Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM LIFE SKILL (KETERAMPILAN HIDUP)

Diajuakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Luar Sekolah (PLS)
dengan dosen pengampu: A. Rezky Nurhidayah, S.Pd., M.Pd

DI SUSUN OLEH KELPMPOK 4:

Kartika 19081014001

Novi Aulia 19081014010

Andriani Sahari Putri 19081014011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur mepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatnya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PROGRAM
KETERAMPILAN HIDUP” penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh ibu A. Rezky Nurhidayah, S.Pd.,M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah pembelajaran luar sekolah.

Penulis berharap tugas makalah ini dapat berguna dalam rangka mmenambah
wawasan serta pengetahuan mengenai “PROGRAM KETERAMPILAN HIDUP”.
Penilis juga menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, harapan adanaya kritik, saran dan usulan dan demi
perbaikan makalah yang penulis buat.

Harapan penulis semoga makalah ini berguna serta menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembeca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini dengan lebih baik.

Makassar, 20 oktober 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan, statemen ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu di awal abad ke-20 oleh bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu adalah bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress). Selain itu juga masih
banyak beberapa kalangan yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
pencarian jati diri, hal serupa diungkapkan oleh Erickson dimana pada masa remaja
merupakan masa krisis identitas dan pencarian jati diri. Keadaan remaja yang sedang
berproses kearah pencarian dan pembentukan diri ini kerap menimbulkan konflik, hal
itu akan terus terjadi karena adanya unsur ketidak-siapan seorang remaja dalam
menghadapai permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun eksternal remaja
tersebut. Ketidaksiapan remaja dalam mengatasi persoalan hidup tentu saja akan
berpengaruh negative bagi perkembangan diri maupun lingkungan sekitarnya, missal;
kehilangan orientasi tentang membangun masa depan, terjerumus ke dunia narkoba,
minuman alcohol, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya.
Apalagi jika dikaitkan dengan semakin pesatnya perkembangan IMTEK pada
abad ini,  perlu ada penguatan baik secara in-formal, formal juga secara non-formal.
Hal ini terkait pada kemampuan untuk memfilterisasi informasi-informasi negative
yang masuk dan terus berkembang. Walaupun perkembangan yang terjadi merupakan
kemajuan namun tidak dipungkiri juga akan memunculkan dampak negative bagi
remaja yang secara nota bene sedang dalam masa pencaharian. Melihat kondisi
remaja yang sangat rentan dengan konflik ini maka perlu adanya perhatian khusus
bagi semua kalangan untuk lebih serius dalam melakukan pendekatan melalui
program-program pendampingan dan pengembangan diri pada usia remaja.

I
Berkaitan dengan klasipikasi usia remaja, terdapat beberapa pendapat seperti
menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12 - 18 tahun.
Monk, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12 - 23 tahun, sedangkan
menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12 - 23
tahun. Berdasarkan batasan-batasan para ahli juga dapat dilhat bahwa mulainya masa
remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat variatif hal ini sangat
berkaitan dengan kecakapan/ kemampuan remaja dalam pemenuhan kapasitas diri
sebagai sosok orang dewasa.

Dalam klasifikasi kelas umur, manusia memiliki empat kelas umur (KU),
yaitu KU bayi (infant), KU remaja (juvenile, sub adult), KU dewasa (adult) dan
KU tua / manula (old). Diantara empat kelas umur tersebut, kelas umur remaja yaitu
kelas umur manusia yang penuh dinamis, apakah kedinamisan itu muncul dari
rangsangan dalam dirinya itu sendiri atau rangsangan dari luar yaitu lingkungannya.
Kondisi seperti ini merupakan kondisi yang rawan dan apabila sukses dalam
pembinaan dan pengarahannya tentu berdampak positif terhadap kehidupan remaja
itu sendiri. Namun, jika salah asuh, salah dalam pembinaan dan pengarahannya dari
para pihak yang terkait, misalnya orang tua, pendidik dan para ulama, maka bisa
berdampak buruk terhadap kehidupan remaja itu sendiri baik dalam kehidupan masa
kini maupun dalam kehidupan masa mendatang. Cita-cita dan harapan yang
diinginkan para orang tua, pendidik dan para ulama yaitu para remaja yang bisa
meraih kesuksesan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Untuk
mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut, maka dalam makalah ini akan diuraikan
pentingnya remaja untuk memiliki pemahaman mencapai kesuksesan dan dalam
menghadapi tantangan masa depan melalui pendekatan rasionalisasi antara soft skills
dan hard skills.

Dalam terjemahan bebas, soft skills(life skills) adalah keterampilan


mendasar/pokok bagi seseorang yang merupakan non teknis, tidak nyata, kepribadian,

I
keterampilan spesifik yang menentukan kekuatan orang itu sendiri, seperti seorang
pemimpin, pendengar ,negosiator, komunikator, motivator, dan mediator konflik.
Sedangkan hard skills adalah keterampilan seseorang secara nyata diperoleh dari hasil
pendidikan, pelatihan, pengalaman dan memiliki tingkat keahlian. Hard skills yang
dimiliki lebih berorientasi kepada suksesnya pendidikan formal / informal, pelatihan,
pengalaman dan keahlian. Dengan demikian dalam makalah ini, secara sistematik
akan diuraikan beberapa pemahaman tentang panca inovasi pendidikan berorientasi
soft skills, pemahaman mencapai kesuksesan melalui pendekatan rasionalisasi soft
skills dan hard skills.

Sebagaimana telah diuraikan tersebut diatas, tentang pengertian soft skills dan
hard skills ternyata bagi seseorang atau lembaga dalam mencapai kesuksesannya
tidak hanya mengandalkan sepenuhnya kepada kepemilikannya yang nyata seperti
pendidikan, pelatihan, pengalaman dan keahlian (hard skills). Tetapi menurut
berbagai kesuksesan yang profesional.

Life skill itu tidak didapatkan anak-anak dari guru kurikulum atau orang tua
yang hanya mengejar nilai akademis, intelektual atau rapor belaka. Mereka
membutuhkan guru kehidupan, dan orang tua adalah guru hidup yang paling berarti
bagi masa depan anak-anak.
Apa sajakah life skill itu?  WHO pernah menyebutkan, life skill adalah modal untuk
hidup sehat, dan UNESCO mengatakan bangsa yang maju dan perekonomiannya
memiliki daya saing adalah bangsa yang menanam life skill sejak dini.
Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk
mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak yang
memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang punya
keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini membutuhkan orang
tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar yang sekedar memindahkan
isi buku.

I
Keterampilan/kecakapan  Hidup atau Life Skills  tersebut antara lain yaitu  :
trampil  dalam memecahkan masalah;  trampil berpikir kritis ; trampil mengambil
keputusan, trampil berfikir kreatif; trampil komunikasi interpersonal; trampil
bernegosiasi;  trampil mengembangkan kesadaran diri, trampil berempati  dan juga
trampil mengatasi stres dan emosi. Bila ketrampilan atau kecakapan hidup ini dimiliki
oleh para  remaja, maka sudah pasti mereka akan lebih mudah  dalam menghadapi 
kondisi, situasi, tantangan dan masalah  yang semakin hari semakin banyak dan
semakin  kompleks. Karena mereka dapat berfikir cerdas dan mampu untuk memilah
dan memilih mana yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan mana yang harus
dihindari dan dijauhinya. Ketrampilan/kecakapan Hidup atau Life Skills  akan lebih
bermakna bila remaja juga dibekali dan diberi pemahaman  dalam penghayatan
tentang  nilai-nilai  moral dalam kehidupan, diantaranya: beriman, ulet, percaya diri
dan bertanggung jawab.

I
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud program kecakapan hidup


2. Bagaiman Ciri-ciri pembelajaran life skill
3. Bagaimana life skill dalam menghadapi tantangan masa depan
4. Apa tujuan mempelajari life skill ( keterampilan hidup) dalam menghadapi
tantangan masa depan
5. Apa program dan pengembangan media sebagai penunjang pendidikan life
skill pada remaja

C. Tujuan
 Adapun Tujuan Makalah ini yaitu Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
terutama pada remaja tentang Perlunya Remaja Memiliki  Life Skills Dalam
Menghadapi Tantangan Masa Depan dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja 
menuju Tegar Keluarga dalam mewujudkan keluarga norma keluarga kecil,
bahagia sejahtera.

I
BAB II

PEMBAHASAN

 
A.   Pengertian Life Skills
       “Konsep yang bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap
untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan
usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesejahteraannya.  Konsep keterampilan hidup
memiliki cakupan yang luas berinteraksi antara pengetahuan dan
keterampilan yang diyakini sebagai unsur terpenting untuk hidup lebih
lanjut”.
      Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau
ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan
positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan
tantangan sehari-hari dengan efektif.
      Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan keterampilan hidup
yang sering juga disebut kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan
lingkungan yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efekti. Dari
defenisi tersebut, keterampilan-keterampilan yang dapat di golongkan ke
dalam keterampilan hidup sangat beragam tergantung pada situasi dan
kondisi maupun budaya masyarakat setempat.
Dapat di simpukan Bahwa Life Skills adalah Keterampilan dalam mengatur
diri sendiri (Intrapersonal), dengan orang lain (Interpersonal) dan
Transedental ( Maha Kuasa).

