Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Kolokium
(Mengkaji BAB I)
Di Susun Oleh :
Kelompok 6
1. Asty Nesya Rahmi, NIM : 2231575003
2. Devi Pebriyani, NIM : 2231675032
3. Hifdatul Hayat, NIM : 2231675039
4. Insan Susilawati, NIM : 2231675016
5. Redi Puspiali, NIM : 2231675017
6. Ritawati, NIM : 2231675036
7. Siti Holipah, NIM : 2231675022
8. Wiena Andina Prafitasari, NIM : 2231675008
9. Muhdan Amin, NIM : 2231675050
Dosen :
1. ARSY RIZQIA AMALIA, M.Pd
2. IRNA KHALEDA, M.Pd
PENDAHULUAN
dalam meningkatkan kedudukan dan perannya dalam kehidupan dunia dan akherat
melalui pendidikan manusia memperoleh wawasan baru yang akan membentuk dan
meningkatkan harkat dan martabat mereka baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
menyangkut pada aspek pengetahuan maupun sikap manusia. Adapun arah tujuan
Manusia tidak pernah statis, semenjak pembuahan hingga kematian selalu terjadi
perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun psikologis. Dengan kata lain organisme
yang matang selalu mengalami perubahan yang progresif sebagai tanggapan terhadap
kondisi yang bersifat pengalaman dan perubahan. Perubahan itu mengakibatkan jaringan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup, untuk mencapai tujuan tersebut
permulaan adalah sikap kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama
tahun tahun pertama sangat menentukan seberapa jauh individu individu berhasil
menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut
menyiratkan betapa pentingnya dasar dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada
masa kanak kanak. Karena dasar-dasar inilah akan membentuk kepribadian yang di
mengembangkan potensi itu harus didukung oleh lingkungan yang kondusif sehingga
anak dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kebutuhan pribadinya. Setiap anak
sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi (Yudha & Rudiyanto,
2005:6).
Tidak dapat di pungkiri pada kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal
dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Di dalam keluarga anak untuk pertama kalinya
mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karna itu orang
3
tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik pada anak agar nantinya bisa
Pendidikan yang diberikan pada anak sejak usia dini memiliki kontribuasi besar
terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia pada saat dewasanya, karna masa
ini disebut golden age atau masa emas. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi fungsi organ tubuh sehingga peran pendidikan anak usia dini
merangsang kemampuan tumbuh kembang pada saat yang tepat. (Dinas Pendidikan
ditentukan oleh perkembangan emosi dan sosial anak. Mereka yang mempunyai
kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial cenderung kurang berhasil pada
Anak adalah makhluk sosial dan memiliki potensi sosial yang dibawanya sejak
lahir. Dengan potensi itu anak sudah mulai menunjukkan keinginannya untuk
berhubungan dengan orang lain. Memasuki usia prasekolah anak mulai mengenal
lingkungan keluarga. Ini artinya faktor yang mendasar dalam perkembangan dan
Dunia anak adalah dunia bermain, karena bermain bagi anak adalah bekerja.
sehingga dapat menimbulkan kepuasan pada anak ketika melakukan kegiatan bermain.
Jenis bermain yang disukai anak adalah bermain khayal, permainan games, bermain
Kreatifitas begitu bermakna dalam hidup perlu dipupuk sejak dini, dikarenakan
dirinya dan aktualisasi merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tinggi dalam hidup
manusia. Kedua, kreatifitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat
bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan tapi
Jika kreatif anak dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari
setelah dewasa akan memiliki kemampuan, keterampilan, dan profesi yang baik bahkan
luar biasa. Kemampuan tersebut dapat berkembang jika didukung dengan lingkungan
anak. Proses perkembangan kreativitas anak tidak terlepas dari peranan orang tua,
dimana orang tua adalah orang yang pertama yang dikenali si anak dari lahir. Kreativitas
anak dirangsang dan di eksplorasi melalui kegiatan belajar sambil bermain merupakan
anaknya. Melalui bermain anak belajar mengahadapi tantangan dan menemukan minat
dan bakat anak dengan bantuan bimbingan dan arahan dari orang tuanya.
