Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN

DISUSUN OLEH:

Anggi Lestari : 180204084

Ernasya Urmila Ananda : 180204056

Hasnul Hadi : 180204087

Jiwa Sukma Sipayung : 180204069

Sadiani : 180204078

Serpinna Hasibuan : 180204082

Tiara Mahbengi : 180204064

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA 2020


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan dan melimpahkan
segenap rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Jiwa 2 dalam membuat asuhan keperawatan tentang kelompok Anak Jalanan.

Dalam penyusunan tugas ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa , kami tak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian
kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Demikian, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami selalu
penyusun dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Anak jalanan adalah anak- anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja
di jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan
merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam
sehari dalam 6 hari dalam seminggu.
Anak jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini
merupakan salah satu akibat dari krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia. Akibat
dari krisis ini banyak sekali permasalahan yang muncul baik di bidang perekonomian,
sosial, dan kesehatan.
Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus
kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis moneter menyebabkan terjadi
pemutusan hubungan kerja dimana- mana. Hingga pada akhirnya anak- anak pun sampai
diperkerjakan oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka
yang seharusnya bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga. Pada
akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja dan menggantungkan hidup di jalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.
Jumlah anak jalanan terus bertambah setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak
mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 di
antaranya berada di kotamadya Bandung.
Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan
di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek
serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsi
Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data
pada tahun 2005 terdapat 335 anak.
Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara
Semarang.Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan
majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan di
Semarang mencapai hampir 2000 anak. (Ernawati, 2012)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Anak jalanan
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5- 18 tahun baik laki- laki maupun perempuan
yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di jalanan kawasan urban,
memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan
keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan bimbingan sehingga rawan terkena
gangguan kesehatan dan psikologi.
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang
berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam
seminggu. Akan tetapi, secara umum anak jalanan terbentuk dari dua kata yaitu “anak”
dan “jalanan”.
Anak mengacu pada usia yang hingga kini masih beragam pendapatnya. Sedangkan
jalanan mengacu pada tempat dimana anak tersebut beraktifitas. Pembagian anak jalanan
menurut UNICEF dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:
1. Street Living Children
Anak-anak yang pergi dari rumah dan meninggalkan orang tuanya. Anak tersebut
hidup sendirian dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan
keluarganya. Biasanya anak-anak ini sering disebut dengan gelandangan atau pun
gembel. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan
tetap.
2. Street Working Children
Disebut juga sebagai pekerja anak di jalan. Mereka menghabiskan sebagian besar
waktu mereka di jalanan untuk bekerja baik di jalan atau pun di tempat- tempat
umum untuk membantu keluarganya. Sehingga anak- anak ini masih memiliki
rumah dan tinggal dengan orang tua mereka.
3. Children from Street Families
Anak- anak yang hidup di jalanan, beserta dengan keluarga mereka. Untuk
jumlahnya sendiri, jumlah anak jalanan terus betambah setiap tahunnya. Lembaga
Perlindungan Anak mencatat pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di
Jawa Barat dan 4.626 di antaranya berada di kotamadya Bandung.
Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak
jalanan di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah
Jabotabek serta 8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota
provinsi Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan.
Dari data pada tahun 2005 terdapat 335 anak. Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak
416 menurut yayasan Setara Semarang. Peningkatan ini semakin signifikan tiap
tahunnya, bahkan berdasarkan majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan
bahwa jumlah anak jalanan di Semarang mencapai hampir 2000 anak.

Menurut Moeliono dalam penelitian Mardiana mengenai perilaku belajar pada


anak jalanan menyebutkan pada dasarnya tidak ada satu faktor tunggal yang
menyebabkan anak berada, tinggal, maupun hidup di jalanan dan menjadi anak jalanan.
Akan tetapi penyebabnya adalah banyak faktor (multifaktor) yang saling terkait satu
sama lain sehingga dapat menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Faktor
tersebut antara lain kemiskinan, faktor keluarga, dan pengaruh lingkungan.

Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang buruk dan
pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi tekanan yang begitu
besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan melarikan diri ke jalan untuk
mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari jalanan dan dari rekan- rekan
senasibnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian

Pada Masyarakat Universitas Semarang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa
banyak faktor melatarbelakangi seorang anak menjadi anak jalanan antara lain
kemiskinan (83,33%), keretakan keluarga (1,96%), orang tua tidak paham dan tidak
memenuhi kebutuhan sosial anak (0,98%), dan lainnya adalah keinginan sendiri, sering
dipukul orang tua, dan ingin bebas (13,7%). Kemiskinan tetap merupakan salah satu
faktor utama yang melatarbelakangi seorang anak menajdi anak jalanan. Akibatnya
pendidikan pada anak jalanan pun menjadi terabaikan. Di Semarang kurang lebih
60,79% tidak bersekolah dan hanya 39,21% saja yang mengenyam pendidikan baik
pendidikan TK, SD, SMP, ataupun SMA. Sehingga akses untuk memperoleh informasi
untuk menambah pengetahuan pada anak jalanan pun menjadi terbatas.

B. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sebuah kegiatan berulang yang harus dilakukan seseorang terutama
untuk menunjang kehidupannya. Pekerjaan akan berkorelasi dengan keadaan sosial
ekonomi seseorang. Sehingga dapat memperbanyak kesempatan untuk mendapatkan
pengetahuan. Dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, maka kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan terhadap informasi dan pengetahuan akan semakin baik. Tentu saja
pekerjaan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pengetahuan.

C. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
Pengkajian yang telah dilakukan pada kelompok Paguyuban Angklung Kriddotomo jl.
Tentara rakyat mataram Jelagran Kulon RW 1 adalah riwayat wilayah tidak didapatkan
karena pengamen adalah penduduk baru. Tidak diketahui ada tidaknya pemekaran
wilayah. Usia anggota paguyuban paling tua 35 tahun. Usia rata- rata anggota paguyuban
20- 25 tahun. Dengan jenis kelamin anggota paguyuban laki- laki, dan anggota
paguyuban 6 orang. Tingkat pendidikan rata- rata SMP dan SMA. Status pekerjaan
sebagai kewirausahaan atau buruh. Penghasilan yang didapatkan Rp 80.000,00 dengan
rincian Rp 20.000,00 untuk menyewa alat dan sisanya untuk kehidupan sehari- hari.
Masalah kesehatan yang sering dialami oleh anggota paguyuban yaitu pusing dan sesak
nafas. Tidak ada data kematian selama 2 tahun. Budaya yang dianut adalah budaya jawa.

DIAGNOSA
Diagnosa yang kami dapatkan yaitu :

No Masalah Etiologi Tanda & Gejala


1. Defisit pengetahuan tentang Kurangnya Alat Wawan mengatakan
masalah- masalah gangguan Pelindung Diri batuk, pusing,
pernafasan pada anak jalanan ketika mengamen di merupakan hal biasa
paguyuban Angklung Kriddotomo di jalan sehingga yang dialami
jl. Tentara rakyat mataram Jelagran sering terpapar debu mereka.
Kulon RW 1
Dx : defisit pengetahuan tetang masalah gangguan pernafasan pada anak jalanan
paguyuban Angklung Kriddotomo di Jl. Tentara rakyat mataram jelagran kulon RW
1 b/d kurangnya Alat pelindung Diri ketika mengamen di jalan sehingga sering
terpapar debu d/d wawan mengatakan batuk, pusing merupakan hal biasa.
2. Resiko peningkatan angka korban Minimnya - Mas iwan
cidera akibat kecelakaan pada anak penggunaan alat mengatakan
jalanan di paguyuban angklung pelindung diri pada anggota
kridotomo anak jalanan di peguyuban
paguyuban sering
angklung kridotomo terserempet
mobil kendaraan
lain ketika
mengamen
- Mas iwan
mengatakan
bahwa anggota
paguyunam
tidak pernah
menggunakan
alat pelindung
diri walaupun
ada kejadian
terserempet.
- Wilayah
paguyuban
terletak di bawah
rel kereta api
dan di dekat
jalan raya yang
rawan
kecelakaan.
- Dx : Resiko peningkatan angka akibat kecelakaan pada anak jalanan di
paguyuban angklung kridotomo b/d Minimnya penggunaan alat pelindung diri
pada anak jalanan di paguyuban angklung kridotomo d/d Mas iwan
mengatakan anggota peguyuban sering terserempet mobil kendaraan lain
ketika mengamen, Mas iwan mengatakan bahwa anggota paguyunam tidak
pernah menggunakan alat pelindung diri walaupun ada kejadian terserempet,
Wilayah paguyuban terletak di bawah rel kereta api dan di dekat jalan raya
yantug rawan kecelakaan.
PERENCANAAN

N DX. TUJUAN TUJUAN STRATEGI RENCANA EVALUASI SUMBER TEMPAT PJ


KRITERIA EVALUASI
O KEPERAWATAN UMUM KHUSUS INTERVENSI KEGIATAN
1 defisit Setelah Anak-anak Praktek Pendidikan Cakupan Setelah Mahasiswa Pondok atfal
pengetahuan dilakukan jalanan di mandiri kesehatan pengetah dilakukan universitas paguyub
tetang masalah asuhan jl. Tentara keperawatan tentang uan anak pendidikan muhammadiya an jl.
gangguan keperawatan mulai gangguan sistem jalanan kesehatan h yogyakarta matara
pernafasan selama 1x memakai pernapasan: tentang diharapkan dari m
pada anak pertemuan alat 1. Pengertian ganggua 20% anak-anak
jalanan diharapkan pelindung gangguan n sistem jalanan dapat

paguyuban anak-anak diri seperti pernafasan pernapas meningkat p-

Angklung jalanan di jl. masker 2. Penyebab an engetahuannya


Tentara bisa gangguan mencapa menjadi 60%.
Kriddotomo di
lebih tahu pernafasan i 100%
Jl. Tentara
tentang 3. Pencegahan
rakyat
masalah gangguan
mataram
gangguan pernafasan
jelagran kulon
pernafasan 4. Penatalaksan
RW 1 b/d
aan gangguan
kurangnya Alat
pernafasan
pelindung Diri
ketika
mengamen di
jalan sehingga
sering terpapar
debu d/d
wawan
mengatakan
batuk, pusing
merupakan hal
biasa.
2 Resiko Setelah Anak-anak Praktek Pendidikan Cakupan Setelah Mahasiswa Pondok amel
peningkatan dilakukan jalanan di mandiri kesehatan k3 penkes melakukan keperawatan paguyub
angka korban asuhan jl. tentara keperawatan (keamanan dan diharapk pendidikan umy an
cidera akibat keperawatan kesehatan kerja): an 100% kesehatan
kecelakaan selama 1x 1. Pengertian anak diharapkan dari
pada anak pertemuan K3 jalanan 60% korban
jalanan diharapkan 2. Jenis K3 tidak cidera dapat
paguyuban terjadi 3. Penatalaksa menjadi menurun
angklung penurunan naan K3 korban menjadi 20%.
kridotomo angka akibat
korban kecelaka
cidera an
akibat
kecelakaan
pada anak
jalanan dijl.
Tentara.
EVALUASI

NO HARI, TANGGAL, IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM
1. Kamis, 10 Oktober Setelah dilakukan implementasi pada S : mereka mengatakan
2013 tanggal 10 oktober 2013 di pondok senang karena selama
paguyuban Angklung Kriddotomo jl. ini belum pernah
Tentara mataram. Intervensi tentang mendapatkan
gangguan pernafasan kepada 6 orang di pendidikan kesehatan
pondok paguyuban. Dengan materi : O : mereka mengerti
1. Pengertian gangguan pernafasan tentang bahaya
2. Penyebab gangguan pernafasan pernafasan akan tetapi
3. Pencegahan gangguan pernafasan tidak bisa
4. Penatalaksanaan gangguan menggunakan masker
pernafasan karena keseharian
mereka harus
bernyanyi.
A : dari implementasi
yang telah dilakukan
terjadi peningkatan
pengetahuan dari 20 %
menjadi 60 %
P : perlunya diberikan
pendidikan kesehatan
lanjutan kepada anak
anak jalanan.
2. Kamis, 10 oktober Setelah dilakukan implementasi pada S : Setelah dilakukan
2013 tanggal 10 oktober 2013 di pondok intervensi anak- anak
paguyuban Angklung Kriddotomo jl. jalanan merasa senang
Tentara mataram. Intervensi tentang dan lebih mengerti.
keamanan dan keselamatan kerja O : secara obyektif
kepada 6 orang di pondok paguyuban. belum bida
Dengan materi : Keamanan dan mendapatkan hasil
Keselamatan Kerja (K3) angka kecelakaan yang
1. Pengertian K3 terjadi. Akan tetapi
2. Jenis K3 anak- anak jalanan
3. Penatalaksanaan K3 mulai mengerti
mengenai keamanan
dan keselamatan kerja
A: Sementara ini
analisis belum dapat
ditarik kesimpulan,
dikarenakan ini
merupakan intervensi
yang pertama kalinya
P: perlu diberikan
intervensi lanjut dan
pemantauan berkala
dari petugas kesehatan
maupun
mahasiswa/kader
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai