Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Karakteristik Perkembangan Sosial dan Kepribadian Masa Kanak-Kanak Awal, Masa Kanak-
Kanak Akhir, Masa Puber serta Implementasinya dalam Pendidikan Biologi”.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya dengan mendapatkan informasi
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi materinya. Oleh karena itu dengan lapang dada
kami menerima segala revisi, kritik dan saran dari pembaca guna meningkatkan kualitas dari
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan
manfaat maupun pengetahuan kepada pembaca.

Surakarta, 7 Mei 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Pengertian Perkembangan Sosial...........................................................................................................5
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak Awal, Masa Kanak-Kanak Akhir, dan Masa
Puber...........................................................................................................................................................6
a. Masa Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Awal................................................................6
b. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir.........................................................................8
c. Perkembangan Sosial pada Masa Puber...............................................................................................9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial...................................................................10
D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku.....................................................................11
E. Kepribadian...........................................................................................................................................12
1. Aspek –aspek kepribadian.....................................................................................................................12
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.....................................................................................13
3. Perubahan kepribadian..........................................................................................................................14
F. Implementasi Terhadap Pembelajaran Biologi......................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................16
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat
dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama
peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan
sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat
itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak
mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami
orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau
perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya
atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini
berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,
kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang
menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah,
berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku
tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-
lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak
perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya

3
berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang
telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan
jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun ingin membuat makalah dengan
judul “Karakteristik Perkembangan Sosial dan Kepribadian Masa Kanak-Kanak Awal, Masa
Kanak-Kanak Akhir, Masa Puber serta Implementasinya dalam Pendidikan Biologi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2. Apa saja karakteristik perkembangan sosial masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak
akhir, dan masa puber?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4. Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial masa kanak-kanak awal, masa kanak-
kanak akhir, dan masa puber.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial


Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian,
tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan
remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan
sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat
itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak
mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.

5
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak Awal, Masa Kanak-Kanak
Akhir, dan Masa Puber

a. Masa Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Awal


Anak yang berumur 2-6 tahun belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul
dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya
sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain.
Studi lanjutan tentang kelompok anak aporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang
terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia pragang”. Pada masa ini sejumlah
hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian
menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang
mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan anak sebelum taman kanak-kanak
(nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari, atau taman kanak-kanak,
biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-
anak yang umurnya sebaya. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah
melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara
lebih baik untuk melakukan pertisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan
anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari
lingkungan tetangga terdekat.
Salah satu di antara sejumlah keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa
pusat pendidikan tersebut memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan para guru
yang terlatih untuk membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan dan
berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang menyebabkan mereka
menghindari hubungan sosial. Akibatnya, semua reaksi negatif kepada anak lain
berkurang. Walaupun demikian, reaksi negative terhadap guru kadang-kadang meningkat
sedikit setelah anak lebih suka bergaul dengan teman sebaya daripada dengan orang
dewasa.

6
Berikut adalah pola perilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal:
 Kerja sama, sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama
dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan
yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat
mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja sama.
 Persaingan, jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha
sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka.
 Kemurahan hati, sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu
dengan anak lain meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin
berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan
sosial.
 Simpati, anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah
mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka mengekspresikan simpati
dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.
 Empati, yaitu kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan
menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak
dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
 Ketergantungan, ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan,
perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang
diterima secara sosial.
 Sikap ramah, anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan
melakukan sesuatu untuk atau bersama anak lain dan dengan mengekspresikan
kasih sayang kepada mereka.
 Sikap tidak mementingkan diri sendiri, anak yang mempunyai kesempatan dan
mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang tidak terus
menerus menjadi pusat perhatian keluarga , belajar memikirkan orang lain, dan
berbuat untuk orang lain.
 Meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-
anak mengembangkan sifat yang menambah perimaan kelompok terhadap diri
mereka.

7
b. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir
Setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih banyak
dengan anak lain dibandingkan dengan ketika masa prasekolah, minat pada kegiatan
keluarga berkurang. Pada saat yang sama permainan yang bersifat individual
menggantikan permainan kelompok. Karena permainan kelompok membutuhkan
sejumlah teman bermain, lingkungan pergaulan sosial anak yang lebih tua secara
bertahap bertambah luas, dengan berubahnya minat bermain, keinginan untuk bergaul
dan diterima oleh anak-anak di luar rumah bertambah.

Pada waktu mulai sekolah, anak memasuki “usia gang”, yaitu usia yang pada saat
itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan salah satu
tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Anak menjadi anggota suatu
kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam
mempengaruhi perilaku.

Pada masa transisi dari usia pragang masa kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu
kelompok ke kelompok lain atau dari aktivitas kelompok ke aktivitas individual. Tahap
“kelompok yang tidak tetap” menjembatani celah antara usia pragang dan usia gang.
Kelompok itu dibentuk untuk melakukan suatu aktivitas bermain yang spesifik dan
bersifat sementara. Aktivitas itu bukan merupakan persahabatan, tetapi dasar bagi
pengorganisasian kelompok.

Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan gang untuk meningkatkan sosialisasi pada
masa kanak-kanak akhir:

 Belajar setia pada kelompok


 Belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok
 Belajar bermain dan berolahraga
 Belajar menjadi orang dewasa yang mandiri
 Belajar bekerja sama
 Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
 Belajar bersaing dengan anak lain
 Belajar menerima dan melaksanakan tanggung jawab

8
 Belajar menjadi orang yang sportif
 Belajar menyertai mereka yang mendapat perlakuan yang salah

c. Perkembangan Sosial pada Masa Puber


Dengan dimulainya masa puber timbullah perubahan pada sikap sosial, kemunduran
minat terhadap aktivitas kelompok, dan kecenderungan untuk menyendiri. Pada masa puber
kemajuan dan kecepatan perubahan meningkat, serta sikap dan perilaku sosial semakin
meningkat kea rah ke antisosial.
Berikut perilaku dan sikap yang khas pada masa puber:
 Antagonistik, pada masa puber kadang kadang anak bersifat antagonis terhadap
setiap orang. Mereka berkeliling dengan lekas tersinggung dan pandangan
mencemoohkan.
 Agresif, anak pada masa puber bahkan lebih agresif daripada anak masa prasekolah,
antara lain menghasut perkelahian antar teman sebaya dan mengeritik, menentang,
serta mencari-cari kesalahan atas segala sesuatu yang dikerjakan orang dewasa.
 Mudah bertengkar, anak pada masa puber bertengkar karena masalah yang paling
remeh dan mencari alas an untuk berkelahi dengan anggota gang mereka,
mengeritik apa saja yang mereka lakukan, dan menikmati kegembiraan bila dapat
melukai hati mereka. Akibatnya banyak persahabatan yang telah lama dibina
menjadi putus pada masa ini.
 Mudah bosan, menurut anak pada masa puber, aktivitas sosial sangatlah
membosankan terutama pertemuan keluarga dan perayaan hari besar.
 Suka menyendiri, anak puber menggunakan sebagian besar waktunya untuk
menyendiri, melamun, yang dalam lamunan itu mereka berperan sebagai orang
yang teraniaya.
 Labil, anak puber seringkali menolak berkomunikasi dengan orang lain kecuali
dirasa perlu.
 Pemalu, anak puber seringkali malu dihadapan orang banyak.

9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga,
kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama
emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa
perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Ditinjau dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan
sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya
dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi

10
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan
normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat,
dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada
peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.
Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan
intelektual tinggi.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku


Di dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak
sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.

11
Pengaruh egoisentris seringkali terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan
tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat
kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

E. Kepribadian
Secara etimologis, istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“Personality”. Personality berasal dari bahasa Latin “Person” (kedok) dan “Personare”
(menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk
memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha
menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Sedangkan
secara terminologis, kepribadian atau Personality adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam penyesuaian diri dengan
atau terhadap lingkungannya.

1. Aspek –aspek kepribadian


a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh
tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang dating dari lingkungan.
c. Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
d. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.

12
e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
f. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi
ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian


Menurut Syamsu Yusuf (2007) adalah :
a. Fisik
b. Inteligensi
c. Keluarga
d. Teman sebaya
e. Kebudayaan
Menurut Tim Sosiologi adalah :
a. Faktor Pembawaan
b. Faktor Lingkungan fisik
c. Faktor Kelompok
d. Faktor Kebudayaan khusus
e. Faktor pengalaman yang unik
Dengan demikian kami dapat menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
adalah :
a). Faktor pembawaan yang meliputi fisik dan intelegensi, faktor-faktor ini sesungguhnya
merupakan pondasi yang menjadi cikal bakal bagi proses pembentukan suatu kepribadian. Jika
dianalogikan dengan sebuah bangunan, kepribadian merupakan bangunan, sedangkan faktor
bawaan merupakan kerangkanya. Faktor pembawaan ini bisa berupa bentuk fisik, warna kulit,
tipe rambut, bentuk atau raut wajah, postur tubuh, termasuk hal-hal yang bersifat abstrak, seperti
bakat, karakter dan IQ. Faktor ini bisa dominan ayah atau dominan ibu atau merupakan variasi
keduanya. Misalnya, karakter pemarah yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya.
b). Faktor keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian
anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis;

13
dalam arti, orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam
kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif.
Adapun anak yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras dalam keluarga,
maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengelami
kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
c). Faktor lingkungan fisik. Faktor lingkungan fisik akan mempengaruhi kepribadian seorang
individu. Misalnya, masyarakat yang tinggal di daerah subur seperti daerah pedesaan cenderung
memiliki kepribadian yang ramah, tenang dan sabar. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di
daerah tandus cenderung rakus, tamak dan egois karena lingkungan fisik yang keras.
d). Teman sebaya. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai
dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang kaish sayang dan
bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan
selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan perilaku
kelompoknya.
e). Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tradisi,
adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan
pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti
cara memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya
relatif maju (khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif yang budayanya relatif masih
sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau cara memandang
waktu.

3. Perubahan kepribadian
a. Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, rekreasi dan partisipasi sosial.
c. Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti: tekanan emosional, identifikasi terhadap orang
lain, dan imitasi.
4. Karakteristik Kepribadian
a. Kepribadian yang sehat, menurut Syamsu Yusuf yang dikutip dari E.B. Hurlock (1986)
ditandai dengan karakteristik sebagai berikut :

14
a). Mampu menilai diri secara realistik
b). Mampu menilai situasi secara realistik
c). Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
d). Kemandirian (autonomi)
e). Dapat mengontrol emosi
f). Menerima tanggung jawab
g). Berorientasi tujuan
h). Berorientasi keluar
i). Penerimaan sosial
j). Memiliki filsafat hidup
k). Berbahagia
Pembiasaan berprilaku yang baik karena kepribadian bisa dipengaruhi oleh pembawaan
dari orang tuanya, didiklah ia dari awal dengan penuh kasih sayang, tanamkan nilai-nilai agama
padanya, serta tempatkan ia pada lingkungan yang kondusif dan awasi pergaulannya dengan
teman sebayanya karena kelainan tingkah laku dan kepribadian pada anak akan berkembang.
Kelainan tersebut besar dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang baik, maka perlu dilakukan
pencegahan serta untuk melakukannya dibutuhkan kerjasama anatara orangtua dan guru agar
anak berkepribadian sehat dan unggul sehingga anak dapat mengembangkan dengan baik
potensi diri yang dimilikinya.

F. Implementasi Terhadap Pembelajaran Biologi


Guru biologi dapat menerapkan metode pembelajaran yang interaktif berupa presentasi,
diskusi kelompok, dan praktikum sehingga antara siswa satu dengan siswa lainnya dapat
mengembangkan kemampuan bersosialisasi mereka.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
2. Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka
membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja
banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3. Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga,
kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental
terutama intelek dan emosi.
4. Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri,
remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5. Perkembangan sosial anak dibagi dalam tiga periode yaitu masa kanak-kanak awal, masa
kanak-kanak akhir, dan masa puber dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri
secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar
bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-
sendiri.

B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat
memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.

16
Daftar Pustaka
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Syamsu Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soemiarti Patmonodewo. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Solehuddin. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP-UPI

Udin Syaefudin Sa’ud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabrta.

Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai