Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 4

Galih Dwi Damaiyanti


Rizqa Najib
Darmawan Eka P
Rifana Ifada
Mega Ayu P

(152110101218)
(152110101242)
(152110101248)
(152110101273)
(162110101251)

Pengertian Stroke
Menurut WHO,

stroke adalah gangguan


fungsional otak sebagian atau menyeluruh
yang timbul secara mendadak dan akut yang
berlangsung lebih dari 24 jam yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak

Klasifikasi Stroke
Stroke Iskemik

Stroke Hemoragik

Stroke trombosis

Hemoragik
Intraserebral

Stroke Emboli

Hemoragik
subaraknoid

Stroke Iskemik
Tersumbatnya
pembuluh
darah
yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Pada stroke
iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
sterosklerosis(penumpukan kolesterol pada
dinding pembuluh darah) atau bahkan darah
yang telah menyumbat suatu pembuluh darah
ke otak.

Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah

sehingga menghambat aliran darah yang


normal dan darah merembes ke dalam suatu
darah di otak dan merusaknya

Etiologi Stroke
1. Infark otak (80%)
Emboli

a. Emboli kardiogenik

Fibrilasi atrium atau aritmia lain

Trombus mural ventrikel kiri

Penyakit katup mitral atau aorta

Endokarditis (infeksi atau non


infeksi)

b. Emboli paradoksal (foramen ovale


paten)
c. Emboli arkus aorta

Aterotrombotik (penyakit

pembuluh darah sedang-besar)


a. Penyakit ekstrakranial

Arteri karotis interna

Arteri vertebralis
b. Penyakit intracranial

Arteri karotis interna

Arteri serebri media

Arteri basilaris

Lakuner (oklusi arteri


perforans kecil)

2. Perdarahan intraserebral (15%)


Hipertensif
Malformasi arteri-vena
Angipati amiloid
3. Perdarahan subaraknoid (5%)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
Trombosis sinus dura
Diseksi arteri karotis atau vertebralis
askulitis system saraf pusat
Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intracranial yang progresif)
Migren
Kondisi hiperkoagulasi
Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia atau leukemia)
Miksoma atrium

Faktor Resiko
faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi

faktor resiko yang dapat dimodifikasi

faktor perilaku (primordial)

factor social dan ekonomi

Faktor Resiko
faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi

faktor resiko yang dapat


dimodifikasi

Umur
Jenis kelamin

Tekanan darah
Kadar gula darah

Riwayat hidup keluarga


Ras

Kadar kolesterol darah


Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Obesitas

Faktor Resiko
Faktor resiko perilaku
(primordial)

Faktor sosial dan ekonomi

Merokok
Kebiasaan mengkonsumsi

Pendidikan
Pekerjaan

alcohol
Aktivitas fisik
Stress

Status pernikahan

Patogenesis
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala
stroke. Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor
risiko atau memiliki gaya hidup yang mengakibatkan penderita
menderita penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi
patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi
otak disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini
umumnya mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi
yang menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga
mengalami pemulihan sampai taraf tertentu.
3. Stadium pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis
ditandai dengan defisit neurologik yang cenderung menetap.
Usaha yang dapat dilakukan adalah mengusahakan adaptasi
dengan lingkungan atau sedapat mungkin lingkungan
beradaptasi dengan keadaan penderita.

Fase Patogenesis
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung
selama 0 3 / 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini
lebih ditujukkan untuk menegakkan diagnosis dan usaha
untuk membatasi lesi patologik yang terbentuk.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam 14 hari
pasca onset. Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk
prevensi terjadinya komplikasi, usaha yang sangat fokus
pada restorasi/rehabilitasi dini dan usaha preventif sekunder.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari kurang
dari 180 hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah
tidak dirawat di rumah sakit serta penatalaksanaan lebih
ditujukkan untuk usaha preventif sekunder serta usaha yang
fokus pada neuro restorasi / rehabilitasi dan usaha
menghindari komplikasi.

Epidemiologi

Stroke adalah penyebab kematian terbesar ketiga di negara-negara


industri setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke pada
populasi kulit putih berkisar antara 500-600 per 100.000 penduduk.
Dilaporkan di Selandia baru 793 per 100.000 penduduk, di Perancis
1445 per 100.000 penduduk. Rentang pada Negara sedang berkembang
juga bervariasi. Di China, prevalensi stroke 620 per 100.000 penduduk,
dan Thailand 690 per 100.000 penduduk (WHO, 2006).

Stroke adalah penyebab neurologis utama pasien datang ke rumah sakit


dan penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika Serikat setelah
penyakit jantung dan kanker (Purve, 2004). Setiap tahunnya 500.000
orang di negara ini mengalami stroke dan 150.000 meninggal. Prevalensi
secara keseluruhan adalah 750/ 100.000 (Davis, 2005). Di Indonesia,
penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke (15,4%), yang
disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%).

Hasil Riskesdas 2007, prevalensi stroke di

Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000


penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000.
Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai
di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000
penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per
1.000 penduduk) (Depkes, 2009).

Gejala Klinis
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala

utamanya adalah timbulnya defisit neurologis


secara mendadak/sub akut, didahului gejala
prodmoral, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun,
kecuali bila embolus cukup besar.

Menurut

WHO dalam International Statistical


Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan intraserebral (PIS)
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodmoral yang
tidak jelas kecuali nyeri kepala karena hipertensi.
Serangan seringkali siang hari, saat aktivitas atau
emosi/marah.Sifat nyeri kepalanya hebat sekali.Mual
dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan.

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala

prodromal berupa nyeri kepala hebat dan


akut.Kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi.
Ada
gejala/tanda
rangsangan
meningeal.Edema papil dapat terjadi bila ada
perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma
pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna.

Diagnosis
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan

perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik.


Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan
lokasi kerusakan pada otak.
Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging
(pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau
penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular
Disease/CVD), yaitu Computed Tomography(CT
Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

PENCEGAHAN
Pencegahan Primordial

Pencegahan Primer

Pencegahan Sekunder

Pencegahan tersier

Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
terdiri dari kebijakan dan penyediaan sarana prasarana dari pemerintah
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah
helath education melalui pos pembinaan terpadu pada masyarakat yaitu
menjelaskan perilaku hidup sehat
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada
tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak
berlanjut menjadi kronis. Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui modifikasi
gaya hidup dan faktor risiko stroke
Pencegahan tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan
tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial .

Pengobatan
Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat pilihan pertama dengan
dosis berkisar antara 80-320 mg/hari

Antikoagulan oral (warfarin/dikumoral) diberikan pada pasien dengan factor


risiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup),
kondisi koagulopati yang lain dengan syarat-syarat tertentu.

Pasien yang tidak tahan asetosal dapat diberikan tiklopidin 250-500 mg/hari,
dosis rendah asetosal 80 mg+cilostazol 50-100 mg/hari atau asetosal 80
mg+dipiridamol 75-150 mg/hari.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai