Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP BENCANA BANJIR DI MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :
Novita Ana Anggraini, S.Kep.Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh :
KELOMPOK IV

1. Nanik Julaicha 2011A0158


2. Wahyuni 2011A0159
3. Gita Novi Istifahrini 2011A0160
4. Dhea Ulvi Pertiwi 2011A0161
5. Chandra Wirahadi Kusuma 2011A0162
6. Lucky Rahmawati 2011A0163

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kegiatan : SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP BENCANA BANJIR
DI MASYARAKAT
1. Bidang Kegiata : Pengabdian Masyarakat
2. Bidang Ilmu : Program Profesi NERS
3. Ketua Pelaksana
a. Nama lengkap dan : Novita Ana Anggraini, S.Kep.Ns.,M.Kep
Gelar
b. NIK : 13.07.11.105
c. NIDN/NUPN : 0727118601

4. Anggota Pelaksana
a. Nanik Julaicha : 2011A0158
b. Wahyuni : 2011A0159
c. Gita Novi Istifahrini : 2011A0160
d. Dhea Ulvi Pertiwi : 2011A0161
e. Chandra Wirahadi : 2011A0162
f. Lucky Rahmawati : 2011A0163

5. Tempat Pelaksanaan : Lorong RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo


6. Waktu Pelaksanaan : 10 Januari 2022
7. Jumlah Anggaran : Rp. 750.000

Mengetahui,

Direktur RSIAM Kota Probolinggo Dosen Pembimbing

dr. Benny Rahman Khomaini Novita Ana A.,S.Kep,Ns,M.Kep


NIK. 201006138 NIK : 13.07.11.105

Kaprodi Profesi NERS Wakil Rektor III


IIK STRADA Indonesia IIK STRADA Indonesia

Alfian Fawzy, S.kep, Ns, M.Kep Prima Dewi K.,S.Kep,Ns,M.Kes


NIK : 13.07.10.098 NIK : 13.07.03.011
ABSTRAK

PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN BENCANA


BANJIR PADA KELUARGA PASIEN RSIA MUHAMMADIYAH KOTA
PROBOLINGGO

Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan dengan
jumlah kerusakandari sisi kehidupan dan material. Permasalahan banjir dan genangan di
RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo yang hampir terjadi setiap musim hujan
menjadi permasalahan yang mengganggu masyarakat dan pemerintah kota. Pendidikan
kesiapsiagaan bencana banjir, terutama di RSIA Muhammadiyah Kota Peobolinggo
perlu dilakukan secara berulang-ulang dan reguler agar membudaya dimasyarakat.
Pendidikan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
harus diketahui untuk mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat guna.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi kepada warga masyarakat
mengenai bencana banjir dan penanggulangannya dengan harapan dapat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengetahuan kesiapsiagaan dan
penanggulangan banjir secara menyeluruh sehinga masyarakat dapat menyusun suatu
manajemen kesiapsiagaan banjir yang baik. Khalayak sasaran kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini adalah warga masyarakat yang tinggal di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo. Kegiatan diawali dengan identifikasi kondisi pada lokasi studi. Setelah itu,
Penyuluhan dilakukan kepada warga masyarakat setempat mengenai penyebab banjir,
cara pencegahan, sekaligus langkah-langkahyang perlu dilakukan jika banjir sudah
terjadi melalui alat peraga seperti video/animasi, leaflet, banner dan standard
operational procedure (SOP) tentang kesiapsiagaan bencana banjir. Penyuluhan
dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kemudian tim melakukan kegiatan
pendampingan ke warga masyarakat untuk menyusun manajemen bencana banjir yang
sesuai pada lokasi studi sehingga masyarakat dapat meningkatkan strategi kesiapsiagaan
bencana yang tepat pada kawasan tersebut. Melalui penyuluhan dan sosialisasi,
diharapkan masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang kesiapsiagaan banjir.
KataKunci: Banjir, kesiapsiagaan banjir, penyuluhan, manajemen bencana banjir.
ABSTRACT: Flood is a condition of natural disaster phenomenon that has a relationship
with the amount of damage interms of life and material. The problem of flooding and
inundation in RSIA Muhammadiyah Probolinggo city which almost happens every
rainyseason becomes a problem that disturbs the community and city government.
Flood disaster preparedness education, especially in RSIA Muhammadiyah
Probolinggo City needs to be done repeatedly and regularly in order to be entrenched
in the community. Education and understanding of preparedness are a series of
activities that must be known to anticipate disastersituations quickly and efficiently.
The main purpose of this activity is to provide education to citizens about floods
andtheir mitigation in the hope that they will increase public knowledge and awareness
of the importance of knowledge offlood preparedness sand prevention a saw holeso
that the community canarr ange a good flood preparedness management. The target
audience for community service activities is the RSIA Muhammadiyah City. The activity
begins with the identification of conditions at the study site. After that, counseling is
carried out to local residents regarding the causes of floods, how toprevent them, as
well as the steps that need to be taken if floods have already occurred through props
such as video/animations, leaflets, banners ands tandard operational procedures (SOP)
on flood disaster preparedness. Counseling is done by lecture and question and answer
method. Then the team conducts mentoring activities to thecommunity members to
arrange appropriate flood disaster management at the study location so that the
community canimprove the appropriate disaster preparedness strategy in the area.
Through counseling and outreach, it is hoped that the community will have a good
understanding off lood preparedness.

Keywords: Flooding, flood preparedness, counseling, flood disaster management


BAB I

PENDAHULUAN

Latarbelakang

Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan dengan
jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banjir yang terjadi hampir setiap tahun di
Indonesia menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik berupa korban jiwa maupun
materil, sehingga mitigasi bencana banjir sangat diperlukan untuk dilaksanakan. Banjir
merupakan bencana alam yang ke tiga terbesar di dunia yang telah banyak menelan korban
jiwa dan kerugian harta benda (Aryono, 2011).

Indonesia merupakan negara yang sangat rentan terhadap bencana banjir. Sampai
dengan bulan Maret 2015, telah terjadi 191 kasus banjir yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Bencana ini telah menyebabkan sebanyak 12 orang meninggal dunia, 2 orang
mengalami luka-luka, dan lebih dari 400.000 penduduk menderita dan harus berpindah
tempat tinggal untuk sementara waktu serta lebih dari 90.000 unit rumah terendam banjir dan
mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, berbagai fasilitas seperti fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, dan fasilitas pendidikan juga ikut mengalami kerusaan akibat terkena dampak
dari bencana ini (BNPB, 2015).

Sebagai negara yang sangat rentan terkena bencana alam, Indonesia masih memiliki
masalah utama yaitu rendahnya kinerja penanganan bencana, rendahnya perhatian mengenai
mitigasi bencana, dan masih lemahnya peran sekolah/akademisi dalam pengenalan
pendidikan mitigasi bencana (Astuti dan Sudaryono, 2010). Dari data yang tercantum di
Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013 (IRBI 2013) yang dikeluarkan oleh BNPB, 205 juta
jiwa terpapar pada risiko bencana. Berdasarkan pertimbangan risiko bencana dan luasnya
paparan, maka diperlukan upaya terpadu, sinkron dan sinergis antar Kementerian/ Lembaga,
masyarakat dan dunia usaha untuk mencegah risiko bencana, menguatkan kemampuan
lembaga dan masyarakat, mengurangi dampak bencana, menyiapsiagakan masyarakat,
memastikan sistem peringatan dini, serta menguatkan kemampuan tanggap darurat dan
pemulihan.

Pencegahan dampak bencana harus dimulai dari individu (Intan et al. 2018). Selama
ini pencegahan sekaligus penanganan bencana terlanjur melekat sebagai kewajiban
pemerintah sehingga masyarakat tidak siap menghadapi bencana dan pencegahannya.
Sosialisasi danpenyuluhan terkait antisipasi bencana harus dilakukan terus menerus agar
masyarakat mampu menyiapkan diri terhadap bencana sehingga dapat menurunkan resiko
dampak dari bencana tersebut.

Pendidikan kesiapsiagaan bencana banjir perlu dilakukan secara berulang-ulang dan


reguler agar membudaya di masyarakat. Oleh karena itu, agar kesiapsiagaan bencana banjir
di masyarakat dapat lebih diperluas lagi, maka perlu dilakukan suatu penyuluhan dan
sosialisasi mengenai bencana serta cara siaga dan penanganan bencana banjir sedini mungkin.
Pendidikan dan pemahaman tentang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang harus
diketahui untuk mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat guna (Djafar et al.
2013).

Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, Rumusan Masalah yang akan


dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan dan ketanggapan


bencana banjir

2. Apakah tingkat pengetahuan masyarakat meningkat setelah diberikan penyuluhan


tentang kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana banjir.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan dan


ketanggapan bencana banjir.

2. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesiapsiagaan dan


ketanggapan bencana banjir.

Manfaat Penulisan

Manfaat hasil penulisan meliputi :

1) Manfaat Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi bidang keperawatan
dan pelayanan kesehatan, terkait peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana banjir.
.
2) Manfaat Keilmuan

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan
keperawatan. Bagi pendidikan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan pendidikan kesehatan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana banjir. Bagi penulisan selanjutnya diharapkan
dapat menjadi masukan atau ide untuk membahas lebih jauh terkait pengetahuan
masyarakat tentang kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana banjir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir

Bencana dibagi menjadi dua kelompok yaitu bencana alam dan bencana teknologi.
Bencana alam dibagi menjadi beberapa subgrup yaitu geofisik (gempa bumi, gelombang
panas, aktivitas vulkanis), meteorologi (temperatur ekstrim, kabut, badai), hidrologi (banjir,
longsor, gelombang pasang), klimatologi (kekeringan, mencairnya lapisan es (glasial),
kebakaran lahan), biologi (epidemi, serangan hama, serangan hewan) dan ekstraterrestrial
(kejadian karena pengaruh benda angkasa). Sedangkan bencana teknologi dibagi menjadi
subgroup kecelakaan industri (kebocoran bahan kimia, gedung runtuh, ledakan, kebakaran,
gas bocor, racun, radiasi, tumpahan minyak), kecelakaan transportasi (udara, jalan, rel dan
air), kecelakaan lain (runtuh, ledakan, api dan sebagainya) (CRED, 2009).

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering, oleh air yang
berasal dari sumbersumber air yang ada disekitar daratan tersebut seperti sungai, danau
maupun laut, yang mana genangan air tersebut tidak permanen. Jadi banjir terjadi disebabkan
oleh air yang ada di dalam sumber air naik permukaannya atau meningkat volumenya
sehingga meluap menggenangi daratan disekitarnya (Mustofa dan Inung, 2010). Secara
umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Faktor-faktor tersebut
antara lain: kondisi alam seperti letak geografis wilayah, kondisi toporafi, dan geometri
sungai; peristiwa alam seperti curah hujan dan lamanya durasi hujan, pasang surut air laut,
erosi dan sedimentasi, dan aliran lahar dingin; dan aktifitas manusia seperti pembudidayaan
daerah dataran banjir, pemanfaatan tata ruang di dataran banjir yang tidak sesuai, belum
adanya pola pengelolaan dan pengembangan dataran banjir, pemukiman di bantaran sungai,
sistem drainase yang tidak memadai, terbatasnya tindakan mitigasi banjir, kurangnya
kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai, penggundulan hutan di daerah hulu, hingga
terbatasnya upaya pemeliharaan bangunan pengendali banjir.

Sebagai fenomena alam yang terkait dengan oleh ulah manusia, banjir terjadi akibat
akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah
budidaya dan pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana banjir saat ini
disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-
ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu,
dan disiplin masyarakat yang rendah (Peraturan Kepala BNPB No.4 Tahun 2008).

2.2 Pengelolaan (Manajemen) Bencana

Peristiwa yang ditimbulkan oleh gejala alam maupun yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia, baru dapat disebut bencana ketika masyarakat atau manusia yang terkena dampak
oleh peristiwa itu tidak mampu untuk menanggulanginya (Nurjanah et al. 2011). Gambar 1
berikut menjelaskan tentang proses terjadinya bencana.

Gambar 1. Proses terjadinya bencana (Nurjanah et al. 2011)

Manajemen bencana adalah hal yang sangat diperlukan sebagai tindakan dalam
penanggulangan bencana untuk mengurangi bahkan mencegah dampak bencana yang
mungkin terjadi mengingat saat ini semakin banyak bencana alam yang terjadi. Manajemen
bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan
mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.
Konsep pengelolaan bencana telah mengalami pergeseran paradigma dari pendekatan
konvensional menuju pendekatan holistik (menyeluruh). Pandangan konvensional
menganggap bencana merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakkan
dan korban harus segera mendapatkan pertolongan. Oleh karena itu, fokus dari pengelolaan
bencana dalam pandangan konvensional lebih bersifat bantuan (relief) dan kedaruratan
(emergency). Orientasi dari pandangan konvensional adalah pada pemenuhan kebutuhan
darurat berupa pangan, penampungan darurat, kesehatan, dan penanganan krisis. Tujuannya
adalah menekan kerugian, kerusakan dan secepatnya memulihkan keadaan pada kondisi
semula.
Pandangan yang berkembang selanjutnya adalah paradigma mitigasi, yang tujuannya
lebih diarahkan pada identifikasi daerahdaerah yang rawan bencana, mengenali pola-pola
yang dapat menimbulkan kerawanan, serta melakukan tindakantindakan mitigasi, baik yang
bersifat struktural maupun non-struktural. Paradigma selanjutnya adalah paradigma
pembangunan, dimana upaya-upaya pengelolaan bencana yang dilakukan lebih bersifat
mengintegrasikan upaya penanganan bencana dengan program pembangunan, seperti
perkuatan ekonomi, penerapan teknologi, pengentasan kemiskinan, dan lain sebagainya.
Paradigma ini didasarkan pada upaya mengurangi kerentanan dalam masyarakat. Paradigma
yang terakhir adalah paradigma pengurangan risiko. Pendekatan ini merupakan perpaduan
dari sudut pandang teknis dan ilmiah dengan perhatian pada faktor-faktor sosial, ekonomi,
dan politik dalam perencanaan pengurangan bencana. Pengelolaan bencana dimulai dari
penetapan kebijakan pembangunan yang didasari risiko bencanadan diikuti tahap kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Tujuan pengelolaan bencana dalam paradigma pengurangan risiko bencana adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan menekan risiko terjadinya
bencana. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek dari
pengelolaan bencana dan proses pembangunan. Manajemen bencana merupakan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang meliputi tindakan
persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat
bencana terjadi. Secara umum, pengeloaan bencana merupakan proses menerus yang
dilakukan oleh individu, kelompok, dan komunitas dalam mengelola bahaya sebagai upaya
untuk menghindari atau mengurangi dampak akibat bencana. Tindakan yang dilakukkan
bergantung pada persepsi terhadap risiko yang diihadapi. Efektifitas pengelolaan bencana
bergantung pada keterpaduan seluruh elemen, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
Aktivitas pada setiap hirarki (individu, kelompok, masyarakat) memberikan pengaruh pada
tingkatan yang berbeda.

2.3 Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan jangka panjang, sebagai
bagian dari pembangunan berkelanjutan, dengan cara menggunakan pengetahuan, inovasi,
dan pengetahuan untuk membangun budaya selamat dan tangguh pada semua satuan
pendidikan, seperti yang dinyatakan dalam Hyogo Framework for Action (HFA) dan telah
pula menjadi komitmen bangsa Indonesia. PRB yang berkaitan dengan bidang pendidikan
sesuai yang tercantum dalam HFA dan telah diusulkan dalam Framework for Disaster Risk
Reduction 2015-2030.

Komponen-komponen penting yang harus dipenuhi dalam pengurangan risiko bencana,


antara lain interaksi dengan sumber bencana, keterpaparan, kerentanan, dan kapasitas (United
Nations Secretariat for International Strategy for Disaster Reduction, 2017).
PRB merupakan sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah
masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko
bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di
dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi
perlindungan terhadap bencana alam. Selain itu, pendidikan PRB menjadi wahana yang
sangat penting untuk mewujudkan budaya siap dan siaga dalam menghadapi ancaman
bencana, sekaligus sebagai perwujudan dari Education for Sustainable Development
(ESD). Education for disaster risk reduction merupakan proses interaktif dari saling belajar
antara individu dan organisasi (United Nations International Strategy for Disaster Reduction,
2017). Pendidikan risiko bencana tidak terbatas pada pendidikan formal di sekolah-sekolah
dan universitas, tetapi menyangkut juga rekognisi dan penggunaan pengetahuan dan kearifan
lokal untuk melindungi dari bahaya alam. Pendidikan disampaikan melalui pengalaman,
pengaturan pembelajaran, teknologi informasi, pelatihan staf, elektronik dan media cetak dan
cara lain yang memfasilitasi pertukaran informasi dan pengetahuan kepada masyarakat,
professional, organisasi dan pengambil keputusan public, termasuk beragam stakeholder
komunitas.

2.4 Kesiapsiagaan Bencana Banjir

Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan merupakan faktor yang paling


penting dan menjadi kunci keselamatan. Menurut UndangUndang RI Nomor 24 Tahun 2007,
kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
International of Red Cross and Red Cresscent Society (2016) kesiapsiagaan merupakan suatu
proses yang saling berkesinambungan dan terarah yang dihasilkan untuk mengurangi risiko
terjadinya korban jiwa.

Kesiapsiagaan lebih ditujukan untuk menghadapi kondisi sesaat setelah bencana dan
upaya pemulihan kembali ke kondisi normal. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pada tahap
kesiapsiagaan ini diantaranya mempersiapkan diri untuk melakukan pertolongan pertama
setelah terjadi bencana, bagaimana melakukan koordinasi dalam kondisi tanggap darurat,
serta bagaimana melakukan evakuasi dari daerah yang terkena bencana ke daerah yang aman.

Kesuksesan dalam penanganan dan evakuasi/ pengungsian ketika banjir sangat


bergantung dari kesiapsiagaan masyarakat dan perseorangan itu sendiri. Kualitas
terganggunya aspek kehidupan masyarakat sangatlah bergantung kepada besar kecilnya
ancaman (hazard) bencana tersebut, juga dipengaruhi oleh kapasitas (capacity) masyarakat
yang ada serta kerentanan (vulnerability) (Daryono, 2010).

Manajemen kesiapsiagaan masyarakat dalam Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007


memfokuskan pada 5 aspek yaitu:

 Perencanaan, mengkaji bagaimana rencana tanggap darurat yang meliputi prosedur


tetap dan pembagian tugas masing-masing elemen sesaat setelah bencana terjadi.
 Pengorganisasian, mengkaji pengorganisasian dan pelatihan, yaitu pembentukan
organisasi masyarakat yang siaga bencana serta pelatihan untuk peningkatan
pengetahuan. Pengorganisasian dan pelatihan ini perlu dilakukan agar masyarakat
yang berisiko bencana mempunyai wadah untuk mengembangkan diri, baik itu
melalui pelatihan atau memberikan contoh bagi yang lainnya.
 Aksi, melihat bagaimana pelaksanaaan dari perencanaan yang sudah disusun oleh
organisasi yang sudah terbentuk. Komponen yang termasuk dalam aspek ini berupa
sistem peringatan dini, penyediaan kebutuhan dasar, lokasi evakuasi, dan
penyediaan barang serta peralatan pemulihan prasarana dan sarana.
 Kontrol, mengkaji bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang berada di
luar organisasi masyarakat ini, seperti pemerintah setempat yang berwewenang.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap organisasi kebencanaan akan
memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat.
 Evaluasi yaitu penilaian terhadap bencana yang dilakukan pada saat simulasi
ataupun pada saat bencana benar-benar terjadi.

Nugroho (2007) memberikan 5 parameter yang digunakan dalam mengukur


kesiapsiagaan suatu kelompok maupun masyarakat yang diadopsi dari LIPI – UNESCO,
yaitu: pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, perencanaan kedaruratan, sistem
peringatan, dan mobilisasi sumberdaya. Sementara itu menurut Dodon (2013) mengkaji
kesiapsiagaan dilihat dari 5 indikator yang diadopsi dari LIPI yaitu: pengetahuan dan sikap,
rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, sumberdaya pendukung dan modal sosial.

Menurut Purwana (2013) suatu masyarakat menyadari bahwa keterlibatan mereka


dalam penanggulangan bencana sangat diperlukan, karena secara tidak langsung akan
memberikan keuntungan bagi mereka. Disinilah perlunya manajemen yang bisa memberikan
arahan dan aturan sehingga bisa mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan untuk
kedepannya. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat yang memberikan peningkatan kapasitas
masyarakat dapat berupa fisik dan non-fisik. Kegiatan fisik seperti pemanfaatan lahan dengan
tepat dan penyediaan tempat evakuasi. Sedangkan peningkatan kapasitas non-fisik seperti
mempelajari gejala alam untuk mengetahui tanda- tanda datangnya bencana, sampai saling
mengingatkan di antara sesama untuk siaga dapat membentuk kesiapsiagaan sebagai budaya
dalam komunitas masyarakat.

2.5 Rencana Kesiapsiagaan Bencana Banjir

Mitigasi dan pendidikan kesiapsiagaan bencana banjir merupakan salah satu langkah
penting sebagai upaya mengurangi dampak bencana. Secara ilmiah mitigasi (mitigate) berarti
tindakantindakan untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil. Mitigasi
meliputi tindakan perlindungan yang dapat diawali dari persiapan sebelum bencana itu
berlangsung, menilai bahaya bencana, penanggulangan bencana, berupa penyelamatan,
rehabilitasi dan relokasi. Dari sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling strategis
adalah pembelajaran atau pendidikan. Pendidikan merupakan wahana yang efektif untuk
membangun perilaku dalam menghadapi bencana (Ahmad, 2013)

Menurut BNPB (2017), ada tiga faktor utama untuk menyusun rencana kesiapsiagaan
menghadapi bencana yaitu:

 Memiliki sebuah rencana darurat keluarga dengan meliputi : analisis ancaman


sekitar, identifikasi titik kumpul, nomor kontak penting, mengetahui jalur evakuasi,
identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan listrik, identifikasi titik aman
didalam bangunan atau rumah, identifikasi anggota yang rentan (anakanak, lanjut
usia, ibu hamil dan penyandang disabilitas).
 Menyimpan 10 benda yang dibutuhkan saat bencana yaitu, air minum untuk 3-10
hari, makanan untuk 3- 10 hari, obat P3K, obat-obatan pribadi, lampu senter (dan
ekstra baterai), sejumlah uang dan dokumen penting (akta kelahiran, sertifikat tanah
atau rumah, ijazah, dokumen asuransi, dan surat kepemilikan asset), pakaian, jaket,
sepatu, peralatan (peluit, sarung tangan, pisau serbaguna, masker dan pelindung
kepala), dan pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, dan perlengkapan
mandi).
 Menyimak informasi dari berbagai media seperti radio, televisi, media online,
maupun sumber lain yang resmi.Beberapa daftar untuk memperoleh informasi resmi
dalam penanganan darurat dari BPBD, BNPB, dan kementerian atau lembaga
terkait. Apabila sudah terbentuk posko, informasi lanjutan akan diberikan oleh
posko setempat

Berdasarkan framework kesiapsiagaan terhadap bencana yang dikembangkan oleh LIPI


bekerjasama dengan UNESCO atau ISDR (Hidayati et al. 2011), kesiapsiagaan
dikelompokan menjadi lima parameter yaitu:

 Sistem pengetahuan dan sikap (knowledge and attidue)


Sistem Pengetahuan dan Sikap (Knowledge and Attidue) merupakan pengetahuan
yang dimiliki oleh masyarakat akan mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap
dan siaga dalam mengantisipasi bencana, sehingga masyarakat dapat diberikan
pengetahuan dasar tentang bencana alam seperti, ciri, gejala dan penyebabnya
 Kebijakan dan Panduan,
Kebijakan dan panduan merupakan upaya konkret untuk melaksanakan kegiatan
siaga bencana yang dapat mempengaruhi kesiapsiagaan meliputi pendidikan publik,
emergency planning, system peringatan bencana, dan mobilisasi daya termasuk
pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas penting untuk koordinasi darurat
bencana.
 Perencanaan Kedaruratan (Emergency Planning)
Perencanaan Kedaruratan (Emergency Planning) dapat dilakukan dengan tindakan
apa yang sudah dipersiapkan dalam menghadapi bencana seperti evakuasi,
pertolongan dan penyelamatan agar korban bencana dapat diminimalkan.
 Sistem Peringatan Dini (early warning system)
Sistem Peringatan Dini (early warning system) merupakan upaya yang dapat
dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah korban akibat bencana dengan cara
mengenali tanda-tanda peringatan yang ada. Berkaitan hal tersebut, maka
diperlukan latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila mendengar
peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu
tertentu sesuai dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadi
bencana.
 Mobilisasi Sumber daya.
Mobilisasi Sumber daya lebih kepada potensi dan peningkatan sumber daya di
masyarakat melalui keterampilan yang diikuti, dana, prasarana dan sarana lainnya.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

Topik : Banjir
Subtopik : Kesiapsiagaan dan Ketanggapan Bencana Banjir
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Januari 2022
Waktu : 08.00 WIB - selesai
A. TUJUAN
a) Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pengabdian masyarakat peserta dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kesiapsiagaan dan ketanggapan masyarakat terhadap bencana
banjir.

b) Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pengabdian diharapkan masyarakat dapat :
a. Mengetahui pengertian banjir
b. Mengetahui pengelolaan manajemen bencana
c. Mengetahui pengurangan risiko bencana (PRB)
d. Mengetahui kesiapsiagaan bencana banjir

B. MATERI
a) pengertian banjir
b) cara pengelolaan manajemen bencana
c) cara pengurangan risiko bencana (PRB)
d) cara kesiapsiagaan bencana banjir
C. KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KEGIATAN
N TAHAPAN WAKTU
PENYULUH SASARAN
O

1. Pendahuluan a. Salam pembukaan Peserta menjawab salam 7 menit


b. Perkenalan dan memperhatikan
c. Menyampaikan tema
d. Mengomunikasikan
tujuan
e. Membagikan kuesioner
tingkat kesiapsiagaan
bencana banjir
2. Penyajian a. pengertian banjir Saat penyuluh selesai 50 menit
b. pengelolaan manajemen menyampaikan materi
bencana diharapkan peserta aktif
c. pengurangan risiko mengajukan pertanyaan
bencana (PRB)
d. kesiapsiagaan bencana
banjir
e. Tanya jawab antara
peserta dan penyuluh

3. Penutup a.Menyimpulkan materi Peserta i.


yang disimpulkan Menjawab kuesioner
b. Membagikan kuesioner menjawab salam
c. Salam
D. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. MEDIA
a. LCD
b. Laptop
c. Lembar kuesioner
d. Alat tulis
F. PENGORGANISASIAN
a. Moderator : (Gita)
Tugas :
 Membuka dan menutup acara
A. Memperkenalkan diri
B. Menetapkan tata tertib acara
C. Menjaga kelancaran acara
D. Memimpin diskusi

b. Penyaji : (Luki)
 Menyajikan materi pengabdian masyarakat
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara pengabdian
masyarakat

c. Fasilitator : Novita Ana Anggraini.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


 Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
pengabdian masyarakat
 Memotivasi peserta dalam bertanya
d. Obsrvasi : (Nanik)
 Mengamati jalannya kegiatan
 Mengevaluasi kegiatan
 Mencatat perilaku verbal atau non verbal peserta kegiatan
e. Dokumentasi dan Perlengkapan : (Chandra)
 Membagikan kenang-kenangan kepada peserta
 Mengabadikan setiap momen pada saat pengabdian masyarakat
berlangsung
 Seting tempat
G. SETTING TEMPAT

PE
F M

F
P P P
O
P P P
DP
P P P

\Keterangan : Penyaji : Peserta : P


Luki

Moderator : Gita observer : Nanik

Fasilitator : Novita
dokumentasi dan perlengkapan : Candra

H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Materi dan SAP pengabdian masyarakat sudah disediakan
b. Kontrak waktu sebelum di lakukan tindakan pengabdian masyarakat
a. Peserta mengikuti pengabdian masyarakat dengan tertib
2. Evaluasi Proses
a. 75% peserta antusias
b. 100% peserta mengikuti awal sampai akhir
c. Proses pengabdian masyarakat dapat berlangsung lancar dan peserta pengabdian
masyarakat memahami materi pengabdian masyarakat yang diberikan.
d. Selama proses pengabdian masyarakat diharapkan warga mengajukan
pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil
Pengetahuan masyarakat meningkat dari sebelum dan sesudah pemaparan
materi meningkat sebesar 75%

Berikut kuesioner yang akan diberikan kepada masyarakat :


Petunjuk pengisian :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan mengisi jawaban atau memberikan
tanda centang (√) pada kotak yang telah tersedia di bawah ini!

A. Identitas Responden
1. Nomor :
2. Nama (Inisial) :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : (1) Laki-laki [ ] (2) Perempuan [ ]
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak Sekolah/Tidak Lulus SD [ ]
b. SD [ ]
c. SMP [ ]
d. SMA [ ]
e. Perguruan Tinggi [ ]
6. Pekerjaan :
a. PNS/Pensiunan PNS [ ]
b. POLRI/TNI/Pensiunan [ ]
c. Pegawai Swasta/Wiraswasta [ ]
d. Ibu Rumah Tangga [ ]
e. Petani [ ]
f. Tidak bekerja [ ]

7. Alamat Tempat Tinggal :

8. Apakah pernah mendapat pendidikan/pengetahuan tentang penanganan korban kecelakaan


lalulintas?

Ya [ ] Tidak [ ]
9. Jika pernah, sudah berapa lama pendidikan itu berlangsung ?

< 1 bulan [ ] <1 tahun [ ] > 1 tahun [ ] >5 tahun [ ]

B. Kuesioner Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Banjir

I. Pengetahuan dan Sikap Tentang Bencana


No Pernyataan Benar Salah
.
1. Bencana alam adalah fenomena alam yang luar biasa yang
menyebabkan korban jiwa, lingkungan dan tidak dapat
diatasi oleh masyarakat
2. Gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan
gunung berapi, dan badai merupakan kejadian alam yang
dapat menimbulkan bencana
3. Curah hujan tinggi, pecahnya bendungan sungai,
sedimentasi, penciutan ruas sungai, pemukiman liar di
bantaran sungai dan pembuangan sampah sembarangan
merupakan penyebab terjadinya banjir
4. Suara gemuruh angin, suara burung, pohon banyak
tumbang, kayu terbawa ke pemukiman, debit air
tinggi,hujan lebat dan air keruh merupakan ciri-ciri
kedatangan banjir
5. Mematikan jaringan listrik, mengamankan barang
berharga di tempat tinggi, menghindari berjalan di dekat
saluran air yang akan dilalui arus air yang deras, evakuasi
ke tempat lebih tinggi merupakan upaya penyelamatan
diri saat terjadi banjir
6. Ciri-ciri daerah rawan banjir adalah daerah aliran sungai,
daerah landai, daerahn bantaran tinggi dan daerah pantai
7. Agar risiko bencana banjir dapat dikurangi, sebaiknya
setiap anggota keluarga menjaga fungsi dan kebersihan
saluran-saluran air, dan tidak membuang sampah
II. Kebijakan
No Pertanyaan Ya Tidak
.
8. Apakah ada kesepakatan keluarga di mana tempat
evakuasi ketika terjadi banjir?
9. Apakah ada kesepakatan keluarga untuk mengikuti
stimulasi evakuasi bencana banjir?
III. Rencana Tanggap Darurat
10. Apakah ada pembagian tugas dalam tindakan
penyelamatan apabila kondisi darurat?
11. Apakah anda akan melakukan evaluasi ke tempat yang
lebih tinggi saat terjadi banjir?
12. Apakah tersedia peta, tempat, jalur evakuasi keluarga dan
tempat berkumpul keluarga apabila terjadi bencana
banjir?
13. Apakah ada kerabat/keluarga yang menyediakan tempat
pengungsian apabila terjadi bencana banjir?
14. Apakah ada tersedianya kotak P3K atau obat-obatan
penting untukpertolongan pertama?
15. Apakah anda akan berlari ke tempat yang lebih tinggi
sebagai upaya tindakan penyelamatan?
16. Apakah ada anggota keluarga yang mengikuti pelatihan
P3K dan evakuasi?
17. Apakah di daerah ini sudah ada jalur evakuasi apabila
terjadi banjir?
18. Apakah anda menyiapkan kebutuhan dasar seperti
makanan siap saji, minuman dan senter?
19. Apakah ada tersedia alat komunikasi keluarga (HP/
Radio/ HT)
20. Apakah tersedianya alat penerangan keluarga ketika
dalam keadaan darurat (senter/ lampu/ jenset)
21. Apakah anda mempersiapkan tas dan perlengkapan siaga
bencana?
22. Apakah anda sudah memiliki nomor-nomor penting yang
bisa di hubungi dalam keadaan darurat ( rumah sakit,
polisi, pemadam kebakaran)
23. Apakah anda mengakses fasilitas penting tersebut?
24. Apakah anda pernah mengikuti latihan baik publik
ataupun rumah tangga?
25. Apakah anda pernah mendapatkan pendidikan dan materi
kesiapsiagaan bencana banjir?
IV. Sistem Peringatan Bencana
26. Apakah tersedia sumber peringatan bencana yang bersifat
tradisonal ataupun lokal?
27. Apakah tersedia sumber informasi peringatan bencana
banjir?
28. Apakah anda memperoleh informasi peringatan bencana
banjir dari TV/ Radio, sumber yang bersifat lokal, SMS?
29. Pernahkah anda melakukan/ mengikuti pelatihan
peringatan bencana/ kesiapsiagaan banjir?
V. Mobilisasi Sumberdaya
30. Adakah anggota keluarga yang terlibat/ mengikuti dalam
seminar/ workshop/ pertemuan/ pelatihan kesiapsiagaan
bencana banjir?
31. Apakah bapak memiliki materi kesiapsiagaan bencana
banjir?
32. Apakah anda mendapatkan materi tentangkesiapsiagaan
bencana banjir dari media elektronik, media cetak (buku,
majalah, koran, pamlet, sosialisasi, pertemuan, seminar)?
33. Apakah anggota keluarga anda memiliki keterampilan
yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana?
34. Apakah anda alokasi khusus seperti dana, tabungan,
investasi, asuransi, bahan logistik yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan?
35. Apakah kerabat/ teman/ keluarga bapak bersedia
membantu pada saat darurat bencana banjir?
36. Apakah keluarga anda pernah melakukan simulasi
evakuasi maupun tanggap darurat bencana bajir?
37. Apakah ada keluarga yang memantau tas siaga bencana
Total Score

Tabel kategori penilaian (Arikunto,2010)

Nilai Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Jelek

1-20 Sangat jelek


BAB IV
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
 Anggaran Biaya

No. Bahan yang di Butuhkan Biaya

1. Bolpoin & buku saku Rp. 50. 000,00

2. Sewa LCD Rp. 100.000,00

3. Konsumsi Rp. 500.000,00

4. Cetak leaflet Rp. 50.000,00

5. Cetak kuesioner Rp. 50.000,00

Jumlah Rp. 750.000,00

 Jadwal Kegiatan

Jad Bulan
wal Kegiatan
No 1 2 3 4

1. Penyusunan proposal

2. Mencari tempat dan menetapkan


tempat

3. Konsultasi proposal dengan


pembimbing

4. Pelaksanaan

5. Penyusunan laporan
6. Pengumpulan laporan

BAB V

HASIL LAPORAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Evaluasi Struktur

Kegiatan Pengabdian masyarakat tentang Penyuluhan Kesiapsiagaan Dan


Tanggap Bencana Banjir Di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo, yang
dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 10 Januari 2022

Jam : 08.00 – selesai

Tempat : Lorong RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo

Kegiatan ini ditujukan kepada semua Keluarga pasien di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo khususnya dan warga sekitar umumnya. Program Pengabdian masyarakat ini
berupa sosialisasi/ penyuluhan tentang Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan banjir di lingkungan
RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo.
Pada tahap pelaksanaan digunakan dua metode yaitu metode ceramah dan Tanya
jawab. Metode penyuluhan bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mentor
mengenai kesiapsiagaan mengenai bencana banjir, dampak yg terjadi akibat bencana banjir
adalah kekurangan pangan dan air bersih, pemadaman listrik, munculnya penyakit kulit dan
diare.
Dari hasil penyuluhan materi diatas terrnyata dapat meningkatkan pengetahuan
masyakat tentang kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir dengan di buktikan adanya
respon yang cepat dalam menjawab semua pertanyaan yang diberikan juga sebagai tolak ukur
dalam pengetahuan masyarakat untuk mengungkapkan dampak pencegahan dan
penanggulangan banjir
1.2 Evaluasi Hasil
Berdasarkan Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dapat didefinisiskan faktor
penghubung dan penghambat dari kegiatan ini, sehingga dapat berjalan dengan baik dan
lancar antara lain karena adanya dukungan pihak masyarakat yang bersedia diajak
bekerjasama dan mendukung program kegiatan masyarakat serta pihak terkait yang
membantu kelancaran kegiatan pengabdian masyarakat serta antusias seluruh masyarakat
tentang kesiapsiagaan dan kewaspadaan bencana banjir.

Sedangkan factor penghambat dalam pengabdian masyarakat ini adalah


keterbatasan sarana dan prasana yaitu lingkungan yang tidak mendukung. Hasilnya dari
sosialisasi adalah seluruh masyarakat bisa paham dan tahu tentang kesiapsiagaan
bencana banjir dan penanggulangannya, masyarakat lebih sigap dalam mengatasi
bencana banjir.
BAB VI
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengabdian masayrakat yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa penting adanya pengabdian masyarakat yang terkait dalam
memberikan penjelasan kepada warga tentang peningkatan pengetahuan

1.2 Saran
Dalam pengabdian masyarakat ini juga didapat bahwa warga sangat antusias
dalam memahami hal ini, dan penting adanya bagi para warga untuk mendapatkan
penyuluhn terkait. Dengan adanya kesimpulan diatas, masyarakat merasa dibutuhkannya
pengabdian masyarakat terkait lanjutan dan juga peran pemerintah dalam
memperkenalkan tata cara yang benar dalam memberikan pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA

Aryono, D. P. (2011). The Silent Disaster: Bencana dan KorbanMassal,


CV.SagungSeto. Jakarta.
Astuti, S. I. dan Sudaryono, (2010) : Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi
Bencana” dalam Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, vol.1 (1) : 30-42.
Daryono. (2010). Mitigasi Bencana Banjir (Online). http://www.sumeks.co.id.
Djafar, I. M., Mantu, F. N., & Patellongi, I, J. (2013). Pengaruh Penyuluhan Tentang
Kesiapsiagaan Bencana Banjir Terhadap Pengetahuan dan Sikap kepala Keluarga di
Desa Romang Tangaya Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota
Makasar, Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial.
Hidayati, Deny, dkk. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Bencana Masyarakat dalam
Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta: LIPI-UNESCO- ISDR.
Intan, A. P.,dkk. (2018). Indonesian Cities Green Development Index: A Prototype
Measurement, International Journal of Sciences: Basicand Applied Research, 31
(3): 290-308.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. (2011). Kerangka Kerja Sekolah Siaga
Bencana. Jakarta. http://gerashiaga.files.wordpress.com/2012/06/buku-kerangka-
kerjasekolah-siaga-bencana.pdf.
Mustofa, B., dan Inung, S. (2010). Kamus Lengkap Geografi. Yogyakarta: Panji
Pustaka.
Nugroho, A. C. (2007). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana, MPBI UNESCO, Jakarta.
Nurjanah, R., Sugiharto, Dede, K., Siswanto B. P., Adikoesoemo. (2011). Manajemen
Bencana, Bandung, Alfabeta.
Purwana. R., (2013). Manajemen Kedaruratan Kesehatan Lingkungan dalam Kejadian
Bencana, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Undang - Undang No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.(2007).
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi
Lampiran 2: Daftar Hadir Peserta
DAFTAR HADIR PENYULUHAN
HARI, TANGGAL : Selasa, 10 Januari 2022
TEMPAT : RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
JUDUL PENYULUHAN : Kesiapsiagaan dan Ketanggapan Bencana Banjir
PEMATERI : Lucky Rahmawati
Lampiran 3: Leafleat

Anda mungkin juga menyukai