Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secaramendadak (dalam beberapa
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global yang berlangsung lebihdari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak
karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengangejala dan tanda
sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,sembuh dengan cacat, atau
kematian (Junaidi, 2011).

Stroke adalah suatu keadaan darurat medis yang serius. Sekitar 30% dari penderita stroke
meninggal dalam jangka waktu tiga bulan. Namun, lebih dari50% pasien yang selamat bisa
memulihkan kemampuan perawatan diri merekadan kurang dari 20% pasien yang menderita cacat
berat. Faktor yangmemengaruhi pemulihan tergantung pada tingkat keparahan kerusakan
otak(termasuk jenis stroke dan area tubuh yang terpengaruh), komplikasi yangterjadi, dan
kemampuan perawatan diri pasien sebelum stroke terjadi. Selain itu,sikap pasien dan dukungan dari
keluarga/perawat mereka serta perawatanrehabilitasi yang sesuai juga bisa memberikan efek yang
signifikan.

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,tergantung pada
daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejalastroke akut berupa :

a) Terasa semutan/seperti terbakar

b) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)

c) Kesulitan menelan, sering tersedak

d) Mulut mencong dan sulit untuk bicara

e) Suara pelo, cadel (Disartia)

f) Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)

g) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya)

h) Gangguan penglihatan

i) Gerakan tidak terkontrol

j) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma.

Penatalaksanaan

a. Perawatan pada tahap akut Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter mungkin
akanmeresepkan obat-obatan berikut ini:

1. Obat anti-trombosit: untuk mencegah pembentukan gumpalan darah,misalnya Aspirin

2. Antikoagulan : untuk mengurangi pembentukan bekuan darah danmengurangi emboli,


misalnya Heparin, Warfarin

3. agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidaklebih dari beberapa
jam sebelumnya, misalnya rTPA
4. Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringanotak) yang
disebabkan oleh stroke berat, dokter mungkin meresepkanobat-obatan seperti Manitol dan Gliserol
untuk menurunkan tekananintrakranial. Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi sel-sel
otak dari kematian dalam jumlah yang besar, namun saat ini belumada obat dalam tahapan uji klinis
yang terbukti efektif.

b. Operasi Bedah Tidak semua pasien yang menderita stroke hemoragik perlu menjalani
tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran,lokasi, dan kedalaman hematoma (pengumpulan
darah di luar pembuluh darah) dan apakah stroke diikuti dengan pembengkakan jaringan otakdan
kondisi pasien secara keseluruhan, dll. Operasi bedah bisa membuang hematoma untuk
menurunkan tekanan intrakranial (tekanandi dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke
hemoragik. Tindakan operasi juga bisa memotong aneurisma (pembengkakan pembuluh darah di
otak seperti balon) untuk mencegah perdarahan lebihlanjut. Untuk stroke iskemik (stroke karena
kurangnya pasokan darah),tindakan operasi juga bisa dilakukan untuk membuang bagian intim dari
arteri karotis, untuk mencegah kambuhnya stroke. Dengankemajuan teknologi non-invasif,
pengobatan berbasiskan kateter bisadilakukan untuk melebarkan penyempitan pembuluh darah di
leher atauuntuk menutup aneurisma pembuluh darah di dalam otak.

c. Pengobatan Terpadu di Unit Stroke Akut Suatu tim medis yang terdiridari sejumlah ahli
kesehatan profesional yang memberikan perawatanterhadap stroke akut, perawatan rehabilitasi,
terapi fisik, terapi okupasi,terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologi klinis,dll,
untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan pasien untukmenerima perawatan rehabilitasi
setelah kondisi pasien stabil.Perawatan dalam tahapan rehabilitatif Tujuan dari perawatan
rehabilitasi adalah untuk memastikan pemulihan terbaik dari fungsi aktivitas hidup pasien sehari-
hari. Meskipun tidak semua fungsi fisik bisa dipulihkan sepenuhnya, tujuan “adaptasi diri” bisa
dicapai. Sangat penting untukmemulai pelatihan rehabilitasi sesegera mungkin. Sebuah tim ahli
kesehatan profesional multi-bidang bertanggung jawab terhadap perawatanrehabilitasi. Tim akan
menilai fungsi fisik dan psikologis pasien, perawatanrehabilitasi yang diperlukan, dan kemampuan
perawatan dari perawat. Hal yang paling penting dari semuanya adalah bahwa pasien stroke dan
anggotakeluarganya harus berpartisipasi secara aktif dalam perawatan tersebut.

d. Dalam perawatan rehabilitasi, perawat memainkan peran penting dalammemberikan


dukungan 24 jam kepada pasien stroke dan anggotakeluarga mereka. Mereka membantu pasien
mempertahankan fungsifisik dan psikologis mereka, meningkatkan kemampuan hidup mandiri,dan
mencegah komplikasi yang disebabkan oleh hilangnya kemampuantersebut. Mereka juga akan
memberikan perawatan profesional yang berkaitan dengan masalah umum yang dihadapi pasien
stroke, sepertimasalah psikologis yang melibatkan kecemasan dan perasaan tidak berdaya, atau
masalah fisik seperti kesulitan menelan, kesulitan dalamkomunikasi, inkontinensia urin, konstipasi,
dan rasa sakit akibat tekanan, dll.

e. Fisioterapi akan membantu pasien stroke mengembalikan fungsi fisikmereka dalam berbagai
aspek, mengajarkan perawatan yang benarkepada pasien dan anggota keluarganya, dan melatih
serta mencegahkomplikasi agar pasien bisa mendapatkan kemampuan mandiriterbaiknya.

f. Terapi okupasi (versi bahasa Mandarin saja) akan, melalui program terapi yang berbeda,
memungkinkan pasien stroke untuk mendapatkankemampuan mandiri terbaiknya dalam berbagai
aspek, seperti perawatan diri, perawatan rumah tangga, keterampilan kejuruan, danrekreasi.

g. Terapi wicara akan membantu pasien stroke meningkatkan kemampuan menelan,


berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka. Jika pasien memiliki masalah psikologis dan/atau
emosional, psikolog klinis bisamemberikan bantuan yang diperlukan. Para pekerja sosial medis bisa
membantu pasien stroke dan anggota keluarganya dengan memerhatikan kebutuhan mereka yang
berkaitan dengan bantuankeuangan, perumahan, bantuan pekerjaan rumah tangga,
pengaturankerja, dan layanan perumahan

Patofisiologi

Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat hanya2% dari berat badan,
menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar. Pada keadaan oksigenisasi cukup
terjadi metabolisme aerobik dari 1mol glukosa dengan menghasilkan energi berupa 38 mol adenosin
trifosfat(ATP) yang diantaranya digunakan untuk mempertahankan pompa ion (Na-K pump),
transport neurotransmitter (glutamat dll) kedalam sel, sintesis protein,lipid dan karbohidrat, serta
transfer zat-zat dalam sel, sedang menghasilkanenergi 2 ATP dari 1 mol glukosa (Alireza, 2009).
Keadaan normal aliran darahotak dipertahankan oleh suatu mekanisme otoregulasi kuang lebih 58
ml/100gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu, dengan mean arterial blood presure(MABP)
antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini gagal bila terjadi perubahantekanan yang berlebihan dan cepat
atau pada stroke fase akut. Jika MABPkurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih
dari 160 mmHgakan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atauensefalopati
hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yag pekaterhadap perubahan kadar oksigen
dan karbondioksida. Kenaikan kadarkarbondioksida darah menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah dan kenaikanoksigen menyebabkan vasokontriksi. Nitrik-oksid merupakan vasodilator
lokakyang dilepaskan oleh sel endotel vaskuler (Arbour et all, 2005).

Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi energimenurun, yang pada
gilirannya menyebabkan kegagalan pompa ion, cederamitokondria, aktivasi leukosit (dengan
pelepasan mediator inflamasi), generasiradikal oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi
phospolipase dan protease,diikuti oleh pelepasan prostaglandin dan leukotrien kerusakan DNA
dansitoskeleton, dan akhirnya terjadi kerusakan membran sel. Perubahankomponen genetik
mengatur unsur kaskade untuk mengubah tingkat cedera.AMPA (alpha amino 3 hidroksi 5 metil 4
isoxazole asam propionat) dan NMDA(N-metil d aspartat).

Edukasi Pasien

Pasien stroke perlu diedukasi bahwa terapi umumnya bersifat jangka panjang. Hal ini dapat
menimbulkan frustasi bagi beberapa pasien, sehingga motivasi yang menekankan betapa pentingnya
penanganan dan rehabilitasi medis bagi pasien dapat membantu meningkatkan kepatuhan terhadap
terapi.

Edukasi kolaborasi pasien dan keluarga adalah hak pasien dan keluarga, Profesional pemberi Asuhan
(PPA), baik dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapis maupun farmasis bertanggung jawab untuk
memberikan edukasi. Edukasi kolaborasi merupakan komponen penting dari pelayanan kesehatan
modern yang dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Pemberian edukasi kolaborasi berupa ceramah yang dilanjutkan pemberian edukasi secara personal
dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan faktor risiko stroke. Tujuan edukasi ini adalah
memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga dalam perawatan berkelanjutan di rumah
pada pasien stroke sehingga tidak terjadi kecemasan dan kekawatiran. Sedangkan manfaat dari
pelaksanaan edukasi antara lain pasien dapat menjaga kesehatannya dengan terapi perubahan pola
hidup sesuai dengan yang dianjurkan oleh PPA, keluarga dapat merawat pasien di rumah dengan
pengetahuan yang telah diberikan oleh PPA serta mencegah komplikasi akibat penyakit stroke serta
penyakit stroke tidak terjadi kekambuhan kembali karena apabila terjadi kekambuhan akan
memperberat penyakitnya.

Edukasi awal, diberikan pada saat awal pasien masuk rumah sakit, selama perawatan, sampai
dengan pasien akan pulang. Edukasi pada saat awal dirawat adalah pemberian informasi dengan
topik orientasi pasien baru, pasien dan keluarga diberikan informasi tentang petugas yang merawat,
fasilitas ruangan/kamar, cara bayar, ruang dokter dan perawat, jalur evakuasi, hak dan kewajiban
pasien dan keluarga, tata tertib pasien dan keluarga. Sedangkan materi dalam edukasi kolaborasi
meliputi cara merawat pasien dirumah tentang kebutuhan dasar seperti mandi, makan, eliminasi,
berpakaian, pemberian nutrisi baik lewat mulut maupun lewat NGT, cara melatih gerak pasien
supaya tidak terjadi kontraktur, cara pemberian obat, cara pembuatan diet,cara merawat dengan
pemenuhan kebutuhan ADL (Activity Day Living), penatalaksanaan komplikasi, cara kontrol dengan
mendaftarkan pasien untuk kontrol secara rutin.

Perawatan Stroke

1. Bantu pasien untuk berpindah tempat

Jika pasien masih mengalami gejala sisa seperti kelemahan anggota gerak, pasien belum mampu
bergerak sendiri maka bantulah dia saat ingin berjalan atau damping pasien untuk menghindari
resiko jatuh.

2. Ajak pasien untuk bergerak

Ajak pasien untuk menggerakkan sendi-sendi di tubuhnya setiap hari, termasuk area yang ‘lemah’.
Hal ini dapat mencegah kekakuan pada bagian tubuh tersebut. Ini adalah aktivitas tambahan untuk
melatih otot dan saraf di area yang lemah, selain dengan mengunjungi tempat rehabilitasi medis.

3. Bantu pasien untuk makan

Pasien stroke sering kali mengalami gangguan menelan atau disfagia. Beberapa pasien pulang juga
masih menggunakan NGT/ Selang makan. Jadi, bantulah untuk memposisikan pasien duduk dengan
lebih tegak ketika sedang makan. Letakkan makanan pada sisi yang sehat. Hal ini untuk mencegah
terjadinya tersedak, yang bisa membahayakan nyawa.

4. Ajak bicara

Pasien stroke sering kali mengalami gangguan bicara / Afasia. Agar pasien dapat kembali
berkomunikasi dengan lancar, sering-seringlah mengajaknya mengobrol. Semangati pasien untuk
berusaha berbicara dan mengucapkan kata-kata, gunakan alat bantu untuk berbicara, misal dengan
menulis di kertas.

5. Latih kesehatan otaknya

Bantu pasien untuk melatih otaknya dengan memberi informasi hari, waktu, dan mengingat nama
orang-orang yang berada di sekitarnya.

6. Ciptakan lingkungan yang aman

Sesuaikan lingkungan dengan derajat keparahan stroke pasien. Ciptakan lingkungan yang aman
namun tetap nyaman bagi pasien, misalMedi

1. Mengatur tempat tidur agar posisinya tidak terlalu tinggi dan meletakkan benda-benda yang
dibutuhkan dalam jangkauan pasien
2. Pastikan juga lantai yang tidak licin, agar pasien tidak mudah terpeleset atau terjatuh.
3. Bantu mengingatkan jadwal minum obat
4. Ingatkan jadwal kunjungan ke Klinik Rehabilitasi Medis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang d.d mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
 Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b/d infark pada jaringan Otak dan Hipertensi
 Bersihan jalan napas tidak efektif

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan 1. Dukungan Ambulasi
kerusakan integritas struktur intervensikeperwatan Observasi :
tulang d.d mengeluh sulit selama 3x24 jam
menggerakan ekstremitas makaekspetasi 1. identifikasi keinginan berhenti
menurun dengan merokok
Kategori : fisiologis kriteriahasil : 2. identifikasi upaya berhenti merokok
Sub kategori : aktivitas istirahat
 Pergerakan Terapeutik :
Definisi : keterbatasan dalam ekstremitas
gerakan fisik dari satu atau lebih kekuatan 1. diskusikan motivasi perhentian
ekstremitas secara mandiri otot (3) merokok
 Rentang 2. diskusikan kesiapan gaya hidup
Pentebab : gerak (3) 3. lakukan pendekatan psiko edukasi
1. Kerusakan integritas  Nyeri (3) untuk mendukung dan membimbing
struktur tulang 4. upaya berhenti merokokedukasi
2. Perubahan Keterangan :
metabolisme Edukasi :
3. Ketidak bugaran fisik 1. Menurun
4. Penurunan kendali otot 2. Cukup 1. jelaskan efek langsung berhenti
5. Kekauan sendi menurun merokok
6. Nyeri 3. Sedang 2. jelaskan berbagai intervensi dengan
4. Cukup farmakoterapi
Gejala dan Tanda Mayor meningkat
Subjektif: Mengeluh sulit 5. Meningkat Dukungan Mobilisasi
menggunakan ekstermitas Observasi :

Obyektif : 1. Identifikasi adanya nyeri atau


1. Kekuatan Otot keluhan fisik lainnya
Menurun 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
2. Rentan Gerak pergerakan

Gejala dan Tanda Minor Terapeutik :


Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak 1. Fasilitasi aktivitasmobilisasi dengan
2. Enggan melakukan alat bantu
pergerakan 2. Fasilitasi melakukan pergerakan jika
3. Merasacemas saat perlu
bergerak 3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
Objektif : pergerakan
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak Edukasi :
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Fisik lemah mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Kondisi : 3. Ajarkan mobilisasi sederhana
1. Stroke
2. Cedera medulla Spinalis  
3. Trauma Perawatan sirkulasi
Observasi :
 
1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi factor resikogangguan
sirkulasi
3. Monitor panas,kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik :
 
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukurantekakanan darah
padaekstremitas denganketerbatasan
perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pads area yang cedera
4. Lakukan pencegahaninfeksi
5. Lakukan perawatan kakidan kuku
6. Lakukan hidrasi

Edukasi :

1. Anjurkan berhentimerokok
2. Anjurkan berolah raga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulitterbakar
4. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
2. Resiko Perfusi Serebral Tidak Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Tekanan
Efektif b/d infark pada jaringan tindakan keperawatn Intrakranial
otak dan Hipertensi selama 2 X 24 jam
masalah dapat Observasi :
teratasi dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan
indikator: TIK
Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda/gejala peningkatan
- Tingkat kesadaran TIK
meningkat 3. Monitor MAP
- Tekanan intrakranial 4. Monitor status pernapasan
menurun 5. Monitor intake dan output cairan
- Nilai rata-rata Terapeutik
tekanan darah 1. Minimalkan stimulus dengan
membaik menyediakan
- Kesadaran membaik lingkungan yang tenang
- Tekanan darah 2. Berikan posisi semi fowler
sistolik dan diastolik 3. Cegah terjadinya kejang
membaik 4. Pertahankan suhu tubuh normal
- Refleks saraf Kolaborasi
membaik 1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvlsen,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika
perlu
Pemantauan Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor refleks kornea
5. Monitor kesimetrisan wajah
6. Monitor respons babinski
7. Monitor respons terhadap
pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan
neurologis,
jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat
meningkatkan
tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai