Anda di halaman 1dari 11

BIOTEKNOLOGI

MODERN SEBAGAI
DETEKSI DINI
PENYAKIT ALZHEIMER
1. BIOMARKER miRNA-146a SEBAGAI DETEKSI DINI YANG
EFEKTIF UNTUK ALZHEIMER
2. IMMUNOGENITAS ANTIBODI BETA AMYLOID POLIKLONAL
SEBAGAI STUDI AWAL PENGEMBANGAN DIAGNOSIS DINI
PENYAKIT ALZHEIMER
1. BIOMARKER miRNA-146a SEBAGAI
DETEKSI DINI YANG EFEKTIF UNTUK
ALZHEIMER
• Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan serum
darah menggunakan penanda biologi (biomarker).
• Penelitian mengenai biomarker menunjukkan efektivitas
dan efisiensi yang cukup baik dalam pendeteksian dini
alzheimer.
• Biomarker yang dapat digunakan yaitu Nacetyl aspartate
acid (NAA), Serum α1 – antikimotripsin (ACT), β-Amyloid,
Tau-protein, dan miRNA-146a. Biomarker miRNA-146a
dinilai memiliki potensi untuk digunakan karena memiliki
sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%.
• Menurut penelitian Wang et al., (2016) pada
sistem sel perifer, microRNA-146a menekan gen
yang terkait dengan rho, coiled-coil containing
protein kinase 1 (ROCK1) dan ROCK1 berikatan
dengan protein phosphatase and tensin homolog
(PTEN) yang merupakan langkah penting untuk
fosforilasi PTEN yang mempromosikan tau
dephosphorylation Penurunan fosforilasi PTEN
dan PTEN immunoreactive temporal lobus
piramidal neuron merupakan hal yang
diperhatikan pada AD.
• Data ini menunjukkan bahwa upregulasi microRNA-146a
dapat menyebabkan mitosfosforilasi tau abnormal di neuron
dengan mengatur jalur sinyal ROCK1-PTEN di neuron.
• Dalam pengujian secara sistematis dapat diamati bahwa
ROCK1 adalah target microRNA146a pada sel saraf, bahwa
overekspresi microRNA-146a pada sel saraf menginduksi tau
hyperphosphorylation melalui regulasi ROCK1 melalui PTEN,
bahwa ada penurunan kadar ROCK1 dan Sebuah
colocalisation dengan hyperphosphorylated tau di
neurofibrillary tangels di otak pasien dengan AD, dan
penghambatan microRNA-146a pada tikus yang memiliki AD
terjadi pengurangan tau hyperphosphorylation dan
meningkatkan fungsi memori. Percobaan ini mendukung
proposisi bahwa microRNA-146a memainkan peran penting
dalam patofisiologi AD dengan mengatur fosforilasi tau
(Wang, et al., 2016)
• Dari hasil studi dapat dilihat bahwa Alzheimer
dapat dideteksi menggunakan biomarker dan
biomarker yang berpotensi digunakan yaitu
miRNA-146a dengan spesifisitas 100% dan
sensitifitas 90%
2. IMMUNOGENITAS ANTIBODI BETA AMYLOID
POLIKLONAL SEBAGAI STUDI AWAL PENGEMBANGAN
DIAGNOSIS DINI PENYAKIT ALZHEIMER
- Teori ACH (Amyloid Cascade Hypothesis)
menyebutkan deposit dan misfolding protein beta
amyloid menyebabkan terbentuknya plak dan
degenerasi sel neuron
- Metode= Randomized Group Post Test Only
Design dilakukan pada kelinci. Sampel diambil dari
darah kelinci yang telah diinjeksikan antigen
seminggu sekali selama 5 minggu. Variabel yang
dilihat pada penelitian ini adalah terbentuknya
antibodi beta amyloid poliklonal dengan
pegecekan kadar menggunakan metode Dot Blot
dan ELISA.
• Hewan coba: hewan coba yang digunakan sebagai
produsen antibodi dalam penelitian ini adalah kelinci
albino jantan berusia 12-16 minggu yang dibeli dari
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
• Beta-amyloid human peptide: antigen berupa protein beta
amyloid dari manusia yang dimurnikan dan digunakan
untuk menginduksi terbentuknya antibodi beta amyloid
pada kelinci yang dibeli dari US BIO
• Complete Freund’s Adjuvant (CFA) dan Incomplete
Freund’s Adjuvant (IFA): CFA digunakan sebagai adjuvan
pada penginjeksian antigen pertama sedangkan IFA
digunakan sebagai adjuvan pada penginjeksian (booster)
selanjutnya. CFA dan IFA didapatkan dari Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
• Pada penelitian ini telah dilakukan uji Dot Blot dan ELISA
untuk mengetahui kadar titer antibodi beta amyloid pada
serum darah, secara kualitatif dan kuantitatif pada
hewan coba yang diinduksi dengan beta amyloid. Dengan
uji metode Dot Blot, secara kualitatif menunjukkan
terdapat perubahan gradasi warna menjadi lebih gelap
pada minggu ketiga penghasilan antobodi, dibandingkan
pada minggu pertama. Hal ini mengisyaratkan bahwa
terdapat peningkatan kadar titer antibodi dari serum
kelinci minggu pertama dibandingkan dengan serum
kelinci minggu ketiga
• Setelah diketahui terdapat peningkatan kadar titer
antibody, selanjutnya untuk mengetahui kadar titer
antibodi beta amyloid secara kuantitatif, digunakan uji
ELISA. Hasil uji immunoblotting antara antibodi beta
amyloid yang dihasilkan penelitian ini dengan protein
beta amyloid disajikan pada tabel , yang menunjukkan
bahwa sampai pada minggu ke-5 antibodi beta amyloid
masih diproduksi
• Hasil.=Telah terproduksi antibodi poliklonal beta
amyloid secara spesifik yang telah dibuktikan
dengan adanya ikatan antara antigen dengan
antibodi pada dot blot.

• Simpulan= Antibodi beta amyloid dapat


diproduksi melalui teknik produksi antibodi
poliklonal dengan induksi antigen beta amyloid
pada kelinci.

Anda mungkin juga menyukai