I
 
B.   Ciri-ciri Pembelajaran Life Skills

Ciri pembelajaran life skills (soft skills) adalah sebagai berikut :

(1)  terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,

(2)  terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,


(3) terjadi keselarasan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri,
usaha   bersama,
(4)  terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik,
manajerial, kewirausahaan,
(5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan
benar, menghasilkan produk bermutu,

(6)  terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli,

(7)  terjadi proses penilaian kompetensi, dan


(8) terjadinya pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
bersama, apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam
lingkup pendidikan non-formal ditujukan pada penguasaan vocational skill,
yang intinya terletak pada penguasaan spesific occupational job (pekerjaan
profesi tertentu). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan
bahwa life skill dalam konteks kepemilikan occupational skill (kecakapan
kerja) sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program
life skill dalam pemaknaan program pendidikan non-formal diharapkan
dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri
mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungan.

I
 
C.   Life skills Dalam Menghadapi tantangan Masa depan
Life skill atau keterampilan hidup merupakan keterampilan yang dibutuhkan
setiap individu untuk dapat survive dalam hidup dan kehidupan. Dengan
keterampilan ini kita memiliki kemampuan untuk menemukan masalah,
memecahkan masalah, membuat keputusan terhadap suatu pilihan dan
menghindari situasi yang mungkin dapat menjatuhkan  dan memperkuat
pertahanan dan ketahanan mental menghadapi masalah hidup.
Kita akan menjadi orang tua efektif apabila pengajaran life skill ini dimulai
kepada anak-anak sejak usia dini. Layaknya seperti petani menanam padi, benih
padi akan dapat dituai (dipetik) ketika sudah menjadi padi yang menguning. Kita
ketahui bersama menguningnya padi membutuhkan waktu yang tidak singkat dan
proses yang tepat sehingga ketika dikonsumsi manusia menjadi nasi yang enak.
Sebaliknya proses yang tidak tepat  akan menyebabkan kegagalan proses
penanaman sehingga kualitas berasnya juga buruk.
Ketrampilan hidup apa yang harus kita ajarkan? Ada  tiga point yang
termasuk didalamnya:
1.    Self improvement skills yaitu ketrampilan yang membangun diri anak (self
esteem, managing emotion, decision making )
2.    Relational skills yaitu ketrampilan yang membangun hubungan antara anak
dan lingkungannya (building positive relationships, handling conflict,
assertion)
3.    Lifelong skills yaitu keterampilan yang membangun hidup dan masa depan
anak yang bertujuan dan bermakna (goal setting, identifying
intelligence/talents, the art to life meaningfully).
Keterampilan hidup bukan pelajaran teori yang harus dihafalkan tetapi lebih
kepada praktek melalui latihan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajarkannya pun disesuaikan dengan usia dan kemampuan setiap anak. Anak
usia empat tahun sudah dapat kita ajarkan untuk  mandi sendiri, menggosok

I
giginya, mengembalikan handuk di tempatnya sehingga mereka tidak akan
mengalami kesulitan  dan tergantung pada bantuan orang tua atau pembantunya.
Mereka berlatih menjadi mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.  Begitu pula dengan ketrampilan mengambil keputusan dapat kita ajarkan
pada saat ia memilih pakaian, mainan, makanan dll. Dalam kegiatan bermain,
kita juga dapat mengasah ketrampilan berkomunikasinya.
Jadi, sesungguhnya dalam aktivitas sehari-hari, banyak hal yang dapat kita
jadikan sarana untuk mengajarkan ketrampilan hidup pada anak kita.  Hal ini
tidak hanya berlaku untuk anak kita yang masih balita saja, sampai dewasa pun
anak kita masih tetap membutuhkan pengajaran life skill sesuai dengan
tingkatannya. Ketrampilan hidup yang mereka peroleh pada tahap-tahap
perkembangan sebelumnya merupakan fondasi untuk tahap perkembangan
selanjutnya dalam menghadapi tantangan masa depan.
 
 
 
      Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills
menurut UNICEF dan UNESCO:

1.    LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities

a.    Keterampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan


Ø  Keterampilan mengumpulkan informasi
Ø  Keterampilan mengevaluasi dampak pada masa depan dari keputusan
yang dilakukan pada saat ini pada diri sendiri dan orang lain
Ø  Keterampilan menentukan solusi alternatif untuk sebuah masalah
Ø  Keterampilan melakukan analisis terhadap pengaruh nilai dan sikap diri
& orang lain mengenai motivasi

I
b.    Keterampilan berfikir kritis (critical thinking)
Ø  Keterampilan menganalisis pengaruh sebaya dan media
Ø  Keterampilan menganalisis sikap, nilai, norma-norma sosial, dan
keyakinan; dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Ø  Keterampilan mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber-
sumber informasi
 

2.    LEARNING TO BE: Personal abilities

a.    Keterampilan meningkatkan pusat kontrol internal


Ø  Kepercayaan diri (self-esteem) dan ketrampilan membangun
kepercayaan diri (confidence)
Ø  Keterampilan sadar-diri (self-awareness skills), termasuk kesadaran akan
hak, pengaruh, nilai-nilai, sikap, kekuatan, dan kelemahan
Ø  Keterampilan menentukan tujuan (goal-setting skills)
Ø  Keterampilan evaluasi diri, penilaian diri, dan monitoring diri

b.    Ketrampilan mengelola perasaan


Ø  Keterampilan mengelola amarah (anger management)
Ø  Keterampilan mengelola keluhan dan keresahan
Ø  Keterampilan mengelola kehilangan, penghinaan (abuse), dan trauma

c.    Keterampilan mengelola stress


Ø  Keterampilan manajemen waktu
Ø  Keterampilan berfikir positif
Ø  Menguasai teknik-teknik relaksasi
 

3.    LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities

I
a.    Keterampilan komunikasi interpersonal
Ø  Komunikasi verbal dan nonverbal
Ø  Keterampilan mendengarkan aktif
Ø  Keterampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan umpan balik
(tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik

b.     Keterampilan negosiasi dan menolak


Ø  Negosiasi dan manajemen konflik
Ø  Keterampilan bersikap asertif
Ø  Keterampilan menolak

c.     Keterampilan berempati


Ø  Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan kondisi
orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.

d.     Kerjasama dan kerja kelompok


Ø  Keterampilan mengekspresikan penghargaan atas kontribusi orang lain
dan gaya yang berbeda-beda.
Ø  Keterampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi pada kelompok

e.     Keterampilan advokasi


Ø  Keterampilan mempengaruhi orang lain (influence) dan melakukan
persuasi
Ø  Keterampilan membangun jaringan dan memotivasi orang lain

 
      Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu:
1. Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill), yang mencakup
kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill).
Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau

I
memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill),
sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi
(communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill), yaitu kecakapan untuk
menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan
akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan
vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang
pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran, sehingga mencakup kecakapan
mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan lainnya
(identifying variables and describing relationship among them) , kecakapan
merumuskan hipotesis (constructing hypotheses), dan kecakapan merancang
dan melaksanakan penelitian ( designing and implementing a research).
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional
khusus (occupational skill).
Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya.
v  Ukuran skill seseorang dapat dilihat dari kemampuan (profiler skills dimensions) :
1.    Beradministrasi (administrative)
2.    Berkomunikasi (communication)
3.    Pribadi yang supel (interpersonal)
4.    Kepemimpinan (leadership)
5.    Memotivasi (motivation)
6.    Pengetahuan organisasi (organizational knowledge)
7.    Stategi organisasi (organizational strategy)

I
8.    Pengendalian diri (self management)
9.    Berpikir (thinking)
Dari sembilan ukuran skills seseorang tersebut diatas, ternyata yang
termasuk ke dalam life skills adalah kemampuan berkomunikasi, pribadi yang
supel, kepemimpinan, memotivasi dan pengendalian diri. Sedangkan yang
termasuk ke dalam hard skills adalah kemampuan beradministrasi dan
pengetahuan organisasi. Sedangkan yang termasuk life skills dan hard skills
adalah kemampuan strategi organisasi dan berpikir. Memperhatikan
kontribusi life skills yang cukup signifikan (85%) dalam mencapai
kesuksesan baik seseorang maupun lembaga maka menjadi perhatian penting
life skills ini untuk dikembangkan

Tahapan untuk dapat memasuki inti keberhasilan dimulai dari tiga faktor, yaitu :

1. Kompetensi. Dimana dan apa yang akan dikerjakan tentunya agar diupayakan
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Apa dan seberapa pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki merupakan hal yang harus kita kenali dan sadari.
2. masalah – masalah sosial dan tumbuhnya harmonisasi dalam masyarakat
dengan memadukan nilai – nilai religi, solidaritas, ekonomi, Kinerja. Kinerja
atau performansi dari apa yang hendak dikerjakan harus dapat diukur dan
dipenuhi. Setiap manusia harus mengetahui dan menyadari tingkat
kemampuan yang dimiliki untuk mencapai apa yang diinginkan sehingga
tidak memaksakan diri.
3. Karakter. Setiap pekerjaan memiliki sifat dan karakteristik sendiri-sendiri.
Manusia akan dapat menangani pekerjaan yang dihadapinya jika mau
mengenali sifat-sifat dan karakteristik pekerjaan tersebut. Selain itu manusia
juga memiliki sifat dan karakteristik. Untuk itu kita harus benar-benar
mengenali karakter dari diri sendiri dan pekerjaan yang akan dilakukan.  

I
      Ketiga faktor tersebut dapat dimulai dari sisi mana saja. Untuk memulai melakukan
pekerjaan menuju inti keberhasilan yang diinginkan terdapat tiga hal lagi yang harus
dipahami, yaitu :

1. Sistem nilai, Sistem nilai merupakan salah satu bagian dari pemahaman kita
terhadap diri dan lingkungan pekerjaan yang akan kita hadapi
2. Keyakinan, Setiap manusia yang akan melangkah ataupun melakukan
pekerjaan harus benar-benar memiliki keyakinan untuk bisa mencapainya.
3. Komitmen, Untuk selanjutnya bekerja akan selalu dituntut keseriusan kita
untuk benar-benar mau terus melaksanakan atau menyelesaikan apa yang kita
kerjakan sampai tuntas dan mencapai keberhasilan.
Dengan memenuhi syarat faktor-faktor dan unsur-unsur tersebut di atas, kita
akan dapat memasuki inti keberhasilan melalui etika kerja yang harus kita jalani.
Pendidikan formal yang merupakan bagian daripada hard skills, sadar atau tidak,
faktanya menjadi tumpuan penuh bagi remaja selaku anak didik untuk sukses
menjalani pendidikan tersebut walau dengan cara apapun termasuk cara-cara
yang tidak dibenarkan secara peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Padahal, posisinya dalam pencapaian kesuksesan remaja atau anak didik hanya
sekitar 15% (hard skills), sedangkan pembinaan remaja ke arah soft skills hampir
kurang mendapatkan perhatian.
D. Tujuan Mempelajari Life Skills (Keterampilan Hidup) dalam Menghadapi
Tantangan Masa Depan
1.    Tujuan Umum
Tujuan Mempelajari Materi Life Skills (keterampilan Hidup) dalam
menghadapi Tantangan Masa Depan yaitu Untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku remaja tentang Pendidikan keterampilan Hidup untuk di
praktekkan agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal serta dapat di
pergunakan dalam menghadapi tantangan masa depan serta mengatasi resiko
TRIAD KRR dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja menuju Keluarga

I
Kecil, Bahagia Sejahtera. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda
usia pernikahan,  berperilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR,
bercita-cita mewujudkan sebayanyaKeluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan
menjadi contoh, model,idola dan sumber informasi bagi teman 
       
2.    Tujuan Khusus
Memberikan pelayanan pendidikan keterampilan hidup kepada warga belajar
agar :
1.      Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam
memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri (wirausaha) dan atau bekerja
pada suatu perusahaan produk/jasa dengan penghasilan yang semakin
layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan
karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.
3.      Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk
dirinya sendiri maupun untuk keluarganya.
4.      Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam
rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.
5.      Mempercayai dan Menghargai diri sendiri.
6.      Komunikasi Interpersonal
7.      Bersikap Tegas
8.      Berpikir positif
9.      Mengatasi Stress
10.  Mengambil Keputusan dan Memecahkan Masalah
E.   Perlunya Remaja Memiliki Life Skills Dalam Menghadapi Tantangan Masa
Depan
1.    Kebutuhan Pendidikan Life Skill dalam Menunjang Program-program
Pengembangan dan Penguatan Remaja.

I
Berbicara mengenai Life Skill atau kecakapan hidup, dalam kehidupan
sehari-hari masih banyak kalangan yang mendefenisikan kecakapan hidup
secara sempit, bahwa life skill hanya dikaitkan dengan persoalan vokasional
atau keterampilan kejuruan khusus saja. Hal ini tentu berbeda dengan
pengertian Life Skill yang diungkapkan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas yang mendefenisikan life skill dengan makna yang lebih luas,
dimana PUSKUR merujuk pendapat WHO (1997) yang mendefinisikan
bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih
efektif. Menurut badan WHO kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu:
1.    Kecakapan mengenal diri
2.    Kecakapan berpikir
3.    Kecakapan sosial
4.    Kecakapan akademik, dan
5.    Kecakapan kejuruan.
 Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa
kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan
sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak
semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga
memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca,
menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah (probelm
solving), mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan
teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup
merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali seorang
remaja dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.
Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya
termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan

I
pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan hidup dalam kehidupan.  Dikaitkan dengan pengembangan
pendidikan kecakapan hidup pada remaja, jika diartikan secara luas Pendidikan
kecakapan hidup ini dapat menyentuh aspek-aspek kehidupan remaja seperti :

a. Aspek personal skill


  Aspek ini menjangkau ruang pemahaman untuk mengenali diri (self
awareness skill) sehingga diharapkan remaja mampu berpikir rasional dalam
setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (thinking skill). Kecakapan
mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan juga kekurangan yang dimiliki. Dengan
demikian maka kecakapan ini dapat menjadi modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.  Kecapakan berpikir
mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi,
mengolah, dan mengambil keputusan (making decision)  , serta memecahkan
masalah (problem solving) secara kreatif.
 

b. Aspek Sosial Skill


  Merupakan aspek yang diperkuat untuk menjangkau sisi kehidupan
bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, teman sebaya, juga lingkungan
masyarakat sekitar. Penguatan pada aspek ini dilakukan agar remaja dapat
mengembangkan kemampuan berdialog dalam dunia pergaulan, sehingga
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik (communication skill) dan
kemampuan bekerjasama dengan orang lain (collaboration skill).  Secara konsep
dua aspek (peronal sekill dan sosial skill) ini merupakan kecakapan hidup
generik (Generik Life Skill)
 

I
c. Aspek Akademik Skill dan Aspek Vokasional Skill
  Secara konsep kedua aspek ini disebut sebagai Kecakapan spesipik (Specific
Life Skill). Kedua aspek ini berkaitan langsung dengan penguasaan kemampuan
keterampilan secara khusus bagi remaja dalam mengaktualisasikan diri,
mengembangkan kemampuan untuk menguasai serta menyenangi jenis
pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan
pekerjaan utama yang akan ditekuni sebagai mata pencaharian, melainkan secara
menyeluruh guna menjadi bekal untuk bersaing dalam kehidupan dunia kerja
kedepan.
(Jufri,2007) mengemukakan bahwa :
“Pendidikan keterampilan hidup berpegang pada prinsip learning to know
melalui learning to learn, learning to be dan learning to live together (belajar
untuk memperoleh pengetahuan, belajar untuk dapat berbuat/bekerja, bekerja
untuk menjadi orang yang berguna dan belajar untuk dapat hidup bersama
dengan orang lain”.
 Ketrampilan hidup yang mendasar sebagai upaya pengembangan diri
dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia sebagai “the self determining being”
memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling baik untuk dirinya
dalam rangka mengubah nasibnya menjada lebih baik. Prinsip ini tampak sesuai
dengan prinsip “ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri meraka sendiri.
Integrasi life skills dalam pendidikan agama Islam memberikan kemampuan pada
remaja  untuk mengelola dan merencanakan masa depan, sehinggga pelajaran
aqidah, syariah, akhlak dan sejarah Islam tidak hanya sebatas pengetahuan tetapi
lebih sebagai inspirasi yang menjadi daya dorong juga kemampuan untuk sukses
dalam mengarungi kehidupan. Karena Rencana dan tujuan masa depan yang
telah ditunjukan oleh Islam  jika diikuti dengan langkah sistematis untuk
mencapainya, akan membawa kesuksesan bagi individu dalam menghadapi
tantangan zaman dan melahirkan orang-orang yang berprestasi.

I
Secara umum perlunya keterampilan hidup (life skills) bagi warga belajar
adalah memberikan bekal untuk menghadapi dan memecahkan masalah hidup
dan kehidupan, baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan warga Negara yang
mandiri.  Apabila hal ini berhasil, maka jumlah pengangguran akan dapat
diturunkan dan produktifitas nasional akan dapat ditingkatkan, dengan demikian
manfaat khusus yang akan dirasakan adalah :
1.    Meningkatkan kesempatan kerja;
2.    Mencegah urbanisasi yang tidak bermanfaat;
3.    Meningkatkan pendapatan asli daerah;
4.    Memperkuat pelaksanaan otoda melalui peningkatan sumber daya
manusia;
5.    Terwujudnya keadilan pendidikan bagi masyarakat miskin dan kurang
mampu
  Sementara itu menurut Tim Broad-Based Education Depdiknas (2002)
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan life skill (kecakapan hidup) adalah :
1.    Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema yang dihadapi.
2.    Memberikan kesempatan pada sekolah (Formal / Non Formal) untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip
pendidikan berbasis luas.
3.    Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah (Formal/Non
Formal) dengan mendaur ulang limbah alam yang ada untuk dimanfaatkan
sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
  Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama
pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang
bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya di masa datang. Esensi dari pendidikan kecakapan hidup
adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai – nilai kehidupan
nyata, baik secara representatif maupun progresif.  Adanya pendidikan

I
kecakapan hidup (Life Skill) bagi masyarakat marjinal ini akan memberikan
manfaat yang nyata baik secara pribadi peserta didik maupun terhadap
masyarakat lainnya yaitu :
1.    Bagi peserta didik, akan dapat meningkatkan kualitas berfikir, kualitas kalbu,
dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat
meningkatkan pilihan – pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir,
penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang
pengembangan diri, kemampuan kompetitif dan kesejahteraan pribadi.
2.    Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani
dengan indikator – indikator sebagai berikut : peningkatan kesejahteraan
sosial, pengurangan prilaku destruktif sehingga dapat mereduksi kuasa dan
seni (cita rasa).
Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk
mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak yang
memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang punya
keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini membutuhkan
orang tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar yang sekedar
memindahkan isi buku.
1.    Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan
pribadi
—  Pertumbuhan fisik
—  Perkembangan mental
—  Perkembangan emosional
—   Perkembangan spriritual  
2.      Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan sosial
:
—   Melanjutkan sekolah
—   Mencari pekerjaan
—   Memulai kehidupan berkeluarga

I
—   Menjadi anggota masyarakat
—   Mempraktekan hidup sehat
Oleh karena itu sangatlah perlu remaja memiliki Life Skills
(keterampilan Hidup) Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan.

 
F.    Faktor Pendukung Program PKBR
Ø  Assets/capabilities remaja:
Meningkatkan kemauan dan kemampuan positif yang ada pada diri remaja
Ø  Resources/opportunities remaja:
Ø  Mengembangkan jaringan dan dukungan yang ada di luar diri remaja
Ø  Second chance (kesempatan kedua):
Mengurangi konsekwensi negatif bagi  remaja yang sudah berperilaku tidak
sehat

 
G.   Program dan Pengembangan Media sebagai Penunjang Pendidikan Life
Skills pada Remaja.
  Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan
intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi remaja sesuai dengan
karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri.
Tentunya banyak media kreatif serta inovatif yang harus terus digalih dalam
menyampaikan pendidikan pengembangan kecakapan ini, namun isi tetap
dikaitkan dengan penguatan-penguatan yang ingin capai. Misal; pendidikan
Teater tidak hanya bertujuan menjadikan seorang remaja sebagai aktor ulung
diatas panggung, namun proses pembentukan lebih diarahkan pada
penguatan kecerdasan emosi (emotional intellegence), baik secara Intra-personal
maupun secara Inter-personalnya remaja. Pendekatan-pendekatan seperti ini
lebih mudah menyentuh sisi kehidupan pribadi remaja dan tentunya tidak

I
membosankan dari pada sekedar metode ceramah. Dengan teater remaja juga
dapat diajak untuk mengasah kemampuan Ansos (analisis sosial), melalui
permasalahan-permasalan yang terjadi dilingkungan paling dekat sampai pada
permasalahan dunia. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan yang ditemukan
kemudian secara berasama digalih penyebab atau akar dari permasalahan
tersebut.
  Selanjutnya hasil dari analisis dan penelusuran akar masalah tersebut dapat
dijadikan sebagai skenario drama atau teater, yang kemudian di panggungkan
dihadapan orang banyak. Ketika manggung juga akan berdampak pada
pengembangan keberanian serta percaya diri remaja untuk bisa berdiri dihadapan
orang banyak. Selanjutnya dapat juga menggunakan media seni musik sebagai
pengembangan keharmonisasian. Karena berbicara masalah musik tak akan
pernah lepas dari pembahasan harmonisasi, seorang audien akan merasa nyaman
mendengarkan permainan musik jika ketukan irama antara alat musik yang satu
dengan lainnya bisa selaras, saling melengkapi dan saling memperindah.
Kemampuan seorang fasilitator untuk dapat mengkaitkan antara pembahasan,
Keharmonisasian dalam bermusik dengan keharmonisasian dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya penguatan yang akan diraih dari peserta didik dengan
media musik ini adalah remaja memiliki kemampuan kecerdasan emosi intra dan
inter-personal seperti mampu bekerja sama, menghilangkan kecendrungan egois,
mampu menganalisis situasi dalam melakukan tindakan-tindakan.
Kedua contoh media diatas, jika dikembangkan maka berdampak pada
penguatan aspek Personal skill dan aspek sosial skill pada remaja. Program-
program pengembangan lainnya dapat berupa peningkatan kwalitas mental
seperti pendidikan kepemimpinan (leadership), komunikasi (public speaking),
juga pelatihan-pelatihan kejuruan seperti komputer, kerajinan pertukangan, seni
pahat/ukir,  lukis, daur ulang bahan bekas (recycle) serta kreatifitas lain yang
menunjang kehidupan remaja secara vokasinal. Jika empat aspek pengembangan
kecakapan hidup diatas dapat dimiliki oleh seorang remaja maka dipastikan

I
mereka dapat tumbuh dan berkembang secara layak serta memiliki kemampuan
dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya. Hal ini
tentunya dapat menjadi jawaban atas permasalahan-permasalahan remaja yang
telah dibahas diatas, tinggal bagaimana kemampuan kita dalam menggali dan
memformulusikan media serta metode yang tepat sebagai pintu masuk kedalam
dunia remaja.
 Adapun program keterampilan hidup berdasarkan lingkupnya yang
dikemukakan oleh Broling (Jalil, 2002) bahwa berdasarkan lingkupnya, program
keterampilan hidup (lifeskill) mencakup kecakapan kerja (Accupational Skills),
kecakapan pribadi dan sosial (Personal Social Skills) serta kecakapan dalam
kehidupan sehari-hari (Daily Living Skills). Ibrahim (2002:18) mengartikan
lifeskill adalah :
1.      Suatu perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai
makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan, tanpa perenungan
tentang nilai ibarat berjalan tanpa peta dan kompas penentu arah , sehingga
terombang-ambing dalam gelombang kehidupan.
2.      Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan
merencanakan masa depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat.
Pelatihan dan pembiasaan antara lain berupa pengenalan diri dan pencarian
peluang sangat penting karena tanpa keterampilan , kita sibuk menyalahkan
keadaan atau orang lain, pemerintah, perbankan, luar negeri, agama lain,
etnik lain, atasan, cuaca dan lainnya.  Padahal Tuhan sendiri mengingatkan
bahwa kitalah yang seharusnya berketetapan mengubah nasil kita sendiri.
    Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan program keterampilan hidup adalah suatu program yang
dirancang untuk membimbing, melatih dan membelajarkan remaja agar
mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan
peluang dan tantangan yang ada. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan

I
bahwa Remaja harus memiliki Life skills (kecakapan hidup) agar mampu,
sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di
masa datang.
 

 
KESIMPULAN DAN SARAN
 
 
A.   Kesimpulan

I
1.    Bahwa terbangunnya kesadaran untuk mendorong remaja dalam mencapai
kesuksesan hanya tertumpu kepada kepemilikan hard skills yang berupa
pendidikan, pelatihan, pengalaman dan keahlian.
2.    Berdasarkan fakta dan dukungan hasil penelitian dan pengembangan ternyata
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tercapainya kesuksesan
seseorang (remaja) / lembaga yaitu life skills sekitar 85% dan hard skills 15%.
3.    Para remaj dalam pemahaman etos kerja dan pemetaan bakat perlu mengenali
dan memahami delapan macam etos kerja dan bakat yang ada pada dirinya yang
terus dibina dan dikembangkan sehingga memberi fungsi dan peran penting
dalam pengembangan life skills.
4.    Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau
ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan
positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan
sehari-hari dengan efektif.
5.    Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut
UNICEF dan UNESCO:

1.    LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities

 2.    LEARNING TO BE: Personal abilities

3.    LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities

 
6.    Tujuan Mempelajari Materi Life Skills (keterampilan Hidup) dalam menghadapi
Tantangan Masa Depan yaitu Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku remaja tentang Pendidikan keterampilan Hidup untuk di praktekkan
agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal serta dapat di pergunakan
dalam menghadapi tantangan masa depan serta mengatasi resiko TRIAD KRR
dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja menuju Keluarga Kecil, Bahagia

I
Sejahtera. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan, 
berperilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR, bercita-cita mewujudkan
sebayanyaKeluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi contoh, model,idola
dan sumber informasi bagi teman 

 
7.    Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk
mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak
yang memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang
punya keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini
membutuhkan orang tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar
yang sekedar memindahkan isi buku. Oleh karena itu sangatlah perlu remaja
memiliki Life Skills (keterampilan Hidup) Dalam Menghadapi Tantangan Masa
Depan.
3.    Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan
pribadi
—  Pertumbuhan fisik
—  Perkembangan mental
—  Perkembangan emosional
—   Perkembangan spriritual  
4.      Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan
sosial :
—   Melanjutkan sekolah
—   Mencari pekerjaan
—   Memulai kehidupan berkeluarga
—   Menjadi anggota masyarakat
—   Mempraktekan hidup sehat

I
B.   Saran

1.    Para remaja perlu terus belajar dan mengenal dirinya serta meningkatkan
kemampuannya dalam mencapai kesuksesan dengan tetap memperhatikan
rasionalisasi soft skills dan hard skills.
2.    Para remaja muslim khususnya dan remaja di Indonesia pada umumnya
supaya memiliki kepahaman memiliki, mengamalkan dan mengembangkan
enam thobi’at luhur sebagai modal dasar dalam pembangunan soft skills
dalam mencapai kesuksesan.

DAFTAR PUSTAKA

https://lembagatalenta.page.tl/Makalah-Life-Skill.htm

Anda mungkin juga menyukai