Kreativitas tumbuh dari adanya rasa ingin tahu yang amat besar pada masa kanak
kanak. Seseorang ingin tahu apa yang dilihatnya. Mereka melontarkan pertanyaan-
pertanyaan yang orisinil, sebagian dari mereka bahkan memperoleh jawaban dengan
melakukan eksplorasi langsung ke tujuan. Apa yang dilakukan manusia ini adalah bukti
Dalam hal ini akan dipaparkan mengenai permainan tradisional anak, dimana
permainan tradisional memberikan alternatif yang kaya dengan nilai budaya (culture),
dan bahkan mungkin saat ini sudah hampir punah jika tidak dipelihara dan
dikembangkan. Sama seperti halnya bahasa sunda yang kini sudah banyak ditinggalkan
oleh masyarakatnya. Permainan tradisional telah menjadi barang yang sangat langka.
Padahal jika kita analisis terdapat sejumlah permainan tradisional yang memberikan
motorik halus, sosial, kognitif serta aspek perkembangan lainnya. Tientje (2004)
menyatakan bahwa permainan tradisional yang ada sebagian permainan mirip dengan
olah raga yakni memiliki aturan main, permainan ini juga mampu memberi kesenangan,
sosial, bahasa dan emosi. Ini mengindikasikan bahwa permainan tradisional memiliki
6
peranan dalam mengembangkan kreativitas anak, terlebih lagi jika dalam hal ini orang
tua berpertisipasi dalam menanamkan permainan tradisional itu sendiri terhadap anak.
Beberapa contoh permainan tradisional yang sering dilakukan oleh anak usia dini adalah
bermain peran. Anak-anak berperan sebagai bapak, ibu dan anak-anaknya atau tokoh
lain yang diciptakan sendiri oleh mereka. Aktivitas yang dilakukan dibuat sendiri dengan
lakon yang berbeda-beda. Kegiatan ini senada dengan yang disampaikan oleh Sawyer
Permainan tradisional diyakini akan memberikan dampak yang lebih baik bagi
berkreasi atau kreatif dalam memainkan permainan tradisional. Hal ini diperkuat oleh
Bordova dan Leong (2003) bahwa now a days young children spend less time playing
with their peers and more time playing alone, graduating form educational toys to video
mengumpulakn jenis jenis permainan tradisional serta melakukan analisa tentang potensi
apa yang bisa dikembangkan pada saat mereka mengikuti permainan tersebut. Dalam hal
ini menjadi suatu tantangan bagi peneliti. Contoh di atas anyang anyangan merupakan
diantaranya lagi adalah Congkak, Gatrik, Sonlah, Beklen, Loncat Tinggi, Galah Asin,
(kaulinan budak) yang tumbuh dan berkembang dari Jawa Barat, yang sarat dengan nilai
nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat sunda dan diajarkan secara turun
permainan tradisional ini, anak-anak usia dini dinilai akan mampu mengembangkan
potensi dan kreativitas yang dimilikinya, mampu memperoleh pengalaman yang berguna
fungsi dan peran orang tua dalam menanamkan permainan tradisional pada anak dengan
bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak. Oleh karena itu, penulis menentukan
judul penelitian ini yaitu “ Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Kreativitas Anak
melalui Permainan Tradisional (studi kasus pada keluarga Rt.01/06 Kp Pasapen Desa
B. Identifikasi Masalah
1. Anak berorientasi pada permainan elektronik yang berdampak positif dan negatif
2. Orang tua yang memiliki sifat praktis dalam memberikan alat permainan sehingga
anak lebih memilih alat permainan elektronik dari pada permainan tradisional
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya orang tua dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini
2. Jenis permainan apa saja untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui
permainan tradisional ?
tradisional ?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam meningkatkan
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana upaya orang tua dalam meningkatkan kreatifitas anak usia dini
2. Jenis permainan apa saja yang paling sering digunakan anak usia dini untuk
tradisional ?
4. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam meningkatkan
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam meningkatkan kreatifitas anak usia dini
2. Untuk mengetahui jenis permainan yang paling sering digunakan anak usia dini
permainan tradisional
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
10
1) Secara teoritis dapat memberikan gambaran tentang bagaimana peranan orang tua
memberikan pendidikan kepada anak yang efektif dan memberikan stimulasi yang
2. Kegunaan Praktis
1) Bagi peneliti, kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi penunjang untuk melatih
kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah dalam mencari penjelasan dari peranan
orang tua dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui permainan
tradisional.
2) Diharapkan dapat menjadi dasar rujukan bagi para orang tua dalam membantu
3) Bagi mahasiswa atau masyarakat pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi dan wacana baru serta masukan dalam mendukung
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar atau postulat merupakan landasan teori yang menjadi titik tolak
yang melandasi penelitian yang mencakup syarat dan persyaratan yang dinyatakan
terlebih dahulu dan merupakan dasar bagi setiap argumentasi (Suharto, 1989:131).
dilaksanakan dalam keluarga oleh orang tua terhadap anak anaknya sebagai suatu
pengalaman belajar bagi anak untuk persiapan masa depan. (M.I Soelaeman, 1994).
2. Orang tua mempunyai peranan serta tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik
sehingga melahirkan pola komunikasi khusus diantara mereka sendiri maupun dalam
tua yang berkedudukan sebagai guru, penuntun, sebagai pengajar, dan pemimpin
4. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kepuasan perkembangan
dalam play terapy. Play terapy digunakan sebagai bentuk yang dikembangkan lewat
komunikasi non verbal untuk mengatasi konflik yang dihadapi anak. (Berlin,
2001:109).
H. Definisi Operasional
Agar terjalin kesatuan pemikiran, akan dijelaskan beberapa istilah yang tertera
1. Peranan (role) adalah suatu pola tingkah laku yang dianggap harus dilakukan
2. Kreatifitas merupakan kemampuan anak menciptakan gagasan baru yang asli dan
imajinatif dan juga kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang
dalam penelitian ini yaitu sikap, gagasan, dan karya. Serta perilaku, imajinasi,
keterampilan sosial, dan perbuatan yang kreatif yang ditimbulkan oleh anak.
3. Anak sejak dini adalah keturunan kedua, buah hati anggota keluarga. (Mohamad Ali
1979 : 10). Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak usia dini 0 sampai
6 tahun.
kepentingan kegiatan itu sendiri. (Santrock, 1995). Permainan dalam penelitian ini
5. Permainan tradisional adalah suatu permainan (kaulinan budak) yang sarat dengan
nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun
tradisional dalam penelitian ini antara lain permainan tradisional ucing sumput,
I. Subjek Penelitian
Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional”, subjek yang
akan diteliti adalah 3 keluarga (Orang tua yang mempunyai anak usia dini) di Kampung
Sukabumi Jawa Barat, khususnya mengenai peranan orang tua dalam meningkatkan
kreativitas anak usia dini melalui permainan tradisional. Permainan tradisional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sonlah/sondah, ucing sumput, congkak, oray-
J. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Sudjana dan Ibrahim (1989: 195) menyebutkan bahwa metode kualitatif sering
digunakan untuk menghasilkan Grounded Theory yaitu teori yang timbul dari data bukan
dari suatu hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Oleh karena itu penelitian kualitatif
bersifat Generating Theory. Bogdan dan Tylor (Atmadinata, 2005: 55) mengungkapkan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
dilaksanakan oleh peneliti dalam bidang ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, dan
sejumlah penelitian perilaku lainnya termasuk dalam ilmu pendidikan. Lebih tegas
Dalam Penelitian kualitatif peneliti berkomunikasi secara langsung dengan subyek yang
diteliti serta dapat mengamati mereka sejak awal sampai akhir proses penelitian. Adapun
ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Wiriaatmadja (2006: 10-11) adalah sebagai berikut
berlangsung sebagai sumber data, 2). Peneliti adalah instrumen utama penelitian, 3).
Data yang dihasilkan sifatnya deskriptif, 4). Fokus diarahkan kepada persepsi dan
lapangan.
dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
K. Sistematika Penulisan
berikut :
BAB II Tinjauan Teoritis, membahas tentang Konsep PAUD Sebagai Program PLS,
Abstrak
Belajar harus dimulai dengan pengenalan masalah atau dengan meningkatkan masalah yang
lebih nyata dengan menghubungkan pembelajaran ke kehidupan sehari-hari. Inilah yang
mendorong peneliti untuk mengidentifikasi persepsi siswa sekolah dasar dalam mempelajari
pecahan di sekolah dasar. Sehingga dosen dapat membekali keterampilan mengajar materi
pecahan yang harus dimiliki oleh seorang guru di sekolah dasar. Tujuan jangka panjang dari
penelitian ini adalah merancang buku teks dimana ada bahan pecahan untuk siswa sekolah
dasar. Tujuan khususnya penelitian ini akan digunakan sebagai bahan dalam bahan ajar
Pendidikan Matematika I. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Periset menggunakan metode wawancara, tes, observasi dan dokumentasi untuk
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi persepsi siswa sekolah dasar tentang pembelajaran
pecahan. Setelah mendapatkan hasilnya, data dianalisis dengan cara mengurangi data,
menyajikan data, dan meringkas data.
Kata Kunci: Persepsi, Pecahan, Sekolah Dasar.
Abstract
Learning should begin with the introduction of problems or by raising more real problems by
linking learning to everyday life. This is what encourages researchers to identify the perceptions
of elementary school students in studying fractions in primary schools. So the lecturer can equip
the skills of teaching the fractional material that should be owned by a teacher in primary school.
The long-term goal of this research is to design textbooks in which there is fractional material for
elementary school students. Target in particular of this research will be used as an ingredient in
teaching materials of Mathematics Education I. The method that will be used in this research is
qualitative research. Researchers used interview, test, observation and documentation methods
to collect data to identify primary school students' perceptions of fractional learning. After
getting the results, the data is analyzed by reducing the data, presenting the data, and
summarizing the data.
Keyword: Perception, Fractional, Elementary School.
ekonomi, tidak tahu atau bahkan tidak kepemimpinan, kerja sama, komunikasi
mau tahu. MEA telah di-launching pada 31 dan pengembangan pribadi.
Desember 2015, yang memungkinkan Proses pembelajaran yang tertuang
mudahnya mobilitas barang, jasa, dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
orang antarnegara di wilayah ASEAN. Kebudayaan RI No. 65 Tahun 2013
Tentu saja ini hal ini merupakan mengarahkan pada pembelajaran yang
kesempatan besar bagi Negara yang siap interaktif, inspiratif, menyenangkan,
bersaing, namun menjadi sesuatu yang menantang, memotivasi peserta didik
menakutkan bagi Negara yang tidak siap. untuk berpartisipasi aktif serta memberi
Berdasarkan data BPS 2014 menunjukkan ruang yang cukup bagi prakarsa,
bahwa penduduk Negara Indonesia di atas kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat
15 tahun yang bekerja, berdasarkan dan minat. Peraturan tersebut seirama
pendidikan secara berurutan adalah: SD dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
46,8%, SLTP 17,82%, SLTA 25,23% dan Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2006yang
pendidikan tinggi 10,14%.Komposisi menyatakan bahwa mata pelajaran
mayoritas pekerja terletak pada lulusan matematika diberikan kepada seluruh
pendidikan dasar.Kurikulum di Negara peserta didik untuk membekali mereka
Indonesia seharusnya memiliki paradigma dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
yaitu menjadikan mata pelajaran dan sistematis, kritis, dan kreatif, serta
matakuliah sebagaialat kecakapan kemampuan bekerjasama. Pada peraturan
hidup. Keberhasilan siswa dan mahasiswa ini ditegaskan pula bahwa pembelajaran
sebaiknya diukurpada kecakapan untuk matematika di sekolah bertujuan agar
memperoleh kesuksesan hidup. Hal itu peserta didik memiliki kemampuan
menyebabkan lulusan pendidikan kita akan memecahkan masalah yang meliputi
dianggap mampu bersaing dalam kemampuan memahami masalah,
menghadapi dunia kerja. merancang model matematika,
Pemerintah dalam waktu yang singkat menyelesaikan model dan menafsirkan
dan cepat harus menyiapkan sekolah yang solusi yang diperoleh. Peningkatan
membekali kompetensi untuk berinovasi keterampilan berpikir tingkat tinggi telah
dan untuk membangun menjadi salah satu prioritas dalam
jaringan/networking. Kompetensi pembelajaran matematika sekolah.
berinovasi dapat dilakukan dengan Hal tersebut sangat perlu dipahami bagi
peningkatan berbagai keterampilan calon guru di sekolah dasar, termasuk
seperti, desain produk, dan penggunaan lulusan S1 PGSD Universitas PGRI
teknologi. Adapun kompetensi Semarang. Berdasarkan hasil wawancara
membangun jaringan dilakukan dengan dengan salah satu mahasiswa PGSD
pengembangan sikap dan mengelola semester I, mereka menganggap pelajaran
sumber daya manusia seperti, di SD sangat mudah termasuk salah
penyajian data, tahap verifikasi/ penarikan domain terbaik yang diraih siswa adalah
kesimpulan. uncertainty anddata dengan skor 32.8,
sedangkan nilai changeand relationship,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN space and shape, serta quantity rerata
A. Hasil skornya relatif sama. Uncertaintyand data
Pada studi ini persepsi siswa tentang merupakan konten yang paling mudah
pecahan ditunjukkan olehjawaban siswa dibandingkan dengan konten matematika
atas14 butir soal yang dikerjakan. Tingkat lainnya bagi sampel. Konten matematika
kesukaran ataupun proporsi menjawab ini mengukur kemampuan siswa dalam
benar pada setiap butir soal menunjukkan mengidentifikasi dan meringkas makna
tingkat pencapaian siswa pada setiap yang melekat dalam seperangkat data
butir. Dari hasil pengolahan data, ternyata yang ditampilkan dengan cara yang
cukup banyak siswa yang memberi berbeda; dan bagaimana memahami
jawaban tanpa penjelasan dan langkah dampak variabilitas yang melekat dalam
kerja dalam mengerjakan soal-soal sejumlah proses yang nyata (OECD, 2013).
tersebut. Hal ini menunjukkan siswa Lemahnya siswa pada konten change and
kurang mampu memberikan relationship, space and shape, serta
penjelasan/uraian/argument terhadap quantity menimbulkan pertanyaan tentang
persoalan matematika yang diujikan dalam kualitas pembelajaran yang dialami siswa
tes matematika tersebut. Berikut di kelas. Siswa ternyata kurang mampu
disampaikan capaian matematika siswa memahami materi ajar terkait konsep
yang dikaji berdasarkan konten, konteks, bilangan. Kondisi ini terjadi pada sampel
dan level kognitif. penelitian. Oleh karena itu, perlu dianalisis
lebih dalam tentang “error” jawaban
B. Pembahasan siswa, agar diketahui apakah terdapat
1) Capaian berdasarkan konten kesalahan sistematis dalam pemahaman
Sesuai desain tes internasional PISA, siswa. Hal ini dapat menjadi
butir soalliterasi matematika dibagi feedbackuntuk perbaikan kualitas
menjadi empat domain berdasarkan pembelajaran, perbaikan bahan ajar guru,
konten, yaitu change and relationship, dan bahkan penyempurnaan kurikulum
shape and space, quantity, dan uncertainty yang berlaku. Berkenaan dengan hal
and data. Fungsi aritmatika dan aljabar tersebut Walberg (1992), serta Wilkin,
terangkum dalam change and relationship, Zembilas, & Travers (2002) menyatakan
geometri dan pengukuran terangkum kualitas pembelajaran merupakan salah
dalam shape and space, konsep bilangan faktor yang turut menjadi determinan atas
terdapat pada quantity, sedangkan prestasi belajar akademik siswa (dalam
statistika dan data pada uncertainty and Umar & Miftahuddin, 2012).
data. Berdasarkan konten yang diujikan, 2) Capaian berdasarkan konteks
Berdasarkan konteks, butir soal lebih nyata dialami atau diketahui siswa
matematika terdiri atas empat domain, dibandingkan dengan konteks scientific
yaitu personal, occupational, societal, dan yang relatif abstrak, yaitu butir-butirsoal
scientific. Secara total, data menunjukkan yang diujikan berhubungan dengan
rerata skor tertinggi terdapat pada konteks penggunaan matematika dalam ilmu
occupational, yaitu mencapai skor 33,2. pengetahuan dan teknologi. Peningkatan
Rerata skor yang sedikit lebih rendah literasi matematika siswa dalam konteks
adalah pada soal dengan konteks societal scientific ini tentunya memerlukan guru
(32,7) dan personal (31,8), sedangkan yang memiliki kompetensi pedagogik yang
konteks scientific adalah yang paling baik, sehingga mampu menyampaikan
rendah rerata skor yang dicapai siswa proses pembelajaran berkualitas sebagai
(26,4). Dalam penjelasankerangka kerja salah satu faktor yang memengaruhi
PISA 2012 disebutkan bahwa scientific prestasi belajar.
berhubungan dengan penggunaan 3) Capaian Literasi Berdasarkan Level
matematika dalam ilmu pengetahuan dan Kognitif
teknologi (OECD, 2013). Capaian Soal-soal disusun berdasarkan
matematika siswa dalam konteks scientific levelkognitif yang beragam. Level terendah
ini adalah rendah di seluruh sampel yang hanya sekedar mengetahui hingga
penelitian. Rendahnya capaian literasi soal dengan level tertinggi untuk
siswa pada aspek konteks scientific dapat mengukur kemampuan siswa merefleksi.
dipahami karena tingkatabstraksi butir- Hasil tes siswa menunjukkan bahwa rerata
butir soal matematika scientific kiranya skor yang rendah terdapat pada soal-soal
lebih tinggi dibandingkan dengan level kognitif 6 dan level kognitif 5, yaitu
tigadomain lainnya (personal, societal, soal-soal dengan level kognitif yang
occupational). Sesuai dengan kerangka kompleks. Soal-soal dengan yang
PISA 2012 (OECD, 2013),butir-butir soal mengukur kemampuan berpikir tingkat
pada konteks personal mengukurliterasi tinggi (higher order thinking skills — HOTS)
siswa terkait masalah dan tantangan yang belum mampu dikuasai siswa dengan baik.
dihadapi individu dalam dunia nyata yang Merujuk taksonomi Bloom, dalam ranah
berhubungan dengan kehidupan sehari- kognitif,misalnya, berpikir tingkat tinggi
hari individu dan keluarga. Pada konteks meliputi analisis,evaluasi, dan mencipta.
societal, butir-butirsoal berhubungan Dalam pada itu, nilai pada level kognitif 4
dengan komunitas baik lokal, nasional atau mencapai rerata skor tertinggi, yaitu
global dimana individu menjalani 38,57(Gambar 4). Secara empirik, siswa-
kehidupannya; sedangkan pada konteks siswa lebih rendah proporsi yang
occupational, butir-butir soal berhubungan menjawab benar pada level kognitif 3 dan
dengan dunia kerja. Butir-butir soal pada level kognitif 2 dibandingkan level kognitif
ketiga domain konteks tersebut relatif 4. Hal ini diduga sebagian siswa peserta
tes sudah lupa atas materi ajar yang pelajaran penting bagi saya, karena
pernah diajarkan sebelumnya meskipun saya perlukan untuk belajar pada
soal-soal tersebut sesungguhnya lebih tingkat yang lebih tinggi. Tanggapan
sederhana tingkat kesulitannya. siswa atas pernyataan-pernyataan
4) Faktor-faktor yang memengaruhi mengenai persepsi terhadap
capaian persepsi pecahan matematika kemudian diolah
Selain mengumpulkan data siswa datanya dan dikelompokkan menjadi
melaluibuku tes matematika, studi ini juga tiga kategori, yaitu baik, sedang, dan
mengumpulkan data melalui wawancara. kurang. Untuk menjaring informasi
Berikut adalah hasil analisis variabel- tentang kepercayaan diri siswa
variabel determinan yang bersumber dari terhadap kemampuan matematika
tanggapan siswa, guru, dan kepala sekolah diajukan sejumlah butir pertanyaan,
pada sekolah sampel dengan rerata skor diantaranya: (1) saya merasa
matematika siswa. Analisis hubungan khawatir akan mengalami kesulitan
variabel dikelompokkan sesuai dengan untuk belajar matematika; (2) saya
kajian teoretik yang telah dikemukakan gugup bila menghadapi soal-soal
sebelumnya (Umar & Miftahuddin, 2012). matematika; dan (3) saya merasa
a) Faktor personal; Dalam kajian ini mudah mempelajari matematika.
variabel personal dilihat dari Tanggapan siswa pada pertanyaan-
tanggapan siswa tentang dua hal, pertanyaan tersebut kemudian
yaitu persepsi terhadap matematika dibuat indeks dengan tiga kriteria
dan kepercayaan diri siswa terhadap yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
kemampuan matematika. Butir-butir Data menunjukkan bahwa siswa
pertanyaan terkait persepsi dengan kepercayaan diri yang tinggi,
terhadap matematika berisi tentang rerata skor matematikanya juga
pandangan siswa tentang tinggi. Uraian di atas
kebermanfaatan matematika, mengungkapkan bahwa persepsi
sehingga siswa termotivasi untuk siswa yang positif atas mata
mempelajari matematika. Contoh pelajaran matematika berhubungan
pertanyaan tersebut di antaranya: secara linear positif dengan capaian
(1) mempelajari matematika dengan matematika yang dicapai siswa
usaha keras adalah bermanfaat, tersebut. Sikap positif atas mata
karena itu mendukung dalam pelajaran yang dipelajari mendorong
pekerjaan saya dikemudian hari; (2) motivasi belajar siswa yang tinggi.
belajar matematika adalah Demikian pula, terdapat
bermanfaat, karena akan kecenderungan siswa yang memiliki
meningkatkan karir saya; dan kepercayaan diri tinggi atas
(3) matematika adalah mata kemampuannya, maka capaian
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2014). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan
Belajar. Jakarta: Nuha Litera.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 65 Tahun 2013.
Tohirin, (2011). Metode Penelitian
Kualitatif Dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Soegeng. (2006). Dasar-dasar Penelitian.
Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
Cetakan ke-17. Bandung : Alfabeta.
Supinah, Titik Sutanti. (2010).
Pembelajaran Berbasis Masalah
Matematika di SD. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Matematika.
Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.