PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Sukasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukasari,
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 2 km dari
Kantor Kecamatan Sukasari, dan berjarak 23 km dari Kota Sumedang. Desa
Sukasari terdiri dari 14 RW, dan 54 RT. Selain itu di Desa Sukasari terdapat
tujuh dusun, yaitu Dusun Sukasari, Bojong, Cibogo I, Cibogo II, Patenggeng,
Cisitu, dan Dusun Talingkup. Dengan jumlah penduduk sebanyak 5179 jiwa
(September 2014), dan terdiri dari 1883 Kepala Keluarga. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sekretaris Desa Sukasari, Dusun Cibogo II tercatat
sebagai dusun dengan petani dan pengolah tembakau terbanyak di Desa
Sukasari. Sehingga pada tahun 2012 diresmikan sebagai desa agrowisata
dalam bidang tembakau oleh Pemerintah Daerah Sumedang.
Dusun Cibogo II terdiri dari dua RW yaitu RW 06 dan RW 07, dan
memiliki tujuh RT. RW 06 terdiri dari empat RT, sedangkan RW 07 terdiri dari
tiga RT. Dusun Cibogo II memiliki jumlah penduduk sebanyak 677 jiwa,
dengan rincian jumlah penduduk lai-laki sebanyak 323 jiwa dan perempuan
sebanyak 354 jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan beberapa narasumber
seperti Sekretaris Desa Sukasari, Kepala Dusun Cibogo II, masalah yang
dihadapi oleh masyarakat Dusun Cibogo II cukup beragam, mulai dari
masalah ekonomi, pendidikan hingga masalah kesehatan. Di setiap RW tentu
masalah yang dihadapi memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil wawancara
kami dengan Kepala Dusun Cibogo II bahwa mayoritas mata pencaharian
masyarakat di Dusun Cibogo II adalah petani tembakau. Keluhan dari para
petani tembakau adalah adanya cukai, sehingga menekan harga jual tembakau.
Hasil penjualan para petani bergantung pada besar atau kecilnya modal yang
1
dimiliki petani. Selain itu, hasil panen yang penjualannya dikuasai oleh
bandar/tengkulak, menyebabkan petani tidak dapat secara langsung menjual
hasil tembakaunya kepada konsumen atau perusahaan. Hasil penjualan per
bantal tembakau rata-rata Rp 250.000/bantal.
Di dalam segi Pendidikan didapatkan informasi dari Kepala Dusun
Cibogo II dan Ketua RW 07 bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat
hanya berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Dan hal ini terjadi terutama di RW 07. Berdasarkan hasil
wawancara kami dengan Kepala Dusun Cibogo II, banyak remaja di Dusun
Cibogo II yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA dikarenakan
kurangnya motivasi anak untuk bersekolah, masalah ketidakmampuan
orangtua membiayai bekal anak pergi ke sekolah, pengaruh dan kesadaran
orangtua akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, sedikitnya jumlah SMA negeri, dan jarak SMA yang tergolong jauh
bagi masyarakat dusun. Remaja putra yang tidak melanjutkan pendidikan
mengikuti jejak orangtuanya untuk bertani, sedangkan untuk remaja putri
lebih memilih untuk menikah muda.
Sementara dalam segi kesehatan, masalah yang terdapat di masyarakat
RW 07 berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RW 07 adalah mengenai
kesadaran masyarakat mengenai lokasi untuk buang air yang terkadang masih
sembarangan (di balong/sungai). Tetapi di lain sisi, terdapat potensi dalam
bidang kesehatan diantaranya, akses layanan kesehatan di Puskesmas
tergolong mudah, selain itu dari segi sarana dan prasarana cukup memadai. Di
Dusun Cibogo II sendiri belum terdapat Karang Taruna, kegiatan pemuda
diarahkan ke bidang olahraga voli. Dan dusun ini telah memiliki organisasi
volinya sendiri.
sampai dengan pengadaan alat transportasi yaitu berupa fasilitas angkot gratis
bagi siswa yang sedang bersekolah. Program ini berkaitan dengan program
pemerintah
lainnya
yaitu
menyelenggarakan
pendidikan
gratis
bagi
masyarakat;
Melatih mahasiswa merancang seperangkat instrumen yang dibutuhkan untuk
jika mengikuti kegiatan pengembangan masyarakat ini karena kegiatan ini melibatkan
partisipasi dari masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebenaran
dan
autoriti
yang
diberikan
klien
(berdasarkan
kontrak
bekerja
dengan
pekerja
sosial
berusaha
untuk
perspektif
sosiologi
komunitas
dapat
dibedakan
dari
10
dikerjakan:
1. Grass root ataupun neighbourhood work (pelaku perubahan melakukan
intervensi teradap kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut,
misalnya dalam suatu Kelurahan ataupun Rukun Tetangga);
2. Local agency dan inter-agency work (pelaku perubahan melakukan
intervensi terhadap organisasi payung di tingkat lokal, provinsi ataupun
di tingkat yang lebih luas, bersama jajaran pemerintahan yang terkait
serta organisasi non-pemerintah yang berminat terhadap hal tersebut);
3. Regional dan national community palnning work (misalnya pelaku
perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan
pembangunan ekonomi ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan
yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan di tingkat lokal).
2.2.2. Tipe-Tipe Masyarakat Setempat
Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan
empat kriteria yang saling berkaitan, yaitu:
a. Jumlah penduduk;
b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman;
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap
masyarakat; dan
d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
11
seluruh
sedangkan
penduduknya
tersebar.
Belum
berkembangnya
mengatakan tidak jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal
di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama SelfDetermination. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan
sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi
12
yang
melihat
pemberdayaan
sebagai
suatu
proses
yang
mengapa
terjadi
pentidakberdayaan;
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek;
13
pemberdayaan
dan
14
bukan
sesuatu
yang
mudah
untuk
Engagement
dan
memenuhi
syarat
untuk
diberikan
suatu
situasi,
menciptakan
15
komunikasi
dan
dihadapi.
Hasil
dari
pengamatan
dan
komunikasi
application,
pekerja
sosial
harus
mampu
16
dan
memperlancar
penyusunan
pencapaian
persetujuan
tujuan
kerja
pemecahan
guna
masalah.
relationship
pertolongan
yang
khusus.
Dasar
menciptakan
memahami
kesepakatan
untuk
tujuan
Assessment
merupakan
dan
suatu
Pemahaman
kegiatan
17
Dalam
pelaksanaan
kerjanya
menerapkan
dasar
study
(studi
sosial)
yaitu
kegiatan
untuk
pengidentifikasian,penginvestigasian
dan
(analytic
assessment
and
adalah
interactional
pekerja
sosial
skills).
Tujuan
dapat
dari
membantu
mendefinisikan masalah klien dan menunjukkan sumbersumber yang berhubungan. Adapun kegiatan yang harus
dilakukan pekerja sosial dalam tahap assessment ini adalah
Pengumpulan
data,
pengecekan
data,
dan
penarikan
kesimpulan.
Berikut ini penulis mencoba untuk membahas kegiatankegiatan pada tahap asessment:
a).
Pengumpulan
pengumpulan
data
oleh
Data.
pekerja
Hal
terpenting
sosial
adalah
dalam
dengan
dan
kemudian
memformulasikan
atau
18
Analisa
data.
Analisa
data
mengacu
kepada
jika
data
sudah
terkumpul
secara
valid,
19
mampu
menerapkan
prinsip-prinsip
assessment
sebagai berikut:
Assessment
pekerja
sosial
akan
orang,
situasi
sosial
dan
interaksi
diantara
ketiganya;
ketidakberhasilan
penyusunan
rencana
intervensi;
20
dapat
meningkatkan
komitmennya
dalam
proses
pedoman
pemecahan
dan
masalah.
ukuran
Pekerja
bagi
kemajuan
sosial
perlu
proses
memilki
untuk
mengadakan
perubahan
di
dalam
sistem
perencanaan
sosial
(social
planing).
Dengan
21
mampu
merubah
tingkah
laku
individu
(attitude
and
merupakan
unsur
(sponsor
dan
klien).
Pekerja
sosial
sosial
kemampuhan,ketepatan
diterapkannya
juga
harus
mampu
alternatif
memonitor
faktor
menguji
intervensi
yang
yang
membawa
22
ia
capai,
klien
diharapkan
mampu
memelihara
dan
dalam
buku
(Budhi
Wibhawa
dkk,
Panduan
Praktikum
23
Based
Organization
berfokus
pada
isu-isu
dan
sehingga dapat
24
itu
ditingkatkan
dalam
proses
pengkajian
keadaan,
25
a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui
secukupnya saja)
b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar
seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau
metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang
mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada
prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi
masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang
terpenting
bukanlah
kesempurnaan
dalam
penerapan,
melainkan
27
metode
PRA.
(Abdul
Muththalib,2009,
dalam
id.shvoong.com)
Adapula tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
PRA. Langkah-langkah dalam proses PRA meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
persiapan desa
persiapan dalam tim
melakukan kajian keadaan: kegiatan PRA
pengumpulan dan perumusan hasil PRA (pelaporan)
lokakarya/musyawarah masyarakat
28
Pemetaan desa adalah salah satu teknik PRA yang dilakukan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan wilayah desa
beserta keadaan lingkungannya. Pada teknik pemetaan desa ini dilakukan
pembauatan peta pada media tertentu seperti tanah ataupun kertas. Selain
itu, pada teknik pemetaan desa ini harus menentukan topik tertentu sesuai
dengan kesepakatan dan tujuannya. oleh
Dalam melakukan teknik ini, partisipasi masyarakat sudah mulai akan
terlihat karena teknik ini memang membutuhkan informasi dari
masyarakat dan diusahakan untuk dibuat masyarakat setempat. Pemetaan
desa ini dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan
dilakukan. Karena dengan menggunakan teknik ini, kita dapat mengetahui
apa saja sumber-sumber potensi ataupun masalah yang ada di wilayah
setempat.
b. Kalender Musim
Kegiatan dalam kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh
siklus muslim. Kalender musim menunjukkan perubahan dan perulangan
keadaan-keadaan seperti cuaca, siklus tanaman, pembagian tenaga kerja,
keberadaan hama dan penyakit dalam satu kurun waktu tertentu. Hasil dari
pelaksanaan teknik kalender musim dapat digambar dalam bentuk matriks.
Media yang digunakan dalam pembuatan kalender musim ialah kertas atau
tanah. Dan dibuatkan beberapa simbol untuk memudahkan pada saat
pembuatan matriks. Selain itu, dengan penggunaan kalender musim kita
dapat mengetahui masa sulit dan masa baik pada masyarakat serta
mengetahui penyebabnya.
c. Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)
Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan bermanfaat untuk
melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di
desa. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram Venn (sejenis
diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika), yang akan
29
30
31
No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani,berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain itu, fungsi pendidikan ialah bertujuan untuk menghilangkan segala
sumber penderitaan rakyat yaitu kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan
menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2.8.2. Pendidikan Anak Sebagai Tanggung Jawab Orang Tua
Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua
orang tuanya. Pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal, masalah
ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yangmenjadi kebutuhan pokok anak.
Jika dipersentase, maka peran orangtua akan mencapai 60%, sedangkan
pengaruh lingkungan bermain sebanyak 20% dan lingkungan sekolah
sebanyak 20%. Jika peran orangtua tidak diterapkan dengan baik maka
persentase pendidikan itu akan ditelan habis oleh lingkungannya. Karena
lingkungan terbesar yang mempengaruhi anak adalah lingkungan sosialnya
(bermain) bukan dari lingkungan sekolah.
2.8.3. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar, tidak terkecuali anakanak. Dan setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Karena itu
orang tua seharusnya mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar seorang
anak. Hal ini penting sebab anak adalah individu, anak mengalami proses
perkembangan. John Comenius mengatakan: We must understand the child,
so that our teaching may be designed to match his capacity. Seperti yang
32
pernah dikatakan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Kupang, Yeri S. Padji Kana (2014):
Anak pada hakekatnya tidak boleh bekerja, karena waktu mereka
selayaknya dimanfaatkan untuk mengenyam pendidikan, belajar,
bermain, bergembira, berada dalam suasana damai, mendapatkan
kesempatan dan fasilitas untuk mencapai cita-citanya, sesuai dengan
perkembangan fisik, psikologis, intelektual dan sosialnya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari anak-anak.
sekolah merupakan wadah penting bagi pemenuhan kebutuhan anak untuk
mengaktualisasikan diri (self actualization). Dengan bersekolah, anak-anak
dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat berkembang dengan baik.
Kebutuhan akan sekolah mengacu pada kebutuhan Growth anak, yang
menunjuk pada kebutuhan untuk tumbuh dan mengembangkan potensi diri
sepenuhnya.
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Pada kegiatan praktikum pengembangan masyarakat kali ini kami
memulai kegiatan sesuai dengan proses intervensi dalam profesi pekerjaan
sosial. Dalam tahap intervensi ini kami merumuskan hal-hal apa saja yang akan
kami lakukan selama melaksanakan praktikum pengembangan masyarakat.
Tahap intervensi ini dimulai dari tahap awal yaitu dengan melakukan proses
engagement, intake dan contract. Pada tahap ini kami menyadari betul bahwa
kegiatan praktikum ini harus dilaksanakan secara profesional.
Pada tahap engagement kami mulai dengan melakukan komunikasi
dengan masyarakat, mulai dari kontak awal dengan aparat desa sampai akhirnya
kami bertemu dengan
praktik, yaitu di RW 07 Dusun Cibogo II. Selanjutnya pada tahap intake kami
33
sarana
pendidikan
Kemampuan orang
tua
membiayai
pendidikan
(biaya
masuknya saja)
Motivasi anak untuk Adanya bantuan dari
sekolah kurang
pihak pememrintah
34
Kesadarang
orang
pendidikan
anak.
Dengan
strategi
pemberdayaan,
yaitu
dari
familiarisasi,
kami
mengunjungi
masyarakat,
lain pemetaan untuk mengetahui lokasi desa beserta lokasi potensi dan
masalahnya, diagram venn untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga yang
berasosiasi dengan masyarakat, kalender musim untuk melihat waktu-waktu
saat masyarakat mendapatkan pendapatan lebih dan kurang, pengorganisasian
masalah untuk mengelompokkan masalah-masalah yang mengemuka terkait
pendidikan, serta matriks ranking untuk mengetahui masalah mana yang
menjadi prioritas agar segera diselesaikan.
Setelah matriks ranking selesai dilaksanakan, kami membuat Plan Of
Treatment (POT) bersama dengan Core Group dan Task Group, hal ini
dilakukan agar dalam penyusunan Plan Of Treatment didapatkan hasil yang
terbaik. POT dilakukan untuk merencanakan program apa yang kira-kira tepat
untuk meminimalisir masalah mengenai kesadaran orang tua akan pentingnya
melanjutkan pendidikan bagi anak yang kurang. Dalam tahap ini kami
merencakan bentuk program, waktu, dan tempat.
Setelah POT, kami melakukan program yang telah disepakati bersama
yaitu melakukan pembentukan kelompok peduli pendidikan serta memberikan
pembekalan kepada para anggota kelompok selaku agen perubahan yang
berkaitan dengan masalah pendidikan agar dapat memotivasi orang tua
mengenai pentingnya pendidikan.
Program saja ternyata belum cukup. Masih ada terminasi dan
pemantauan apakah kelompok peduli pendidikan ini merencanakan sesuatu
seusai program selesai. Kami harus memastikan kalau kelompok ini benarbenar bergerak dan menjadi implementor untuk memperbaiki masalah
pendidikanyang ada di masyarakat RW 07.
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan praktikum kami adalah masyarakat
RW 07, Dusun Cibogo II, Desa Sukasari. RW 07 memiliki jumlah KK
sebanyak 150 KK dan terbagi kepada tiga RT. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Dusun Cibogo II dan Ketua RW 07, kondisi khalayak sasaran
37
IdentifikasiTokoh
Pada tahap identifikasi tokoh ini, kami melakukan pendataan tokohtokoh mana saja yang bisa kami ajak untuk dijadikan anggota core group dan
38
masalah
yang
akan
diselesaikan
atau
potensi
yang
akan
PembentukanTask Group
Pada tahap pembentukan task group, kami meminta masukan dari para
anggota core group khususnya Kepala Dusun dan Ketua RW dengan teknik
wawancara. Masukan yang kami terima adalah nama-nama dari orang-orang
yang mengerti tentang pendidikan, orang yang aktif di dalam kegiatan
masyarakat, dan orang yang memiliki anak dalam usia sekolah. Setelah kami
mendapatkan nama-nama yang dicalonkan sebagai anggota task group, lalu
39
40
core group untuk diberi bobot nilai dan ranking. Untuk setiap nilai yang
diberikan, praktikan menanyakan alasan para anggota task group dan core
group memberikan nilai. Sehingga, kami sebagai praktikan memahami alasan
kenapa masalah tersebut dianggap penting atau tidak untuk ditanggulangi.
Kemudian, paraktikan juga memfasilitasi para anggota task group dan core
group untuk memberikan masukan mengenai solusi dari setiap masalahmasalah hasil dari pengorganisasian masalah.
-
Pelaksanaan Program
Pada tahap pelaksanaan program, praktikan bersama task group dan
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Teknis
Dalam kegiatan praktikum pengembangan masyarakat yang kami lakukan,
terdapat beberapa tahapan terkait perizinan, pengumpulan data, penggalian potensi
dan masalah di lingkungan masyarakat, hingga di akhir kegiatan praktikum kami
membuat program sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lokasi praktikum. Secara
rinci, proses pelaksanaan teknis tersebut diawali dengan tahap familiarisasi,
identifikasi tokoh masyarakat, identifikasi kelembagaan, pembentukan core group,
pembentukan task group, pelaksanaan teknik-teknik PRA, hingga pelaksanaan
program.
4.1.1. Familiarisasi
Familiarisasi merupakan proses pertama yang dilakukan pada saat
assessment. Pada tahap familiarisasi, kami berkunjung ke Kantor Desa
43
44
45
nantinya
akan
mengarahkan
dan
mengkoordinasikan
kegiatan,
46
calon anggota task group berdasarkan rekomendasi dari core group, kami pun
mencoba untuk menghubungi nama-nama tersebut kemudian mengagendakan
pertemuan dengan para calon anggota task group. Pembentukan task group
dilakukan pada tanggal 09 November 2014 dan kami langsung melakukan
teknik-teknik PRA bersama para anggota task group. Dan kami melakukan
pertemuan selanjutnya pada tanggal 15 dan 23 November 2014 untuk
melaksanakan teknik-teknik PRA selanjutnya.
4.2. Hasil Assessment
4.2.1. Familiarisasi
Hasil yang didapatkan dari familiarisasi ini adalah terpilihnya RW 07
Dusun Cibogo II sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan Praktikum
Pengembangan Masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dari izin Kepala Desa
Sukasari, Kepala Dusun Cibogo II, serta Ketua RW 07. Dari kegiatan
familiarisasi, kami mendapatkan informasi yang dikemukakan oleh Sekretaris
Desa mengenai masalah dan potensi yang ada di Desa Sukasari. Potensi
ekonomi dari masyarakat terdapat di Dusun Cibogo I adalah 75%
masyarakatnya
281Km2
Jumlah
Jumlah Dusun
Jumlah RW
Jumlah RT
Sarana Pendidikan
7 Dusun
14 RW
54 RT
- 6 PAUD
47
Jumlah Posyandu
2 TK
2SD
2 SMP
1 SMK di
komputer
3 Pesantren
bidang
keahlian
9 Posyandu
48
49
50
52
Tabel 4.2
Hasil Analisis Pendidikan Kegiatan Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
ANALISIS PENDIDIKAN
Jenjang
Pendidika
n
Jumla
h
Siswa
PAUD
TK
SD
12
SMP
SMA/SMK
PUTUS
SEKOLA
H
Anak
Berkebutu
han
Khusus
Sarana
Pendidikan
Biaya
Pendidikan
PAUD Jantung
Hati
- SDN
Sukasari
- SDN
Mulyasa
ri
- SMPN 1
Sukasari
- MTs. AlBariji
- SMAN
1
Tanjung
sari
- SMK
DaI
Robby
Sukasari
-
Iuran Orang
Tua Siswa
- BOS
- PKH
SLB
Pemerintah
Masalah
Kesadaran Orang Tua
-
BOS
PKH
PNPM
Generasi
Iuran Orangtua
siswa
Ekonomi
Motivasi
Orangtua
Ekonomi
Motivasi
Orangtua
Kurangnya
Kesadaran
Anak
Ekonomi
Waktu
54
1
2
3
4
5
Penerimaa
n siswa
baru
PAUDSMA
Libur
X
sekolah
Kelulusan
X
sekolah
Panen Raya
Tembakau
Penjualan
hasil panen
X
tembakau
Musim
tanam
X
tembakau
Musim
tanam padi
X
dan sayur
4.2.10. Bagan Perubahan dan Kecenderungan
10
11
12
X
X
X
55
keseluruhan peserta didik dari tahun ke tahun, para anggota core group tidak
mengetahui dan hanya mengetahui jumlah peserta didik saat ini.
Tabel 4.4
Hasil Bagan Perubahan dan Kecenderungan Kegiatan Praktikum di RW 07
Dusun Cibogo II
Bagan Perubahan dan Kecenderungan
Desa Sukasari RW 07
Tahun
1990
2000
2010
2014
Sarana
PAUD
I
1
TK
Pendidika
SD
II
2
n
SMP
I
1
SMA
I
II
3
Jumlah
PAUD
5
TK
0
Peserta
SD
16
Didik
SMP
8
SMA
3
Dari tabel yang disajikan di atas, dapat terlihat beberapa perubahan
dari tahun 1990 hingga tahun 2014. Kami menggunakan rentang 10 tahun dari
tahun 1990 untuk melihat perubahan yang terjadi hingga saat ini. Seperti yang
dapat kita lihat, pada awalnya RW 07 tidak memiliki fasilitas PAUD. Namun
seiring dengan berkembangnya zaman, akhirnya pada tahun 2010 RW 07,
memiliki PAUD Jantung Hati. Namun hingga saat ini, disana tidak terdapat
Taman Kanak-Kanak. Saat ini, hanya terdapat dua SD yang bisa diakses oleh
masyarakat. Dan kondisi tersebut tidak berubah sejak tahun 1990. Sementara
untuk fasilitas SMP, hanya terdapat satu SMP yang didirikan pada tahun 2009.
Sedangkan pada tingkat SMA, SMAN 1 Tanjungsari menjadi pilihan pertama
bagi masyarakat yang ingin melanjuutkan pendidikan ke jenjang SMA
dikarenakan tidak terdapat SMA Negeri lainnya. Namun pada sekitar tahun
2013, berdiri sebuah SMK, yaitu SMK DaI Robby yang bertempat di Desa
56
lingkungan
RW
07,
terkait
bidang
pendidikan.
Dengan
teknik
Tabel 4.6
Hasil Matriks Ranking Kegiatan Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
Matriks Rangking
No
Masalah
Bobot
Rangking
Ekonomi
Dukungan orang
tua
3
4
Motivasi anak
untuk bersekolah
Kesadaran orang
tua akan
pentingnya
pendidikan
Solusi
Harus ada
penghasilan
tambahan
- Penyuluhan
- Dibuat
kelompok
peduli
pendidikan
-
Penyuluhan
Dibuat tim
khusus
58
Bentuk Intervensi
59
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya program pembentukan kelompok peduli
Gambar 4.3
Skema sistem Pembekalan Pendidikan
60
Pembekalan Pendidikan
Kelompok
Peduli
Pendidikan
pasca-pelaksanaan.
Persiapan pertama yang dilakukan adalah mengagendakan waktu yang
akhirnya dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Desember 2014. Persiapan
Kedua adalah memberitahu anggota core group dan task group. Persiapan
Ketiga menyiapkan rumah Ketua RW 07 sebagai tempat mengadakan
kegiatan. Persiapan Terakhir adalah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
dalam kegiatan seperti infocus, Laptop, hard copy Materi dan alat-alat lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 19 Desember 2014 dimulai sejak pukul
18.30 hingga pukul 21.00 malam hari. Pemateri yang menyampaikan
informasi tentang pembentukan kelompok dan Menuju Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 adalah Aditya Rahmat Gunawan selaku praktikan. Dan yang
61
62
Gambar 4.4
Gambar 4.5
-
63
SEKRETARIS
AGEN PERUBAHAN
Bpk. Ending (RT 01)
Bpk. Dede (RT 02)
Bpk. Lili (RT 03)
Ibu Elis (Kader PNPM)
64
dari tingkatan SD, SMP, dan SMA yang berada di lingkungan RW 07;
Melakukan identifikasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi sasaran
utama;
Mengidentifikasi potensi masyarakat berkaitan dengan melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA.
65
Melaksanakan
kegiatan
dilapangan
Lingkup
Kegiatan
dengan
tujuan
untuk
menilai,
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok praktikan adalah praktikum
pengembangan masyarakat yang berlokasi di RW 07, Dusun Cibogo II, Desa
Sukasari. Tema yang diambil pada kegiatan praktikum kali ini adalah
pendidikan. Dimana, terjadi sebuah masalah yang menurut masyarakat harus
ditanggulangi. Masalah yang muncul adalah, tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan seterusnya
yang masih minim. Padahal, pendidikan menjadi sebuah modal yang penting
yang harus dimiliki seorang anak. Apalagi, tantangan di masa depan yang
akan lebih berat, menuntut agar kita sebagai manusia harus selalu
meningkatkan kualitas diri.
67
Tahap kegiatan praktikum yang dilalui oleh praktikan mulai dari tahap
pembentukan
kelompok
praktikum,
familiarisasi,
identifikasi
tokoh,
kesadaran
masyarakat
terkait
pentingnya
melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMA, atau bahkan hingga
perguruan tinggi.
68
69