Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

PENGARUH PEMBERIAN PNF TERHADAP KEKUATAN FUNGSI


PREHENSION PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DAN NON-
HEMORAGIK

Wahyuddin, Arief W
Fisioterapi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Fisioterapi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
wahyuddin@indonusa.ac.id

Abstrak
Stroke merupakan cedera vascular akut pada otak. Cedera dapat disebabkan oleh sum-
batan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah. Metode PNF lebih menekankan pada pemberian rangsangan-
rangsangan yang sesuai dengan reaksi dikehendaki yang pada akhirnya akan dicapai
kemampuan atau gerakan terkoordinasi. Salah satu efek dari metode PNF adalah
kelompok otot yang kuat memberikan luapan stimulus ke otot yang lemah, hal ini sama
dengan konsep timing for emphasis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
empiris tentang adanya perbedaan hasil terapi pada kedua kondisi stroke yaitu stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik terhadap peningkatan kekuatan fungsi prehension.
Dalam melakukan penelitian ini bersifat Quasi experimental untuk mempelajari per-
bedaan pengaruh pemberian metode PNF terhadap kekuatan fungsi prehension pada
pasien stroke hemoragik dan stroke non- hemoragik. Perlakuan terapi latihan metode
PNF terhadap pasien stroke hemoragik bermanfaat terhadap peningkatan kekuatan
fungsi prehension. Hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis
statistik terbukti bahwa nilai P = 0.012 Sedangkan perlakuan terapi latihan metode PNF
terhadap pasien stroke non hemoragik juga bermanfaat terhadap peningkatan kekuatan
fungsi prehension. Hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan menggunakan analisis
statistik terbukti bahwa nilai P = 0.011. Setelah kedua kondisi stroke ini dibandingkan
dengan menggunakan analisis statistik uji Mann Whitney didapat nilai P = 0.185 dengan
demikian tidak terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna tindakan terapi PNF pada
kasus stroke hemoragik dan stroke non hemoragik fase penyembuhan terhadap pening-
katan kekuatan fungsi prehension.

Kata Kunci: Fungsi Prehension, Hemoragik, Non Hemoragik

Pendahuluan besar oleh karena gaya hidup, pola makan,


Di era globalisasi yang semakin ber- jarang olah raga dan sebagainya.
kembang dan modern serta seiring perubahan Stroke merupakan kasus yang banyak
kemajuan zaman dan teknologi, pola kehidu- terjadi akhir - akhir ini, bukan hanya dialami
pan manusia juga mengalami perubahan. oleh orang yang tua tetapi juga menyerang
Begitu juga terjadi pada kasus - kasus penyakit yang masih berusia muda. Di Indonesia pada
yang dialami manusia. pengumpulan dari 28 Rumah Sakit didapatkan
Ketika dahulu kasus-kasus yang banyak bahwa usia rata-rata pasien stroke adalah 58,8
ditemui adalah oleh karena faktor lingkungan tahun, 38.8 % diantaranya berumur diatas 65
yang kurang higienis seperti penyakit disentri, tahun. 12,9 % berumur dibawah 45 tahun.
diare, infeksi dan lain-lain. Namun pada saat ini Disamping itu terdapat kuadran kenaikan pen-
kasus yang banyak ditemui adalah kasus yang derita stroke terutama pada usia muda.
berhubungan dengan faktor degeneratif yaitu Kasus stroke sendiri dapat disebabkan
antara lain penyakit osteoatritis, penyakit jan- oleh beberapa faktor. beberapa orang yang
tung dan stroke yang dipengaruhi sebagian memiliki faktor resiko yang tinggi dan rentan
88 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

terhadap penyakit ini antara lain: hipertensi, lebih terkoordinasi dan ke arah fungsional,
diabetes mellitus, kebiasaan merokok, penyakit salah satunya adalah meningkatkan kekuatan
jantung, obesitas, akibat mengkonsumsi alko- fungsi prehension. Karena fungsi prehension
hol berlebihan, jarang olah raga, penyalah- sangat penting dalam menjalankan aktivitas
gunaan obat dan lain-lain. sehari-hari disamping karena tangan merupa-
Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke kan salah satu organ yang paling aktif setelah
sumbatan (80 % ) dan stroke perdarahan (20 kaki.
%). Untuk memperkecil jumlah perdarahan
stroke paling baik dilakukan dengan pence-
gahan terjadinya stroke: prioritasnya pence- Stroke
gahan primer yaitu bagi orang orang yang Stroke menurut beberapa referensi da-
belum pernah menderita stroke. Sedangkan pat diartikan antara lain sebagai berikut:
pencegahan skunder ditujukan kepada orang- Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang
orang yang pernah mengalami stroke agar disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam
tidak terjadi stroke berulang. Oleh karena itu otak yang dapat timbul secara mendadak dalam
faktor resiko yang mempermudah terjadinya beberapa detik atau secara cepat dalam
stroke harus kita cegah sedari dini, termasuk beberapa jam dengan gejala-gejala atau tanda-
pencegahan pada kelompok usia muda yang tanda yang sesuai dengan daerah yang
ternyata makin rentan terhadap mangsa terganggu. Dengan kata lain stroke merupakan
stroke. cedera vascular akut pada otak. Cedera dapat
Adapun keadaan klinis orang yang disebabkan oleh sumbatan bekuan darah,
mengalami stroke antara lain mengalami penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan
kesemutan/gangguan sensibilitas dan kelema- penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
han dari anggota gerak sesisi termasuk wajah, Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan
kesulitan berbicara dan memahami pembica- darah yang memadai.
raan atau tiba- tiba menjadi bingung, gang- Menurut Neil F Gordon (1993): Stroke
guan penglihatan pada satu atau kedua mata, adalah gangguan potensial yang fatal pada
kesulitan berjalan, sempoyongan atau kehila- suplai darah bagian otak. Tidak ada satupun
ngan keseimbangan, nyeri kepala hebat bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila
dengan sebab yang tidak jelas dapat disertai terdapat gangguan suplai darah dalam waktu
mual dan muntah, perubahan mendadak ting- relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan
kah laku atau status mental. dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut
Oleh karena angka kejadian yang bahan makanan yang dibutuhkan pada otak
semakin meningkat setiap tahunnya. Maka hal dan otak adalah pusat sistem kontrol tubuh
ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah termasuk perintah dari semua gerakan fisik.
indonesia terutama Departemen Kesehatan Melihat permasalahan yang ditimbulkan,
dan instansi lain yang terkait, begitupun peran maka stroke dapat dibagi menjadi: stroke
Dunia Pendidikan seperti di Fakutas kedokteran iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik
dan fisioterapi. Fisioterapi memiliki peranan dapat terjadi apabila suplai darah pada
penting dalam penanganan stroke oleh karena beberapa bagian di otak tidak mencukupi
kasus ini tidak hanya cukup ditangani dengan sehingga terjadi iskemia dan oksigen yang
cara medika mentosa saja melainkan perlu ada dibutuhkan sel untuk berkembang sedikit atau
latihan - latihan yang berkelanjutan yang dila- tidak ada. Stroke hemoragik terjadi oleh karena
kukan oleh orang yang memilki spesialis khu- pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
sus yaitu fisioterapis. terjadi genangan darah dalam otak. Stroke
Sedangkan tujuan utama fisioterapis jenis ini paling berbahaya karena dapat menim-
dalam menangani kasus stroke ini adalah bulkan kerusakan yang luas akibat genangan
untuk memelihara lingkup gerak sendi, mence- darah sehingga melumuri seluruh jaringan
gah tejadinya kontraktur, meningkatkan gerak otak.
motorik kasarnya serta mengajarkan pola yang
benar agar terbentuknya pola gerakan yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 89
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Stroke Iskemik Stroke Hemoragik


Hampir 85 % stroke disebabkan oleh: Stroke hemoragik disebabkan oleh per-
sumbatan oleh bekuan darah, penyempitan darahan ke dalam jaringan otak (disebut he-
sebuah arteri atau beberapa arteri yang meng- moragia intraserebrum atau hematom intra-
arah ke otak, atau embolus (kotoran) yang serebrum) atau kedalam ruang subaraknoid
terlepas dari jantung atau arteri ekstrakrani yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan
(arteri yang berada di luar tengkorak) yang lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
menyebabkan sumbatan disatu atau beberapa hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke
arteri intrakrani (arteri yang berada di dalam yang paling mematikan, tetapi relatif hanya
tengkorak). Ini disebut sebagai infark otak atau menyusun sebagian kecil dari stroke total: 10-
stroke iskemik. 15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5%
Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 untuk perdarahan subaraknoid.
tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat Perdarahan dari sebuah arteri intrakra-
disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya nium biasanya disebabkan oleh aneurisma (ar-
arteri). Hal inilah yang terjadi pada hampir dua teri yang melebar) yang pecah atau karena
pertiga pasien stroke iskemik. Embolisme suatu penyakit.
cenderung terjadi pada orang yang mengidap Penyakit yang menyebabkan dinding
penyakit jantung (misalnya denyut jantung arteri menipis dan rapuh adalah penyebab ter-
cepat tidak teratur, penyakit katup jantung dan sering perdarahan intraserebrum. Penyakit se-
sebagainya) secara rata-rata seperempat dari macam ini adalah hipertensi atau angiopati
stroke iskemik disebabkan oleh embolisme, amiloid (dimana terjadi pengendapan protein di
biasanya dari jantung (stroke kardioembolik) dinding arteri-arteri kecil di otak). Jika sesorang
bekuan darah dari jantung umumnya terbentuk mengalami perdarahan intraserebrum, darah
akibat denyut jantung yang tidak teratur dipaksa masuk ke dalam jaringan otak, meru-
(misalnya fibrilasi atrium), kelainan katup sak neuron sehingga bagian otak yang terkena
jantung (termasuk katup buatan dan kerusa- tidak dapat berfungsi dengan benar.
kan katup akibat penyakit rematik jantung), Pecahnya sebuah aneurisma merupakan
infeksi di dalam jantung (dikenal sebagai penyebab tersering perdarahan subaraknoid.
endokarditis) dan pembedahan jantung. Pada perdarahan subaraknoid, darah didorong
Penyebab lain seperti gangguan darah, keruang subaraknoid yang mengelilingi otak.
peradangan dan infeksi merupakan penyebab Jaringan otak pada awalnya tidak terpengaruh,
sekitar 5-10 % kasus stroke iskemik, dan men- tetapi pada tahap selanjutnya dapat teganggu.
jadi penyebab tersering pada orang berusia Kadang satu-satunya gejala perdarahan
muda. Namun penyebab pasti dari sebagian subaraknoid adalah nyeri kepala, tetapi jika
stroke iskemik tetap tidak diketahui meskipun diabaikan gejala ini dapat berakibat fatal. Nyeri
telah dilakukan pemeriksaan yang mendalam. kepala khas pada perdarahan subaraknoid
Sebagian stroke iskemik terjadi di he- timbul mendadak, parah dan tanpa sebab yang
misfer otak, meskipun sebagian terjadi di sere- jelas. Pasien menerangkannya sebagai kepala
belum (otak kecil) atau batang otak. Beberapa seperti dipukul palu, sakit kepala terparah
stroke iskemik di hemisfer tampaknya bersifat seumur hidupku" atau seperti ada orang yang
ringan (sekitar 20 % dari semua stroke iske- menendangnendang mau keluar dari atas
mik); stroke ini asimptomatik (tak bergejala; kepalaku. Nyeri kepala ini sering disertai oleh
hal ini terjadi pada sekitar sepertiga pasien muntah, kaku leher, atau kehilangan kesadaran
usia lanjut) atau hanya menimbulkan kecang- sementara.
gungan, kelemahan ringan atau masalah daya Namun hampir 30 % dari semua perda-
ingat. Namun stroke ringan ganda dan ber- rahan subaraknoid memperlihatkan gejala yang
ulang dapat menimbulkan cacat berat, berbeda dengan yang dijelaskan di atas; dan
penurunan kognitif dan demensia. perdarahan subaraknoid yang kecil, terutama
pada orang berusia lanjut, mungkin tidak
menimbulkan nyeri kepala hebat atau memiliki
serangan yang parah. Karena itu, semua nyeri
90 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

kepala yang timbul mendadak harus segera - Kepala lateral fleksi ke sisi sakit dan rotasi ke
diperiksakan. sisi sehat.
Berat ringannya stroke tergantung dari - Trunk lateral fleksi dan rotasi ke sisi sakit
bagian mana yang mengalami kerusakan aki- - Lengan; scapula retraksi dan depressi, bahu;
bat pengumpulan darah atau perdarahan, be- adduksi dan internal rotasi, siku; fleksi dan
sar atau luasnya kerusakan dan seberapa ba- pronasi (kadang-kadang supinasi), pergela-
nyak yang mampu ditanggulangi atau diatasi. ngan tangan; fleksi dan deviasi ke ulnar, jari-
Waktu pemulihan bergantung pada jari; fleksi dan adduksi.
jenis stroke. Karena perbedaan dalam jumlah
jaringan otak yang rusak, peluang pemulihan
fungsional segera biasanya lebih besar pada Pola Gerakan Sinergis
mereka yang mengalami perdarahan intrase- Gerakan sinergis berada dalam reaksi
rebrum atau subaraknoid daripada mereka asosiasi atau pola spasitisitas dan hal ini dapat
yang mengalami stroke iskemik. dilihat pada bayi, mereka bergerak dalam posisi
Orang yang mengidap penyakit medis massal tetapi jika di test tidak terdapat
berat, misalnya gagal jantung, ginjal dan dia- spasitisitas. Demikian pula halnya dengan
betes tahap lanjut cenderung pulih lebih lam- beberapa penderita hemiplegia, kemungki-
bat daripada mereka yang tidak mengalami nannya tonusnya tidak tinggi, tetapi pada
penyakit tersebut. waktu dia bersama meluruskan siku maka yang
Pasien yang pernah mengalami per- terjadi adalah gerakan seluruh lengannya,
darahan subaraknoid nonaneurisma memiliki yaitu; abduksi-internal rotasi bahu, pronasi
prognosis yang relatif baik dengan angka lengan bawah, ekstensi pergelangan tangan
kekambuhan perdarahan hanya sekitar 2-10 % dan fleksi jari-jari
dalam 15 tahun.

Gerak Sinergis Pada Lengan:


Perubahan Tonus Sinegis Fleksor
Perubahan tonus pada stroke terjadi Terjadi pada waktu penderita mengang-
sebagai manifestasi klinis dari hilangnya kon- kat lengan, meraih benda-benda atau pada
trol supra spinal yakni berupa hipotonus waktu mempertahankan lengan dalam posisi
(flaccid) dan hipertonus (spastik). Pada elevasi atau fleksi. Sinergis fleksor dapat
perubahan tonus flaccid (hipotonus) dapat ter- digambarkan sebagai berikut: skapula elevasi
jadi secara permanen atau sementara, dalam dan retraksi, bahu abduksi dan rotasi internal/
keadaan ini tidak terdapat tahanan pada eksternal, siku fleksi, lengan bawah supinasi
gerakan pasif, ekstremitas dirasakan berat, (pronasi karena spastisitas), pergelangan ta-
lemas dan tidak mampu menggerakan anggota ngan fleksi, jari-jari dan ibu jari fleksi, adduksi.
tubuhnya, aktivitas refleks tendon menurun
sampai hilang, sehingga dengan demikian pen- Sinergis Ekstensor
derita tidak mampu mempertahankan posi- Skapula protraksi-depressi, bahu inter-
sinya. nal rotasi-adduksi, siku ekstensi dengan pronasi
Pada perubahan tonus spastik (hiper- lengan bawah, pergelangan tangan sedikit
tonus) dapat timbul secara bertahap dan ekstensi (fleksi), jari-jari dan ibu jari fleksi-
derajatnya berbeda ringan sampai berat. Disini adduksi.
terdapat tahanan terhadap gerakan pasif dan
besarnya tahanan sebanding dengan kece-
patan gerakan pasif yang diberikan, semakin Reaksi Asosiasi (Associated Reaction)
cepat gerakan pasif yang akan terjadi akan Reaksi asosiasi adalah aktivitas refleks
semakin besar pula tahanannya. Spastisitas ini abnormal pada sisi sakit yang polanya sama
mengakibatkan terjadinya pola tertentu yang dengan pola spastisitas di lengan atau tungkai.
merupakan ciri khas hemiplegia, yaitu: Reaksi asosiasi ini timbul pada saat menguap,
bersin atau batuk pada 80% penderita hemi-
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 91
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

plegia. Istilah reaksi asosiasi sering rancu 4. Grasp Reflex


dengan gerakan asosiasi (associated move- Reseptornya terletak di telapak tangan,
ment). Terutama untuk menyebut gerakan responnya adalah fleksi seluruh jari-jari dan
yang terjadi pada reaksi asosiasi. Pada haki- pergelangan tangan. Pengaruh refleks ini
katnya perbedaannya adalah bahwa reaksi setiap benda ditaruh/menempel pada
asosiasi adalah reaksi abnormal sedangkan telapak tangan penderita akan menyebab-
gerakan asosiasi adalah gerakan normal. kan bertambahnya tonus fleksor jari-jari/
Efek-Efek reaksi asosiasi adalah: menggenggam.
1. Lengan pada posisi fleksi abnormal yang
secara kosmetik jelek, sehingga mengun-
dang perhatian orang lain. Gangguan Sensorik
2. Aktivitas fungsional terganggu oleh karena Pada gerakan yang normal dibutuhkan
lengan dan tungkai terfiksir pada posisi ter- fungsi motorik dan sensorik yang baik. Semua
tentu. gerakan yang terjadi sesungguhnya merupa-
3. Lengan selalu terfiksir dalam posisi fleksi kan respon dari rangsang sensorik dari luar
sehingga mudah kontraktur. melalui eksteroreseptor, proprioseptor, mata
4. Menghalang timbulnya reaksi keseimba- dan telinga. Semua rangsangan tersebut diolah
ngan oleh sistem syaraf pusat yang kemudian akan
5. Menghambat terjadinya gerakan oleh ada- menghasilkan respon sesuai.
nya spastisitas. Pada penderita hemiplegi, tonus abnor-
mal akan memberikan masukan yang abnormal
Terlepasnya Beberapa Refleks Tonus sehingga keluarnya berupa gerakan abnormal
antara lain: pula. Problem tersebut akan menjadi semakain
1. Tonic Labirinthing Reflex parah apabila pada penderita hemiplegi didapat
Refleks ini timbul oleh karena perubahan pula gangguan sensorik. Beberapa gangguan
posisi kepala di udara, reseptornya adalah sensorik yang sering dijumpai pada penderita
organ otolitik di labirin, termasuk refleks hemiplegi adalah; homonimus, hemi anopsia,
primitif pada level batang otak. Pada posisi hemi anastheshia, gangguan proprioseptif dan
terlentang otot-otot ekstensor akan gangguan sensorik lainnya seperti rasa raba
meningkat sedangkan pada posisi terlung- ringan, astereognosis, agraphesthesia dan lain-
kup tonus fleksor yang meningkat, tetapi lain.
pada kasus dimana spastisitas eksten-
sornya tinggi, responnya hanya tampak
pada penurunan tonus ekstensornya saja. Anatomi Fisiologi Sistem Syaraf
Oleh karena refleks ini timbul oleh peru- Otak adalah organ vital. Otak bertang-
bahan posisi kepala maka efeknya juga gung jawab atas fungsi mental dan intelektual
dilihat pada posisi berdiri maupun duduk, kita, seperti berfikir dan mengingat. Otak ter-
misalnya pada saat penderita menenga- diri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Sel-
dahkan kepala akan terlihat tonus otot sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia,
ekstensor tungkai bertambah. cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
2. Symetrical Tonic Neck Reflex (STNR) Arteri adalah pembuluh yang mengangkut da-
Termasuk refleks proprioseptive yang re- rah yang kaya akan oksigen dan nutrien,
septornya terdapat di otot dan sendi leher. misalnya glukosa ke otak. Vena adalah pem-
pada waktu ekstensi kepala, tonus eksten- buluh yang membawa darah yang telah digu-
sor lengan dan fleksor tungkai meningkat. nakan dan zat sisa menjauhi otak. Semua
3. Asymetrical Tonic Neck Reflex (ATNR) orang memiliki jumlah neuron yang sama
Seperti STNR, refleks ini reseptornya juga sekitar 100 miliar - tetapi jumlah koneksi dian-
terletak didaerah leher. Bila kepala meno- tara berbagai neuron berbeda-beda. Pada
leh/rotasi ke salah satu sisi maka tonus seorang dewasa otak membentuk hanya sekitar
ekstensor lengan dan tungkai sisi muka 2 % (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total,
akan meningkat.
92 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

tetapi mengkonsumsi sekitar 20 % oksigen dan superior sedikit di bawahnya. Girus tem-
50 % glukosa yang ada di dalam darah arterial. poralis medius terdapat diantara sulkus
Otak mendapat darah arterial dari sepa- temporalis dan medius, girus temporalis
sang sistem sirkulasi utama. Yang pertama inferior terletak di bawah sulkus temporalis
terdiri dari dua arteri, yaitu arteri karotis (ka- medius dan berjalan menuju ke posterior
nan dan kiri), yang menyalurkan darah ke ba- untuk berhubungan dengan girus occipitalis
gian depan otak. Ini dikenal sebagai sirkulasi inferior, sedangkan girus transversalis
arteri serebrum anterior. yang kedua adalah menempati bagian posterior dari bagian
sistem vertebrobasilar, yang memasok darah temporalis superior, sulkus inferior berjalan
ke bagian belakang otak. Sistem ini disebut di sepanjang permukaan inferior lobus
juga sirkulasi arteri serebrum posterior. Kedua temporalis, dari lobus temporalis disebelah
sistem ini dihubungkan oleh pembuluh- depan sampai pada lobus occipitalis di bela-
pembuluh darah. kang. Girus fusiformis atau occipito tempo-
Otak merupakan bagian depan dari ralis berada di sebelah medial dan girus
system syaraf pusat yang mengalami peru- temporalis inferior di sebelah lateralnya ter-
bahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi hadap sulkus temporalis inferior. Fissura
oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan hipocampalis berjalan di sepanjang permu-
berada di dalam tulang tengkorak. Otak men- kaan inferiomedial lobus temporalis. Girus
jadi inti dari sistem syaraf dengan beberapa parahippocampalis terletak diantara fissura
komponen bagian yaitu: serebrum, cerebellum, hipocampalis dan bagian anterior fissura
pons farolli, dan medulla oblongata. Permu- collateralis. Bagian anteriornya melengkung
kaan otak berwarna abu-abu, karena terdiri berbentuk kaitan dan dikenal sebagai un-
dari substansia grisea yang mengandung cus.
neuron-neuron. Di bawah substansia grisea c. Lobus Parietalis
terdapat substansia alba yang terdiri dari sera- Lobus Parietalis meluas dari sulkus centralis
but serabut syaraf. Substansia grisea beserta sampai fissura parieto-occipitalis dan ke
substansia alba lapisan belahan otak yang lateral sampai setinggi fissura cerebris
disebut hemisperium. Antar dua hemisperium lateralis. Sulkus precentalis menuju ke ba-
ini dihubungakan oleh corpus callosum yang wah dan sejajar dengan fissura lateralis
berada disebelah dalam fissura longitudinalis serta terdiri dari bagian seperior dan infe-
cerebri. Masing- masing hemisperium terdiri rior. Girus supramarginalis merupakan
dari beberapa lobus yaitu; bagian lobus parietalis inferior yang mele-
a. Lobus Frontalis nakung di atas ramus posterior fissurra
Lobus frontalis dimulai dari ujung frontal lateralis cerebri. Girus angularis yaitu ba-
dan berakhir pada sulkus sentralis dan sisi gian yang melengkung diatas sulkus tempo-
samping pada fissura lateralis. Sulkus pre- raris superior dan bersatu dengan girus
sentralis dibagi menjadi dua yaitu superior temporalis medius. Girus centralis posterior
dan inferior. Sulkus ini berjalan ke arah terletak diantara sulkus centralis dan post
depan dan bawah yang menyebabkan ter- centralis. Recuniatus merupakan bagian
baginya permukaan lateral lobus frontalis posterior dari pass medial berada diantara
menjadi tiga bagian yaitu girus frontalis fissura parieto-occipitalis dan ujung ascen-
superior, medius dan inferior. den sulkus cinguli.
b. Lobus Temporalis d. Lobus Occipitalis
Bagian lobus temporalis dari hemisperium Lobus Occipitalis merupakan lobus posterior
cerebri terletak di bawah fissura lateralis yang terbentuk pyramid dan terletak di
dan berjalan ke belakang sampai fissura belakang fissura parieto-occipitalis. Sulkus
parieto-occipitalis cerebri. Sulkus temporalis occipitalis lateralis berjalan transversal
superior berjalan sepanjang lobus tempo- sepamjang permukaan lateral serta mem-
raslis sejajar dengan fissura lateralis cere- bagi lobus occipitalis menjadi cuneus dan
bri. Sulkus temporalis medialis terletak di girus lingualis. Cuneus yang yang berben-
bawah sejajar dengan suklus temporali tuk pasak segitiga terletak diantara fissura
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 93
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

calcarina dan fissura parieto-occipitalis. Bagian ini merupakan respon terhadap stimulus
Girus lingualis berada diantara fissure cal- dari telinga bagian dalam dan membantu
calina dan bagian posterior fissura collate- mempertahankan keseimbangan dengan mem-
ralis. Bagian posterior girus fusiformis ter- bawa modifikasi dalam tonus otot. Secara
dapat central atau basal lobus occipitalis. umum fungsi cerebellum adalah melakukan
koordinasi dengan kerja sinergis semua refleks
dan aktivitas otot volunter.
Patofisiologi Thalamus (bersama sub thalamus,
Semua kegiatan tubuh diatur oleh epithalamus dan hipothalamus), adalah stasiun
system syaraf pusat. Korteks serebri meru- relay sensorik yang sangat penting sedangkan
pakan stasiun terakhir menerima informasi dari subthalamus merupakan nukleus motorik extra-
mata, telinga dan organ sensasi umum. fungsi piramidal untuk gerakan involuntary yang kuat.
korteks adalah memilahmilah dan menghu- Epithalamus membantu dalam korelasi impuls
bungkan informasi yang diterima dengan olfactorius dan somatic. Hipothalamus akan
memori-memori masa lalu. Lesi pada korteks mempengaruhi suhu tubuh fungsi genital, tidur
motorik primer (area 4) akan menimbulkan dan intake makanan. Bagian lain dari sistem
paralysis yang lebih parah dari kerusakan syaraf pusat adalah medulla oblongata yang
daerah motorik skunder (area 6), kerusakan secara terstruktur dibagi menjadi empat tingla-
daerah ini akan menimbulkan paralysis kontra- tan yaitu: Tingkat decusstio piramidum motorik
lateral yang lengkap. besar, tingkat decusstio piramidum sensorik
Lesi pada girus frontalis inferior kiri besar, tingkat olives dengan syaraf cranialis
(area broca) menyebabkan kehilangan kemam- (vestibulo cochlearis, glosso pharyngeus, va-
puan untuk bicara (aphasia) ekspresif dimana gus, assesorius, hipoglossus dan nucleus
pasien masih mampu memikirkan kata-kata acuata) dan tingkat di inferior pons. Pons
dapat menuliskan kata-kata, masih mengerti merupakan bagian dari sistem syaraf pusat
tulisan dan mendenggarkan kata-kata. Lesi pa- yang merupakan nucleus syaraf cranialis:
da girus angularis pada lobus parietalis pos- trigeminus, abduscens, fasialis dan vesti-
terior tidak mampu untuk membaca atau bochlearis.
menulis, sedangkan pada daerah prefrontalis
tidak menghilangkan intelegensi secara nyata.
Pada lesi lobus parietalis superior akan Plastisitas
mengganggu kemampuan untuk mengkom- Otak adalah Organ yang sangat mudah
binasikan rangsangan raba, tekanan proprio- beradaptasi. Penelitian penelitian terakhir
septif, tidak mampu mengapresiasikan susunan memperlihatkan bahwa pertumbuhan otak dan
ukuran dan bentuk (stereognosis). perubahan sel syaraf tidak terbatas pada masa
Cerebellum yang merupakan bagian anak-anak seperti yang semula disangka. Mes-
penting dari susunan syaraf pusat secara tidak kipun neuron yang mati tidak mengalami
sadar mengendalikan kontraksi otototot regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas
volunter secara optimal. Bagian- bagian dari otak manusia sangatlah luar biasa terutama
cerebellum yaitu: lobus anterior, lobus medialis pada kaum muda. Terdapat bukti bahwa dalam
dan lobus fluccolonodularis. Lobus anterior situasi tertentu bagian-bagian otak dapat
merupakan paleocerebellum yang menerima mengambil alih fungsi dari bagian bagian
masukan rangsang dari ujung ujung proprio- yang rusak. Dengan kata lain bagian-bagian
septif dalam otot dan tendon serta dari resep- otak sepertinya belajar kemampuan baru. Hal
tor raba dan tekan. Lobus medialis merupakan ini mungkin merupakan mekanisme paling
neocerebellum yang tidak berhubungan penting yang berperan dalam pemulihan
dengan gerak voluntary. Sedangkan lobus sroke.
fluccolonodularis merupakan bagian tertua dari Plastisitas otak adalah kemampuan otak
cerebellum serta merupakan archicerebellum untuk memodifikasi sistem organisasi dan fung-
yang behubungan dengan susunan vestibular si otak untuk mengganti fungsi yang meng-
(nervus vestibularis dan nukleus vestibularus). alami kerusakan dalam arti kata kemampuan
94 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

untuk beradaptasi, mengontrol dan mengatasi Pengobatan dengan tehnik PNF sangat
bahaya-bahaya. Plastisitas ini akan memberi- praktis dan meliputi penggunaan prinsip-prinsip
kan perbaikan baik secara struktur maupun PNF yang dapat digunakan untuk upaya thera-
fungsional. peutic. Metode ini dikembangkan oleh Herman
Proses plastisitas ini antara lain: Kabath dan miss Margareth Knot pada Khabat
a. Collateral sprouting Kaiser Institute tahun 1946 dan tahun 1951
Collateral sprouting merupakan suatu kea- dengan terbitnya buku Proprioseptive Neuro-
daan dimana akson dari sel-sel yang sehat muscular Facilitation.
memberikan cabang membentuk sinapsis Tujuan pengobatan PNF antara lain untuk:
dengan serabut otot degenerasi yang ada - Memperoleh kuantitas maksimal dari akti-
didekatnya. Collateral sprouting tampaknya vitas yang dapat dicapai pada setiap usaha
hanya terjadi pada akson-akson yang volunter.
mempunyai target sel yang sama dengan - Memperoleh pengulangan aktivitas yang
akson yang mengalami degenerasi. Feno- maksimal untuk memudahkan timbulnya
mena ini juga disebut reactive synapto- respon.
genesis.
b. Unmasking of pathways Dasar-dasar tehnik PNF :
Unmasking of pathways merupakan suatu 1. Pattern of Facilitation (pola untuk mem-
proses aktivasi jalur syaraf laten multi- permudah respon)
sinaptik. Dimana saat keadaan normal tidak Pada dasar teknik ini digunakan patern
difungsikan. dalam suatu gerakan. Pola gerakan yang
c. Neural regeneration digunakan adalah spiral dan diagonal yang
Neural regeneration juga merupakan sangat erat hubungannya dengan gerakan
sprouting dari serabut syaraf yang cedera yang berfungsi secara normal. Setiap
lalu kemudian membentuk regenerative pattern gerak mempunyai tiga komonen
synaptogenesis. gerak masing-masing dua komponen gerak
d. Reorganisasi mekanisme angulasi dan satu komponen gerak rotasi.
Reorganisasi mekanisme saraf merupakan Setiap pattern gerak diberi nama sesuai
penataan kembali koneksi sinap, melalui dengan gerakan yang terjadi pada sendi
aktivitas spesifik dan terus- menerus secara yang proksimal pada seluruh gerakan,
berulang-ulang. misalnya: fleksi, adduksi, eksternal rotasi
lengan. Gerakan sendi distal mengikuti
arah gerakan sendi proksimal, sedangkan
PNF (Proprioseptive Neuromuscular sendi yang ditengah dapat bergerak pada
Facilitation ) dua arah.
Teknik PNF pada hakikatnya membe- Pola PNF pada anggota gerak atas:
rikan rangsangan pada proprioseptor untuk a. Fleksi adduksi eksternal rotasi
meningkatkan kebutuhan dari mekanisme (dengan siku fleksi , lurus dan ekstensi)
neuromuskular, sehingga diperoleh respon b. Ekstensi abduksi internal rotasi
yang mudah. Sistem mekanisme neuromus- (dengan siku fleksi, lurus dan ekstensi)
cular mempersiapkan suatu gerakan dalam c. Fleksi abduksi eksternal rotasi
memberikan respon terhadap kebutuhan (dengan siku fleksi, lurus dan ekstensi)
aktivitas. To facilitate berarti membuat mudah d. Ekstensi adduksi internal rotasi
dan membuat lebih mudah. Dengan demikian (dengan siku fleksi, lurus dan ekstensi)
maka neuromuscular fasilitation dapat diartikan 2. Optimal resistance
sebagai memberikan rangsangan pada proprio- Optimal resistance adalah tahanan besar
septor untuk meningkatkan kebutuhan dari yang disesuaikan dengan kondisi pasien
mekanisme neuromuskular, sehingga diperoleh dan diberikan kepada otot yang sedang
respon yang mudah proses dimana respon berkontraksi. Dalam tehnik PNF, optimal
mekanisme neuromuscular dibuat mudah atau resistance diberikan dengan tangan pada
lebih mudah. semua gerakan dan ditahan terus-menerus
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 95
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

selama gerakan terjadi. Semua komponen pasien untuk membentuk suatu gerakan.
gerakan harus mendapatkan tahanan opti- Aba-aba harus disingkat, sederhana dan
mal pada tiap tingkatan gerakan tersebut. tegas, mudah dipahami oleh pasien dan
Optimal resistance merupakan sarana disesuaikan dengan umur dan keadaan/
penting untuk mendapatkan aktivitas motor kondisi pasien.
unit. Rangsangan pada otot spindle akan a. Normal timing
menaikkan tension intramuskular yang Timing umumnya dimulai dari distal ke
maksimal dan dapat menimbulkan penye- proksimal, karena bagian distal tersebut
baran rangsang pada group otot yang yang pertama kali menerima rangsang.
berdekatan dengan jalan proses irradiasi. Normal timing dalam PNF dimulai dari
Optimal resistance digunakan dalan semua distal ke proksimal dan diawali dengan
tehnik PNF untuk: gerakan rotasi yang menentukan arah
a. Meningkatkan daya penerimaan rang- gerakan tersebut. Dari sini gerakan
sang terus-menerus terjadi dengan halus
b. Meningkatkan kekuatan otot sehingga semua sendi bergerak secara
c. Meningkatkan daya tahan otot urut mulai dari: distal, intermedia dan
d. Memperoleh rileksasi otot yang telah proksimal. Bila normal timing tidak
berkontraksi dapat ditimbulkan maka digunakan
e. Memperkembang koordinasi timing for emphasis (rangkaian
3. Manual contact gerakan yang ditekankan untuk
Manual contact dapat memberikan fasilitasi mengkoreksi adanya ketidakseimba-
terhadap kebutuhan aktivitas dengan ada- ngan).
nya sentuhan tangan dan akan merang- b. Re-inforcement (saling memperkuat)
sang eksoreseptor. Yang harus diper- Apabila bagian tubuh membentuk usaha
hatikan adalah bahwa dalam memberikan yang besar maka akan diikuti dan diper-
manual contact harus bertujuan, terarah kuat oleh bagian tubuh lainnya. Peris-
dan enak / nyaman. tiwa ini dapat dilihat pada orang-orang
4. Traction and Approximation (Tarikan dan pekerja berat dimana komponen otot-
penekanan) otot yang terletak dalam suatu pattern
Traksi dan penekanan sangat efektif untuk dapat saling memperkuat secara oto-
merangsang proprioceptif yang berasal matis dan tergantung dari tahanan yang
dari struktur persendian diberikan dan jika tahanan yang dibe-
a. Traksi rikan secara optimal maka proses saling
Dilakukan bersama sama dengan ma- memperkuat tersebut akan meyebar
nual kontact dapat memberikan pena- pada bagian-bagian tubuh lainnya.
rikan selama gerakan terjadi. Penarikan Contoh: kontraksi maksimal pada otot
ini diberikan terutama pada gerakan otot yang kuat akan dapat merangsang
fleksi dan kebanyakan pada ekstremitas kontraksi pada otot otot yang lemah
superior. dalam pattern gerak yang sama.
b. Aproksimasi (penekanan) c. Stretch Stimulus
Penekanan pada persendian dapat Penggunaan stretch stimulus adalah
merangsang suatu posisi dari anggota dengan melakukan penguluran yang
gerak dalam menahan berat tubuh. kuat dan tiba-tiba tetapi dalam batas
Oleh karena itu penekanan seharusnya kontrol yang diberikan pada sebuah otot
/idealnya diberikan pada gerakan sampai pada batas perpanjangan otot
gerakan ekstensi terutama pada ekstre- tersebut dan disertai dengan aba-aba
mitas inferior. yang dinamis sehingga dapat merang-
5. Verbal stimulatif (Aba-aba) sang penderita untuk berusaha dengan
Suara aba-aba yang diberikan harus meru- maksimal. Efek dan penggunaan stretch
pakan verbal stimulatif (rangsangan pe- stimulus adalah untuk mempermudah
rintah) sehingga dapat merangsang usaha terjadinya kontraksi apabila arkus
96 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

refleks masih baik, karena dengan dila- kelompok otot tertentu tepancing maka hal
kukannya stretch stimulus akan dapat ini akan dapat menambah eksitabilitas
menambah atau meningkatkan respon sistem refleks kelompok antagonisnya.
sehingga mempercepat terjadinya pro- Prisip ini menggunakan gerakan voluntary
ses penguatan. dan bekerjasama dengan kelompok anta-
gonis dalam membentuk suatu gerakan.
Kontraksi kelompok otot otot agonis yang
Tehnik pelaksanaan PNF kuat atau pattern yang kuat digunakan
1. Timing for emphasis sebagai proprioseptif untuk merangsang
Timing for emphasis didasarkan atas peng- kelompok otot antagonis yang lemah atau
gunaan kelompok otot yang kuat untuk pattern yang lemah.
memperkuat otot otot yang lemah dan Pemakaian slow reversal adalah dengan
tidak efektif. Pemakaian timing for empha- memberikan tahanan optimal pada gerakan
sis adalah dengan memberikan maksimal kelompok agonis kemudian diikuti dengan
kontraksi pada kelompok otot yang kuat cepat tanpa adanya rileksasi dengan gera-
untuk memperkuat kelompok otot yang kan yang berlawanan (gerakan kelompok
lemah. antagonis) dengan tahanan optimal. Gera-
Timing for emphasis berarti menggunakan kan kebalikan yang berlawanan tersebut
kontraksi kelompok otot tertentu dan kom- terjadi secara halus dengan timing tanpa
ponen-komponen tertentu diulang-ulang rileksasi dengan mengubah posisi tangan
pada setiap bagian ROM untuk memperoleh fisioterapis.
reaksi saling memperkuat dari kelompok Efek dan pengguanaan slow reversal adalah
otot yang kuat kepada kelompok otot yang mempermudah kontraksi kelompok otot
lemah untuk memperoleh kekuatan otot otot antagonis dengan memberikan taha-
dan memperbaiki keseimbangannya. nan optiimal pada kelompok otot agonis
2. Repeated contraction (repetisi kontraksi ) pada saat berkontraksi dan langsung diikuti
Adalah pengulangan aktivitas dengan mela- kontraksi otot antagonis tersebut dengan
wan tahanan dan ditujukan untuk mening- melawan tahanan yang sama.
katkan kekuatan dan daya tahan otot. 4. Rhytmical stabilisation
Dalam hal ini kontraksi otototot tertentu Dalam tehnik ini digunakan kontraksi otot
yang lemah atau komponen suatu pattern otot antagonis secara isometrik dengan
yang lemah diulang-ulang agar menda- tujuan untuk memelihara dan meningkat-
patkan pengaruh saling memperkuat dari kan stabilitas sendi. Stabilitas sendi diper-
bagian atau kelompok otot yang lain yang tahankan dengan adanya ko-kontraksi ke-
diberikan kontraksi isometrik maksimal. lompok otot antagonis melawan resisten.
Pemakaian Repeated contraction adalah Sebuah gerakan pada saat melakukan
dengan menggunakan timing for em- fungsi prehension akan baik apabila stabi-
phasis untuk memperoleh kontraksi isoto- lisasi pada elbow dan shoulder juga baik.
nik yang maksimal yang digunakan sebagai Pemakaian rhytmical stabilisation dapat
penguat kelompok otot tersebut kemudian diberikan beberapa titik dalam suatu pat-
ditahan sehingga timbul kontraksi isometrik tern gerakan. Pasien disuruh menahan saat
dengan melawan tahanan optimal. fisioterapis memberikan optimal resisten
Teknik ini digunakan untuk koreksi terha- yang berubah secara teratur dari satu arah
dap keseimbangan dan rileksasi kelompok kearah lain. Disini komponen gerakan rota-
otototot antagonis dan untuk memperoleh si sangat penting untuk mengunci sendi.
peningkatan ROM dalam kondisi kekakuan Efek dan penggunaannya adalah: Dengan
sendi. adanya ko-kontraksi otot otot antagonis
3. Slow reversal yang melawan optimal resisten akan mem-
Tehnik ini didasarkan atas teknik bentuk atau meningkatkan eksitasi respon
Sherrington yaitu adanya induksi secara dari otot otot sehingga mempemudah
beruntun, dimana setelah sistem refleks peningkatan kekuatan otot, sirkulasi sekitar
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 97
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

sendi lebih lancar. Teknik ini dapat untuk mengurangi spastisitas dan melatih koor-
diberikan pada setiap bagian ROM sesuai dinasi gerak dengan tehnik slow reversal dan
pilihan. Misalnya untuk meningkatkan ek- timing for emphasis.
sitasi dengan bagian ROM yang kuat atau
bila terjadi rasa sakit dari suatu ROM maka
dipilih bagian ROM yang bebas dari rasa Gerakan pada Ekstremitas atas
sakit. Demikian pula bila terjadi kekakuan 1. Fleksi abduksi eksternal rotasi
sendi maka daerah limit ROM yang a. Posisi awal: Shoulder ekstensi adduksi
diberikan rhytmical stabilisation. internal rotasi, lengan atas diatas hip
5. Hold relax dalam posisi pronasi dan palmar fleksi.
Tehnik ini merupakan teknik rileksasi yang b. Pegangan: Kedua tangan berada diatas
digunakan untuk memperoleh waktu pe- distal, bagian distal tangan memegang
manjangan dari kelompok otototot yang dengan empat jari menggunakan pega-
berkontraksi sebagai antagonis terhadap ngan lumbrikal pada metacarpal II dan
suatu gerakan yang mengalami keterbatasn ibu jari pada metacarpal V. Bagian
ROM. Tehnik ini sangat efektif, sederhana proksimal tangan dengan lumbrikal
dan tanpa menimbulkan rasa nyeri. memegang sisi dorsal lengan bawah.
Pemakaian hold relax: Dengan melakukan c. Posisi akhir: Lingkup gerak sendi dapat
gerakan sampai pada limit ROM tertentu dilaksanakan secara penuh dengan
dan melawan tahanan fisioterapis, pada posisi akhir dorsi fleksi tangan, ekster-
akhir limitasi gerak maka tahanan diubah nal rotasi dan fleksi shoulder.
pada posisi antagonisnya dan pasien 2. Fleksi-adduksi eksternal rotasi
disuruh menahan tahanan oleh fisioterapis a. Posisi awal: Posisi tangan dalam
kearah kelompok antagonisnya. Tehnik ini keadaan terulur ke arah dorsal ekstensi
diberikan secara berulang dan biasanya dan bahu retro fleksi, scapula sedikit
diikuti dengan repeated contraction. bergerak ke arah anterior.
Efek dan penggunaan: Dengan adanya b. Pegangan: Bagian distal tangan yang
kontraksi isometrik pada kelompok otot berlawanan memegang dengan ceng-
antagonis maka hal ini akan mempermudah kraman lumbrikal ke arah dorsal fleksi
pembentukan aktivitas kelompok antagonis pergelangan tangan pasien bagian
tersebut. Bila aktivitas antagonis dapat proksimal pada permukaan palmar
dipermudah maka reaksi pemanjangan otot lengan bawah.
yang memendek akan bertambah. Tehnik c. Gerakan: Kedua lengan fisioterapis
hold relax digunakan untuk meningkatkan memberikan fasilitasi gerakan ke arah
ROM, mengurangi kekakuan, mengurangi yang berbeda.
nyeri terutama bila rasa nyeri disebabkan d. Posisi akhir: Lengan terulur ke arah
oleh kekakuan sendi. radial fleksi
3. Ekstensi adduksi internal rotasi
a. Posisi awal: Shoulder adduksi, lengan
Standar pelaksanaan Terapi PNF pada diatas kepala
Stroke b. Pegangan: Bagian distal tangan meme-
Pelaksanaan terapi PNF pada kasus gang dengan cengkraman lumbrical
stroke dibagi dalam dua tahap yaitu pada fase memakai empat jari proksimal metacar-
flaccid dan fase spastic dan diberikan sesuai pal V proksimal permukaan dorsal dari
dengan pattern PNF baik pada ekstremitas atas ibu jari metacarpal II. Bagian proksimal
maupun ekstremitas bawah. Tujuan terapi PNF dengan lumbrikal pada bagian eksten-
pada fase flaccid adalah untuk memperbaiki sor lengan bawah
fisiologi otot, fasilitasi kontraksi dan meng- c. Posisi akhir: Lingkup gerak sendi dalam
ajarkan kembali gerak fungsional dengan tek- posisi ekstensi pergelangan tangan dan
nik rhytmical stabilization dan slow reversal. adduksi shoulder secukupnya.
Tujuan terapi PNF pada fase spastic adalah
98 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Prehension CPP posisi dorsal flexi dan LPP intercarpal


Anatomi Terapan dan Biomekanik Sendi posisi netral sedikit flexi CPP; mid carpal ,
Tangan Dan Jari-Jari posisi ekstensi dan ulnar deviasi, sedangkan
LPP; mid carpal posisi netral sedikit fleksi.
Tulang b) Sendi-sendi Karpo metacarpal .
Tulang yang membentuk pergelangan Sendi Karpo metacarpal II dan III stabil,
tangan dan jari - jari ada lima belas buah, an- dimana gerakan angulasi yang terjadi kecil,
tara lain, distal phalanx 5 buah, middle phalanx terutama CMC II gerak angulasinya ke pal-
4 buah, proximal phalanx 5 buah, metacarpal 5 mar-dorsal menyebabkan penambahan dan
buah, sesamoboid bones ada 2 buah, pengurangan arcus carpalis distalis.
trapezium, trapezoidium, capitataum, pisifor- Sendi karpo metacarpal IV merupakan sen-
mae, triquetrum, lunatum, scapoideum, radius di tipe uniaxial hinge dengan derajat kebe-
dan ulna. basan gerak ayun flexi ekstensi. Permukaan
os hamatum konkaf sedang permukaan
basis metacarpal IV konveks sehingga arah
Sendi pembentuk pergelangan tangan translasi yang terjadi berlawanan arah
dan jari - jari dengan angulasinya. Sendi karpo metacar-
Distal radioulnar joint, radiocarpal, pal V merupakan sendi tipe saddle yang
intercarpal, carpometacarpal metacarpo pha- memiliki dua derajat kebebasan gerak flexi-
langel, dan Inter Phalangeal (Distal inter- ekstensi, dan abduksi-adduksi.
phalangeal, proksimal interphalangeal). Arthrokinematik dan osteokinematik, flexi-
ekstensi 450-500/0/300, ROM abduksi-
adduksi 600-700/0/800. CMC III paling stabil
Biomekanik sendi pergerakan tangan dan CMC V paling mobile yaitu flexi 100 dan
dan jari-jari ekstensi 100 dengan beberapa derajat
Sendi-sendi radio carpal abduksi, pronasi dimana dalam klinis mem-
Merupakan sendi avoid dimana memiliki bentuk arcus. CPP pada posisi full flexi dan
dua derajat kebebasan, gerak palmar-dorsal LPP posisi diantara flexi dan ekstensi.
flexi dan radial-ulnar deviasi. Dimana os radius c) Sendi-sendi metacarpo phalangeal
concave menghadap distal sedikit serong 15 Sendi ini merupakan sendi avoid hinge
derajat, bersendi dengan corpus tetapi melalui dimana memiliki dua derajat kebebasan
discus. Arthrokinematik dan osteokinematik, gerak yaitu flexi-ekstensi dan abduksi-
ROM palmar dan dorsal flexi 800-900/0/700-900 adduksi saat ekstensi tetapi saat flexi hanya
dan ROM: radial dan ulnar deviasi 150/0/300- satu derajat garak flexi-ekstensi saja.
400 CPP, posisi dorsal flexi penuh dan LPP; Dibentuk oleh ujung distal metacarpal I-V
netral sedikit ulnar deviasi berpasangan dengan basis phalanx proxi-
a) Sendi-sendi intercarpal mal I-V dan diperkuat lig. Collaterallaterale
Gerakan fisiologis berupa gerakan geser dan mediale.
intercarpalia. Struktur sendi, scapoideum, Arthrokinematik dan osteokinematik ROM
lunatum, triquentrum, sendi datar dihu- flexi-ekstensi metacarpo phalangeal I:
bungkan dengan lig interossium kurang 500/0/0 dan ROM flexi-ekstensi metacarpo
kuat dan merupakan deretan proximal dari phalangeal II-V: 800-850/0/300-350, ROM
mid carpal. Deretan distal terdiri dari: abduksi-adduksi posisi ekstensi metacarpo
trapezium, capitatum dan hametum yang phalangeal I: 100/0/300 dan abduksi-adduk-
dihubungkan oleh lig. Interossium secara si posisi ekstensi metacarpo phalangeal II-V
kuat antara kedua deretan ini membentuk : 200-300/0/200-300.
sendi mid carpal. Arthrokinematik dan Karena basis phalanx merupakan permu-
osteokinematik, pada mid carpal ternyata kaan yang konkaf dengan demikian traksi
memiliki ROM yang besar dimana saat selalu kearah distal sesuai dengan axis
gerak palmar dan dorsal flexi penuh men- longitudinal phalanx, sedang translasi ke
jadi 300. palmar dan sebaliknya saat ekstensi. Pada
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 99
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

gerakan ekstensi penuh terjadi CPP semen- sertio pada basis metacarpal II, III, dan V dan
tara LPP posisi semi flexi . berfungsi untuk penggerak radial defiasi, dan
d) Sendi sendi interphalangeal (PIP dan DIP) M. Ekstensor carpi ulnaris berfungsi untuk
Merupakan sendi tipe hinge uniaxial dimana penggerakan ulnar deviasi.
memiliki satu derajat kebebasan gerak M. Ekstensor digitorum communis dan
ayun dalam bentuk flexi-ekstensi. Permu- M. Ekstensor digit quinti proprius berensersio
kaan sendi bagian distalnya konkaf dan pada basis phalanx II jari V dan basis phalanx
diperluas jaringan fibrocartilage plate, III jari V, berfungsi sebagai penggerak ekstensi
diperkuat lig. colateralle mediale dan late- articulatiometacarpo phalangeal joint dan inter-
rale serta tendon otot-otot flexor dan phalangeal jari II sampai V.
ekstensor jari tangan Group ekstensor bagian profunda. Ter-
Arthrokinematik dan osteokinematik, ROM diri dari M. Supinator dipersyarafi oleh nerves
flexi ekstensi, PIP 1200-1350/0/0 dan ROM radialis (C5,C6), M. abductor polllisis longus,
flexi-ekstensi DIP 900/0/300. Pada gerakan M.ekstensor polissis longus dan brevis, M
ekstensi penuh terjadi kooptasi permukaan indisis profius dipersyarafi oleh nerves radialis
sendi (CPP), sementara posisi istirahat (C7).
(LPP) flexi 50. Semua otot ini berorigo pada facies
Karena permukaan sendi bagian distal dorsalis ulnae, kecuali M. Supinator berorigo
konkaf dan bagian proximal konveks maka pada epicondylo lateralis humeri dan berin-
gerakan intra antrikuler traksi selalu kearah sersio pada facies volaris, lateralis dan dorsalis
distal searah axis longitudinal phalanx dan radii. Berungsi untuk supinator lengan bawah
translasi searah dengan gerakannya. M. abduktor pollisis longus berinsersio pada
basis ossis metacarpal I dan berfungsi untuk
Muscular abduksi dan ekstensi ibu jari. Sedangkan M.
Otot berperan sebagai penggerak sen- Ekstensi policis longus dan brevis, M. Indicis
di dan juga berfungsi sebagai komponen profrius berinsertio pada basis phalanx II jari II
stabilisator aktif yang menjaga sendi dan dan basis phalanx III jari II dan berfungsi
tulang saat pergerakan. Adapun otot otot untuk ekstensi interphalangeal, metacarpo
yang berfungsi untuk penggerak pergelangan phalangeal dan carpo metacarpal jari I, M.
tangan adalah: Indicis profius berfungsi untuk ekstensi jari II.
Group fleksor bagian superficiales.
Kelompok Ekstrinsik Terdiri dari M. Pronator teres dipersyarafi oleh
Group ekstensor bagian superficialis. nerves medianus (C6, C7), M. flexor carpi
Musculus (M) brachio radialis dipersyarafi oleh radialis dan M. Palmaris longus dipersyarafi
nerves radialis (C5, C6, C7 ), M. ekstensor oleh nerves medianus (C6), M. flexor digitorum
carpi radialis longus dan brevis dipersyarafi sublimes dipersyarafi oleh nerves medianus
oleh nerves radialis ( C6, C7) , M. ekstensor (C7, C8, T1) dan M. flexor carpi ulnaris diper-
digitorum communis, M. Ekstensor digiti yarafi oleh nerves ulnaris (C8, T1).
quinti profius dan, M. Ekstensor carpi ulnaris, M. Pronator teres berorigo pada septum
dipersyarafi oleh nerves radialis (C7). inter musculare dan epicondylus medialis
Semua otot ini berorigo pada epicon- humeri, sedangkan caput ulnae origonya pada
dylus lateralis humeri, kecuali M. Ekstensor processus coronoideus ulnae dan insertionya
carpi radialis longus, berorigo pada 2/3 pada facies volaris dan lateralis radii.
permukaan dorsal os uina dan ensertio melekat M. fleksor carpi radialis dan M. Palmaris
pada basis metacarpal II. Sedangkan enser- longus berorigo pada epicondylus medialis
tionya M. Bracio radialis pada processus styloi- humeri dan facia antebrachii dan insertionya,
deus radii, dan berfungsi sebagai penggerak M. Palmaris longus pada apponeurosis palaris.
flexi sendi siku dan pronasi supinasi lengan M. Fleksor digitorum sublimes ini memiliki dua
bawah. caput humarale dan caput radiale. Caput
M. Ekstensor carpi radialis longus dan humerale berorigo pada tuberositas ulnae dan
brevis dan M. Ekstensor carpi ulnaris berin- epicondylus medialis humerale berorigo pada
100 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

tuberositas ulnae dan epicondylus medialis dan mayus, insersio apda basis Phalanx I ibu
humeri, sedangkan caput radiale berorigo pada jari, fungsi untuk flexi Phalanx I dan menarik
facies volaris radii, insertionya pada permukaan ibu jari ke ara volar.
volar phalanx II-V, fungsinya untuk flexor jari- M adduktor pollisis origonya pada os
jari pada articulation interphalangeal jari II-V metacarpal I dan Os sesamoidea, fungsi untuk
dan sebagai flexor articulation radio carpea. adduksi ibu jari dan flexi phalanx.
M. Flexor carpi ulnaris, pada caput
humerale berorigo pada epicondilus medialis
humeri, sedsngkan caput ulanair berorigo pada Group Hipothenar
belakang olecranon dan margo dorsalis ulnae , Terdiri dari M. abductor digiti qinti,M
insersio pada os pisiform, fungsi untuk flexor flexor digiti qinti brevis, M. Opponen digiti qinti
dan adductor articulation radio carpea. semuanya dipersyarafi oleh nerves ulnaris (C8).
Group fleksor bagian profunda. Terdiri M. abduktor digiti quinti berorigo pada
dari M. Fleksor digitorum profundus diper- lig. Carpi transversum os pisiform, insersio
yarafi oleh nerves medianus (C8, T1) dan apda basis Phalanx I jari V, fungsi untuk
ulnaris (C8, T1), M. Fleksor Pollisis longus abduksi jari V dan membantu fleksi Phalanx I,
dipersyarafi oleh nerves medianus (C8, T1) M flexor digiti qinti brevis origonya pada lig.
dan M. Pronator Quadratus, Carpi transversum os hamulus ossis hamati,
M flexor digitorum profundus berorigo insertio pada pda basis phalanx I jari V , fungsi
bagian proksimal os ulnae pada permukaan untuk flexi jari V. M. Opponen digiti qinti
polar dan insersio pada os phalanx jari II- V , berorigo pada lig. Carpi transversum os hamu-
berfungsi untuk flexi interphalangeal joint jari lus ossis hamati, fungsi menarik jari V ke
II-V. Volar.
M. fleksor Pollisis longus berorigo
padafcies polaris raddii dan insertio pada basisi
phalanx II jari I, Fungsi untuk adduksi
Group Lumbricales
metacarpal I. M. Fleksor Pronator Quadratus
Origonya ada dua, dua buah otot pada
berorigo pada fasies polaris ulnae dan inser-
semping radial dan melekat pada sebelah radial
siopada paseies polaris radii, Fungsi untuk
dari tendon jari IIdan III. Dua buah otot lagi
pronator lengan bawah.
pada sisi ulanar, melekat pada tendon jari III,
IV, V. Sedangkan insertsionya untuk lumbrikalis
I, II, IV melekat pada samping radial jari IV
Kelompok Intrinsik dan juga samping ulnair jari III. Fungsinya
Group Thenar untuk fleksor Phalanx I, ekstensi phalanx II dan
Terdiri dari: M abductor pollisis brevis, III jari II - V.
M, Opponens pollisis, dan M. flexor pollisis
brevis dipersyarafi oleh nerves medianus (C6,
C7) sedangkan, M adduktor pollisis. Diper-
Group Interossei
syarafi oleh nerves ulnaris (C8).
M.interossei dipersyarafi oleh nerves
M. abductor pollisis brevis berorigo
ulnaris (C8) , otot ini terletak diantara tulang-
pada lig. Carpi transversum dan tuberositas os
tualng metacarpal II sampai V. Otot pertama
naviculare , insersio apda basis Phalanx proa-
origonya pada bagian ulnair metacarpal II,
simal jari I dan os sesamoidea jari I, fungsi
sedangkan Otot IIi dan III origonya pada per-
otot fleksor dan abduktor jari I da n fleksor
mukaan radial Metacarpal IV dan V. insert-
phalanx proksimal jari I.
sionya pada sebelah dorsal Phalanx I.
M. Opponens pollisis, berorigo pada lig.
M. interossei ini jumlahnya ada empat
Carpi transversum dan tuberositas multanguli
buah fungsi otot I dan II menarik phalanx jari
mayus, insersio pada basis metacarpal I, fungsi
II dan III ke arah radial sedangkan otot III dan
abduksi dan flexi ibu jari. M. flexor pollisis
IV untuk menarik jari III dan IV ke arah ulnair ,
brevis berorigo pada lig. Carpi transversumda
keselururhan untuk flexor phalanx I jari II
ossa sesamoidea dan os multangulum minus
sampai IV.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 101
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Arteri Fleksor digitorum profundus dan M. Flek-


Arteri (A) yang masuk ke daerah sor polisis longus, dan juga dibantu oleh
tangan yaitu: A.Radialis, A.Ulnaris, A. Anterior M. Fleksor digitorum super fisialis dan
dan Posterior Interosseus, A. Superficialis dan interrossei
deep palmar, A. digital , A. metacarpal. A. Prin- - Spherical grip
ceps polissis, A. Radialis indicis.

Syaraf
Gerakan semua yang dilakukan oleh
tangan sangat dipengaruhi oleh syaraf yang
menginervasi daerah tangan yaitu: syaraf
radialis, syaraf ulnaris dan syaraf medialis

Fungsi Prehension
Fungsi tangan begitu penting dalam Kadang sulit membedakan antara Cylin-
melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan drical grip dan Spherical grip. Perbedaan
bagian yang paling aktif, maka lesi pada utama antara keduanya biasanya tergan-
bagian otak yang mengakibatkan kelemahan tung dari ukuran objeknya. Untuk ukuran
akan sangat menghambat dan menggangu ke- yang lebih besar menggunakan spherical
mampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. grip karena jarak antara jari-jari juga
Tangan juga merupakan organ panca indra semakin luas. Dan otot yang berpengaruh
dengan daya guna yang sangat khusus. dalam hal ini yaitu abduktor dan adduktor
Prehension dapat didefinisikan sebagai jari jari, selain fleksor jari-jari.
semua fungsi yang dilakukan ketika meng- - Hook grip
gerakan sebuah objek yang digenggam oleh
tangan .
Fungsi menggenggam (grip) melalui
tiga tahap yaitu:
a. Membuka tangan
b. Menutup jari-jari untuk menggenggam
objek
c. Mengatur kekuatan menggenggam

Pembagian Prehension Hook grip juga hampir sama dengan


Adapun secara umum prehension dapat cylindrical grip dengan pengecualian ibu
dibagi menjadi dua yaitu: jari tidak termasuk dalam tipe ini. M.
1. Power grip terdiri dari: Fleksor digitorum profundus dan super-
- Cylindrical grip ficialis menjadi otot utama yang berperan
dalam melakukan fungsi ini.
- Lateral Prehension grip

Otot-otot yang berperan dalam mela-


kukan fungsi cylindrical grip adalah M. Otot otot yang berperan dalam lateral
prehension grip juga antara lain abduktor
102 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

dan adduktor jari-jari, namun tidak ter-


masuk fleksor jari-jari. Otot utamanya
adalah interossei dan termasuk otot-otot
ekstensor (M. Ekstensor digitorum com-
munis dan lumbricales).
2. Precision Handling
Precision Handling cocok digunakan untuk
ketrampilan motorik halus dengan mene-
kankan pada sensasi yang cukup adekuat
pada tangan. Precision Handling Terdiri Dalam hal ini permukaan ibu jari meme-
dari: gang objek sepanjang sisi lateral dari jari
- Pad to Pad jari baik itu proksimal, middle atau
distal phalanx. Contoh: memegang kunci.

Metode
Dalam melakukan penelitian ini bersifat
Quasi experimental untuk mempelajari perbe-
daan pengaruh pemberian metode PNF ter-
hadap kekuatan fungsi prehension pada pa-
sien stroke hemoragik dan stroke non- he-
moragik.
Kebanyakan precision handling terjadi Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok
Pada gerakan pad- to pad. Otot otot yaitu kelompok eksperimen I pasien stroke
yang berperan antara lain: salah satu M. hemoragik dan kelompok eksperimen II pasien
Fleksor digitorum profundus atau super- stroke non- hemoragik. Penelitian dilakukan
ficialis dengan M. Fleksor polisis longus dengan melihat perbedaan pengaruh pening-
dan brevis, opponens pollisis dan abduk- katan kekuatan fungsi prehension dengan
tor pollisis brevis ibu jari. memberikan metode PNF pada kedua pasien
- Tip to tip kasus stroke tersebut. Nilai kekuatan fungsi
prehension diukur dan dievaluasi menggunakan
alat spigmomanometer. Hasil dari nilai pengu-
kuran akan dianalisa antara kelompok ekspe-
rimen I dan kelompok eksperimen II.
Dari hasil pemeriksaan pada pasien
yang menderita stroke dan diminta persetujuan
untuk menjadi sample dalam penelitian ini.
Jumlah sample secara keseluruhan 16 orang
yang kemudian dibagi dalam dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok
eksperimen II yang masing masing berjumlah 8
Melakukan tip- to tip jauh laebih sulit orang.
dibanding yang lainnya, karena biasanya Setelah dilakukan pengelompokan sam-
memegang objek yang sangat kecil atau pel, selanjutnya dilakukan hal-hal berikut:
halus. Oleh karena itu otototot distal 1. Kelompok eksperimen I
fleksor (fleksi interphalangeal) sangat Pada kelompok eksperimen I pasien dengan
penting dalam melakukan fungsi ini. stroke hemoragik sebelum di beri perlakuan
- Lateral Pinch dilakukan pengukuran kekuatan fungsi pre-
hension dengan menggunakan spigmoma-
nometer. Kemudian diberikan terapi sela-
ma 6 x dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 103
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali kuensi 3 kali seminggu. Selanjutnya dilaku-


dengan melihat hasil pengukuran dengan kan evaluasi kembali dengan melihat hasil
spigmomanometer. Pengukuran ini dilaku- pengukuran dengan spigmomanometer.
kan dan dicatat hasilnya pada setiap perla- Pengukuran ini dilakukan dan dicatat hasil-
kuan yang diberikan. nya pada setiap perlakuan yang diberikan.
2. Kelompok eksperimen II
Pada kelompok eksperimen II pasien
dengan stroke non hemoragik. Sebelum Hasil
diberi perlakuan dilakukan pengukuran Tingkatan usia pada kedua kelompok
kekuatan fungsi prehension dengan meng- (kelompok eksperimen I dan kelompok ekspe-
gunakan spigmomanometer. Kemudian rimen II) dapat dilihat pada tabel di bawah ini .
diberikan terapi selama 6 x dengan fre-

Tabel 1
Distribusi sample berdasarkan kelompok usia
Eksperimen I Eksperimen II Jumlah
Usia Jumlah % Jumlah % Jumlah %
46-55 1 12,5 2 25 3 18,75
56-65 4 50 3 37,5 7 43,75
66-75 3 37,5 3 37,5 6 37,5
Jumlah 8 100 8 100 16 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 2
Distribusi sample berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Eksperimen I Eksperimen II Jumlah
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laki-laki 5 62,5 4 50 9 56,25
Perempuan 3 37,5 4 50 7 43,75
Jumlah 8 100 8 100% 16 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil pengukuran kekuatan fungsi prehension metode PNF dapat dilihat pada tabel di bawah
pada kelompok eksperimen I (pasien stroke ini.
hemoragik) dengan perlakuan terapi latihan

Tabel 3
Distribusi Nilai Kekuatan prehension untuk fungsi Cylindrical grip
Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan
1 60 75 15
2 50 75 25
3 40 50 10
4 35 55 20
5 40 60 20
6 50 70 20
7 70 80 10
8 65 80 15
Rata-rata 51.25 68.13 16.88
SD 12.75 11.63 5.30
Sumber: Hasil Pengolahan Data
104 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan nilai 51,25. Sedangkan nilai kekuatan fungsi
bahwa nilai kekuatan fungsi prehension prehension sesudah perlakuan berkisar antara
pasien stroke hemoragik sebelum perlakuan 50 sampai 80 dengan rata-rata nilai 68,13.
berkisar antara 35 sampai 70 dengan rata-rata

Tabel 4
Distribusi Nilai Kekuatan prehension untuk fungsi Spherical grip

Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan


1 50 55 5
2 40 60 20
3 35 50 15
4 25 35 10
5 35 45 10
6 40 60 20
7 55 65 10
8 50 60 10
Rata-rata 41.25 53.75 12.5
SD 9.91 9.91 5.35
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai 53,75. Sedangkan nilai kekuatan fungsi
nilai kekuatan fungsi prehension pasien stroke prehension sesudah perlakuan berkisar antara
hemoragik sebelum perlakuan berkisar antara 60 sampai 75 dengan rata-rata nilai 68,13.
25 sampai 55 dengan rata-rata nilai 41,25.
Sedangkan nilai kekuatan fungsi prehension Tabel 6
sesudah perlakuan berkisar antara 35 sampai Distribusi Nilai Kekuatan prehension untuk
60 dengan rata-rata nilai 53,75. fungsi Tip to Tip

Tabel 5 Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan


Distribusi Nilai Kekuatan prehension untuk 1 20 35 15
fungsi Hook Grip 2 25 35 10
Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan 3 25 30 5
1 60 70 10 4 15 25 5
2 55 70 15 5 15 20 5
3 50 75 25 6 25 35 10
4 40 60 20 7 20 35 15
5 45 60 15 8 25 30 5
6 50 65 15 Rata- 21.25 30.63 8.75
7 70 75 5 rata
8 60 70 10 SD 4.43 5.63 4.43
Rata- 53.75 68.13 14.38 Sumber: Hasil Pengolahan Data
rata
SD 9.54 5.94 6.23 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
Sumber: Hasil Pengolahan Data kekuatan fungsi prehension pasien stroke
hemoragik sebelum perlakuan berkisar antara
Dari tabel tersebut di atas dapat disim- 15 sampai 25 dengan rata-rata nilai 21,25.
pulkan bahwa nilai kekuatan fungsi prehension Sedangkan nilai kekuatan fungsi prehension
pasien stroke hemoragik sebelum perlakuan sesudah perlakuan berkisar antara 20 sampai
berkisar antara 40 sampai 70 dengan rata-rata 35 dengan rata-rata nilai 30,63.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 105
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Tabel 7 Dari tabel analisis dengan menggunakan uji


Distribusi Nilai Kekuatan prehension untuk fungsi wilcoxon Match Pairs didapatkan nilai P = 0.012
Lateral Pinch yang berarti bahwa ada pengaruh yang
Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan bermakna pemberian PNF terhadap pening-
1 35 45 10 katan kekuatan fungsi prehension pada pasien
2 30 45 15
Stroke Hemoragik. Dapat pula di gambarkan
3 35 40 5
4 30 40 10 melalui grafik berikut:
5 35 45 10
6 40 50 10 Grafik 1
7 45 50 5 Pengukuran sebelum dan sesudah terapi pada
8 35 45 10 pasien stroke Hemoragic
Rata- 35.63 45 9.38
rata 300
SD 4.96 3.78 3.20
250
Sumber: Hasil Pengolahan Data
200
Dari tabel diatas dapat disimpulkan 150
kekuatan
bahwa nilai kekuatan fungsi prehension pasien prehension
stroke hemoragik sebelum perlakuan berkisar 100
antara 30 sampai 45 dengan rata-rata nilai 50
35,63. Sedangkan nilai kekuatan fungsi pre-
0
hension sesudah perlakuan berkisar antara 40
sebelum sesudah
sampai 50 dengan rata-rata nilai 45.
Untuk mengetahui fungsi prehension
secara keseluruhan maka dilakukan penjum- Sumber: Hasil Pengolahan Data
lahan total nilai dari setiap bagian fungsi dari
prehension. Sedangkan hasil pengukuran kekuatan fungsi
Dari tabel 8 dapat disimpulkan bahwa prehension pada kelompok eksperimen II (pa-
nilai kekuatan fungsi prehension secara sien stroke non-hemoragik) dengan perlakuan
keseluruhan pada pasien stroke hemoragik terapi latihan metode PNF dapat dilihat pada
sebelum perlakuan berkisar antara 145 sampai tabel di bawah ini.
260 dengan rata-rata nilai 203,13. Sedangkan
Tabel 9
nilai kekuatan fungsi prehension sesudah
Skor penilaian kekuatan fungsi prehension pada
perlakuan berkisar antara 215 sampai 305 stroke Non hemoragik
dengan rata-rata nilai 265.63. Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan
1 165 235 70
Tabel 8 2 180 275 95
Skor penilaian kekuatan fungsi prehension pada 3 185 250 65
stroke hemoragik 4 155 230 75
Subjek Sebelum Sesudah Peningkatan 5 135 200 65
1 225 280 55 6 140 200 60
2 200 285 85 7 195 260 65
3 185 245 60 8 185 255 70
4 145 215 70 Rata- 167.5 238.13 70.63
5 170 230 60 rata
6 205 280 75 SD 22.36 27.38 10.84
7 260 305 45 Sumber: Hasil Pengolahan Data
8 235 285 50
Rata- 203.13 265.63 62.5
rata
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
SD 36.93 31.56 13.36 bahwa nilai kekuatan fungsi prehension secara
Sumber: Hasil Pengolahan Data keseluruhan pada pasien stroke non-hemoragik
sebelum perlakuan berkisar antara 135 sampai
106 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008
Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

195 dengan rata-rata nilai 167,5. Sedangkan Dari tabel analisis dengan menggunakan uji
nilai kekuatan fungsi prehension sesudah per- mann-whitney didapatkan nilai P = 0.185 yang
lakuan berkisar antara 200 sampai 275 dengan berarti bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
rata-rata nilai 238,13. yang bermakna pemberian PNF terhadap
Dari tabel analisis dengan menggu- peningkatan kekuatan prehension tangan pada
nakan uji wilcoxon didapatkan nilai P = 0.011 pasien Stroke hemoragik dan Non Hemoragik.
yang berarti bahwa ada pengaruh yang Dapat pula di gambarkan melalui grafik berikut:
bermakna pemberian PNF terhadap pening-
katan kekuatan prehension tangan pada pasien Grafik 3
stroke non-hemoragik. Dapat pula digam- Pengukuran selisih antara kelompok
barkan melalui grafik berikut: eksperimen I dan eksperimen II

Grafik 2 300
Pengukuran sebelum dan sesudah terapi pada 250
pasien stroke non hemoragik 200 stroke
hem oragik
150
300 stroke non
100 hem oragik
250
50
200
kekuatan 0
150
prehension sebelum sesudah
100
50 Sumber: Hasil Pengolahan Data
0
sebelum sesudah
Kesimpulan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari hasil uraian pada bab terdahulu dalam
penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sebagai berikut:
pengaruh pemberian PNF terhadap pening- 1. Terapi latihan metode PNF yang diberikan
katan kekuatan fungsi prehension pada selama dua bulan dengan frekuensi dua
kelompok eksperimen I dan kelompok ekspe- sampai tiga kali setiap minggu pada pasien
rimen II maka dilakukan uji ststistik mann- stroke hemoragik fase penyembuhan di
whitney dengan hasil sebagai berikut: beberapa instansi pelayanan fisioterapi
dapat meningkatkan kekuatan fungsi
Tabel 10 prehension .
Hasil uji analisis selisih kelompok eksperimen I dan 2. Terapi latihan metode PNF yang diberikan
eksperimen II selama dua bulan dengan frekuensi dua
Subjek Selisih Selisih
sampai tiga kali setiap minggu pada pasien
Kelompok I Kelompok II
stroke non hemoragik fase penyembuhan
1 55 70
di beberapa instansi pelayanan fisioterapi
2 85 95
dapat meningkatkan kekuatan fungsi
3 60 65
prehension .
4 70 75
3. Dari kedua kasus tersebut berdasarkan
5 60 65 hasil analisis statistik, maka disimpulkan
6 75 60 bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh
7 45 65 yang bermakna terapi latihan metode PNF
8 50 70 pada pasien stroke hemoragik dan stroke
Rata-rata 62.5 70.63 non hemoragik dalam meningkatkan
SD 13.36 10.84 kekuatan fungsi prehension.
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008 107


Pengaruh Pemberian PNF Terhadap Kekuatan Fungsi Prehension pada Pasien Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik

Daftar Pustaka
Adler Susan S, PNF in Practice, Springer, New
York, 1999.

Deusen Julia Van and Denis Brunt, Assesment


in Occupational Therapy and Physical
Therapy, W.B Saunders Company,
Philadelpia, 1997.

F.Neil Gordon, Stroke your complete exercise


guide, Human kinetics publishers,
Dallas Texas, 1993.

Feigin Valery, Stroke, Cetakan Kedua, PT


Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006.

Guyton, Arthur C., Buku ajar Fisiologi


kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1996.

Minor Mary alie Duesterhans, Kinesiology


Laboratory Manual for Physical
Therapist Assistant, F.A Davis
Company, Philadelpia, 1998.

Nurmianto Eko, Ergonomi konsep dasar dan


aplikasinya, Pernerbit Guna widya,
Jakarta, 1996.

Piscopo John, Baley James A., Kinesiology The


Science of Movement, New York, 1981.

Priguna Sidharta, Neurologis Klinis Dasar,


Dian rakyat, Jakarta, 1984.

Salim Peter, Advance English - Indonesian


Dictionary, Modern English Press,
Jakarta, 1991.

Tubiana Raoul and Thomine Jean Michel,


Examination of The Hand and Wrist,
W.B Saunders Company, Philadhelpia,
1984.

108 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1, April 2008

Anda mungkin juga menyukai