Anda di halaman 1dari 18

KAPITA SELEKTA

“KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kapita Selekta
Dosen Pengampu: Dr. Baskoro Adi Prayitno S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh :

Alfian Primahesa (K43160003)

Fabella Dwi Budiartiningsih (K4316027)

Linda Putri Cahyani (K4316039)

Yessy Ratna Siwie (K4316069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta.
Seorang filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”.
Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkara
n fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun
merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat kita
berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak mempunyai arah yang
jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris.
Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidupseseorang
sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga dari
pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan
atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara ber
pikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah wajah
dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini dengan perubahan pemikiran.
Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang
untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara
berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-
permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat.
Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat
model penyelesaian masalah secara efektif.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikirkritis
ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian
(precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic),
keluasansudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty),
kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita
kemukakan (implication).
B. Rumusan Masalah
Makalah ini terfokuskan pada pembahasan mengenai berfikir kritis, dimana
rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :
a. Apa pengertian berfikir kritis ?
b. Apa saja indikator keterampilan berfikir kritis ?
c. Apa nilai penting berpikir kritis untuk jangka panjang dan jangka pendek ?
d. Bagaimana profil berpikir kritis peserta didik di Indonesia dan dunia ?
e. Bagaimana cara pengukuran keterampilan berpikir kritis ?
f. Bagaimana cara pemberdayaan berpikir kritis ?
g. Bagaimana contoh instrumen keterampilan berpikir kritis ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Mengetahui pengertian berpikir kritis
b. Mengetahui karakteristik dan indikator keterampilan berpikir kritis
c. Mengetahui nilai penting berpikir kritis
d. Mengetahui profil berpikir kritis peserta didik di Indonesia dan dunia
e. Mengetahui cara pengukuran keterampilan berpikir kritis
f. Mengetahui cara pemberdayaan berpikir kritis
g. Bagaimana contoh instrumen keterampilan berpikir kritis
BAB II

ISI

A. Pengertian Berpikir Kritis


Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi
yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang
digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan
dalam belajar. Beberapa pengertian mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya
:
1. Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah
cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasivaliditas
sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian).‟
2. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56)memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas darikonseptualisasi, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau
dihasilkan oleh
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penun
tun menuju kepercayaan dan aksi.
3. Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikirkritis adalah
sebuah proses yang menekankan sebuah basiskepercayaan-kepercayaan yang logis
dan rasional, dan memberikanserangkaian standar dan prosedur untuk
menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
4. Menurut Halpern (Rudd et al, 2003 : 128) mendefinisikan critical thingking as
„...the use of cognitive skills or strategies that increase the probability of
desirable outcome.‟
5. Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang
dalam mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu
kepercayaan dan kegiatan yang telah dilakukan.”
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan
daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang
pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang
diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan
masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya.
Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang
lain. Berpikir kritis bersifat netral, objektif, dan tidak bias. Meskipun berpikir kritis
dapat digunakan untuk menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk,
berpikir kritis dapat memainkan
peran penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan
tugas konstruktif. Pemikir kritis mampu melkukan introspeksi tentang kemungkinan
bias dalam alasan yang dikemukakannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis diatas maka
dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir
yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap
permasalahan.
B. Karakteristik dan Indikator Berpikir Kritis
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni
meliputi :
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8. Mentoleransi ambiguitas.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer


(1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-
pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria
atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari
beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang
kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten,
dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu
atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubunganantara
beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa,1985 : 54)
dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri
dari lima kelompok besar, yaitu :
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
2. Membangun keterampilan dasar (basic support)
3. Menyimpulkan (interference)
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification)
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics)

Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan


lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya
dituliskan dalam tabel berikut :
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis

Keterampilan Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek


Berpikir Kritis
1. Memberikan 1. Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau
penjelasan memformulasikan
dasar suatu pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan
kriteria jawaban yang
mungkin
c. Menjaga pikiran terhadap
situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi
kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan
c. Mengidentifikasi
alasan yang tidak
dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi dan
menangani ketidakrelevanan
f. Mencari struktur dari
sebuah pendapat/ argumen
g. Meringkas
3. Bertanya dan a. Mengapa?
menjawab pertanyaan klarifikasi b. Apa yang menjadi
dan pertanyaan yang menantang alasan utama?
c. Apa yang kamu
maksud dengan?
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan contoh?
f. Bagaiamana mengaplikasika
n kasus tersebut?
g. Apa yang menjadikan perbe
daannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katak
an?
j. Apalagi yang akan kamu
katakan tentang itu?
2. Membangun 4. Mempertimbangkan apakah a. Keahlian
keterampilan sumber dapat dipercaya atau b. Mengurangi konflik interest
dasar tidak? c. Kesepakatan antar sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan
prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan a
lasan
h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi dan a. Mengurangi praduga/
mempertimbangkan menyangka
hasil observasi b. Mempersingkat waktu
antaraobservasi dengan
laporan
c. Laporan dilakukan
oleh pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang
sangat diperlukan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam pengua
tan
g. Kondisi akses yang baik
h. Kompeten dalam
menggunakan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas kriteria
3. Menyimpulk 6. Mendeduksi dan a. Kelas logika
an mempertimbangkan deduksi b. Mengkondisikan logika
c. Menginterpretasikan
pernyataan
7. Menginduksi dan a. Menggeneralisasi
mempertimbangkan hasil induksi b. Berhipotesis
8. Membuat dan mengkaji nilai- a. Latar belakang fakta
nilai hasil pertimbangan b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan
konsep (prinsip- prinsip,
hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan alternat
if
e. Menyeimbangkan,
menimbang dan
memutuskan
4. Membuat pe 9. Mendefinisikan istilah dan Ada 3 dimensi :
njelasan lebi mempertimbangkan definisi a. Bentuk : sinonim,
h lanjut klarifikasi, rentang, ekspresi
yang sama, operasional,
contoh dan non contoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)
10. Mengidentifikasi asumsi a. Alasan yang tidak
dinyatakan
b. Asumsi yang diperlukan :
rekonstruksi argumen
5. Strategi dant 11. Memutuskan suatu tindakan a. Mendefisikan masalah
aktik b. Memilih kriteria yang
mungkin sebagai
solusi permasalahan
c. Merumuskan alternatif-
alternatif untuk solusi
d. Memutuskan hal-
hal yang akan dilakukan
e. Merivew
f. Memonitor implementasi
12. Berinteraksi dengan orang a. Memberi label
lain b. Strategi logis
c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan suatu
posisi, baik lisan atau
tulisan
C. Nilai Penting Berpikir Kritis
Berpikir kritis memungkinkan peserta didik memanfaatkan potensi dalam
dirinya dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari
diri. Berikut merupakan nilai penting dari berpikir kritis, yaitu :
1. Berpikir kritis merupakan keterampilan universal
Kemampuan berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketik
a mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun, jadi
merupakan aset berharga bagi karir seorang.
2. Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21
Abad ke 21 merupakan erainformasi dan teknologi. Seorang harus merespons
perubahan dengancepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan
intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan
mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.
3. Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik
Berpikir jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan
gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur teksdengan logis,
meningkatkan kemampuan untuk memahami.
4. Berpikir kritis meningkatkan kreativitas
Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya perlu
gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas
yang harusdiselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru,
memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
5. Berpikir kritis penting untuk refleksi diri
Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti
(meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan
merefleksikan nilaidan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan meta-
thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap
nilai dan keputusan yang diambil, lalu dalam konteks membuat hidup lebih
berarti melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu kedalam
kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis juga memiliki beberapa manfaat bagi peserta didik, diantaranya
:
 Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat
argumen
 Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
 Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
 Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan
yang kuat
 Membiasakan berpikiran terbuka
 Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada
lainnya.
D. Profil Keterampilan Berpikir Kritis
Sebuah penelitian oleh Victor Medina-Conesa menemukan bahwa 69%
mahasiswa Indonesia ingin memiliki usahanya sendiri ketika lulus. Dari jumlah
tersebut, 62% ingin menjadi entrepreneur di bidang teknologi. Angka ini terbilang
sangat tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur. Namun,
kurangnya kemampuan berpikir kritis masih menjadi salah satu hambatan bagi
sumber daya manusia Indonesia (Conesa, 2016).
Bila merujuk pada hasil tes (PISA Programme for International Student
Assessment) yang digunakan untuk memantau kemampuan murid berumur 15 tahun
untuk mengekstrapolasi apa yang sudah dipelajarinya dalam konteks dalam dan luar
sekolah. Di bidang sains, lebih dri 50% murid dikategorikan pada tingkat 1 atau di
bawahnya dari total 6 tingkatan. Hal ini berarti lebih dari setengah anak berumur 15
tahun di Indonesia tidak dapat menarik kesimpulan dari kumpulan data yang simpel
menggunakan pengetahuan umum dasar. Sedangkan di bidang matematika, 2/3
dianggap tidak dapat mengambil inti sari dari satu sumber dan membuat interpretasi
literal dari hasil tersebut. Dari sisi membaca, 55% tidak dapat mengenali ide utama
dari suatu bacaan, memahami tautan dan kaitan, ataupun menafsirkan arti dari suatu
bacaan apabila arti tersebut tidak menonjol. Hal tersebut dapat diartikan lebih dari
setengah murid-murid 15 tahun di Indonesia tidak memiliki kemampuan dasar untuk
dapat berpikir kritis (Wibowo, 2017).
Darurat nalar kritis menjadi perbincangan serius pendidik di belahan dunia.
Bahkan, sejak 1942, nalar kritis menjadi tujuan utama dalam pendidikan. Howard
Gardner, melalui Five Minds for the Future (2007), menyebut darurat nalar kritis bagi
anak bangsa di era digital. Akibat gempuran informasi digital, nalar kritis menjadi
tersumbat. Bagi anak didik, ketidakmampuan menalar kritis sangat berbahaya
(Premana, 2010). Tidak hanya mengolah persoalan yang kompleks, anak didik juga
akan sulit dalam mengolah informasi meski pada level sangat sederhana. Kegagalan
menalar kritis juga membuat anak didik mudah terdistorsi lantaran pijakan logikanya
yang tidak kukuh. Itu disebabkan pengetahuan yang dimiliki anak didik belum cukup
untuk menilai dan menyaring informasi. Akibatnya muncul salah pengertian,
perhitungan, dan salah mengambil keputusan. Problem kebekuan nalar kritis, di masa
akan datang, banyak memicu masalah. Pendidikan yang gagal melatih anak didik
bernalar kritis akan menghasilkan pribadi yang sukar berdialog antarkelompok
berbeda, karena yang ada hanya satu ide. Dengan begitu, ruang gerak nalarnya
menjadi sempit dan kerdil.
Nalar kritis merupakan suatu aktivitas evaluatif untuk menghasilkan suatu
simpulan (Cabrera, 1992). Sementara itu, Gerhard (1971) menyebut nalar kritis
sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data,
analisis data, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif dan
kuantitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil
evaluasi. Berpikir kritis diperlukan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan
sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan tepat. Hasil temuan Aditya (2013:1) dan
Facione (2013:3) menunjukkan nalar kritis tidak hanya mendukung hasil belajar anak
didik, tetapi juga perkembangan karier dan kehidupan anak di masa depan. Hal yang
sama juga disampaikan Splitter (1991). Menurut Splitter, nalar kritis akan membuat
anak didik mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengonstruksi argumen serta
mampu memecahkan masalah dengan tepat. Nalar kritis juga akan membuat anak
didik mampu menolong dirinya atau orang lain dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi. Upaya untuk melatih nalar kritis pada anak didik, lanjut Spitter,
sampai saat ini sering luput dari perhatian guru. Itu terlihat pada kegiatan
pembelajaran yang lebih banyak memberi informasi, diikuti diskusi dan latihan
dengan frekuensi yang sangat terbatas. Hasil temuan Anderson et al, (1997); Bloomer
(1998); Kember (1997), dan Soden R (2000), menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar pada praktiknya kurang mendorong pada pencapaian kemampuan anak
untuk bernalar kritis. Tidak hanya di bangku sekolah, tetapi juga perguruan tinggi
(PT). Dua faktor penyebab nalar kritis tidak berkembang selama pendidikan ialah
kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen
lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang
metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan nalar kritis.
E. Cara Pengukuran Keterampilan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis seseorang dapat diketahui dengan pengkuran.
Beberapa metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan
berpikir kritis antara lain dengan pilihan pilihan anda atau dengan tes esai. Selain
dengan pengukuran di atas, kebiasaan berpikir kritis seseorang jiga dapat diukur
dengan skala likert (Mulyaningsih, 2011:41-42).
a. Californiacriticalthinkingdispositioninventory
Californiacriticalthinkingdispositioninventory dapat digunakan untuk
mengukur sejauh mana seseorang memiliki sikap sebagai seorang pemikir
kritis. Dengan alat ukur ini maka dapat membuka pikiran, kepercayaan diri,
maturitas, menganalisis, sistematis, penyelidikan, pencarian kebenaran.
b. Critical thinking disposition assessment instrument (UF-EMI)
UF-EMI mengukur tiga hal yaitu engagement (keterlibatan), cognitive
maturity (kematangan kognitif), dan innovativeness (inovatif). Engagement
(keterlibatan) untuk mengukur rasa percaya diri seseorang terhadap
pemikirannya dan kemampuan komunikasi. Seseorang
dengan engagement (keterlibatan) yang tinggi akan mampu mengantisipasi
situasi dengan menggunakan rasional yang baik. Orang yang
mempunyai engagement (keterlibatan) yang tinggi juga akan mencari
kesempatan untuk menggunakan keterampilan penalaran dan kemampuannya
untuk memberikan alasan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Orang tersebut juga dapat menjadi komunikator yang baik dan mampu
menjelaskan proses penalaran yang digunakan untuk membuat keputusan atau
menyelesaikan masalah.
Coginitive maturity (kematangan kognitif) diukur untuk mengetahui
sejauh mana kesadarn diri dan obyektifitas seseorang. Seorang individu
dengan tingkatCoginitive maturity (kematangan kognitif) yang tinggi akan
menyadari kecenderungan sendiri dan bias dalam proses pengambilan
keputusan. Orang tersebut akan menyadari pendapat dan posisinya akan
dipengaruhi oleh orang lain, lingkungan, dan pengalaman. Dia juga menyadari
bahwa orang lain mungkin setujut atau tidak setuju dengan pendapat dan
posisinya. Ia terbuka dengan pendapat orang lain dan membutuhkan masukan
untuk menyatukan perbedaan pandangan dan akan obyektif ketika membuat
keputusan atau menyelesaikan masalah.
Innovativeness (inovasi) diukur untuk mengetahui keingintahuan
seseorang terhadap sesuatu yang baru. Seseorang yang
memiliki Innovativeness (inovasi) yang tinggi digambarkan sebagai orang
yang selalu lapar. Orang dengan inovasi tinggi akan selalu mencari
pengetahuan baru. Individu yang memiliki tingkat inovasi yang tinggi akan
tahu apa yang harus dipelajari lebih banyak tentang profesi mereka, situasi
mereka, hidup mereka, dan dunia mereka. Seseorang dengan inovasi tinggi
akan merasa penasaran dengan tantanganbaru dan aktif berusaha untuk tahu
lebih banyak melalui penelitian, membaca, dan mempertanyakan
(Mulyaningsih, 2011:42-43).
F. Cara Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada pembelajaran yang sudah terbukti sangat memberdayakan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah pembelajaran berpola PBMP (Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan). Pembelajaran berpola PBMP ini disebut juga berpola TEQ
(Thinking Empowerment by Questioning). Terkait pengaruh pembelajaran berpola
PBMP tersebut, lebih dari 90% terbukti melaporkan potensi pemberdayaan berpikir
kritis yang demikian tinggi.
Pada pembelajaran berpola PBMP, tidak ada proses pembelajaran yang
berlangsung secara informatif; seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan
pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis. Pada pembelajaran yang didukung
oleh kegiatan praktikum sekalipun, pola pembelajaran itu tetap dipertahankan,
sekalipun untuk operasionalisasi kegiatan praktikum dibutuhkan pula perintah-
perintah teknis. Gramatika Bahasa Indonesia yang digunakan harus selalu benar.
Pertanyaan tentang hal yang sama, dapat diulang dan dirumuskan dari sudut pandang
berbeda-beda; dan satu konsep & subkonsep dikaji sebanyak-banyaknya sesuai
dengan tingkat perkembangan dari yang bersifat umum ke yang khusus atau
sebaliknya (asalkan konsisten) dalam alur pikir yang logis berurutan. Struktur lembar
siswa (LS) adalah : Pengantar, Sediakan, Lakukan (kegiatan Diskusi/Kerja
Kelompok/Demonstrasi dan Renungkan), Pikirkan, Asessmen, dan Arahan.
G. Instrumen Pengukuran Keterampilan Berpikir Kritis
Instrumen pengukuran keterampilan berpikir kritis dapat berupa soal pretest
dan postest.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan
proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi
:
 Kegiatan merumuskan pertanyaan
 Membatasi permasalahan
 Menguji data-data
 Menganalisis berbagai pendapat dan bias
 Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
 Menghindari penyederhanaan berlebihan
 Mempertimbangkan berbagai interpretasi
 Mentoleransi ambiguitas.
Nilai penting dari keterampilan berpikir kritis, yaitu :
 Berpikir kritis merupakan keterampilan universal
 Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21
 Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik
 Berpikir kritis meningkatkan kreativitas
 Berpikir kritis penting untuk refleksi diri
Berpikir kritis juga memiliki beberapa manfaat bagi peserta didik, diantaranya :
 Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat
argumen
 Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
 Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
 Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan
yang kuat
 Membiasakan berpikiran terbuka
 Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada
lainnya.
Pengukuran keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan dua metode, yaitu
Californiacriticalthinkingdispositioninventory dan Critical thinking disposition
assessment instrument (UF-EMI). Pembelajaran yang sudah terbukti sangat
memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran berpola PBMP
(Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan). Instrumen pengukuran keterampilan
berpikir kritis dapat berupa soal pretest dan postest.
B. Saran
Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang
berjudul Keterampilan Berpikir Kritis ini berguna untuk menambah pemahaman dan
wawasan bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal untuk melakukan proses
pembelajaran sebagai calon guru. Selain itu, juga diharapkan agar selalu berusaha terus
memenuhi rasa ingin tahu hasil dari kegiatan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai