dari parameter psikologis yaitu ada penurunan signifikan dari nilai PSS

(p = 0,001), HADS – Anxiety (p = 0, 001) dan PANAS (p = 0,03). Sementara

Freitas (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada akhir program

yoga pada pasien jantung, terjadi peningkatan kualitas tidur sebesar 25%,

penurunan tingkat kecemasan sebesar 29% dan penurunan depresi sebesar

32%

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Tn. M yang mengalami

penyakit jantung Decomp Cordis dengan menggunakan instrument

kecemasan HARS didapatkan data bahwa Tn. M saat ini merasa takut dan

khawatir tentang kondisi kesehatannya dan masa depan anak-anaknya. Hal ini

berdampak secara psikologis pada Tn. M seperti mengalami kesulitan untuk

memulai tidur, sering merasa pusing, Saat ini hal yang dilakukan Tn. M untuk

menghadapi kecemasannya adalah dengan cara mencoba untuk tidak

memikirkan hal negatif tentang penyakit jantungnya, akan tetapi hal tersebut

tidak mengurangi rasa cemas dan khawatir pada Tn. M.

Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya

ilmiah dengan judul “Asuhan KeperawatanAnsietas pada Tn. M dengan

Penyakit Jantung Decomp Cordisdan Penerapan Relaksasi Yoga di Kampung

Lapai Padang, tahun 2021”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada karya ilmiah ini iayalah agar mahasiswa

mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif

pada Tn. M dengan ansietas pada penyakit jantung decomp cordis dan

penerapan relaksasi yoga. Kepada klien dengan penyakit jantung

decomp cordis, mampu mengatasi kecemasan dengan menerapkan

penggunaan relaksasi yoga.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam karya ilmiah ini adalah agar mahasiswa mampu :

a) Melakukan pengkajian pada pasien dengan ansietas

b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ansietas

c) Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien dengan ansietas

d) Melaksanakan implementasi pada pasien dengan ansietas

e) Melaksanakan evaluasi pada pasien dengan ansietas

C. Manfaat

1. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

referensi untuk pemberian asuhan keperawatan ansietas pada klien

dengan penyakit jantung decomp cordis dan penerapan relaksasi yoga.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan


Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan informasi bagi

pemberian asuhan keperawatan dalam mengatasi ansietas pada klien

dengan penyakit jantung decomp cordis serta dapat meningkatkan

pelayanan yang maksimal nantinya sebagai tenaga kesehatan yang

professional, selain itu juga mampu menggerakan masyarakat untuk

mengikuti penyuluhan mengenai masalah psikososial seperti ansietas.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Mendapatkan pengetahuan terkait dengan asuhan keperawatan jiwa

pada klien penyakit jantung dengan ansietas dan manajemen kasus

tentang penggunaan relaksasi yoga untuk menurunkan kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai