Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP ANAK USIA DINI DI TK BUNGA

BANGSA II

Mila Kamelia1), Dr. Hj. Teti Rarnasih, M.Ag., CIPS, C.Ht 2)


1). Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2) Lembaga Penelitian TK Bunga Bangsa II
19 Desember 2022,Jl. A.H Nasution No. 105 Cibiru Bandung
E-mail: milakamelia@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana perkembangan pendidikan
kecakapan hidup anak usia dini dalam kegiatan pembelajaran di TK Bunga Bangsa II.
Kegiatan tersebut dikaitkan dengna beberapa aspek perkembangan anak usia dini.
Penerapan kecakapan hidup pada anak usia sangatlah penting dilakukan supaya ketika
besar anak mempunyai skill yang sudah di asah sejak kecil sehingga menimbulkan bakat
yang dapat membantu dirinya adalam kehdiupan sehari – hari, baik di sekolah, rumah dan
lingkungan masyarakat.
Kata kunci : kecakapan hidup, anak usia dini, asfek perkembangan

Pendahuluan
1. Latar belakang penelitian
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya. (Depdiknas. 2003:6)
Kecakapan hidup merupakan sebuah bentuk kecakapan atau keterampilan yang
dapat menunjang kehidupan seorang manusia agar tetap survive dalam kondisi
apapun, bahkan dapat selalu meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan demikian
kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan yang diperlukan untuk bekerja,
akan tetapi lebih dari itu. Dengan demikian, seseorang yang tidak bekerja pun tetap
memerlukan kecakapan hidup, bahkan anak-anak yang baru lahir atau orang yang
sudah tua sekalipun memerlukan kecakapan hidup sesuai dengan usianya.
Kecakapan hidup ini merupakan bekal yang sangat penting bagi seseorang untuk
menjalani kehidupan, karena merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk berani menghadapi dan memecahkan segala permasalahan kehidupan
secara wajar tanpa adanya perasaan tertekan serta selalu aktif, proaktif dan kreatif
dalam menjalani aktivitas hidupnya. Dengan demikian, setiap saat dan setiap
waktu produktivitas seseorang senantiasa dalam kondisi prima untuk menghadapi
tantangan konstelasi jaman yang cepat berubah.
Berbagai persoalan hidup semakin kompleks dan menuntut kemampuan individu
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan ini sehingga dapat tetap bertahan
dan berkembang. Kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan ini
dapat mulai ditanamkan sejak usia dini.
Pendidikan anak usia dini memiliki arti yang sangat penting bagi keluarga dan
bangsa. Pendidikan merupakan investasi penting bagi masa depan bangsa di
tangan mereka kelak pembangunan bangsa menjadi maju atau dengan kata lain,
masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan pada anak-
anak oleh karena itu pendidikan anak usia dini merupakan investasi bangsa yang
sangat berharga itu sebabnya negara-negara maju sangat serius mengembangkan
pendidikan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya sebab pendidikan anak
usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang
mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan prestasi belajar,
etos kerja, dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk
mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa masa dini usia merupakan periode
emas bagi perkembangan anak. Periode emas ini sekaligus periode kritis bagi anak,
karena perkembangan yang didapat pada periode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasa. Ahli psikologi
perkembangan, Bredekamp, et all (1997:97) mengungkapkan bahwa pemberian
pendidikan pada anak usia dini diakui sebagai periode yang sangat penting dalam
membangun sumber daya manusia dan periode ini hanya datang sekali serta tidak
dapat diulang lagi. (www. Google.com Widya Ayu Puspita 2011)
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah kebutuhan dalam upaya
mempersiapkan generasi mendatang, yang dapat memberikan dasar anak menuju
pada pendidikan dasar dan pendidikan selanjutnya, terutama kehidupannya kelak
sebagai orang dewasa di masyarakat. Fenomena yang terjadi pada saat ini
menunjukkan banyaknya orang dewasa yang tidak memiliki kecakapan dalam
kehidupan baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai
contoh kurangnya kematangan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada,
sehingga terjadi krisis moral dalam kehidupan. Indikasi terjadinya krisis moral
yang terjadi ini antara lain tidak adanya penghargaan terhadap orang lain,
munculnya berbagai tindakan kekerasan, perilaku menyimpang semacam tindak
korupsi dan kriminalitas, perilaku rebutan rejeki dengan menerapkan konsep sikut
sana sikut sini, dan sebagainya. Ini juga merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan bahwa kebanyakan orang dewasa yang pada saat ini ada kurang
mendapatkan kecakapan hidup (life skills) pada masa usia dini dari orang tuanya,
dimana pada masa itu memang belum ada konsep tentang kecakapan hidup.Oleh
karenanya, perlu adanya kecakapan hidup (life skills) bagi anak usia dini di semua
jenjang ”pendidikan awal”, sehingga dapat memberikan dasar-dasar yang kokoh
bagi kehidupan anak kelak guna menuju pada kesuksesan hidup yang lebih baik
dari pada generasi yang saat ini memegang tampuk kekuasaan, sehingga bisa
beradaptasi dengan derasnya arus globalisasi secara mandiri memanfaatkan
potensi secara kreatif. Kecakapan hidup bagi anak usia dini ini hendaknya
dilakukan terintegrasi antara dilembaga pendidikan anak usia dini dan di rumah.
Terintegrasinya pendidikan ini akan memberikan dasar yang semakin kuat bagi
anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter dan kepribadiannya
yang unggul serta memegang nilai-nilai yang ada di masyarakat, serta berani
meninggalkan budaya kolutif yang menyimpang dari ajaran agama dan
kepribadian Indonesia.
Kecakapan hidup seorang individu merupakan hasil sosialisasi yang didapatkan
sejak dini di keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Sesuai
dengan luasnya dan beragamnya model ekologi perkembangan anak, maka
semakin banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kecakapan hidup seorang
anak. Dengan demikian, pencapaian kecakapan hidup pada tiap usia anak tidak
sama, demikian pula ketika dewasa.
Melalui kecakapan hidup ini pulalah kelak anak dapat memecahkan segala
permasalahan tanpa frustasi tetapi dengan lebih arif dan bijkasana. Dan
kenyataanya sudah banyak bukti di lapangan, bahwa penerapan kecakapan hidup
bagi anak usia dini sangatlah tampak perbedaannya antara anak yang telah
tersentuh konsep Life Skills dengan anak yang karena sesuatu dan lain hal belum
pernah mendapatkan kecakapan hidup yang saat ini sedang digalakkan oleh
pemerintah. Artinya, anak-anak yang sudah mengenyam kecakapan hidup,
terbukti kecerdasannya melesat secara mengagumkan. Dan inilah yang diharapkan
sebagai calon generasi yang akan menyelamatkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari kubangan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan di TK bungan banggsa II adalah :
1) Untuk mendeskripsikan bagaimana pengembanagan pendidikan kecakapan hidup
di TK Bunga Bangsa II.
2) Mengetahui perkembangan kecakapan hidup yang berhubungan dengan aspek
perkembangan agama dan moral.
3. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1) teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat menambah wawasan dan pemahaman
tentang mengembangkan kecakapan hidup pada anak usia dini dalam aspek
perkembangan agama dn moral.
2) Secara praktis, bagi peneliti bermanfaat sebagai pelengkap pengetahuan yang
sudah ada, dan diarahkan untuk kepentingan praktis bersifat operasional di bidang
kehidupan sehari-hari hingga lingkup terluas.
Kerangka Teoritis
1. Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya. (Depdiknas. 2003:6)
Kecakapan hidup merupakan sebuah bentuk kecakapan atau keterampilan yang
dapat menunjang kehidupan seorang manusia agar tetap survive dalam kondisi
apapun, bahkan dapat selalu meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan demikian
kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan yang diperlukan untuk bekerja,
akan tetapi lebih dari itu. Dengan demikian, seseorang yang tidak bekerja pun tetap
memerlukan kecakapan hidup, bahkan anak-anak yang baru lahir atau orang yang
sudah tua sekalipun memerlukan kecakapan hidup sesuai dengan usianya.
Kecakapan hidup ini merupakan bekal yang sangat penting bagi seseorang untuk
menjalani kehidupan, karena merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk berani menghadapi dan memecahkan segala permasalahan kehidupan
secara wajar tanpa adanya perasaan tertekan serta selalu aktif, proaktif dan kreatif
dalam menjalani aktivitas hidupnya. Dengan demikian, setiap saat dan setiap
waktu produktivitas seseorang senantiasa dalam kondisi prima untuk menghadapi
tantangan konstelasi jaman yang cepat berubah.
2. Kecakapan Hidup (Life Skills) pada Anak Usia Dini
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa masa dini usia merupakan periode
emas bagi perkembangan anak. Periode emas ini sekaligus periode kritis bagi anak,
karena perkembangan yang didapat pada periode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pada periode berikutnya hingga masa dewasa. Ahli psikologi
perkembangan, Bredekamp, dan yang lainya (1997,97) mengungkapkan bahwa
pemberian pendidikan pada anak usia dini diakui sebagai periode yang sangat
penting dalam membangun sumber daya manusia dan periode ini hanya datang
sekali serta tidak dapat diulang lagi.
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah kebutuhan dalam upaya
mempersiapkan generasi mendatang, yang dapat memberikan dasar anak menuju
pada pendidikan dasar dan pendidikan selanjutnya, terutama kehidupannya kelak
sebagai orang dewasa di masyarakat. Fenomena yang terjadi pada saat ini
menunjukkan banyaknya orang dewasa yang tidak memiliki kecakapan dalam
kehidupan baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai
contoh kurangnya kematangan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada,
sehingga terjadi krisis moral dalam kehidupan. Indikasi terjadinya krisis moral
yang terjadi ini antara lain tidak adanya penghargaan terhadap orang lain,
munculnya berbagai tindakan kekerasan, perilaku menyimpang semacam tindak
korupsi dan kriminalitas, perilaku rebutan rejeki dengan menerapkan konsep sikut
sana sikut sini, memotong teman seiring dan sejenisnya. Ini juga merupakan salah
satu indikator yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang dewasa yang pada
saat ini ada kurang mendapatkan
Kecakapan hidup (life skills) pada masa usia dini dari orang tuanya, dimana pada
masa itu memang belum ada konsep tentang kecakapan hidup.Oleh karenanya,
perlu adanya kecakapan hidup (life skills) bagi anak usia dini di semua jenjang
”pendidikan awal”, sehingga dapat memberikan dasar-dasar yang kokoh bagi
kehidupan anak kelak guna menuju pada kesuksesan hidup yang lebih baik dari
pada generasi yang saat ini memegang tampuk kekuasaan, sehingga bisa
beradaptasi dengan derasnya arus globalisasi secara mandiri memanfaatkan
potensi secara kreatif. Kecakapan hidup bagi anak usia dini ini hendaknya
dilakukan terintegrasi antara dilembaga pendidikan anak usia dini dan di rumah.
Terintegrasinya pendidikan ini akan memberikan dasar yang semakin kuat bagi
anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter dan kepribadiannya
yang unggul serta memegang nilai-nilai yang ada di masyarakat, serta berani
meninggalkan budaya kolutif yang menyimpang dari ajaran agama dan
kepribadian Indonesia.
Kecakapan hidup seorang individu merupakan hasil sosialisasi yang didapatkan
sejak dini di keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Sesuai
dengan luasnya dan beragamnya model ekologi perkembangan anak, maka
semakin banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kecakapan hidup seorang
anak. Dengan demikian, pencapaian kecakapan hidup pada tiap usia anak tidak
sama, demikian pula ketika dewasa.
3. Anak Usia Dini
Menurut Rahman (2005:5) menyebutkan anak usia dini adalah anak yang berusia
0 sampai 8 tahun Menurut Rahman (2005:5) menyebutkan anak usia dini adalah
anak yang berusia 0 sampai 8 tahun.
Santoso (2002: 53) memaparkan secara umum karakteristik anak usia dini antara
lain yaitu suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang suka bermain, ingin
tahu (suka bertanya), banyak bergerak suka menunjukkan akunya, unik dan lain-
lain.
4. Perkembangan Agama dan Moral
Agama
Menurut ilmu bahasa etimologi Islam berasal dari bahasa arab, yaitu kata salima
yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa”,
dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat (Muhammad Alim,
2011, p. 25). Banyak ahli menyebutkan agama berasal dari bahas sansekerta yaitu
“a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti tidak
kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah peraturan, yaitu peraturan
yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai
budi pekerti dan pergaulan hidup bersama (Faisal Ismail, 1997, p. 28) Dari uraian
di atas kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan
mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya
mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat
(Muhammad Alim, 2011, p. 91) Sedangkan secara istilah Islam berarti suatu nama
bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul. Atau lebih tegas lagi islam adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan
Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
(Muhammad Alim, 2011, p. 92)
Nilai-nilai agama merupakan suatu alat atau instrumen yang dipndang sangat
berharga karena dapat mendorong seseorang mencapai tujuan dalam hal ini berupa
kebahagiaan dunia dan akherat serta termanifestasikan secara teoritis, praktis, dan
sosiologis. Nilai-nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan
keagamaan. Pendidikan keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat
penting keberadaannya, dan jika hal itu tertanam serta terpatri dalam setiap insan
sejak dini, hal ini merupakaan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk
menjalani jenjang pendidikan selanjutnya (Muhammad Qowim, 2010, p. 50).
Apabila seorang anak telah dididik keagamaannya dari sejak kecil ditanamkan
nilai-nilai keagamaan dari sejak kecil maka kelak anak tersebut memiliki bekal yang
sangat berharga untuk memasuki jenjang selanjutnya. Pada masa anak-anak
mereka akan cepat menangkap apa yang telah disampaikan. Jadi diusia anak usia
dini lah waktu yang paling tepat untuk mengajarkan nilai-nilai keagamaannya.
- Moral
Moral menurut Al-Ghazali dalam (Muchson AR dan Samsuri, 2013, p. 1) bahwa
akhlak sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap
kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu
dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan
sebelumnya. Moral menurut Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh (Bambang
Daroeso, 1986, p. 22) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip
rumusan formalnya sebagai berikut : a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang
tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok
manusia di dalam lingkungan tertentu. b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup
yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu. c. Moral sebagai
tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat
oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai.
Dapat diketahui bahwa pengertian moral adalah baik buruknya tingkah laku
manusia. Moral sama halnya dengan etika yang berarti akhlak ataupun sikap. Baik
buruknya manusia ditentukan oleh moralnya. Beberapa ahli juga ada yang
menganggap bahwa moral dan etika itu berbeda.
Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah.
Artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut, sehingga orang bersikap benar dan hormat (Michele Borba, 2008, p. 4).
Nilai-nilai moral dalam masyarakat bersumber pada nilai agama yang diyakini oleh
suatu kelompok. Nilai-nilai moral yang bersumber dari agama memberikan
pengertian yang lebih jelas mengenai perilaku yang seharusnya dilakukan dan
tidak dilakukan. Nilai ini bersifat universal sehingga dapat diterima oleh kelompok
sosial di manapun kelompok itu berada. Sebagai filter, pendidikan agama yang
sifatnya praktis sangat dibutuhkan. Bobot pendidikan agama bukan hanya terletak
pada unsur kognitifnya tetapi lebih banyak menyentuh pada unsur afektif
(perasaan) dan motorik (perilaku) sehingga nilai aplikasinya bisa langsung
dirasakan oleh anak. Sebagian ahli psikologi menyatakan bahwa sebagian perilaku
moral dan kebiasaan seseorang dibimbing oleh keyakinan agama. Pengaruh agama
dapat terjadi dalam bentuk positif yaitu membentuk kesehatan mental dan
pertumbuhan seseorang. Pengajaran pendidikan agama merupakan salah satu
upaya membentuk kualitas internal sebagai pendorong manusia berperilaku moral.
5. Perkembangan sosial emosional
Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami
perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari hari. Tingkat
interaksi anak dengan lain dimulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga
masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan
emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial, begitu pula sebaliknya
membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional, sebab keduanya
terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh. Menurut Hurlock, perkembangan
sosial emosional adalah perkembangan perilaku yang sesuai dengan tuntunan
sosial, dimana emosional adalah suatu proses dimana anak melatih rangsangan-
rangsangan sosial terutama yang didapat dari tuntutan kelompok serta belajar
bergaul dan bertingkah laku.1 Sedangkan menurut Salovey dan John Mayer yang
dikutip dalam buku Ali Nugraha pengembangan sosial emosional meliputi:
empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasi rasa
marah,kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai kemampuan
menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan
dan sikap hormat.
6. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa pada anak merupakan pendeteksian gejala-gejala yang
terjadi pada anak dalam proses pengembangannya. Dengan mengetahui tahap-
tahap perkembangan bahasa anak diharapkan guru dapat mengetahui kebutuhan
perkembangan anak dan cara menstimulasinya sesuai dengan tahapan usia anak.
Dalam perkembangan bahasa digunakan untuk melihat percakapan anak disertai
dengan penggunaan teknologi untuk merekam suara anak.
Metode Penelitian
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi (Observation)
Pengertian Observasi menurut Supriyati (2011:46) adalah sebagai berikut : “suatu
cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan mempunyai sifat dasar
naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural, pelakunya berpartisipasi
secara wajar dalam interaksi.”
Pengertian Observasi menurut Sugiyono (2009:144) adalah sebagai berikut :
“Teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-
obyek alam yang lain.”
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan
pengamatan secara langsung kedalam perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti
yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian.
b. Wawancara (Interview)
Pengertian wawancara menurut P. Joko Subagyo (2011:39) adalah sebagai berikut :
“Suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan
mengungkapkan pertanyaanpertanyaan pada para responden. wawancara
bermakna berhadapan langsung antara interview dengan responden, dan
kegiatannya dilakukan secara lisan.” Pengertian wawancara menurut Esterberg
yang diterjemahkan oleh Sugiyono (2009:72) adalah sebagai berikut : “Pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan idemelalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”
Pengertian wawancara menurut Supriyati (2011:48) adalah sebagai berikut : “Cara
yang umum dan ampuh untuk memahami suatu keinginan atau
kebutuhan.wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang
diajukan secara lisan kepada responden.” Dari pengertian diatas penulis
menyimpulkan bahwa Wawancara adalah teknik pengumpulan data berupa
sebuah tanya jawab yang dapat dilakukan secara langsung antar penulis dan pihak
yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti penulis
Pembahasan
1. Hakikat Anak usia Dini
Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam.
Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat
dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula Anak usia dini
yang berbakat menari, musik, matematika, bahasa, ada pula yang berbakat olah
raga. Ki Hajar Dewantara (1957) merangkum semua potensi anak menjadi cipta,
rasa, dan karsa. Teori Multiple Intelegencies (kecerdasan ganda) dari gardner (1998)
menyatakan ada delapan tipe kecerdasan. Biasanya seorang anak memiliki satu
atau lebih kecerdasan, tetapi jarang yang memiliki secara sempurna delapan
kecerdasan tersebut.
Selain pertumbuhan dan perkembangan , perkembangan moral termasuk
kepribadian, watak dan akhlak) social, emosional, intelektual, dan bahasa juga
berlangsung amat sangat pesat. Oleh karena itu usia didni (0-8 tahun) juga disebut
tahun keemasan atau golden age. Oleh karena itu jika mengembangkan bangsa
yang cerdas, beriman dan bertkwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari
anak usia dini (Slamet S, 2003:6).
2. Penerapan kecakapan hidup
Penerapan kecakapan hidup pada anak dini usia bertujuan untuk membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, perasaan, kecerdasan,
sosial dan fisik yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya sebagai calon penerus
generasi yang benar-bener siap menghadapi tantangan sebagai mahluk sosial yang
berhubungan dengan perolehan mata pencaharian diatas standart kemiskinan,
yang terutama ditujukan pada personal skills dan social skills, yang memberikan
anak bekal awal untuk hidup mandiri dan bermasyarakat, harapannya, kedepan
tidak ada lagi anak yang kebingungan menghadapi masa depan yang layak setelah
diberi sentuhan kecakapan hidup.
Dalam tataran praktis, kecakapan hidup yang diberikan antara lain :Personal skills,
antara lain :
a) Kebiasaan berdoa
b) Kemandirian, seperti memakai dan menyimpan sepatu dengan sendiri
c) Kebiasaan hidup sehat, misalnya mencuci tangan, kebiasaan makan dan minum
yang bergizi,
d) berangkat.
e) Kedisiplinan, misalnya kebiasaan untuk meletakkan kembali arang pada
tempatnya, datang tepat waktu, tidak pernah mengambil milik orang lain.
f) Kebiasaan hidup hemat, misalnya menabung
Personal skills atau kecakapan personal memberikan dasar bagi anak untuk mengenali
diri sendiri, termasuk pengenalan potensi diri dan pentingnya aktualisasi diri.
Kecakapan ini juga memupuk kepribadian handal pada anak melalui pematangan
konsep diri dan kebiasaan-kebiasaan. baik yang akan terus mengalami proses
pematangan, sehingga memiliki keberanian untuk membuang budaya menyimpang
yang tidak sesuai dengan falsafah pancasila dan agama.
Social skills
a) Kebiasaan untuk berbagi, sportif dan tidak berperilaku
b) Kebiasaan untuk tertib
c) Kebiasaan untuk saling bertegur sapa
d) Kebiasaan untuk saling menolong dan tidak memusuhi
e) Kebisaan untuk saling menjenguk apabila ada yang tidak masuk
f) Kebiasaan untuk mengucap salam
Sosial skills atau kecakapan sosial memberikan bekal kepada anak mengenai dasar-dasar
hubungan antar manusia yang akan sangat bermafaat dalam pengembangan interaksi
sosial selanjutnya. Di samping itu, kecakapan ini juga akan memberikan bekal kepada anak
mengenai pentingnya hubungan sosial, pemahaman kondisi lingkungan sekitar serta
karakteristik masyarakat atau lingkungan tempat ia hidup, sehingga anak akan memiliki
kematangan di dalam bersikap dan bertindak yang berguna baik untuk dirinya sendiri,
keluarga maupun masyarakatnya. Memberikan bekal kepada anak mengenai pentingnya
kekuatan hubungan antara manusia dalam pembentukan karakter diri yang kuat serta
dalam menghadapi pelbagai perubahan yang terjadi, baik perubahan yang terencana
maupun tak terencana.
Kecakapan hidup ini diberikan kepada anak dalam suasana bermain, menyenangkan,
santai, asupan gizi yang cukup, Alat Permainan Edukatif yang representatif, sehingga anak
terbiasa melakukan, baik di kelompok bermain maupun di rumah tanpa adanya rasa
keterpaksaan.
Melalui kecakapan hidup ini pulalah kelak anak dapat memecahkan segala permasalahan
tanpa frustasi tetapi dengan lebih arif dan bijkasana. Dan kenyataanya sudah banyak bukti
di lapangan, bahwa penerapan kecakapan hidup bagi anak usia dini sangatlah tampak
perbedaannya antara anak yang telah tersentuh konsep Life Skills dengan anak yang
karena sesuatu dan lain hal belum pernah mendapatkan kecakapan hidup yang saat ini
sedang digalakkan oleh pemerintah. Artinya, anak-anak yang sudah mengenyam
kecakapan hidup, terbukti kecerdasannya melesat secara mengagumkan. Dan inilah yang
diharapkan sebagai calon generasi yang akan menyelamatkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari kubangan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Kecakapan hidup dalam Kegiatan pembelajaran
Kecakapan hidup dalam Kegiatan pembelajaran di lihat dari beberapa asfek :
a. Perkembangan agama dan moral
1) Anak dapat mengenal agama yang di anutnya
2) Anak saling membantu sesama temannaya
3) Anak membaca doa-doa(sebelum belajar dan sesudah belajae,sebelum makan dan
sesedah makan,sebelum tidur dan bangun tidur,masuk masjid dan keluar masjid
dll)
4) Anak membaca surat 2 pendek
b. Perkembangan sosial emosional
1.Anak menyapa guru dan temannya
2.Anak membereskan kembali alat – alat bermain setelah belajar
3.cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
4.membereskan piring dan gelas setelah makan
5.merapihkan tas dan sepatu
6.Anak mau mendengarkan ketika guru atau temannya bicara
7.Mengerjakan kegiatan tanpa bantuan orang lain
8 Anak berteman dengan semua temannya
c. Perkembangan Bahasa
1.Anak berbicara secara santun
2.Anak bisa menceritakan kembali apa yang sudah guru sampaikan
3 Anak dapat mengitu perintah guru
4. Aanak dapat mengenal symbol huruf dan angka
Kesimpulan dan Saran
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya.
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah kebutuhan dalam upaya mempersiapkan
generasi mendatang, yang dapat memberikan dasar anak menuju pada pendidikan dasar
dan pendidikan selanjutnya, terutama kehidupannya kelak sebagai orang dewasa di
masyarakat.
Pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di TK tersebut adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perkembangan agama dan moral, sosial emosional dan bahasa.

Daftar Pustaka
Safitri, L. N. (2019). Pengembangan nilai agama dan moral melalui metode bercerita pada
anak. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 4(1), 85-96.

Ali, Lukman.1995. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka

Anwar.2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education). Bandung: Alfa Beta

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka


Cipta

Baqi.2005. Sukses Keluarga Mendidik Balita. Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Dagun, Save.1990. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewantara, Ki Hajar.1977. Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur


Persatuan Taman Siswa.

Depdiknas.2003. Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (life skill)


Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta.
Gunarso, Singgih D. 2001. Psikologi Praktik Anak Remaja Dan Keluarga. Jakarta: Balai
Percetakan Gunung Mulia

Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogya : Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai