Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
Iritabilitas Saraf

Disusun oleh :
Nama : ANNISA FITRI
NIM : K4316009
Kelas :A
Kelompok : 2

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

I. JUDUL
Iritabilitas Saraf

II. TUJUAN
1. Mengetahui macam – macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2. Mengetahui macam – macam refleks yang dikendalikan oleh medulla spinalis.

III. ALAT BAHAN

Alat : Bahan :
- Jarum pentul - Katak (Rana sp)
- Papan parafin - Ikan mas (Cyprinus carpino)
- Gelas Beker - Air
- Bunsen
- Kaki tiga
- Korek api
- Termometer
- Aquarium/Bak air
- Pinset

IV. DASAR TEORI


Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah iritabilitas. Iritabilitas adalah
kemampuan suatu makhluk hidup untuk merespon stimulus (rangsang) yang berasal
dari lingkungannya. Iritabilitas pada hewan melibatkan tiga proses yaitu menerima
stimulus, menghantarkan impuls, dan pemberian respon oleh efektor. Proses
tersebut dapat berjalan karena adanya sistem saraf. [ CITATION Wiw06 \l 1033 ]
Sistem saraf adalah sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan
penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan
tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Saraf merupakan jaringan komunikasi
yang berhubungan dengan seluruh bagian anggota tubuh. Hampir seluruh bagian
tubuh dilalui oleh sistem saraf. [ CITATION Cam051 \l 1033 ]
Sistem saraf pada hewan terdiri atas dua bagian, yaitu : sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi (perifer). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang (medulla spinalis), sedangkan sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf
aferen dan sistem saraf eferen. [ CITATION Wiw06 \l 1033 ]
Sistem saraf pusat adalah pusat koordinasi yang mengkoordinir semua
informasi saraf yang keluar dan masuk. [ CITATION Soe05 \l 1033 ] Sistem saraf tepi
adalah sistem saraf yang terdiri dari serabut – serabut saraf yang keluar dari sistem
saraf pusat. Serabut sistem saraf tepi dibedakan menjadi : 1) serabut saraf aferen
yaitu serabut saraf yang membawa impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan 2)
Serabut saraf eferen adalah serabut saraf yang membawa impuls dari sistem saraf
pusat ke efektor. Sistem saraf aferen terbagi menjadi sistem saraf somatik (saraf
yang tersusun atas serabut saraf motorik yang menginervasi otot rangka) dan saraf
otonom , sedangkan sistem saraf otonom (saraf yang tersusun atas serabut saraf
yang menginervasi otot polos, otot jantung dan kelenjar - kelenjar). Sistem saraf
otonom terdiri atas sistem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik.
[ CITATION Soe05 \l 1033 ]
Gerak refleks adalah gerakan pintas ke medulla spinalis. Ciri gerak refleks yaitu
respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sedangkan
lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron konektor
merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron
konektor berada di otak, maka refleksnya disebut refleks otak. Gerakan pupil mata
yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan cahaya merupakan contoh
refleks otak. Jika terletak di medulla spinalis, maka refleksnya disebut refleks
tulang belakang. Contohnya adalah gerak lutut yang tidak disengaja karena
rangsang sentuhan. [ CITATION Hal09 \l 1033 ]

V. PEMBAHASAN
a. Iritabilitas Saraf
Iritabilitas adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap stimulus.
Stimulus yang mengenai suatu otot atau saraf akan dirambatkan. Kemampuan
untuk merambatkan suatu impuls dikenal dengan konduktivitas. Dengan adanya
kemampuan iritabilitas dan konduktivitas maka stimulus akan dapat diterima
dan diteruskan dari atau ke bagian yang sesuai. Sifat iritabilitas sangat menonjol
pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila diberikan
rangsangan melalui saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan
oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang ada pada
sel saraf umumnya tidak dapat diamati, karena berupa proses pembentukan
potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel
saraf hanya dapat diamati pada efektornya. [ CITATION Cam051 \l 1033 ]

b. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan
penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan
tanggapan terhadap rangsangan tersebut. [ CITATION Cam051 \l 1033 ] Sistem
saraf tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. [ CITATION Wiw06 \l
1033 ] Menurut [ CITATION Soe05 \l 1033 ] ada tiga komponen yang harus
dimiliki oleh sistem saraf, yaitu :
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls, pada tubuh kita
adalah organ indera. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan
potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi
refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan
meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang
melaksanakan respon yang diinginkan
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-
sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar.

c. Gerak Refleks dan Mekanismenya


Gerak refleks merupakan gerakan tanpa disadari yang berjalan sangat cepat
dan otomatis dalam menanggapi respon rangsangan. Impuls penyebab gerakan
ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak.
Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu
mengubah energi rangsangan menjadi energy elektrokimia impuls saraf yang
akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. [ CITATION Dew15 \l 1033 ]

d. Penggolongan Gerak Reflek


Terdapat dua macam refleks : 1) Refleks sederhana atau refleks dasar, yang
menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada benda yang
menuju ke mata. 2) Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang
dihasilkan dengan belajar. Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas
refleks disebut lengkung refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar: (1)
reseptor (2) saraf eferen (3) pusat pengintegrasi (4) saraf eferen (5) efektor.
[ CITATION Soe05 \l 1033 ]

VI. ANALISIS DATA HASIL PENGAMATAN


Hasil Pengamatan Katak (Bufo sp)
Perlakuan Normal Single Duoble
phiting phiting
Nomal Mata Melotot] Melotot Sayu
(kedip-kedip,
1 sayu)
Kepala Mendongak Menunduk Tidak
terangkat
Ekstremitas Tungkai Tungkai Tidak aktif
depan dan depan dan
tungkai belakang
belakang melipat, aktif
melipat, aktif
Mata Berkedut 1 terbuka, 1 Sayu
tertutup (setengah
terbuka)
Kepala Mendongak Menunduk Menunduk
Ekstremitas Tungkai Kurang aktif Tidak aktif
depan (bergerak
terbuka, lambat)
Setelah tungkai
diputar belakang
horizontal melipat, aktif
Gaya renang Berenang Aktif, tidak Tenggelam,
dengan aktif seimbang tak bergerak
Dicubit Tungkai Tidak Tidak
bergerak bergerak bergerak
menekuk-
nekuk
Suhu 50oC Kaki bergerak Bergerak Tak bergerak
ke atas, lambat
menendang
Refleks kornea mata Membran 1 menutup, 1 Tidak
nictitans terbuka merespon
menutup
Frekuensi napas 104 kali/menit 35 kali/ Tak bernafas
menit

Hasil Pengamatan Ikan (Cyprinus carpino)


Diamati Normal Single Potong Potong
phiting sirip sirip caudal
ventral
Operculum (1 124 kali 112 kali 130 kali 173 kali
menit)
Ekstremitas Bergerak Bergerak Sirip Sirip selain
aktif lambat, pectoral sirip caudal
gerak tidak lebih aktif masih
seimbang bergerak
aktif
Kemampuan Sangat baik, Tidak Lambat Masih bisa
berenang bisa berenang, berenang
menyelam tenggelam tetapi di
dan begerak dasar kolam
aktif

a. Katak Normal
Pada pengamatan katak normal, beberapa rangsangan yang diberikan akan
menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sumsum tulang
belakang. Data-data yang didapatkan adalah saat posisi normalnya, mata
melotot, kepala dalam keadaan posisi mendongak, dan alat geraknya pada
tungkai depan dan tungkai belakang melipat. Frekuensi pernapasannya yaitu
104 kali dalam 1 menit hitungan. Pada keseimbangan katak setelah diputar yaitu
mata 1 berkedut, kepala menunduk, dan alat geraknya yaitu tungkai depannya
dan tungkai belakangnya tetap melipat dan aktif. Cara berenang pada katak
normal adalah dengan menggunakan tungkai depan dan tungkai belakangnya,
katak berenang dengan aktif. Reaksi yang diberikan katak normal ketika dicubit
adalah refleks menarik dan melompat. Adapun reaksi ketika kaki katak
dipanaskan pada suhu 500C kaki katak melompat dan bergerak cepat. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa katak normal memiliki sistem saraf (otak
dan sumsum tulang belakang) yang baik dimana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak dan sumsum tulang belakang dari resptor ke
efektor secara cepat.

b. Katak Single-Piting
Beberapa rangsangan yang diberikan pada katak Single Pithing
menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang lambat oleh efektornya.
Dalam hal ini, data-data yang didapatkan setelah melakukan single-pithing
adalah pada posisi normalnya, matanya satu melotot dan yang satu berkedip-
kedip (sayu), kepalanya agak menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai
depan dan tungkai belakangnya melipat dan aktif. Frekuensi pernapasan pada
katak coba setelah single-pithing adalah semakin lambat yaitu 35 kali dalam 1
menit hitungan. Keseimbangan setelah diputar adalah matanya berubah menjadi
satu terbuka dan satu tertutup, kepalanya menunduk, dan alat geraknya kurang
aktif (bergerak lambat). Cara berenang katak coba setelah single pithing
mengambang di air, gerak lambat, dan tidak seimbang. Reaksi ketika dicubit
merespon tetapi lambat. Adapun reaksi ketika kaki katak dipanaskan pada suhu
50oC yaitu menarik dan terangkat. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa dari
beberapa perlakuan tersebut katak menanggapi beberapa gerak refleks yang
diberikan dengan lambat. Kurangnya aksi refleks ini dikarenakan sistem saraf
pusat yakni otak telah mengalami kerusakan pada saat melakukan single
pithing. Kerusakan sistem saraf pusat menyebabkan reaksi efektor terhadap
beberapa impuls rangsangan berjalan lambat.

c. Katak Double-Piting
Pada pengamatan ini, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak coba
(Double-pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang tidak aktif
(katak mati). Pada proses ini terjadi kesalahan prosedur dimana seharusnya
katak diharapkan tidak mati, akan tetapi karena mungkin terlalu lama dalam
melakukan proses double pithing menjadikan katak mati dan tak dapat
merespon apa-apa. Data-data yang didapat kelompok lain setelah melakukan
double-pithing dan katak yang digunakan masih hidup adalah matanya semakin
sayup, kepalanya menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai depan dan
tungkai belakangnya sudah tidak aktif. Frekuensi pernapasannya pun lambat
setelah di double-pithing yaitu 16 kali per menit. Keseimbangan setelah diputar
adalah matanya sayup, kepala menunduk, dan alat geraknya yaitu pada tungkai
depan dan tungkai belakang tidak aktif. Cara berenangnya pun berbeda dari
katak normal dan katak coba saat single-pithing yaitu sudah tidak bereaksi lagi
dan badan bagian depan mengambang namun bagian belakang tenggelam di
air.. Saat dicubit dengan menggunakan pinset juga tidak ada reaksi yang
diberikan. Adapun reaksi ketika kaki dan tangan katak dipanaskan pada suhu
40oC yaitu merespon pada suhu 58oC dengan menarik dan terangkat. Dalam hal
ini, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan doublepithing pada katak coba,
gerak refleks yang diberikan oleh katak adalah lemah atau lambat. Lemahnya
respon refeks ini dikarenakan sistem saraf pada otak dan sumsum tulang
belakangnya (medulla spinalis) tidak mampu merespon dan memberi
menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke efektor

d. Ikan Normal
Pada pengamatan diperoleh data bahwa frekuensi membuka dan
menutupnya operculum pada ikan normal yaitu 124 kali/menit. Ekstremitas
terdiri sirip dorsal, sirip ventral, sirip anal, dan sirip caudal bergerak sangat aktif
yang dapat digunakan untuk berenang. Ikan normal memiliki kemampuan
berenang yang sangat baik, bergerak aktif dan dapat menyelam. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa ikan normal memiliki sistem saraf yang berkerja baik,
otak dan sumsum lanjutan ikan dalam kondisi normal.

e. Ikan Single-Pithing
Pada pengamatan diperoleh data bahwa ikan yang diberi perlakuan single
phiting cenderung mengalami keterlambatan pada setiap pergerakannya.
Frekuensi membuka dan menutupnya operculum yaitu 112 kali/menit.
Ekstremitas yang berupa sirip mempunyai kemampuan bergerak yang lambat.
Ikan single phiting hanya dapat berenang di dasar kolam dan memiliki
keseimbangan yang buruk. Oleh karena itu, kurangnya reaksi saraf ini
dikarenakan sistem saraf pusat yakni otak telah mengalami kerusakan pada saat
melakukan single pithing. Apabila bagian otak kecil yang rusak maka ikan akan
kehilangan keseimbangan. Otak kecil pada ikan merupakan tempat berakhirnya
saraf keseimbangan dan gurat sisi.

f. Ikan Dipotong Sirip Ventral


Pada pengamatan diperoleh data bahwa ikan yang dipotong sirip ventral
berpengaruh terhadap kemampuan berenang ikan tersebut. Frekuensi membuka
dan menutupnya operculum yaitu 130 kali/menit. Ekstremitas yang tersisa yaitu
sirip pectoral menjadi lebih aktif. Ikan yang dipotong sirip ventral mempunyai
ketidakseimbangan dalam berenang dan hanya dapat berenang di dasar kolam,
gerak renang ikan melambat. Oleh karena itu, ketika sirip ventral ikan dipotong
maka akan mengalami ketidakseimbangan dalam berenang. Hal ini terjadi
karena sirip ventral mempunyai peran sebagai dalam membantu menstabilkan
ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk
menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.

g. Ikan Dipotong Sirip Ekor


Pada pengamatan diperoleh data bahwa ikan yang dipotong sirip caudal
berpengaruh terhadap kemampuan berenang ikan tersebut. Frekuensi membuka
dan menutupnya operculum yaitu 173 kali/menit. Ekstremitas yang tersisa yaitu
sirip dorsal dan sirip ventral yang masih dapat aktif bergerak. Ikan tersebut
masih bisa berenang namun hanya di dasar kolam. Sirip caudal ikan dipotong
maka ikan akan mengalami kesulitan berenang. Hal ini terjadi karena sirip
caudal yang berperan sebagai pendorong utama ketika berenang telah hilang
dipotong sehingga kemampuan ikan dalam berenang menjadi lambat.

VII. KESIMPULAN
Berdasasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan otak
kecil) yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan,
koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sebagai contoh
refleks yang dikontrol oleh otak atau saraf kranial katak meliputi frekuensi
pernapasan, gerakan kepala, cara berenang, dan gerak tungkai depan dan
belakang
b. Refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal pada
katak adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang mampu
memediasi sejumlah refleks, somatik dan autonomik, dan meliputi reaksi
ketika dicubit, perubahan mata, dan reaksi ketika kaki dipanaskan.
c. Respon ikan ketika diberi suatu rangsangan pada ikan yang diberi perlakuan
single phiting terjadi kehilangan keseimbangan karena otak kecil ikan rusak,
ikan yang dipotong sirip ventral mengalami ketidakseimbangan dalam
berenang karena sirip ventral mempunyai peran sebagai dalam membantu
menstabilkan ikan saat berenang, dan ikan yang dipotong sirip caudal
mengalami kesulitan berenang karena sirip caudal yang berperan sebagai
pendorong utama ketika berenang.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Campbell Neil A., J. B. (2005). Biologi Edisi 5. Jakarta: Erlangga.


Dewi, A. B. (2015). Pemeriksaan Sistem Motorik dan Fisiologis, Patologis, dan
Primitif. Makassar: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Halwatiah. (2009). Fisiologi. Makassar: Alauddin Press.
Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Soewolo. (2005). Pengantar Fisiologi Hewan. Malang: UM Press.

IX. LAMPIRAN
- Satu lembar laporan sementara
- lembar foto hasil praktikum

X. LEMBAR PENGESAHAN

Surakarta, 18 Oktober 2018

Asisten Praktikan

(OKTAVIANA IKA S.) ANNISA FITRI


NIM. NIM. K4316009
LAMPIRAN
Foto hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai