Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peran yang sangat penting untuk
mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan anak untuk memasuki
jenjang Pendidikan nasional, yang berbunyi “ PAUD adalah suatu upaya pembinaan
yang diajukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan Pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesipan dalam memasuki
Pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat dasar
dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak. Menurut Undang undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
28 ayat 1 berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir
sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti
Pendidikan Dasar”.

Pendidikan merupakan kunci utama Pembangunan suatu bangsa. Jika Pendidikan


berjalan dengan baik di suatu bangsa, maka implementasi yan akan disarankan oleh
bangsa tersebut secara langsung yaitu meningkatnya kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan yang bermutu pula, daya manusia yang bermutu itu dipupuk sesuai
dengan perkembangan potensi peserta didik semenjak Pendidikan sadar, menengah,
maupun tinggi. Mereka yang mendapatkan layanan Pendidikan itu kemudian menjadi
manusia dewasa yang memiliki indikator, kualifikasi , ahli memiliki sikap dan prilaku
yang positif media dalam kegiatan pembelajaran untuk Anak Usia Dini sangat

1
penting digunakan, disebabkan karena perkembangan anak pada masa usia dini
berbeda.

Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil
bermain yang yang melibatkan semua indera anak. Bermain identik dengan kegiatan
yang menyenangkan, menggembirakan, serta dipenuhi suasana suka dan ceria. Dalam
bermain, permainan yang dipilih biasanya yang sesuai dengan kehendak hati, sesuai
harapan, serta mendatangkan keceriaan. Menurut Singer (dalam Kusantanti,2004)
mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi
duianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak (Haryati, 2012 : 12).

Ketakutan terbesar orang tua, umumnya apabila anak kurang menikmati


kehidupan di sekolahnya. Keadaan ini dapat menyebabkan anak merasa tidak nyaman
dan tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik di sekolah.
Sebaliknya jika anak menikmati keberadaannya di sekolah, belajar akan menjadi saat
yang menyenangkan bagi anak.

Proses belajar pada hakikatnya untuk mengembangakan aktivitas dan kreativitas


peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dengan kreativitas
anak dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya. Seperti yang sudah
diterangkan Allah SWT dan dituangkan dalam QS An-Nahl ayat 78 sebagai berikut.

َ ‫ون أُ َّم ٰهَتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬


‫ا َو َج َع َل لَ ُك ُم‬CDًٔ‫ون َش ْئـ‬ ِ ُ‫َوٱهَّلل ُ أَ ْخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُط‬
َ‫كرُون‬ ُ ‫ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش‬Cِِٔ‫ْص َر َوٱأْل َ ْفٔـ‬
َ ٰ ‫ٱل َّس ْم َع َوٱأْل َب‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur.”

2
Kreativitas merupakan tindakan seorang yang sadar mendapatkan sesuatu
perspektif baru dan sebagai hasilnya membawa sesuatu yang baru. John Naisbitt dan
Aburdene dalam buku Reinventing the Corporation menyatakan begitu pentingnya
suatu basis pendidikana dan latihan yang dapat menciptakan kreativitas. Mereka
menyebutkan dengan proses pembelajaran bagaimana berpikir (learn how to think),
pembelajaran bagaimana belajar (learn how to learn), dan pembelajaran menciptakan
sesuatu (learn how to create) (Basrowi, 2008 : 11).

Kreativitas tidak akan tumbuh jika anak tidak mendapatkan dukungan dari orang-
orang di sekitar anak. Proses dibutuhkan dalam meningkatkan kreativitas anak.
Kreativitas tidak akan muncul jika kegiatan atau stimulasi yang diberikan oleh guru
tidak bervariasi dan beragam. Kreativitas anak usia prasekolah tak bisa dilepaskan
dari faktor bermain. Kehidupan bermain adalah kehidupan anak-anak dan melalui
bermain maka memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan
dorongan-dorongan kreatifnya. Kegiatan yang diberikan pada anak ini dapat
membuat anak berpikir kreatif dan belajar untuk memecahkan masalahnya.

Kreativitas mampu membuat seseorang menciptakan atau menghasilkan karya


yang baru. Kreativitas menghasilkan ide baru, selain itu dapat menciptakan
bermacam-macam hal baru dan asli (Bruce, 2004). Kreativitas merupakan aktivitas
imajinasi sehingga ketika produk yang dihasilkan muncul akan bernilai asli (National
Advisory Committee on Creative and Cultural Education/NACCCE), 2006:18) . Ide
maupun produk baru yang dihasilkan merupakan hasil dari imajinasi dan kreativitas
yang ada di dalam diri.

Peran media dalam komunikasi pembelajarandi TK/PAUD semakin penting


mengingat perkembangan anak pada usia itu berada pada masa konkret. Oleh karena
itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK/PAUD adalah kekonkretan. Artinya bahwa
anak diharapkan dapat mempelajari suatu yang memungkinkan anak dapat belajar
secara konkret. Prinsip kekonkretan menisyaratkan perlunya media- sebagai saluran

3
penyampai pesan/ informasi tersebut dapat diterima atau diserap oleh anak dengan
baik.

Pada masa berfikir konkrit. Oleh karena itu salah satu prinsip Pendidikan itu salah
satu prinsip Pendidikan untuk Anak Usia Dini harus berdasarkan realita artinya
bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu yang nyata melalui media yang
konkrit. Menurut kustandi dan sutjipto (2011:9) Media pembelajaran adalah alat yang
dapat membantu proses belajara mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran makna pesan
yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan
sempurna. Oleh karena itu peran guru dalam menentukan media dalam proses belajar
mengajar, dituntut untuk kreatif dalam upaya mengembangkan berbagai jenis aspek
perkembangan yang dimiliki oleh tiap anak.

Dengan demikian dapat diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa


kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan,sikap,terjadi apabila ada komunikasi
antara sumber pesan ( guru TK/PAUD ) dan penerima pesan (peserta didik).

Masih banyak guru yang menganggap bahwa peran media dalam proses
pembelajaran hanya terbatas sebagai alat bantu semata dan boleh diabaikan manakala
itu tidak tersedia disekolah.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh guru kurang memanfaatkan penggunaan


media bahan alam dalam proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena guru lebih
memilh menggunkan media yang instan seperti majalah, gambar, kertas, dan media
yang dapat di beli. Sehingga anak tidak dapat mengkreasikan sendiri terhadap bahan
yang ada.

Berdasarkan hasil observasi di RA PERSIS 242 peneliti menemukan bahwa di


dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah ini masih terlihat kurang
bervariasi dan menarik. Kegiatan yang dilakukan masih terlalu pasif, sehingga proses
menstimulasi kreativitas anak tidak muncul. Guru kurang kreatif dalam menggunakan

4
dan memanfaatkan media. Hal ini menyebabkan anak tidak percaya diri untuk
menjawab atau mengajukan pendapatnya.

Kondisi berkurangnya kreativitas pada anak karena lingkungan yang tidak


mendukung seperti metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran kurang bervariasi sehingga proses pembelajaran menjadi terasa
membosankan bagi anak dan tidak ada dorongan (press) yang memacu kreativitas
anak. Dari hasil observasi yang dilakukan di RA PERSIS 242, dalam kegiatan
pembelajaran guru melatih anak menulis dan mengenal huruf. Salah satu dimensi
kreativitas adalah proses. Dalam proses inilah akan menunjukkan suatu kegiatan
kreatif atau tidak kreatif. Dari hasil observasi yang dilakukan, guru kurang
memberikan kegiatan yang mengasah kreativitas. Anak sibuk dengan lembar kerja
menulis. Selesai latihan menulis, guru menyuruh anak berbaris satu per satu membaca
buku sebagai latihan membaca. Guru tidak membuat suatu kegiatan kreatif yang
dapat membuat anak semangat untuk membaca dan menulis. Dapat dikatakan bahwa
proses kreatif ini tidak terjadi. Tidak ada kegiatan eksplorasi, eksperimen maupun
tanya jawab yang dapat melatih kreativitas anak.

Guru lebih sering menggunakan lembar kerja sebagai media, padahal media
dapat digunakan dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar, seperti bahan alam.
Bahan alam yang dipakai bisa dari daundaunan, biji-bijian, ranting, batu-batuan dan
bahan lainnya yang berasal dari alam. Media pembelajaran dengan bahan alam
sebagai bahan dasarnya tidak akan semahal media produksi pabrik atau bahkan tanpa
biaya sama sekali.

Dengan begitu, anak didik akan lebih merasa bersemangat apabila mereka
dilibatkan langsung dalam pembuatan media itu sebagai media pembelajaran. Selain
itu kegiatan ini dapat membangun dan mengembangkan kemampuan motorik kasar
dan halus pada anak, mengasah imajinasi serta kreativitas anak,mengembangkan
daya pikir anak, dan melatih konsentrasi pada anak.

5
Namun dalam praktiknya pada lembaga pendidikan anak usia dini, khususnya
RA PERSIS 242 GARUT belum begitu memanfaatkan bahan alam untuk digunakan
sebagai media bahan pembelajaran. Padahal sekolah tersebut sangat mudah untuk
mencari bahan alam seperti ranting-ranting, batu, daun, dan lain-lainnya. Sekolah
tersebut masih menggunakan media yang diperoleh dengan cara membeli, anak hanya
melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga anak didik tidak dilibatkan
langsung dalam pembuatan media dalam pembelajaran.

Melihat permasalahan tersebut agar anak-anak dapat dilibatkan langsung


dalam pembuatan media pebelajaran yang menarik, maka perlu adanya penggunaan
media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dibuat sendiri dengan bahan yang
mudah dicari tanpa harus selalu membeli dan dengan penggunaan bahan alam
tersebut dapat membantu mengurangi pembelian dalam bahan media. Pembuatan
media pembelajaran dapat membangun dan mengembangakan kemampuan motorik
kasar dan halus pada anak, mengasah imajinasi serta kreativitas anak,
mengembangakan daya pikir anak, dan melatih konsentrasi pada anak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian


dengan judul “ Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini 4-5 Tahun dengan
Menggunakan Media Bahan Alam di RA Persis 242 Garut.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang akan


dilaksanakan dua siklus yang akan dilaksanakan di kelas kelompok B RA Persis 242
Garut. Teknik pengumpulan data antara lain dengan menggunakan catatan
anekdot,observasi dan tes kreativitas selama tindakan dan dokumentasi kegiatan
pembelajaran di kelas.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan ini, yaitu

1. Apakah dengan pemanfaatan media bahan alam dapat meningkatkan


kreativitas anak pada siswa RA Persis 242 Garut ?
2. Bagaimana cara mengembangkan kreativitas melalui media bahan alam di Ra
Persis 242 Garut?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan media bahan alam terhadap kreativitas di Ra
Persis 242 Garut ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

1. Untuk mengembangkan kreativitas anak melalui media bahan alam pada


siswa RA Persis 242 usia 4-5 tahun.
2. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan media bahan alam di Sekolah Ra
Persis 242
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan media bahan alam
terhadap kreativitas di Ra Persis 242 Garut.
D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis
Memeberi manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah
wawasan yang terkait dengan kemampuan kreativitas tergadap media bahan
alam dengan sebagai pendorong untuk melaksanakan Pendidikan anak usia
dini yang lebih baik lagi.

7
2. Secara teoritis
a. Bagi siswa
Adanya kegiatan bahan alam, diharapkan anak terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, karena pembelajaran dilakukan secara konkret, tidak
terbebani serta anak dapat menciptkan produk sesuai imajinasi anak.
b. Bagi guru
Sebagai bahan rujukan dan wawasan agar guru lebih kreatif dalam
memanfaatkan dan menciptakan aktivitas dengan mengguakan bahan alam
sehingga proses pembelajarab tidak terpusat pada guru dan kegiatan
pembelajaran yang terpaku pada akademis.
c. Bagi Kepala Sekolah
Menyediakan fasilitas-fasilitas yang baik dan lengkap agar
perkembangaan anak dapat teroptimalkan seperti media pembelajaran,
guna melancarkan proses belajar mengajar bagi guru untuk anak.

8
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Teori Belajar Pembelajaran

Teori belajar adalah sudut pandang melihat pertumbuhan dan perkembangan anak
melalui proses belajar. Teori belajar anak usia dini adalah sebagai berikut :

1. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi anatra stimulus dan respon. Behaviorisme adalah aliran
psikologi yang percaya bahwa manusia terutama belajar karena pengaruh
lingkungan. Belajar menurut teori behaviorisme adalah perubahan tingkah
laku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat
mekanisme. Oleh karena itu lingkungan yang sistematis, teratur dan
terencana dapat memberikan pengaruh ( stimulus) yang baik sehingga dapat
memberikan respon yang sesuai.
Thorndike dalam Budiningsih (2004:21). Belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, prasa atau hal-hal yang
dapat ditangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik akan melakukan belajar, yang juga dapat berubah
fikiran, perasaan, atau gerakan atau tindakan.
Conny dalam Latif (2013:73) teori behaviorisme adalah aliran
psikologi yang memandang bahwa “manusia belajar dipengaruhi oleh
lingkungan”. Sehingga belajar merupakan perubahan prilaku yang terjadi
melalui proses stimulasi dan respon yang bersikap mekanisme, sehingga
lingkungan yang baik akan memberikan stimulasi yang baik. Berdasarkan
pendapat di atas disimpulkan bahwa teori behaviorime merupakan perubahan
perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan proses yang bersifat

9
mekanisme, sehingga belajar merupakan perubahan prilaku yang terjadi
melalui proses stimulus dan akan direspon oleh anak.Oleh sebab itu,
perubahan prilaku yang baik pada anak (respon)ditimbulkan oleh lingkungan
(stimulus) yang baik pula begitupun sebaliknya.
2. Teori Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang


baru dalam psikolgi pendidikan. Belajar adalah suatu proses mengasimilasikan dan
mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dimilikinya, dipandang sebagai pembelajaran aktivitas yang membangun
pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sebagai hasil dari
tindakan-tindakan mereka dilingkungan, sehingga pengetahuannya dapat
dikembangkan. Teori paling terkenal dari perspektif ini adalah Jean Piaget yang
mengembangkan teori penting tentang pengembangan kognitif pada anak. Piaget
dalam Sanjaya (2013:196) mengungkapkan bahwa:

Pengetahuan akan lebih bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh
siswa. Berbeda dari pendapat behaviorisme adalah konstruktivisme yang merupakan
salah satu pandangan psikologi kognitif.

Konstruktivisme bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah membangun (to


construct) pengetahuan itu sendiri Bootzin, setelah dipahami, dicernakan, dan
merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang (formwithin). Pengetahuan itu
diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman
pengamatan, pencernaan (digest), dan pemahamannya. Berdasarkan pemaparan di
atas tentang teori- teori belajar behaviorisme dan konstruktivisme dapat disimpulkan
bahwa kedua teori ini dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan kognitif
anak, menurut teori behaviorisme anak belajar melalui stimulus dan respon.
Lingkungan dapat dijadikan tempat belajar bagi anak sekaligus berperan sebagai
stimulasi anak untuk dapat mencari pengetahuan baru. Respon berupa tindakan dan

10
daya pikir dapat mengindikasi bahwa stimulasi berperan dalam pebentukan
pengetahuan anak, terutama melalui lingkungan alam. Sedangkan melalui teori
belajar konstruktivisme anak belajar dari pengetahuannya sendiri melalui
pengetahuan yang sudah dimiliki dan digabungkan dengan pengalaman baru yang dia
temui dan rasakan. Menurut teori konstruktivisme anak membangun pengetahuanya
sendiri hal ini mengindikasi bahwa anak mampu membangun pengetahuan yang ia
dapat dari lingkungan baik dengan mengamati, mencari, dan menggali informasi,
sehingga kemampuan kognitif anak dapat berkembang. Oleh sebab itu kedua teori ini
sangat erat kaitannya dalam mengembangkan kemampuan mengklasifikasikan benda
pada anak usia dini.

B. Metode pembelajaran Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik maupun mental.
Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan pada anak usia
dini perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh anak. Metode pengajaran
yang diterapkan oleh seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pengajaran penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter
anak, akan dapat memfasilitasi pekembangan berbagai potensi dan kemampuan anak
secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku yang positif pada anak.

Prinsip atau metode pembelajaran untuk anak usia dini antara lain :

1. Berpusat pada anak

Penerapan metode pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan kondisi anak, bukan


berdasarkan keinginan dan kemampuan guru. Guru harus menyesuaikan diri terhadap
keburuhan anak, bukan sebaliknya, anak yang menyesuaikan diri terhadap keinginan
utama dalam pemilihan metode pembelajaran. Dengan begitu, anak diberi
kesempatan untuk terlibat secara aktif, baik fisik maupun mentalnya.

2. Pertisipasi aktif

11
Penerapan metode pembelajaran diujukan untuk membangkitkan anak turut
berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Anak adalah subjek dan pelaku
utama dalam proses Pendidikan,bukan objek. Tugas guru adalah menciptakan situsi
dan kondisi dan kondisi belajar, sehingga anak termotivasi dan muncul inisiatif untuk
berperan secara aktif melaksanakan kegiatan belajar. Anak bukan hanya pendengar
dan pengamat, melainkan pelaku utama.

3. Bersifat holistic dan integratif.

Kegiatan belajar- mengajar yang diberikan kepada anak usia dini tidak terpisah
menjadi bagian-bagian seperti pembidangan dalam pembelajaran, melainkan terpadu
dan menyeluruh, terkait satu sama lain, baik motoric, kognitif, bahasa,social
emosional, dan nilai-nilai agama serta moral. Sehingga potensi anak dapat
dikembangkan secara optimal.

4. Fleksibel.

Metode pembelajaran yang diterapkan pada anak usia dini bersifat dinamis, tida
terstruktur dan sisesuaikan dengan kondisi dan cara belajar anak yang memang tidak
terstruktur. Anak belajar dengan cara yang ia suka,tugas guru adalah mengarahkan
dan membimbing anak berdasarkan pilihan yang anak tentukan.

Sebaiknya, sesuatu yang bersifat terstruktur dan tertata mungkin disukai oleh
guru, karena hal itu lebih memudahkan pemdidik, dan pendidika tidak dituntut
mengembagkan kreativitasnya.

5. Perbedaan individu

Anak itu unik, tidak ada anak yang memiliki kesamaan persis walau kembar
sekalipun. Demikian guru dituntut untuk merancang dan menyediakan alternatif
kegiatan belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

12
Berdasarkan prinsip-prinsip metode pembelajaran anak usia dini, maka dapat
dipahami bahwa metode pembelajaran anak usia dini perlu dirancang dan
dipersiapkan dengan baik, menjadikan kondisi dan karakter abak sebagai sumber
pertimbangan untuk utama. Terkait dengan hal itu, maka metode pembelajaran anak
usia dini adalah “ belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar”.

C. Media Pembelajaran Kreatif Anak Usia Dini

Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan
membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa.

1. Pengertian Media Anak Usia Dini

Media pembelajaran biasanya digunakan untuk membantu atau mempermudah


dalam proses belajar mengajar ( menyampaikan materi). Menurut sadiman dalam latif
9 2013:61) mengatakan bahwa “kata media bersal dari bahasa Latin Medius yang
secara kharfiah yaitu “tengah”, “perantara”, “pengantar”.

Gange dalam Sujiono dkk (2007:8). Media adalah berbagai komponen lingkungan
anak yang mendorong anak untuk belajar. Pengertian tersebut menggambarkan suatu
perantara, dalam menyampaikan informasi dari suatu sumber kepada penerima.

2. Fungsi Media dalam Pembelajaran

Awalnya media difungsikan sebagai alat bantu sederhana dalam kegiatan


pembelajaran di kelas. Kehadiran media yang disertai ketepatan penggunaannya,
media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan kegiatan pembelajaran dan
penyampaian informasi. Menurut ahmad Sudrajat (dalam Rasimin dkk, 2012 : 74)
media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut :

a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki


oleh peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung
pada factor-faktor yang menentukan banyaknya pengalaman mereka, seperti

13
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Objek yang dimaksud dapat berupa nyata, miniature,
model, maupun berupa gambargambar yang disajikan secara audio visual dan
audial.
b) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para pesrta didik
tentang suatu objek, yang disebabkan oleh : 1) objek terlalu besar; 2) objek
terlalu kecil; 3) objek yang bergerak terlalu lambat; 4) objek yang bergerak
terlalu cepat; 5) objek yang terlalu kompleks; 6) objek yang bunyinya terlalu
halus; 7) objek yang bahaya yang mengandung resiko tinggi. Melalui
penggunaan media yang tepat, semua objek itu dapat disajikan secara efektif
kepada peserta didik.
c) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peaserta didik dengan lingkungannya.
d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

D. Manfaat Media Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Media pembelajaran mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap


tercapainya kemampuan-kemampuan belajar anak TK/PAUD, sesuai yang
diharapkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan media
pembelajaran di TK/PAUD di antaranya sebagai berikut.

1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,


melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan
situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pembelajaran. Hal itu mengandung pengertian bahwa media pembelajaran

14
sebagai salah satu komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi
belajar yang diharapkan.
3. Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan tujuan dan isi
pembelajaran, hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam
pembelajran harus mengacu kepada tujuan atau kemampuan yang dikuasai
anak dan bahan ajar.
4. Media pembelajran berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Dengan
media pembelajaran, anak dapat menangkap tujuan bahan ajar lebih mudah
dan lebih cepat.
5. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, pada umumnya,hasil belajar anak dengan menggunakan media
pembelajaran lebih tahan lama mengendap di dalam pikirannya, sehingga
kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
6. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir,
oleh karena itu dapat mengurangi verbalisme.
E. Kreativitas pada Anak Usia Dini
1. Pengertian Kreativitas

Pengertian kreativitas Drevdal (dalam Hurlock, 1999) menjelaskan kreativitas


sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya
(Haryanti, 2012 : 16). Pada tingkat masyarakat, kraetivitas antara lain menghasilkan
ilmu baru, gerakan baru dalam bidang seni, perubahan budaya dan program sosial
baru dalam bidang ekonomi. Kreativitas menghasilkan produk baru dan mungkin juga
lowongan kerja baru (Semiawan, 2009 :32) Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses yang melahirkan gagasan,
komposisi, proses, produk yang berbeda dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.

Kreativitas (creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang


sangat penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif dimasukkan ke dalam

15
kemampuan memecahkan masalah. Kreativitas juga sering disebut berpikir kreatif
(creative thinking). Di bidang lain misalnya manajemen dan teknologi, kreativitas
sering disebut berpikir inovatif (innovative thinking). Semua istilah ini berkaitan
dengan usaha menemukan, menghasilkan atau menciptakan hal-hal baru.

Kreatif adalah suatu usaha yang melahirkan sesuatu yang baru atau sesuatu yang
tidak biasa atau luar biasa. Dengan demikian, penulis dapat simpulkan bahwa media
pembelajaran kreatif adalah sarana pembawa pesan atau wahana dai pesan yang
mengundang minat anak untuk belajar yang berasal dari sumber pesan (guru) dan
diteruskan kepada penerima pesan (peserta didik) supaya komunikasi lebih objektif
dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Kreativitas dapat didefenisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir


untuk menghasilkan gagasangagasan yang baru dan berguna atau new ideas and
useful (Halpern, 1996; Suharnan, 1998, 2000a), (dalam Suharnan, 2005:373- 375).

Anak yang kreatif paling tidak mempunyai tiga ciri, yaitu: originality, mempunyai
pemikiran yang asli atau original. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar katagori
yang biasa (Yeni Rahmawati & Euis Kurniati, 2012, p. 14). menunjukkan kelancaran
proses berfikir (Fluency). Dengan tiga ciri utama ini, anak akan mampu menghasilkan
sesuatu yang tidak sederhana dan berbeda dari peserta didik (Suharsimi Arikunto,
1980, p. 78). Adapun indikator kreatif pada anak usia dini menurut Yuliana Nurani
Sujiono dan Bambang Sujinono (2010) ada 12 (dua belas) indikator, yaitu sebagai
berikut:

1) Anak berkeinginan untuk mengambil resiko berperilaku berbeda dan


mencoba hal-hal yang baru dan sulit.
2) Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian.
3) Anak berpendirian tegas/ tetap, terang-terangan, dan berkeinginan untuk
berbicara secara terbuka serta bebas.

16
4) Anak adalah nonkonfermis, yaitu melakukan hal-hal dengan caranya
sendiri.
5) Anak mengekspresikan secara verbal, contoh: membuat kata-kata lucu
atau cerita fantastis.
6) Anak tertarik pada berbagai hal, memiliki rasa ingin tahu, dan senang
bertanya.
7) Anak menjadi terarah sendiri dan termotivasi sendiri, anak memiliki
imajinasi dan menyukai fantasi.
8) Anak terlibat dalam eksplorasi yang sistematis dan yang disengaja dalam
membuat rencana dari suatu kegiatan.
9) Anak menyukai untuk menggunakan imajinasinya dalam bermain
terutama dalam bermian pura-pura.
10) Anak menjadi inovatif, penemu, dan memiliki banyak sumber daya.
11) Anak bereksplorasi, bereksperimen dengan objek, contoh: memasukkan
atau menjadikan sesuatu sebagai bagian dari tujuan.
12) Anak bersifat fleksibel dan anak berbakat dalam mendesain sesuatu.

Di dalam kreativitas terdapat empat dimensi (4P) yang saling berkaitan, yaitu
person, press, process dan product. Keempat dimensi ini saling berkaitan, yaitu
pribadi (person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (process) kreatif, serta
dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk
(product) kreatif (Susanto dalam Munandar, 2011:112).

Kreativitas dimiliki oleh masing-masing pribadi yang unik dan berbeda-beda.


Melalui proses kreatif maka akan menghasilkan produk yang kreatif. Kreativitas juga
memerlukan dukungan dan dorongan dari dalam maupun dari luar lingkungan.
Dengan begitu maka ide-ide akan muncul dan terus berkembang.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan TK, yang harus dikembangkan adalah


kreatifitas, kreativitas ini dapat dikembangkan melalui kegiatan yang menyenangkan.

17
Guru harus memberi kesempatan pada anak untuk menemukan sendiri apa yang
mereka lakukan, Menurut Montolalu (2005:3.1) memberikan wadah pada anak TK
untuk berkreasi, akan memunculkan perilaku kreatif sebagai hasil pemikiran kreatif.
Salah satunya meningkatkan kreativitas anak adalah dengan menggunakan bahan
alam.

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘ tengah’ ‘
perantara’ atau ‘pengantar’ ( Azhar Arsyad: 3).

Gerlach dan Ely (1971) mengatakan, “ media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, kejadian yang membangun suatu kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

AECT (Assosiation of Education and Comunication Technology, 1997) memberi


batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau nformasi. Disamping sebagai system penyampai atau
pengantar, media – yang sering diganti dengan kata mediator- menurut Fleming
( 1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak
dan mendamaikannya.

2. Tahap-tahapan Perkembangan Kreativitas

Menurut Munandar (2012 : 39-40) teori Wallas yang dikemukakan pada tahun
1926 dalam bukunya The Art of Thought (Piirto, 1992) yang menyatakan bahwa
proses kreatif meliputi empat tahap :

1) Persiapan
2) Inkubasi
3) Luminasi
4) verifikasi.

Tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah


dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan sebagainya.

18
Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak
dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri
untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan
masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra-sadar.

Tahap iluminasi ialah tahap timbulnya “insight” atau “AhaErlebnis”, saat


timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta prosesproses psikologi yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru.

Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap di mana ide atau kreasi baru
tersebut harus diuji terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti
oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran AUD

Media yang bervariasi sangat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan


pemahaman anak terhadap konsep pembelajaran. Guru dapat menyeleksi media-
media yang mudah didapatkan, aman, dapat dapat digunakan dengan berbagai cara
yang berbeda. Penyediaan media tidak harus mahal, cukup model yang sederhana dan
bisa ditemukan anak dalam kesehariannya.

Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasi jenis-jenis media pembelajaran


untuk anak usia dini yang bisa dikembangkan sesuai dengan tahapan. Seperti yang
diungkapkan oleh Setio Wargo (www.goegle.com) kategori media pembelajaran yang
digunakan pada anak usia dini terdiri dari tiga tahapan, yaitu media manipulative
( media kognitif), media pictorial (semi kognitif), dan media symbolic (symbol-
simbol).

1) Media manipulative.

Media manipulative adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh,


didengar,dirasakan, dan dimanipulasikan. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu

19
yang bisa dan biasa ditembukan anak dalam kesehariannya dapat dijadikan media
pembelajaran yang lebih kontekstual, seperti penggunaan kancing, gelas plastic, bola
kecil, kaleng, kardus, karet gelang, tutup botol,dll.

2) Media pictorial.

Media pictorial adalah menipulasi media sebenarnya, biasnya di implementasikan


dalam bentuk-bentuk gambar. Alasan yang mendasari penyediaan media ini adalah
perkembangan pemahaman anak dari masa transisi praoprasional menju masa
oprasional konkret.

3) Media symbolic

Tahapan penggunaan media yang terakhir adalah media symbolic. Media ini
diberika kepada anak yang sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup matang.
Media ini sudah tidak lagi menggunakan benda-benda atau gambar, melainkan
dengan rumus-rumus, grafik ataupun lambing oprasional.

F. Lingkungan Alam sebagai Media Pembelajaran

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, lingkungan diartikan sebagai bulatan


yang melingkungi ( melingkari), sedangkan pengertian lain yaitu sekalian yang
terlingkung dalam suatu daerah.

Menurut literatur \, lingkungan diartikan sebagai sesatuan ruang dengan


semua benda dan keadaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan uraian tersebut maka
lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai sesuatu yang ada di
sekitar atau sekeliling anak yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran secara lebih optimal.

20
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung.

Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan
menyediakan sumber belajara yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran
belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka
penyiapan masyarakat belajar ( learning societies) dan sumber daya manusia di masa
mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber belajar dalam Pendidikan, bahkan hamper semua tema kegiatan
dapat dipelajari dai lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya jiwa kreativitas
dan inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar.

Sebagai makhluk hidup, anak selain berinterasi dengan sesame manusia juga
berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda- benda mati.
Makhluk hidup tersebut, antara lain berbagai tumbuhan dan hewan. Sedangkan
benda-benda mati antara lain: udara, air, dan tanah.

Lighthart dalam Sujiono (2009:101) mengungkapkan bahwa :

Bahan pembelajaran dari Iingkungan dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (1)
Lingkungan alam, sebagai bahan mentah, (2) lingkungan produsen atau Iingkungan
pengrajin, sebagai pengelola dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi, (3)
lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi yaitu sebagai konsumen. Adapun yang
dimaksud dengan `bahan' ini dapat saja berupa tanaman, tanah, batu-batuan, kebun,
sungai dan ladang, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli
bahan-bahan jadi tersebut.

Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih


bermakna, sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya.
Anak dapat mengenal benda-benda yang sebenarnya.Lingkungan alam mungkin

21
sangat terlihat biasa saja, akan tetapi ketika kemampuan kognitif seorang anak
berkembang dengan baik maka akan memanfaatkan, menemukan, serta
mengkreasikan sebagai sesuatu hal yang unik dan menarik. Sejalan dengan pendapat
di atas, Sertain dalam Purwanto (2007:72) mengatakan bahwa:

Lingkungan (enviroment) meliputi semua kondisi di dalam dunia ini yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life processes kita kecuali gen-gen. Lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu
yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air,
iklim, dan hewan. Sudjana (2011:11) yang menyatakan bahwa “Bahan alam yaitu
bahan yang diperoleh dari alam yang dapat digunakan untuk membuat suatu produk
atau karya. Bahan alam dapat dimanfaatkan sebagai media dalam belajar”. Lebih
lanut, Asmawati (2014:31) mengatakan bahwa “Bahan alam dipergunakan untuk
mempelajari bahan-bahan alam seperti pasir, air, play dough, warna dan bahan alam
lainnya”. Manfaat bahan-bahan alam yaitu dapat membantu AUD dalam
mengeksplorasi dan meningkatkan seluruh aspek kemampuan didalam dirinya.
Berdasarkan pernyataan yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan alam adalah lingkungan yang berfungsi sebagai sumber belajar
yang baik untuk anak usia dini. Lingkungan alam mencakup segala sesuatu yang
berada di alam seperti tumbuhan, hewan, cuaca, air, manusia dan lain-lain. Semua itu
dapat dijadikan sumber belajar dalam kegiatan yang menarik dan menyenangkan
untuk anak. Aktivitas bermain menggunakan bahan alam adalah aktivitas yang
dilakukan dengan mencari, memilih, menggunakan, dan membedakan bahan alam
yang ada di lingkungan seperti daun, kayu, ranting, batu, pasir, air, batu-batuan, biji
bijian sebagai sumber belajar

Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi guru yang enggan menggunakan media
pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya. Karena begitu banyak jenis media
belajar yang dapat kita peroleh secara mudah dan murah di sekitar kita.

22
G. Media Bahan Alam

Media bahan alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar kita yang
dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran. Media ini sangat murah namun
dapat dipergunakan secara efektif dan efesien untuk pembelajaran.Yukananda
(2012:5) Bahan/ media alam yaitu bahan yang langsung diperoleh dari alam. Media
bahan alam dapat dimanfaatkan sebagai media dalam belajar. Bahan alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai media adalah batu-batuan, kayu dan ranting, biji-bijian, daun,
pelepah, bambu, dan lain sebagainya. Pemanfaatan media bahan alam sebagai media
pembelajaran oleh guru secara tepat akan membantu anak dalam menggembangkan
berbagai aspek perkembangan anak baik aspek kognitif, sosial emosional, bahasa,
motorik, moral dan nilai-nilai agama serta kecakapan hidup ( life Skill ).Pada
umumnya anak usia dini sering memperhatikan, membicarakan, dan menanyakan
berbagai hal yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Mereka memiliki minat yang
kuat terhadap lingkungan dan benda-benda yang ada disekitarnya seperti media bahan
alam tersebut, dan ini sangat bermanfaat bagi aspek perkembangan anak usia dini.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menstimulasi aspek
perkembangan anak usia dini adalah dengan memanfaatkan mediabahan alam sebagai
media pembelajaran, seperti memanfaatkan batu-batuan, pasir, air, daun-daunan,
tanaman, bambu, biji-bijian dan lainlain. Banyak media yang terdapat di lingkungan
alam sekitar anak yang dapat digunakan sebagai media atau alat peraga untuk
kegiatan pembelajaran anak tanpa perlu biaya mahal. pemanfaatan media alam
sebagai media belajar dapat memberikan pengalaman yang riil kepada anak,
pembelajaran menjadi lebih konkrit, dan tidak verbalistik, sehingga anak lebih mudah
menyerap pengetahuan, sebab pada masa usia dini anak berada pada masa
operasional konkrit, dimana pada masa itu anak lebih banyak menyerap pengetahuan
melalui benda-benda nyata seperti media bahan alam tersebut. Selain itu, dengan
menggunakan media bahan alam anak dapat berfikir sendiri dan dapat mengolah
media alam yang sederhana tersebut menjadi sesuatu yang baru yang lebih bermakna.

23
Bahan alam merupakan bahan atau material yang ada di alam sekitar. Bahan
alam terdapat di alam dan ditemukan di tanah atau bagian dari hewan atau ditemukan
ditanah atau bagian dari hewan atau tumbuhan (Whittaker, 2004:46). Bahan alam
mudah ditemukan disekitar lingkungan anak. Bahan alam juga terdapat diluar pintu
kita atau dapat doperoleh dekat tempat tinggal kita ( Militer,2009:46). Bahan alam
merupakan bahan yang terbatas dan mudah ditemukan hamper dilingkungan sekitar.

Bahan alam yang digunakan sangat beragam dan penggunaan yang dilakukan
diharapkan tepat sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar anak. Banyak langkah-
langkah yang digunakan dalam penggunaan bahan alam. Adapun langkah untuk
menggunakan bahan alam, yaitu bahan alam dilakukan dengan mengelompokan
bahan alam berdasarkan jenis, warna, ukuran dan bentuk. Selanjutnya dicocokkan
yang terlihat sama seperti ukuran atau warnanya. Disediakan bahan-bahan pendukung
yang bisa dikombinasikan dengan bahan alam seperti menggunakan tangkai sebagai
kaki atau tangan. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun objek bahan alam dengan
menggunakan lem dan bahan-bahan pendukung lainnya (Department Education,
Training and Employment, 2012:2) . Orang dewasa bisa membantu anak untuk
meningkatkan kreativitas dengan memberikan kesempatan pada anak untuk
mengumpulkan bahan alam. Beragam bahan yang berasal dari alam digunakan dan
memiliki bermacam-macam jenis

Penggunaan bahan akan mempengaruhi pengetahuan anak, bermain dan


mengekspresikan ide. Bahan yang digunakan anak dapat menstimulasi daya kreatif
imajinasi anak dan ekspresi artistik (Cherney dalam Isenberg & Jalongo, 2010:279).
Penggunaan bahan juga dapat digunakan untuk ;ebih dari sekali tema atau kegiatan
yang akan dipakai dalam berbagai pembelajaran.

Keuntungan dari penggunaan media bahan adalah tidak mengeluarkan biaya yang
mahal. Bahkan tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Selain itu bahan-bahan yang
dibutuhkan mudah didapat. Selain itu mendekatkan anak pada alam akan membuat

24
mengembangkan kecerdasan naturalis anak dan anak akan dekat dengan alam. Alam
menyedikan banyak hal yang dapat dipelajari. Seperti anak dapat langsung belajar
mengenal tanaman,tanah,batu, dan sebagaianya.

Memanfaatkan lingkungan alam akan merangsang bakat dan potensi yang


dimiliki anak. Lingkungan alam kaya akan mengembangkan potensi anak
dikarenakan: (1) alam bersifat universal dan tidak habishabis, (2) alam tidak dapat
diprediksi, (3) alam sangat berlimpah, (4) alam itu indah, alam hidup dengan suara,
(5) alam menciptakan banyak tempat dan, (6) alam dapat menyembuhkan dan
mengandung kekayaan makanan yang bergizi (Greenman, 2008:4). Melalui alam,
anak akan belajar dengan bermain disekitarnya. Lingkungan alam tidak hanya akan
berpengaruh terhadap perkembangan tubuh anak, tetapi memberikan pengalaman
bermain yang nyata bagi anak.

H. Bermain dengan Bahan Alam untuk Anak Usia Dini

Salah satu sentra terdapat di dalam model pembelajaran Beyond Centre Circle
Time adalah bahan alam. Dalam pasal 29 ayat 1 (e) Konvensi Hak-hak anak
disebutkan bahwa “ pengembangan untuk menghargai lingkungan alam”. Lingkungan
yang mendukung dan banyak memberikan rangsangan dapat meningkatkan
kemampuan belajar anak.

Sebelum bermain dengan bahan alam sebaiknya guru menceritakan terlebih


dahulu akan kebesaran Tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan langit dan
bumi dengan indahnya. Kemudian ajak anak untuk mengenal, menikmati, menjaga,
dan mensyukuri ciptaan tuhan.

Howard Gardner memaparkan 8 aspek kecerdasan berikut yang dikenal dengan


Multiple Intelligence.

1) Kecerdasan Linguistik
2) Kecerdasan Logika Matematika

25
3) Kecerdasan Fisik/ Kinestetik
4) Kecerdasan Visual Spasial
5) Kecerdasan Musikal
6) Kecerdasan Intrapersonal
7) Kecerdasan Interpersonal
8) Kecerdsan Natural

Selaras juga dengan penelitian yang dilakukan oleh piaget, yaitusebagai berikut.

1) Anak bermain dengan berpikir aktif dalam mengembangkan kognitif mereka.


2) Kegiatan mental dan berpikir sangat penting untuk mengembangkan kegiatan
anak.
3) Pengalaman-pengalaman sebagai bahan mentah untuk mengembagkan
struktur mental anak.
4) Anak berkembang melalui iteraksinya dengan lingkungan
5) Perkembangan terjadi sebagai hasil dari kematangan dan interaksi antara
anak, lingkungan fisik dan social anak.

Bermain dengan bahan alam berarti mengajak anak untuk menggunakan semua
panca indranya untuk menemukan hal baru, merangsang rasa ingin tahu anak, dan
membantu anak mengembangkan keterampilannya. Biarkan anak mengeksplorasi
lingkungannya. Tugas guru disekolah dan orangtua dirumah adalah mengawasi dan
mendampingi anak ketika bermain sambal terus-menerus memotivasi anak untuk
menjajahi lingkungannya.

I. Tujuan Bermain Bahan Alam

Ketika anak melakukan kegiatan bermain bahan alam, guru dapat melakukan
pengamatan dan penilaian mengenai kemajuan aspek-aspek perkembangan anak yang
mencakup aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosio emosional dan seni.

26
ASPEK TUJUAN
MORAL DAN 1. Mengenalkan kepada anak bahwa semua makhluk
AGAMA diciptakan oleh Tuhan yang YME
2. Mengajak anak untuk belajar bersyukur bahwa Tuhan
sudah menciptakan pasir,air,sungai,laut dan
sebagainya untuk kehidupan manusia di bumi.
3. Mengajak anak untuk selalu menjaga kebersihan dan
lingkungan.
KOGNITIF 1. Mengembangkan aktivitas keilmuan (klasifikasi,
perbandingan ( banyak sedikit, atas bawah, luar dala,
panas dingin), pegukuran (Panjang pendek, besar
kecil)
2. Anak belajar tentang konsep warna.
3. Mengenal konsep angka
4. Melatih anak menciptakan pola yang ada dalam
pikirannya.
5. Mengenal konsep geometri
6. Mengenal pengukuran sederhana.

BAHASA 1. Memperluas kosa kata anak dengan mengenalkan


kosa kata baru seperti: corong, botol, menuang,
mangkuk, ember, tenggeklam, terapung, tekanan air,
dan sebagainya.
2. Menambah pengetahuan tentang symbol cetakan.
FISIK-MOTORIK 1. Memperkuat otot-otot tubuh.
2. Anak dapat menyalurkan tenaga ( energi) berlebih.
3. Mengembangkan kemampuan motoric halus.
4. Mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan
tangan.
SOSIAL- 1. Mwmbweikan kesempatan kepada anak untuk

27
EMOSIONAL mengembangkan kemampuannya dalam
berkomunikasi dengan teman-temannya.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengekpresikan perasaan dan menyatakan
pendapatnya.
3. Mendukung pemahaman anak tentang lingkungan
sekitarnya.
4. Membantu anak memahami konsep diri yang positif.
5. Anak belajar untuk bertanggung-jawab , mandiri,
dan bekerja sama.
SENI Anak belajar menghasilkan satu kerya sesuai dengan
kemampuan imajinasi dan kreativitasnya.

28
29

Anda mungkin juga menyukai