Kelompok : 7
Adzara Lutfi Hastuti (217726175)
Falacia Rahmadita (217726177)
2023
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam beserta
isinya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta izin sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah Karakteristik Perkembangan Sosial Masa Remaja serta
Implikasinya dalam pendidkan dengan tepat waktu. Makalah ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Amiin.
Penyusun
II
P a g e |3
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................... 4
KESIMPULAN ........................................................................................................ 16
III
P a g e |4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja juga dikenal sebagai masa pencarian jati diri. Upaya mencari
jati diri seringkali dilakukan dengan menampilkan perilaku coba-coba, peniruan,
atau pengenalan. Ketika remaja gagal menemukan jati dirinya, ia mengalami
krisis identitas atau kebingungan identitas, sehingga dapat terbentuk sistem
kepribadian yang tidak mencerminkan keadaan dirinya yang sebenarnya. Emosi
yang tidak stabil dan tidak terkendali pada masa remaja dapat mempengaruhi
kehidupan pribadi dan sosialnya. Ia sering merasa tertekan atau menjadi agresif.
Pertengkaran dan pertengkaran seringkali muncul karena ketidakstabilan emosi.
Remaja yang berkepribadian baik, salah satu tugas perkembangan yang
harus dikuasainya adalah menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya dan
dengan orang dewasa selain guru dan orang tua. Remaja dapat mencapai hasil
akademik yang maksimal apabila dirinya diterima dan dikagumi oleh teman
sebayanya serta mampu menyelesaikan permasalahan sosial dengan baik bersama
orang dewasa, khususnya orang tua dan orang dewasa lainnya. Penting untuk
dipahami bahwa perkembangan sosial remaja perlu dipahami oleh para guru dan
penanggung jawab pendidikan, karena perkembangan sosial sangat penting bagi
perkembangan kepribadian dan keberhasilan prestasi belajar remaja.1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2. Apa saja karakteristik umum perkembangan remaja?
3. Apa saja karakteristik aspek-aspek perkembangan remaja?
4. Bagaimana tingkah laku sosial pada masa remaja?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
6. Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
7. Bagaimanakah implikasi perkembangan sosial remaja dalam penyelenggaraan
pendidikan ?
1
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam. Psikoislamedia, 1
IV
P a g e |5
C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Untuk mengkaji apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2. Untuk mengkaji karakteristik umum perkembangan remaja.
3. Untuk mengkaji karakteristik aspek-aspek perkembangan remaja.
4. Untuk mengkaji bagaimana tingkah laku sosial pada masa remaja.
5. Untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
6. Untuk mengkaji pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku
seseorang.
7. Untuk mengkaji implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
V
P a g e |6
BAB II
PEMBAHASAN
2
‘Ulwan, ‘Abdullāh Nasḥih. Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Arif Rahman Hakim, Solo,
Insan Kamil.
3
Chotidjah, Sitti. Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternal dan perilaku merokok.
JurnalMakara, sosial Humaniora
VI
P a g e |7
4
Yusuf,Syamsu. Perkembangan sosial Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
VII
P a g e |8
5
Yaumī, Muḥammad dkk. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Mul&ple Intelligence):
Mengiden&fikasi dan Mengembangkan Mul& Talenta Anak, Jakarta: Kencana
VIII
P a g e |9
dengan kehidupan beragama remaja, ternyata harus melalui proses yang cukup
panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diinginkan.6
6
Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
IX
P a g e | 10
7
Elizabeth. Psikologi Perkembangan, terj. Jakarta: Erlangga.
X
P a g e | 11
XI
P a g e | 12
4. Kedewasaan anak
Sosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Diikutsertakan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain memerlukan
kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kemampuan berbahasa juga
menentukan hal itu.
5. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak dari keluarganya secara keseluruhan. Secara tidak langsung
dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan baik atau tidak keluarganya.
6. Kapasitas Mental dan Emosi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
mempunyai kemampuan intelektual tinggi akan mempunyai kemampuan
berbahasa yang baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual yang tinggi,
kemampuan berbahasa yang baik dan pengendalian emosi yang seimbang
sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial seorang anak. Saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan ciri utama
kehidupan bermasyarakat dan hal ini dapat dengan mudah dicapai oleh remaja
yang mampu secara intelektual besar.
8
Baihaqī. (2002). Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja Rosdakarya.
XII
P a g e | 13
kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil
pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi
oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan
orang lain, termasuk kepada orang tuanya.
Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan
mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana
yang semestinya menurut alam pikirannya.
Selain itu, sering terlihat pengaruh egois, antara lain:
1. Cita-cita dan cita-cita yang baik, terlalu fokus pada pikiran sendiri, tidak
memikirkan akibat selanjutnya dan tidak memperhitungkan kesulitan praktis
yang mungkin menghambat penyelesaian masalah. masalah.
2. Kemampuan berpikir dari sudut pandang sendiri, tanpa memperhitungkan
pendapat orang lain. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan terhadap
kenyataan serta menghadapi pendapat orang lain, sikap ego berangsur-angsur
berkurang dan pada akhir masa remaja rasa ego sudah sangat kecil sehingga
mereka dapat rukun satu sama lain.9
9
Hurlock. Tingkah laku sosial pada priode remaja. Perkembangan anak
XIII
P a g e | 14
orang tuanya dan anggota keluarga lainnya. Dalam konteks bimbingan orang
tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis model orang
tua, yaitu10:
a. Model orang tua yang membangun cinta (induktif)
Hal ini berkaitan dengan model orang tua yang diterapkan
oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan selalu
memberikan penjelasan yang jelas dan memberi makna pada setiap
keputusan dan perilaku anak-anaknya.
b. Gaya Orang Tua Menegaskan Kewibawaan (power assertion)
Ini adalah model orang tua yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan selalu memaksa anaknya untuk
menuruti kemauannya meskipun anak tersebut tidak dapat
diterima.
c. Pola Asuh Penarikan Kasih Sayang (withdrawal of love)
Ini adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
membesarkan anaknya dengan cara menarik kasih sayang untuk
sementara ketika anak tidak menuruti keinginan orang tuanya,
namun jika anak mau menurutinya. apa yang diinginkan orang
tuanya. Orang tua saat itu ingin cintanya terbalas seperti dulu.
Dalam konteks perkembangan kepribadian remaja, termasuk
perkembangan hubungan sosial, model pengasuhan yang
dikemukakan oleh Hoffman (1989) adalah model orang tua yang
membangun cinta (sentuhan). Artinya, setiap keputusan yang
diambil orang tua terhadap anak remajanya atau perlakuan orang
tua terhadap anak di bawah umur harus selalu disertai penjelasan
atau alasan yang masuk akal. Dengan cara ini remaja akan mampu
mengembangkan pemikirannya sehingga dapat memutuskan
apakah akan mengikuti keputusan atau perlakuan orang tuanya
atau tidak
2. Lingkungan Sekolah
Dengan mengembangkan hubungan sosial di kalangan remaja, guru
juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang demokratis. Guru
harus berupaya semaksimal mungkin agar pembelajaran yang diberikan selalu
10
Sunarto & Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
XIV
P a g e | 15
cukup menarik bagi anak, karena tidak jarang anak menganggap pembelajaran
yang diberikan guru tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya mengajar
tetapi juga mendidik. Artinya, selain memberikan pembelajaran dengan tujuan
untuk menyampaikan ilmu kepada peserta didik, perlu pula dikembangkan
peserta didik menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Dengan cara ini,
perkembangan hubungan sosial remaja dapat berkembang secara optimal.
3. Lingkungan Masyarakat
Perlu dikembangkan pembentukan kelompok sosial bagi remaja untuk
mendorong mereka ke arah perilaku yang bermanfaat. Perlu diadakan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat secara berkala agar dapat mengetahui lebih jauh bagaimana
remaja berintegrasi satu sama lain dan dengan masyarakat.
XV
P a g e | 16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
XVI
P a g e | 17
adalah perilaku sosial mandiri, artinya remaja memilih dan menentukan sendiri
dengan siapa ia akan berteman.
5. Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu : keluarga,
kematangan anak, keadaan ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan
kemampuan intelektual, termasuk termasuk emosi dan kecerdasan. Dalam
keluarga berlaku norma-norma kehidupan berkeluarga, oleh karena itu pada
dasarnya keluargalah yang menentukan perilaku hidup anak. Faktor keluarga yang
mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Fungsi keluarga Keluarga normal
adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsinya sesuai dengan yang telah
dijelaskan.
6. Berpikir dari sudut pandang sendiri, tanpa memperhitungkan pendapat orang lain.
7. Remaja yang sedang dalam tahap penelitian dan ingin mendefinisikan jati dirinya
mempunyai sikap melebih-lebihkan dirinya atau sebaliknya. Keduanya dapat
menyebabkan hubungan sosial menjadi kurang harmonis karena sulit menerima
norma-norma yang sesuai dengan kondisi kelompok atau masyarakat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan hubungan sosial remaja, mulai
dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
XVII
P a g e | 18
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock. 2015. Tingkah laku sosial pada priode remaja. Perkembangan anak
Ulwan, ‘Abdullāh Nasḥih. (2013). Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Arif Rahman
Hakim, Solo, Insan Kamil.
Chotidjah, Sitti (2012). Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternal dan
perilaku merokok. JurnalMakara, sosial Humaniora, Vol.16 No.1, Juli 2012.
Yusuf L.N., Syamsu. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.
Herlina. (2013). Mengatasi Masalah Anak dan Remaja melalui Buku. Pustaka Cendekia
Utama.
XVIII