Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Sukasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukasari,
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 2 km dari
Kantor Kecamatan Sukasari, dan berjarak 23 km dari Kota Sumedang. Desa
Sukasari terdiri dari 14 RW, dan 54 RT. Selain itu di Desa Sukasari terdapat
tujuh dusun, yaitu Dusun Sukasari, Bojong, Cibogo I, Cibogo II, Patenggeng,
Cisitu, dan Dusun Talingkup. Dengan jumlah penduduk sebanyak 5179 jiwa
(September 2014), dan terdiri dari 1883 Kepala Keluarga. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sekretaris Desa Sukasari, Dusun Cibogo II tercatat
sebagai dusun dengan petani dan pengolah tembakau terbanyak di Desa
Sukasari. Sehingga pada tahun 2012 diresmikan sebagai desa agrowisata
dalam bidang tembakau oleh Pemerintah Daerah Sumedang.
Dusun Cibogo II terdiri dari dua RW yaitu RW 06 dan RW 07, dan
memiliki tujuh RT. RW 06 terdiri dari empat RT, sedangkan RW 07 terdiri dari
tiga RT. Dusun Cibogo II memiliki jumlah penduduk sebanyak 677 jiwa,
dengan rincian jumlah penduduk lai-laki sebanyak 323 jiwa dan perempuan
sebanyak 354 jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan beberapa narasumber
seperti Sekretaris Desa Sukasari, Kepala Dusun Cibogo II, masalah yang
dihadapi oleh masyarakat Dusun Cibogo II cukup beragam, mulai dari
masalah ekonomi, pendidikan hingga masalah kesehatan. Di setiap RW tentu
masalah yang dihadapi memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil wawancara
kami dengan Kepala Dusun Cibogo II bahwa mayoritas mata pencaharian
masyarakat di Dusun Cibogo II adalah petani tembakau. Keluhan dari para
petani tembakau adalah adanya cukai, sehingga menekan harga jual tembakau.
Hasil penjualan para petani bergantung pada besar atau kecilnya modal yang
1

dimiliki petani. Selain itu, hasil panen yang penjualannya dikuasai oleh
bandar/tengkulak, menyebabkan petani tidak dapat secara langsung menjual
hasil tembakaunya kepada konsumen atau perusahaan. Hasil penjualan per
bantal tembakau rata-rata Rp 250.000/bantal.
Di dalam segi Pendidikan didapatkan informasi dari Kepala Dusun
Cibogo II dan Ketua RW 07 bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat
hanya berada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Dan hal ini terjadi terutama di RW 07. Berdasarkan hasil
wawancara kami dengan Kepala Dusun Cibogo II, banyak remaja di Dusun
Cibogo II yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA dikarenakan
kurangnya motivasi anak untuk bersekolah, masalah ketidakmampuan
orangtua membiayai bekal anak pergi ke sekolah, pengaruh dan kesadaran
orangtua akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, sedikitnya jumlah SMA negeri, dan jarak SMA yang tergolong jauh
bagi masyarakat dusun. Remaja putra yang tidak melanjutkan pendidikan
mengikuti jejak orangtuanya untuk bertani, sedangkan untuk remaja putri
lebih memilih untuk menikah muda.
Sementara dalam segi kesehatan, masalah yang terdapat di masyarakat
RW 07 berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RW 07 adalah mengenai
kesadaran masyarakat mengenai lokasi untuk buang air yang terkadang masih
sembarangan (di balong/sungai). Tetapi di lain sisi, terdapat potensi dalam
bidang kesehatan diantaranya, akses layanan kesehatan di Puskesmas
tergolong mudah, selain itu dari segi sarana dan prasarana cukup memadai. Di
Dusun Cibogo II sendiri belum terdapat Karang Taruna, kegiatan pemuda
diarahkan ke bidang olahraga voli. Dan dusun ini telah memiliki organisasi
volinya sendiri.

1.2 Perumusan Masalah


Kegiatan praktikum pengembangan masyarakat kali ini mengambil isu
mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan dari kegiatan
familiarisasi yang merupakan tahapan awal dalam melakukan kegiatan
praktikum ini, kami mendapatkan berbagai informasi mengenai kondisi
masyarakat di RW 07 Dusun Cibogo II yang didasarkan kepada tiga indikator
IPM.
Berdasarkan hasil tahapan familiarisasi dan musyawarah penentuan
tema yang akan diambil sebagai tema praktikum, didapatkan informasi dari
Kepala Dusun Cibogo II dan Ketua RW 07 bahwa masalah mengenai
pendidikan merupakan masalah yang ingin diselesaikan oleh masyarakat,
yaitu mengenai partisipasi pendidikan di RW 07, terutama jenjang dari
Sekolah Menengah Pertama (SMP) menuju ke Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Padahal jika dilihat dari segi sarana dan
prasarana di sekitar wilayah RW 07, terdapat beberapa sekolah yang dapat
diakses oleh masyarakat, mulai dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK).
Akan tetapi kemudian tingkat partisipasi pendidikan ke jenjang SMA/SMK di
RW 07 masih rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan
seorang Guru Bimbingan Konseling di SMPN 1 Sukasari yang mengatakan,
bahwa pada tahun 2013, 50% lulusan SMPN 1 Sukasari tidak melanjutkan
pendidikan ke SMA.
Selain itu, dari segi bantuan atau program pemerintah sudah ada
program yang masuk ke warga di RW 07, misalnya program dari PNPM
generasi sehat dan cerdas yang bergerak dalam peningkatan kualitas kesehatan
dan pendidikan masyarakat. Program PNPM ini memberikan bantuan berupa
fasilitas atau perlengkapan sekolah kepada siswa mulai dari jenjang SD
hingga SMP, seperti pengadaan seragam sekolah, buku-buku pelajaran,
3

sampai dengan pengadaan alat transportasi yaitu berupa fasilitas angkot gratis
bagi siswa yang sedang bersekolah. Program ini berkaitan dengan program
pemerintah

lainnya

yaitu

menyelenggarakan

pendidikan

gratis

bagi

masyarakat sampai dengan tingkat SMP atau wajib belajar 9 tahun.


Berdasarkan hasil familiarisasi yang juga merupakan proses
pengumpulan data, kami menemukan bahwa fenomena ini merupakan
masalah yang cukup serius dihadapi oleh masyarakat, akan tetapi masyarakat
kurang menyadari adanya permasalahan ini. Oleh karena itu berdasarkan
penemuan fenomena ini maka rumusan masalah pada kegiatan praktikum
pengembangan masyarakat kali ini difokuskan kepada bidang pendidikan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Berdasarkan analisis situasi diatas, kegiatan Praktikum Pengembangan
Masyarakat ini bertujuan untuk melatih softskill mahasiswa dalam melaksanakan
assessment, dan melakukan treatment/intervensi dalam rangka pengembangan
masyarakat.
Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan pengembangan masyarakat ini adalah:
-

Melatih mahasiswa dalam menggunakan teknik-teknik untuk membantu

masyarakat;
Melatih mahasiswa merancang seperangkat instrumen yang dibutuhkan untuk

melakukan assessment dalam rangka pengembangan masyarakat;


Masyarakat mampu mengenali masalah dan potensinya;
Meningkatkan keberfungsian sosial warga RW 07, Dusun Cibogo II;
Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pendidikan bagi masyarakat
RW 07, Dusun Cibogo II.
Manfaat ini bisa dirasakan oleh warga Dusun Cibogo II khusunya di RW 07

jika mengikuti kegiatan pengembangan masyarakat ini karena kegiatan ini melibatkan
partisipasi dari masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Pekerjaan Sosial


2.1.1. Pengertian Pekerjaan Sosial
Pengertian pekerjaan sosial yang disetujui oleh Rapat Umum IFSW
dan Majelis Umum:
"Pekerjaan sosial adalah profesi yang berbasis praktek dan disiplin akademis
yang mempromosikan perubahan sosial dan pembangunan, kohesi sosial, dan
pemberdayaan dan pembebasan orang. Prinsip keadilan sosial, hak asasi
manusia, tanggung jawab kolektif dan menghormati keragaman adalah pusat
untuk pekerjaan sosial. Didukung oleh teori-teori pekerjaan sosial, ilmu sosial,
humaniora dan pengetahuan adat, kerja sosial melibatkan orang dan struktur
untuk mengatasi tantangan hidup dan meningkatkan kesejahteraan.
Sedangkan menurut Budhi Wibawa,dkk. (2010:148), Pekerjaan Sosial
dipandang sebagai sebuah bidang keahlian (profesi), yang berarti memiliki
landasan keilmuan dan seni dalam praktik (dicirikan dengan penyelenggaraan
pendidikan tinggi). Dengan demikian, Pekerjaan Sosial dalam konteks ini
harus dibedakan dengan kegiatan sosial, yang dapat dilaksanakan oleh
siapapun yang memiliki keinginan untuk berbuat baik kepada sesamanya.
Dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa
menciptakan kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap
keberfungsian elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang
ada di dalam masyarakat.

2.1.2. Intervensi Pekerjaan Sosial


Intervensi (intervention) bermakna pelibatan pekerja sosial dalam
permasalahan klien. Pelibatan pekerja sosial tersebut berdasarkan kepada

kebenaran

dan

autoriti

yang

diberikan

klien

(berdasarkan

kontrak

pertolongan). Selain itu, intervensi pekerjaan sosial ini ditujukan kepada


orang baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat, baik yang bersifat
residual ataupun institusional, baik developmental-edukatif maupun preventif.
Dalam intervensi ini terkandung berbagai aspek atau dimensi, seperti bidang
garapan, proses, prinsip, strategi, fungsi, metode.
2.1.3. Pendekatan Pekerjaan Sosial
Dualistic Approach
Pendekatan ini didasari asumsi bahwa Masalah yang dihadapi manusia
adalah hasil interaksi sosial manusia (penyandang masalah) dengan
lingkungannya, oleh karena itu pemecahan masalah harus diawali dengan
memandang manusia dan lingkungannya sekaligus, dan pemecahan masalah
harus dilakukan terhadap penyandang masalah dan lingkungannya sekaligus.
Holistic Approach/Comprehensive Approach
Pendekatan ini didasari asumsi bahwa Setiap masalah yang dihadapi manusia
tidak pernah berdiri sendiri atau tunggal, artinya satu masalah selalu terkait
dengan masalah lain atau mencakup beberapa aspek/dimensi manusia. Oleh
karena itu pemecahan satu masalah harus dikuti dengan pemecahan masalah
lain yang terkait atau menyeluruh atau secara luas.1
2.1.4. Sistem Dasar Pekerjaan Sosial
Pekerja Sosial dalam aktifitas profesionalnya untuk menolong
individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki
kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi
masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut (Zastrow,1999).
Sebagai suatu aktifitas profesional pekerjaan sosial didasari oleh kerangka
1 http://starpeksos.blogspot.com/2012/06/pekerjaan-sosial.html

pengetahuan (body of knowlwdge), kerangka keahlian (body of skills) dan


kerangka nilai (body of values).
Selain itu, profesi pekerjaan sosial juga memiliki emapat sistem dasar
atau yang dikenal dengan empat sistem dasar peksos. Ronald. R Warren dalam
Soetarso (1995:44-53) mengemukakan 4 sistem dasar pekerjaan sosial yaitu :
1. Sistem pelaksana perubahan (Change Agent System)
Pelaksana perubahan ini adalah sekelompok orang, baik profesional
maupun nonprofesional, di dalam atau di luar sistem sosial, yang
tugasnya memberikan bantuan atas dasar keahlian yang berbeda-beda dan
bekerja dengan sistem yang berbeda ukurannya, yang berusaha untuk
mengadakan perubahan di dalam lingkungan sistem itu
2. Sistem Klien (The Client System)
Orang (perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat) yang
disamping menjadi penerima bantuan juga merupakan sistem yang
meminta bantuan.
3. Sistem Sasaran (The Target System)
Sistem sasaran adalah orang-orang yang dijadikan sasaran perubahan atau
pengaruh, agar tujuan dapat dicapai.
Pekerja sosial dapat menghadapi beberapa sasaran untuk mencapai
berbagai tujuan. Tugas-tugas yang dilaksanakannya akan tergantung dari
beberapa faktor, yaitu:
a. Tujuan-tujuan yang akan dicapai,
b. Pemisahan atau tumpang tindih antara sistem klien, sarana dan
pelaksana perubahan,
c. Persepsi sistem ini terhadap usaha-usaha perubahan yang dilakukan
oleh pekerja sosial, dan
d. Reaksi-reaksi mereka terhadap usaha perubahan.
4. Sistem Kegiatan (The Action System)

Sistem kegiatan dipergunakan untuk menunjukan orang-orang yang


bersama-sama

bekerja

dengan

pekerja

sosial

berusaha

untuk

menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan-tujuan usaha ke arah


perubahan. Di dalam setiap situasi atau masalah, pekerja sosial dapat
bekerja dengan beberapa sistem kegiatan yang berbeda-beda untuk
menyelesaikan berbagai tugas dan mencapai beberapa jenis tujuan.
2.2. Masyarakat
Dalam

perspektif

sosiologi

komunitas

dapat

dibedakan

dari

masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama (a


community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment
community). Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama
(common needs). Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu
yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan
manusia tersebut.
2.2.1. Masyarakat Setempat (Community)
Istilah community dapat diartikan sebagai masyarakat setempat,
dimana istilah tersebut menunjuk kepada warga yang berada di sebuah desa,
kota, suku atau bangsa. Dapat dikatakan sebagai masyarakat setempat apabila
anggota-anggota seseuatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil,
hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kriteria utama bagi adanya istilah
masyarakat setempat ialah adanya hubungan sosial (social relationship) antar
anggota kelompoknya. Jadi, masyarakat setempat ialah masyarakat yang

bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas


tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah adanya interaksi yang
lebih besar antar anggota masyrakatnya dibandingkan interaksi dengan
masyarakat diluar batas wilayahnya.
Suatu masyarakat pasti memiliki tempat tinggal di wilayah tertentu.
Mayarakat yang memiliki tempat tinggal tetap atau permanen biasanya
memiliki ikatan solidaritas yang lebih kuat. Selain itu, pada masyarakat
setempat (community) biasanya terdapat suatu perasaan di antara anggotanya
bahwa mereka merasa saling memerlukan dan bahwa tanah yang mereka
tinggali memberikan kehidupan kepada semuanya. Perasaan tersebut
dinamakan dengan community sentiment atau perasaan komuniti. Community
sentiment ini memiliki tiga unsur, antara lain:
1. Seperasaan;
Unsur ini timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasi
dirinya dengan sebanyak mungkin orang sehingga pada akhirnya menyebut
sebagai kelompok kami, perasaan kami, dan sebagainya. Persaan seperti
itu akan timbul apabila orang-orang tersebut memiliki kepentingan. Pada
unsur seperasaan, kepentingan-kepentingan individu diselaraskan dengan
kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia merasakan kelompoknya
sebagai struktur masyarakatnya.
2. Sepenanggungan;
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan
masyarakat sendiri memungkinkan peranannya sehingga dia mempunyai
kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.
3. Saling memerlukan;

10

Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat akan membuat


dirinya merasa tergantung terhadap komuniti tersebut baik itu kebutuhan
fisik maupun psikologis.
Sedangkan istilah komunitas menurut Mayo (1994:71) mempunyai
tiga tingkatan. The Gulbenkian Foundation (1970:30-34) mengidentifikasikan
tiga tingkatan Community Work (Intervensi Komunitas) yang menggambarkan
cakupan komunitas yang berbeda dimana

intervensi komunitas dapat

dikerjakan:
1. Grass root ataupun neighbourhood work (pelaku perubahan melakukan
intervensi teradap kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut,
misalnya dalam suatu Kelurahan ataupun Rukun Tetangga);
2. Local agency dan inter-agency work (pelaku perubahan melakukan
intervensi terhadap organisasi payung di tingkat lokal, provinsi ataupun
di tingkat yang lebih luas, bersama jajaran pemerintahan yang terkait
serta organisasi non-pemerintah yang berminat terhadap hal tersebut);
3. Regional dan national community palnning work (misalnya pelaku
perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan
pembangunan ekonomi ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan
yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan di tingkat lokal).
2.2.2. Tipe-Tipe Masyarakat Setempat
Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan
empat kriteria yang saling berkaitan, yaitu:
a. Jumlah penduduk;
b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman;
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap
masyarakat; dan
d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.

11

seluruh

Klasifikasi masyarakat setempat dapat digunakan untuk membedakan


antara bermacam-macam jenis masyarakat setempat yang sederhana dan
modern serta perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Biasanya
pada masyarakat pedesaan, masyarakatnya terlihat kecil, oranisasinya
sederhana,

sedangkan

penduduknya

tersebar.

Belum

berkembangnya

masyarakat tadi sebagai akibat dari lambatnya perkembangan teknologi.


Rendahnya jumlah penduduk membuat masyarakat tinggal di wilayah yang
luas. Hubungan lain yang terjadi disini ialah akibat perkawinan dengan
masyarakat lain. Kesetiaan dan pengabdian terhadap kelompok sangat kuat
karena hidupnya tergantung dari kelompok sehingga membuat mereka merasa
seperti mempunyai ikatan keluarga. Dengan adanya pengaruh dari luar, pada
akhirnya masyarakat setempat mulai mengenal hukum, ilmu pengetahuan,
sistem pendidikan modern, dan lain-lain. Mayarakat yang sederhana tersebut
mrupakan suatu unit yang fungsional dalam batas-batas tertentu dan kelompok
ini dianggap sebagai kelompok primer.
2.3. Pemberdayaan
2.3.1. Pemberdayaan Mayarakat
Shardlow (1998:32) dalam Isbandi (78), melihat bahwa berbagai
pengertian yang ada mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas
bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai

dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shardlow

mengatakan tidak jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal
di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama SelfDetermination. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan
sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi

12

permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai keasadaran dan


kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.
Jadi pada konsep pemberdayaan masyarakat, masyarakat tidak sematamata hanya mengikuti alur proses pemberdayaan. Melainkan masyarakat
berperan penuh dalam menentukan apa yang akan masyarakat tersebut
lakukan dan berkeinginan untuk dirubah atau diberdayakan. Selain itu, proses
pemberdayaan dapat memiliki banyak makna tergantung pada tujuannya.
Karena tujuan dari setiap pemberdayaan akan berbeda-beda. Disisi lain ada
pula

yang

melihat

pemberdayaan

sebagai

suatu

proses

yang

berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going process). Seperti


yang dikemukakan oleh Hogan (2000:13) yang melihat proses pemberdayaan
individu sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan sepanjang usia
manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukan suatu
proses yang berhenti pada suatu masa saja (empowerment is not an end state,
but a process that all human being experience). Begitupun yang terjadi pada
komunitas, sebuah program tidak akan berakhir dengan selesainya program
tersebut melainkan pemberdayaan tersebut akan tetap berlangsung selama
komunitas tersebut masih ada dan masih berkeinginan untuk memberdayakan
diri mereka sendiri.
2.3.2 Proses Pemberdayaan
Berikut ini merupakan lima tahapan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan menurut Hogan (2000:20):
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan;
2. Mendiskusikan
alasan

mengapa

terjadi

pentidakberdayaan;
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek;

13

pemberdayaan

dan

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan


perubahan;
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.
Dari kelima proses diatas, pemberdayaan masyarakat dapat berangkat
dari sebuah pengalaman. Selain itu, masyarakat juga harus paham dan sadar
mengapa masyarakat tersebut perlu untuk diberdayakan. Dengan menyadari
penyebab pemberdayaan, akhirnya masyarakat akan menemukan atau
mengidenitifikasi masalah yang ada di sekitar lingkungan mereka. Dengan
mengetahui permasalahan yang ada, masyarakat dapat mengembangkan
rencana-rencana yang memungkinkan untuk dapat menyelesaikan masalahmasalah tersebut kemudian mengimplementasikannya.
2.4. Pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development)
Pengembangan masyarakat lokal (locality development) merupakan
salah satu model pendekatan atau intervensi yang dikemukakan oleh
Rothman. Model intervensi ini dilakukan melalui pendekatan yang bersifat
konsensus. Menurut Rothman, pengembangan masyarakat lokal (locality
development) bertujuan untuk kemandirian. Yakni pengembangan masyarakat
lokal ini ditujukan untuk pengembangan kapasitas dan pengintegrasian dalam
upaya pemecahan masalah yang ada di masyarakat. Dalam proses locality
development ini dititik beratkan pada proses yang terjadi (process goals).
Dalam locality development ini terlihat adanya upaya mengembangkan
keterlibatan masyarakat sebanyak mungkin dalam upaya penentuan kebutuhan
mereka. Selain itu, model locality development ini masyarakat ditekankan
pada pencapaian konsesnsus atau kesepakatan. Dalam upaya pencapaian
konsensus tersebut dapat dilakukan dengan cara komunikasi dan diskusi yang
melibatkan individu, kelompok maupun faksi (factions).

14

Pada locality development, peranan yang dilakukan oleh community


worker lebih mengacu kepada peran sebagai enabler. Dalam perannya,
community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan
kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat dalam menghadapi masalah secara efektif. Setiap
segmen komunitas dianggap sebagai bagian dari sistem klien. Oleh karena itu,
dalam model locality development hanya tujuan yang dapat memunculkan
kesepakatan yang saling menguntungkanlah yang dapat diterima. Sedangkan
tujuan yang terlalu mencerminkan minat dan kepentingan segmen tertentu
sering tidak dapat diterima. Selain itu, penerima manfaat dari model ini
biasanya didasarkan pada kesatuan geografis dan lebih bersifat humanistuk.
Mereka berasumsi bahwa mereka akan mampu menangani maslah yang
mereka hadapi dengan melalui upaya kelompok.
2.5. Proses Intervensi
Pertolongan

bukan

sesuatu

yang

mudah

untuk

diaplikasikan dalam suatu tindakan. Selain tertuju pada hasil,


tindakan seseorang harus didasari oleh perencanaan yang
matang dan meminimalisir segala hal yang dapat melahirkan
masalah baru. Dalam pekerjaan sosial, paling tidak ada
beberapa tahapan dalam proses pertolongan.
Pertama, Engagement (Pelamaran).

Engagement

adalah suatu periode dimana pekerja sosial mulai berorientasi


terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas-tugas
yang ditanganinya secara profesional dalam memberikan
pelayanan dan penyediaan sumber bagi siapa saja yang
membutuhkan

dan

memenuhi

syarat

untuk

diberikan

pertolongan. Tahap ini merupakan keterlibatan seseorang di


dalam

suatu

situasi,

menciptakan

15

komunikasi

dan

merumuskan hipotesa-hipotesa mengenai permasalahan yang


dihadapi.
Secara terperinci, pada tahap engagement ini pekerja
sosial akan terlibat dalam situasi yang ada yang bertugas
untuk menciptakan komunikasi dengan semua orang yang
terlibat disertai pengamatan yang analitik terhadap kasus
yang

dihadapi.

Hasil

dari

pengamatan

dan

komunikasi

tersebut, pekerja sosial diharapkan mampu mendefinisikan


ukuran atau paremeter yang berkaitan dengan hal-hal yang
akan dilaksanakan dan diperkuat dengan menciptakan atau
membuat suatu struktur kerja awal dalam menangani kasus.
Dalam pelaksanaan tugas pekerja sosial pada tahap
engagement ini pekerja sosial mempunyai tanggungjawab
untuk menjalin hubungan dengan klien melalui cara yang
disesuaikan dengan situasi klien meskipun pekerja sosial
harus keluar untuk melibatkan dirinya dengan orang yang
tidak aktif mencari bantuan dan tidak direferal agar dapat
memperoleh bantuan.
Berbeda dengan voluntary application (klien datang
secara sukarela untuk meminta bantuan), klien yang bersifat
involuntary application, yakni klien yang tidak mau datang
secara sukarela, menuntut pekerja sosial tentang apa yang
harus pertama kali dilakukan. Dalam menghadapi klien
involuntary

application,

pekerja

sosial

harus

mampu

mengadakan hubungan dan berkenalan dengan klien.


Pada klien involuntary application, klien berusaha untuk
mengatasi hal-hal yang berlawanan dengan keinginanya
karena peristiwa yang dialaminya seperti bencana alam,

16

kemiskinan yang ekstrim, kecacatan maupun tekanan sosial


dari individu atau institusi yang berpengaruh terhadap
dirinya, namun klien segan meminta bantuan, oleh karena itu
pekerja sosial dituntut agar berusaha keras untuk mencari
klien yang tepat.
Kedua, Contract. Tahap kedua ini merupakan suatu
perumusan

dan

memperlancar

penyusunan

pencapaian

persetujuan

tujuan

kerja

pemecahan

guna

masalah.

Contract dapat terjadi secara formal maupun informal yang


bersifat fleksibel dan dibutuhkan untuk mengubah kehidupan
melalui

relationship

pertolongan

yang

khusus.

Dasar

pemikirannya yaitu suatu pola partnership yang berkaitan


dengan situasi yang memerlukan perhatian.
Hal ini dibuktikan dengan adanya perumusan atau
penetapan kontrak dilakukan secara timbal balik antara
pekerja sosial dengan klien. Tujuan

Contract ini untuk

menciptakan

memahami

kesepakatan

untuk

tujuan

kerjasama, metode, prosedur yang ditempuh, mendefinisikan


peranan dan tugas pekerja sosial serta peranan dan tugas
klien.
Ketiga, Assessment (Pengukapan
Masalah).

Assessment

merupakan

dan
suatu

Pemahaman
kegiatan

pemahaman dan perumusan masalah yang terus-menerus


dilakukan (an ongoing affair) dan sekaligus bersamaan
waktunya (conterminous) dengan proses pertolongan itu
sendiri. Juga sebagai penaksiran atau penilaian terhadap
situasi, data, fakta dasar, perasaan orang dan keadaan yang
terlibat didalamnya.

17

Dalam

pelaksanaan

kerjanya

menerapkan

dasar

pengetahuan umum (the basic of general knowledge) hingga


dasar pengetahuan khusus (the basic of specific knoweledge).
Max Siporin menyatakan bahwa assessment merupakan suatu
social

study

(studi

sosial)

yaitu

kegiatan

untuk

pengidentifikasian,penginvestigasian

dan

pengindividualisasian guna memahami permasalahan, klien


lingkungan sosial dan interaksi diantara ketiganya.
Selain itu social study juga dinyatakan sebagai bagian
dari proses kemasyarakatan. Pada proses assessment pekerja
sosial harus berorientasi pada kegiatan ilmiah dan seni
(scientific and artistic orientations). Pekerja sosial dituntut
untuk memiliki dan menguasai keterampilan interaksional dan
analisa

(analytic

assessment

and

adalah

interactional
pekerja

sosial

skills).

Tujuan

dapat

dari

membantu

mendefinisikan masalah klien dan menunjukkan sumbersumber yang berhubungan. Adapun kegiatan yang harus
dilakukan pekerja sosial dalam tahap assessment ini adalah
Pengumpulan

data,

pengecekan

data,

dan

penarikan

kesimpulan.
Berikut ini penulis mencoba untuk membahas kegiatankegiatan pada tahap asessment:
a).

Pengumpulan

pengumpulan

data

oleh

Data.
pekerja

Hal

terpenting

sosial

adalah

dalam
dengan

menerapkan principle of parsimony, pekerja sosial hanya


mengumpulkan informasi yang relevan dengan situasi yang
ditanganinya

dan

kemudian

memformulasikan

atau

merumuskan cara-cara melalui judgment yang valid. Sumber

18

data yang diperoleh harus berdasarkan sumber klien sendiri,


juga pada orang-orang yang berhubungan atau terlibat dalam
pengalaman kehidupan klien seperti keluarga, teman serta
orang-orang yang berada didalam sistem yang lebih luas,
dimana mereka merupakan bagian yang dapat dijadikan
sumber sekunder untuk memperoleh informasi.
Oleh karena itu pekerja sosial harus realitas dan mampu
membedakan orang-orang yang beraneka ragam / berbedabeda. Selain iu, sumber data juga dapat diperoleh dari
catatan, laporan, test, studi dan evaluasi terhadap berbagai
hal yang berhubungan. Hal itu dilakukan secara bertahap,
terpisah dan simultan. Secara konstan, pekerja sosial dituntut
untuk melakukan assessment mengenai apa yang dapat
diobservasi dan dipelajari.
b). Pengecekan Data. Pada klien khususnya klien
patologi, biasanya data yang diberikan klien cenderung tidak
obyektif. Maka dari itu pekerja sosial harus mengadakan
pengecekan data kembali untuk meminimalisir kesalahankesalahan yang akan terjadi.
c.)

Analisa

data.

Analisa

data

mengacu

kepada

pendekatan sistem (system approach). Analisa data dapat


dilakukan

jika

data

sudah

terkumpul

secara

valid,

realibilitasnya sudah teruji sehingga benar-benar obyektif.


d.) Penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan,
setidaknya pekerja sosial mampu melihat secara jelas tentang
masalah yang dialami klien dan sumber-sumber yang dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien. Jadi, Pada proses assessment ini pekerja sosial harus

19

terlibat pada penganalisaan terhadap pribadi klien dan


terhadap konteks situasi sosialnya. Fungsi dan tugas pada
tahap assessment harus dilakukan dengan baik, pekerja sosial
harus

mampu

menerapkan

prinsip-prinsip

assessment

sebagai berikut:

Assessment

pekerja

sosial

akan

menghasilkan keunikan dan keindividualisasian tentang


masalah,

orang,

situasi

sosial

dan

interaksi

diantara

ketiganya;

Dalam melakukan social study perlu


diketahui dan dipahami masa lalu klien, karena hal itu
berkaitan dengan kondisinya saat ini;

Social study akan dapat membantu


memperlancar pekerja sosial dalam penyusunan rencana
intervensi, ketidaktepatan dalam assessment akan dapat
mengakibatkan

ketidakberhasilan

penyusunan

rencana

intervensi;

Social study pada prinsipnya lebih


besar dan lebih luas dari social history, karena social study
mencakup penilaian kondisi saat ini secara profesional dan
memberikan rekomendasi bagi kegiatan pertolongan (the
present professional judgment and recomendation for
helping action).
Keempat, Planning. Planing merupakan perencanaan

tujuan untuk mengarahkan secara langsung suatu kegiatan.


Penentuan tujuan akan lebih efektif jika ada pembagian
proses, dimana klien mempunyai tanggungjawab utama untuk

20

memutuskan kebutuhan yang akan dan perlu dipenuhi serta


bagaimana mewujudkannya.
Proses penentuan tujuan merupakan proses timbal balik
dalam upaya menemukan kebutuhan yang harus dipenuhi
dan tindakan yang perlu diambil guna mengatasi masalah.
Pemberian kesempatan dan tanggungjawab kepada klien
akan

dapat

meningkatkan

komitmennya

dalam

proses

pemecahan masalah. Klien akan merasa dan menyakini


bahwa tujuan yang telah ditetapkan benar-benar sesuai
dengan pilihan dan relevan dengan keinginanya.
Tujuannya dapat memberikan makna dan arah bagi
proses pemecahan masalah serta mampu dipergunakan
sebagai

pedoman

pemecahan

dan

masalah.

ukuran
Pekerja

bagi

kemajuan

sosial

perlu

proses
memilki

keterampilan dalam memotivasi klien agar bersedia untuk


aktif menyeleksi dan merumuskan tujuan.
Kelima, Intervention (Intervensi). Intervensi
pekerjaan sosial ialah tindakan pekerja sosial yang diarahkan
kepada beberapa bagian sistem sosial atau proses dengan
tujuan

untuk

mengadakan

perubahan

di

dalam

sistem

tersebut. Pekerja sosial harus memiliki metoda pekerjaan


sosial yaitu case work, group work, community organization /
community development (CO/CD) yang mencakup bidang
pelayanan langsung (direct service).
Selain itu pekerja sosial juga mengembangkan cara
pendekatan baru di bidang kebijaksanaan sosial (social policy)
dan

perencanaan

sosial

(social

planing).

Dengan

menggunakan metoda dan teknik pekerja sosial dalam bidang

21

prakteknya, maka pekerja sosial dalam menerangkan cara


pendekatannya pada setiap bidang praktek pekerja sosial
harus

mampu

merubah

tingkah

laku

individu

(attitude

change) juga merubah kondisi sosial (nilai,institusi). Oleh


karena itu pekerja sosial harus bertanggungjawab terhadap
semua unsur dan cara pendekatan pekerja sosial sebagai
suatu profesi.
Keenam, Evaluation

and

Termination (Kontinuasi). Evaluasi

merupakan

unsur

penting dalam proses pertolongan, karena memungkinkan


pekerja sosial maupun badan sosial memberikan respon dan
pertanggungjawaban, baik kepada pemberi maupun penerima
pelayanan

(sponsor

dan

klien).

Pekerja

sosial

bertanggungjawab untuk menciptakan iklim dimana sebagian


prosedur diterima sebagai obyek evaluasi atau penilaian apa
yang terjadi.
Pekerja

sosial

kemampuhan,ketepatan
diterapkannya

juga

harus

mampu

alternatif

memonitor

faktor

menguji

intervensi
yang

yang

membawa

keberhasilan dan yang mengakibatkan kegagalan. Kontinuasi


merupakan indikasi kapan akibat suatu kegiatan bergerak
kepada hal-hal yang diinginkan sehingga secara langsung
memperkuat atau menegaskan validitas keahlian assessment,
pendefinisian masalah, penyeleksian model intervensi dan
kontrak, juga sebagai pintu masuk bagi kontak selanjutnya /
yang akan datang (future contact).
Pekerja sosial hendaknya mengembangkan berbagai
strategi agar klien mampu memelihara perubahan yang telah

22

ia

capai,

klien

diharapkan

mampu

memelihara

dan

meningkatkan perubahan tersebut dengan tidak menampilkan


perilaku disfungsional setelah pertolongan dihentikan.
Di

dalam

buku

(Budhi

Wibhawa

dkk,

Panduan

Praktikum

Pengembangan Masyarakat, 2013:14) bahwa tahapan assessment di dalam


pengembangan masyarakat dengan model intervention within research, menurut
Marti-Costa dan Serrano-Garcia (1983) terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Tahap familiarisasi masyarakat.
2. Pembentukan Core Group yang terdiri dari para pelaksana perubahan dan
tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat.
3. Pembentukan Task Group yang meliputi kelompok-kelompok kegiatan
berdasarkan hasil assessment.
4. Pelibatan kelompok-kelompok baru yang dapat dibentuk apabila task group
sudah mencapai tujuan-tujuannya.
Masih di dalam buku yang sama, tujuan yang diharapkan dari adanya
kegiatan need assessment di dalam pengembangan masyarakat menurut MartiCostadan Serrano-Garcia yaitu:
1. Mewujudkan usaha kolektif untuk menyelesaikan masalah masyarakat
berdasarkan pemahaman dari warga masyarakat
2. Tercapainya partisipasi secara individual maupun kelompok dalam proses
analisis kenyataan sosial masyarakat
3. Menciptakan organisasi yang bersifat grass-roots
4. Membangun political skill diantara partisipan yang merupakan hasil dari
peningkatan keterlibatan mereka dalam urusan masyarakat
Jadi pada kegiatan praktikum ini, akan banyak melakukan kegiatan
bersama-sama dengan task group, termasuk dalam melakukan assessment
dengan menggunakan teknik-teknik PRA (Participatory Rural Appraisal).
2.6. Community Based Organization

23

Community Based Organization adalah sekelompok individu yang


diselenggarakan oleh dan untuk komunitas orang tertentu berdasarkan minat
dan atau atribut bersama. Masyarakat dapat didefinisikan secara geografis
(misalnya lingkungan), dan dapat beranggotakan dari berbagai latar belakang,
dan atau dapat didefinisikan atas dasar sesuatu, seperti keyakinan agama atau
kondisi bersama. Anggota dapat mencakup berbagai pihak, seperti
masyarakat, pejabat terpilih, kelompok advokasi, dan pemimpin bisnis.
Community

Based

Organization

berfokus

pada

isu-isu

dan

keprihatinan di tingkat lokal (misalnya lingkungan, orang awam, kota,


kabupaten), bukan dalam skala nasional. Mereka sering diorganisir dengan
tujuan tertentu, dan cenderung berasal dari masyarakat akar rumput, dan
menggunakan prinsip bottom-up dalam perumusan kebijakannya. Organisasi
berbasis masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam koalisi regional dengan
kelompok-kelompok serupa.
2.7. Participatory Rural Appraisal (PRA)
2.7.1. Pengertian dan Tujuan Participatory Rural Appraisal (PRA)
Menurut Chamber, PRA merupakan sekumpulan pendekatan dan metode
yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri
agar mereka dapat m embuat rencana dan tindakan. Pada dasarnya pada
kegiatan PRA, dibutuhkan tenaga-tenaga partisipatif

sehingga dapat

memfasislitasi masyarakat untuk berpartisipasi dan membuat analisa.


Partisipatif masyarakat setempat sangat dibutuhkan guna mendapatkan data
dan informasi yang akurat. Adapaun tujuan dari Participatory Rural
Appraisal (PRA), antara lain:
1. Tujuan jangka pendek (praktis)

24

Melaksanakan kegiatan bersama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan


pratis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Tujuan jangka panjang (strategis)
Untuk mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial dengan
pengembangan masyarakat melalui proses pembelajaran.
2.7.2. Prinsip-prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)
Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal (PRA) terdiri dari:
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh
kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar
kehidupannya meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat,
kemampuan

itu

ditingkatkan

dalam

proses

pengkajian

keadaan,

pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian


penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan.
Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator. Fasilitator
perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya belajar dari masyarakat
dan menempatkannya sebagai narasumber utama dalam memahami
keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih besar,
namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa

25

berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para masyarakat


itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa
masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, sehingga
harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta
pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan
bahwa proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem
pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota
masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus
disambut secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis
data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk
mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat
menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan
pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu
atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar
belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan
keragaman teknik.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna
menurut metode PRA adalah :
26

a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui
secukupnya saja)
b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar
seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau
metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang
mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada
prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi
masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang
terpenting

bukanlah

kesempurnaan

dalam

penerapan,

melainkan

penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita


belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada
kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
11. Prinsip terbuka

27

Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik


yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik
tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan
menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran
maupun merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam
mengembangkan

metode

PRA.

(Abdul

Muththalib,2009,

dalam

id.shvoong.com)
Adapula tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
PRA. Langkah-langkah dalam proses PRA meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

persiapan desa
persiapan dalam tim
melakukan kajian keadaan: kegiatan PRA
pengumpulan dan perumusan hasil PRA (pelaporan)
lokakarya/musyawarah masyarakat

2.7.3. Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)


Dalam pelaksanaan kegiatan PRA, terdapat beberapa teknik yang dapat
dilakukan guna membantu untuk memperoleh data dan informasi yang ada di
masyarakat. Sealain itu, pada pelaksanaan teknik-teknik PRA, diharapkan
masyarakat dapat mengemukaan pendapatnya berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan masyarakat yang kemudian akan muncul suatu proses analisa
keadaan. Pada proses ini, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif
sehingga tidak terjadi dominasi oleh beberapa orang. Berikut ini merupakan
teknik-teknik yang kami lakukan pada kegiatan PRA sesuai dengan kebutuhan
kami:
a. Pemetaan Desa

28

Pemetaan desa adalah salah satu teknik PRA yang dilakukan untuk
memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan wilayah desa
beserta keadaan lingkungannya. Pada teknik pemetaan desa ini dilakukan
pembauatan peta pada media tertentu seperti tanah ataupun kertas. Selain
itu, pada teknik pemetaan desa ini harus menentukan topik tertentu sesuai
dengan kesepakatan dan tujuannya. oleh
Dalam melakukan teknik ini, partisipasi masyarakat sudah mulai akan
terlihat karena teknik ini memang membutuhkan informasi dari
masyarakat dan diusahakan untuk dibuat masyarakat setempat. Pemetaan
desa ini dilakukan sebagai dasar perencanaan program yang akan
dilakukan. Karena dengan menggunakan teknik ini, kita dapat mengetahui
apa saja sumber-sumber potensi ataupun masalah yang ada di wilayah
setempat.
b. Kalender Musim
Kegiatan dalam kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh
siklus muslim. Kalender musim menunjukkan perubahan dan perulangan
keadaan-keadaan seperti cuaca, siklus tanaman, pembagian tenaga kerja,
keberadaan hama dan penyakit dalam satu kurun waktu tertentu. Hasil dari
pelaksanaan teknik kalender musim dapat digambar dalam bentuk matriks.
Media yang digunakan dalam pembuatan kalender musim ialah kertas atau
tanah. Dan dibuatkan beberapa simbol untuk memudahkan pada saat
pembuatan matriks. Selain itu, dengan penggunaan kalender musim kita
dapat mengetahui masa sulit dan masa baik pada masyarakat serta
mengetahui penyebabnya.
c. Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)
Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan bermanfaat untuk
melihat hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di
desa. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram Venn (sejenis
diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika), yang akan

29

menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu


lembaga dengan masyarakat.
Sumber utama pada kegiatan teknik ini ialah masyarakat terutama
mereka yang secara langsung berhubungan dengan lembaga-lembaga yang
ada di wilayah tempat tinggal mereka. Pada teknik ini, kami mengkaji
dengan lembaga-lembaga khusus yang bergerak dalam bidang pendidikan
agar relevan dengan tema kegiatan parktikum kami. Media yang
digunakan dalam pembuatan diagram venn ini ialah kertas yang kemudian
digambar menggunakan spidol.
d. Bagan Perubahan dan Kecenderungan
Pembuatan bagan perubahan dan kecenderungan dapat memfasilitasi
masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai
keadaan, kejadian dan kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dengan
mmebuat bagan ini kita dapat melihat perubahan baik itu penambahan,
penguranagan, atau tetap mengenai hal-hal yang kita amati sesuai dengan
topik. Bagan perubahan dan kecenderungan ini dibuat dalam bentuk
matriks diatas kertas plano. Dalam praktikum ini kami menggunakan
bagan kecenderungan dengan topik pendidikan, informasi yang kami gali
adalah jumlah sekolah, angka pasrtisipasi masyarakat serta lain-lain.
e. Analisis Pendidikan
Analisis pendidikan dapat memfasilitasi masyarakat untuk lebih
mengetahui hal-hal yang terkait dengan bidang pendidikan seperti
menguraikan keadaan pendidikan dari dahulu hingga sekarang baik itu
dilihat dari sarana pra-sarana maupun mengenai tingkat partisipasi
masyarakat setempat terhadap pendidikan.
f. Pengorganisasian Masalah

30

Pada tahapan ini dilakukan pengorganisasian berbagai masalah yang


telah diidentifikasi selama kegiatan pada teknik lain. Pada tahapan ini,
dapat membantu masyarakat dalam menilai dan menentukan prioritas dan
mempertimbangkan bagaimana cara pemecahan masalahnya. Selain itu,
dalam tahap ini informasi dapat tersusun sehingga membantu masyarakat
memahami dan menilai permasalahan secara menyeluruh.
g. Matriks Rangking
Matriks rangking merupakan tahapan yang dapat dilakuakan pada
awal dan akhir kegiatan teknik PRA. Matriks rangking ini dipergunakan
untuk menganalisis dan membandingkan topik yang telah diidentifikasi
dalam bentuk rangking atau scoring. Atau dengan kata lain tahapan ini
bertujuan untuk membuat urutan prioritas yang dianggap penting bagi
masyarakat.
2.8. Pendidikan Bagi Anak
2.8.1. Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
manusia. Pendidikan akan menjadi dasar bagi anak tersebut hidup di
masyarakat baik itu pendidikan formal, pendidikan informal, pemdidikan
agama, dan pendidikan karakter. Dibawah ini merupakan tujuan dari
pendidikan, anatara lain:
a) Memenuhi kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan
b) Mewujudkan cita-cita manusia
c) Mempermudah pekerjaan manusia
d) Mendapatkan ilmu yang akan kita butuhkan untuk masa depan
e) Menambah wawasan yang lebih luas agar dapat mencapaicita-cita
Adapaun tujuan Pendidikan Nasional, sesuai dengan Tap MPRS No.
XXVI/MPRS/1966 tentang Agama, pendidikan dan kebudayaan, maka
dirumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia
Pancasila sejati berdasarkan pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dalam UU

31

No. 2 tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani,berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain itu, fungsi pendidikan ialah bertujuan untuk menghilangkan segala
sumber penderitaan rakyat yaitu kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan
menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2.8.2. Pendidikan Anak Sebagai Tanggung Jawab Orang Tua
Pemeliharaan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua
orang tuanya. Pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal, masalah
ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yangmenjadi kebutuhan pokok anak.
Jika dipersentase, maka peran orangtua akan mencapai 60%, sedangkan
pengaruh lingkungan bermain sebanyak 20% dan lingkungan sekolah
sebanyak 20%. Jika peran orangtua tidak diterapkan dengan baik maka
persentase pendidikan itu akan ditelan habis oleh lingkungannya. Karena
lingkungan terbesar yang mempengaruhi anak adalah lingkungan sosialnya
(bermain) bukan dari lingkungan sekolah.
2.8.3. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar, tidak terkecuali anakanak. Dan setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Karena itu
orang tua seharusnya mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar seorang
anak. Hal ini penting sebab anak adalah individu, anak mengalami proses
perkembangan. John Comenius mengatakan: We must understand the child,
so that our teaching may be designed to match his capacity. Seperti yang
32

pernah dikatakan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Kupang, Yeri S. Padji Kana (2014):
Anak pada hakekatnya tidak boleh bekerja, karena waktu mereka
selayaknya dimanfaatkan untuk mengenyam pendidikan, belajar,
bermain, bergembira, berada dalam suasana damai, mendapatkan
kesempatan dan fasilitas untuk mencapai cita-citanya, sesuai dengan
perkembangan fisik, psikologis, intelektual dan sosialnya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari anak-anak.
sekolah merupakan wadah penting bagi pemenuhan kebutuhan anak untuk
mengaktualisasikan diri (self actualization). Dengan bersekolah, anak-anak
dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat berkembang dengan baik.
Kebutuhan akan sekolah mengacu pada kebutuhan Growth anak, yang
menunjuk pada kebutuhan untuk tumbuh dan mengembangkan potensi diri
sepenuhnya.

BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Pada kegiatan praktikum pengembangan masyarakat kali ini kami
memulai kegiatan sesuai dengan proses intervensi dalam profesi pekerjaan
sosial. Dalam tahap intervensi ini kami merumuskan hal-hal apa saja yang akan
kami lakukan selama melaksanakan praktikum pengembangan masyarakat.
Tahap intervensi ini dimulai dari tahap awal yaitu dengan melakukan proses
engagement, intake dan contract. Pada tahap ini kami menyadari betul bahwa
kegiatan praktikum ini harus dilaksanakan secara profesional.
Pada tahap engagement kami mulai dengan melakukan komunikasi
dengan masyarakat, mulai dari kontak awal dengan aparat desa sampai akhirnya
kami bertemu dengan

masyarakat di lingkungan tempat kami melakukan

praktik, yaitu di RW 07 Dusun Cibogo II. Selanjutnya pada tahap intake kami
33

mencoba untuk mengutarakan maksud dan tujuan kami kepada masyarakat


yaitu untuk melakukan kegiatan praktikum pengembangan masyarakat, di
dalam tahap ini kami tentu membawa nama lembaga, hal ini dilakukan sebagai
proses pemasukan klien ke lembaga atau sistem pelayanan, yaitu prosedur yang
digunakan oleh lembaga agar kontak awal dengan klien menjadi produktif,
bermanfaat, berlanjut dan menghasilkan perubahan. Pada tahap contract kami
memang tidak melakukannya secara tertulis, hanya berupa lisan. Hal ini kami
lakukan pada saat bertemu dengan masyarakat untuk pertama kalinya dengan
mengutarakan maksud dan tujuan kami datang ke desa tersebut. Dari tahapan
ini masyarakat mau menerima dan mengizinkan kami untuk melakukan
kegiatan praktikum tersebut serta mau membantu selama proses praktikum ini
berlangsung.
Setelah tahapan tersebut dilaksanakan, selanjutnya kami melaksanakan
tahapan yang tang telah kami rumuskan sebelumnya yaitu melakukan
proses assessment. Proses assesment ini difokuskan kepada tiga bidang
yaitu sesuai dengan Indeks Pembangunan Manusia (Ekonomi, Pendidikan
dan Kesehatan). Dari hasil assesment kami menemukan beberapa masalah
dan potensi dalam bidang pendidikan di Desa Sukasari, Dusun Cibogo II
RW 07, Kecamatan Sukasari.
Tabel 3.1
Masalah dan Potensi RW 07
Masalah
Potensi
Ekonomi (Kesulitan Terdapat
biaya per hari)
Dukungan orang tua
terhadap pendidkan
anak yang kurang

sarana

pendidikan
Kemampuan orang
tua

membiayai

pendidikan

(biaya

masuknya saja)
Motivasi anak untuk Adanya bantuan dari
sekolah kurang

pihak pememrintah
34

Kesadarang

orang

tua akan pentingnya


melanjutkan
pendidikan kurang
Dengan ditetapkannya masalah dan potensi tersebut, kami selaku
praktikan bersama dengan anggota core group dan task group menyepakati
bersama untuk menangani masalah utama di bidang pendidikan, yaitu
mengenai kesadaran orang tua akan pentingnya melanjutkan pendidikan
melalui pembentukan kelompok peduli pendidikan yang beranggotakan tokoh
masyarakat, tokoh pemuda, tokoh pendidikan (guru SD), kader PNPM
generasi sehat dan cerdas di lingkungan RW 07 yang selanjutnya akan
melakukan intervensi kepada masyarakat melalui sosialisasi secara personal.
Pemberdayaan masyarakat adalah strategi yang akan kami gunakan
untuk meminimalisir masalah mengenai kurangnya kesadaran orang tua
terhadap

pendidikan

anak.

Dengan

strategi

pemberdayaan,

yaitu

memberdayakan individu yang tergabung dalam kelompok pelaksana


perubahan atau task group, kami berharap nantinya masyarakat dapat
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melalukan proses intervensi
terhadap kelompok sasaran atau orang tua yang memiliki anak usia sekolah.
Kemudian setelah memakai strategi pemberdayaan masyarakat, kami
memutuskan untuk menggunakan metode partisipatif dalam menangani
masalah utama RW 07 tersebut. Metode partisipatif digunakan agar warga
juga dapat berpartisipasi dalam proses assessment perencanaan, hingga
pelaksanaan program sehingga nantinya mereka dapat merawat dan
melanjutkan apa yang telah mereka tuai.
Teknik yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD) karena
pada saat proses pembentukan kelompok peduli pendidikan dan pembekalan
mengenai pentingnya pendidikan dan mengenai masyarakat ekonomi ASEAN
35

dilakukan, kami membutuhkan sebuah proses dialogis antara masyarakat dan


pemberi materi. Kami menginginkan sebuah diskusi antar pelaksana kegiatan
dan pemberi materi agar kegiatan tersebut terasa lebih santai namun ilmunya
tetap bisa tersampaikan.
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Dimulai

dari

familiarisasi,

kami

mengunjungi

masyarakat,

menyampaikan maksud dan tujuan kami, mencatat tokoh masyarakat seperti


Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT, tokoh agama, kader PNPM, tokoh
pendidikan, dan tokoh pemuda. Setelah itu kemudian kami mendatangi dan
menjalin silaturahmi dengan mereka. Familiarisasi dilakukan agar masyarakat
mengetahui tujuan kami datang ke desa tersebut dan mendapatkan dukungan
dari masyarakat setempat sehingga memudahkan kegiatan praktikum kami.
Kami melakukan familiarisasi dengan teknik wawancara.
Kemudian kami membentuk Core Group yang terdiri dari tokoh
masyarakat. Setelah terbentuk Core Group, kami mengadakan pertemuan
dengan teknik FGD dan melakukan diskusi mengenai masalah-masalah terkait
Indeks Pembangunan Manusia yang ada di RW 07 tersebut. Diskusi yang
dilakukan pada Core Group ini menghasilkan sebuah pernyataan bahwa
permasalahan yang berkaitan dengan pendidkan yang ingin coba diselesaikan
di lingkungan RW 07. Dalam diskusi dengan Core Group juga memunculkan
masalah dan potensi yang ada di masyarakat mengenai masalah pendidikan.
Setelah diskusi selesai, kami dengan Core Group memutuskan orang-orang
untuk dimasukkan ke dalam task group.
Setelah pembentukan Task Group dengan saran-saran dari Core Group
selesai, kami melakukan pertemuan di kemudian hari dengan Task Group.
Orang-orang yang tergabung dalam Task Group adalah mereka yang akan
melaksanakan program. Dalam pertemuan dengan Task Group tersebut kami
melakukan beberapa teknik PRA yang bertujuan untuk menentukan intervensi
yang akan dilakukan. PRA yang kami lakukan bersama Task Group antara
36

lain pemetaan untuk mengetahui lokasi desa beserta lokasi potensi dan
masalahnya, diagram venn untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga yang
berasosiasi dengan masyarakat, kalender musim untuk melihat waktu-waktu
saat masyarakat mendapatkan pendapatan lebih dan kurang, pengorganisasian
masalah untuk mengelompokkan masalah-masalah yang mengemuka terkait
pendidikan, serta matriks ranking untuk mengetahui masalah mana yang
menjadi prioritas agar segera diselesaikan.
Setelah matriks ranking selesai dilaksanakan, kami membuat Plan Of
Treatment (POT) bersama dengan Core Group dan Task Group, hal ini
dilakukan agar dalam penyusunan Plan Of Treatment didapatkan hasil yang
terbaik. POT dilakukan untuk merencanakan program apa yang kira-kira tepat
untuk meminimalisir masalah mengenai kesadaran orang tua akan pentingnya
melanjutkan pendidikan bagi anak yang kurang. Dalam tahap ini kami
merencakan bentuk program, waktu, dan tempat.
Setelah POT, kami melakukan program yang telah disepakati bersama
yaitu melakukan pembentukan kelompok peduli pendidikan serta memberikan
pembekalan kepada para anggota kelompok selaku agen perubahan yang
berkaitan dengan masalah pendidikan agar dapat memotivasi orang tua
mengenai pentingnya pendidikan.
Program saja ternyata belum cukup. Masih ada terminasi dan
pemantauan apakah kelompok peduli pendidikan ini merencanakan sesuatu
seusai program selesai. Kami harus memastikan kalau kelompok ini benarbenar bergerak dan menjadi implementor untuk memperbaiki masalah
pendidikanyang ada di masyarakat RW 07.
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari kegiatan praktikum kami adalah masyarakat
RW 07, Dusun Cibogo II, Desa Sukasari. RW 07 memiliki jumlah KK
sebanyak 150 KK dan terbagi kepada tiga RT. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Dusun Cibogo II dan Ketua RW 07, kondisi khalayak sasaran
37

di lingkungan lokasi praktikum kami, ditemukan situasi dimana masyarakat


memiliki tingkat kesadaran yang rendah terhadap pentingnya melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini, tradisi yang terjadi adalah
ketika anak sudah lulus SMP, banyak yang memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolahnya, atau bahkan tidak disekolahkan oleh kedua
orangtuanya karena alasan ekonomi, dan menganggap bahwa jika anak lulus
SMP pun telah dianggap cukup. Informasi ini kami dapatkan berdasarakan
wawancara yang kami lakukan dengan masyarakat di RW 07, mulai dari
Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT, Kader PNPM, Tokoh Pemuda, Tokoh
Pendidikan (Guru SD).
Hal ini banyak dialami oleh orangtua yang berprofesi sebagai petani
tembakau. Anak yang tidak melanjutkan sekolahnya, biasanya jika anak
perempuan akan dinikahkan, dan jika laki-laki akan membantu orang tuanya
bertani.
3. 4 Metode yang Digunakan Pada Tahapan Praktikum
- Familiarisasi
Pada tahap ini, kami selaku praktikan melakukan tahap pengenalan
awal kepada para aparat desa, dusun, hingga RW dengan teknik wawancara.
Selain melakukan pengenalan, kami juga mulai melihat lingkungan dari
daerah yang akan kami ajukan sebagai lokasi praktikum. Tahap ini
menghasilkan analisis kondisi potensi dan masalah yang ada di Dusun Cibogo
II, serta analisa mengenai lembaga-lembaga lokal yang ada disana. Dalam
tahap ini kami menggunakan teknik survey untuk melakukan observasi
lingkungan

untuk mengidentifikasi kondisi sarana dan prasarana serta

melakukan identifikasi berbagai stakeholder dalam masyarakat yang


berkepentingan dalam permasalahan.
-

IdentifikasiTokoh
Pada tahap identifikasi tokoh ini, kami melakukan pendataan tokohtokoh mana saja yang bisa kami ajak untuk dijadikan anggota core group dan

38

task group. Pengidentifikasian tokoh ini kami lakukan melalui wawancara


kepada kepala dusun selaku tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh
tertinggi di tingkat dusun. Tokoh masyarakat yang kami identifikasi meliputi
tokoh formal, dan informal.
Untuk tokoh formal seperti RW, dan RT, serta BPD. Sementara untuk tokoh
informal yang kami coba identifikasi adalah tokoh agama, tokoh pemuda,
tokoh di bidang pendidikan, tokoh di bidang ekonomi, dan tokoh di bidang
kesehatan.
-

Pembentukan Core Group


Untuk pembentukan core group, kami mengadakan pertemuan dengan
masyarakat sebagai tahap perkenalan kembali mengenai tujuan dari praktikum
kami, dan kami juga menjelaskan maksud dari diadakannya pertemuan
tersebut. core group akan berfungsi sebagai sumber informasi dan sebagai
kelompok yang membantu kami selama proses praktikum berlangsung. Selain
itu, kami juga meminta masukan kepada para anggota core group untuk
menentukan calon anggota task group ke depannya.
Pada tahap ini, kami akan menentukan tema yang akan diambil
sebagai

masalah

yang

akan

diselesaikan

atau

potensi

yang

akan

dikembangkan. Metode yang digunakan dalam menentukan masalah atau


potensi ini adalah focus group discussion (FGD). Hasil dari FGD yang
dilakukan memutuskan untuk mengambil tema pendidikan sebagai masalah
yang akan ditanggulangi.
-

PembentukanTask Group
Pada tahap pembentukan task group, kami meminta masukan dari para
anggota core group khususnya Kepala Dusun dan Ketua RW dengan teknik
wawancara. Masukan yang kami terima adalah nama-nama dari orang-orang
yang mengerti tentang pendidikan, orang yang aktif di dalam kegiatan
masyarakat, dan orang yang memiliki anak dalam usia sekolah. Setelah kami
mendapatkan nama-nama yang dicalonkan sebagai anggota task group, lalu
39

kami mengunjungi rumah dari nama-nama tersebut untuk meminta


persetujuan apakah nama yang direkomendasikan bersedia untuk membantu
kami sebagai anggota task group, dan menanyakan kesediaan untuk
mengadakan pertemuan dengan anggota task group yang lain.
Untuk meresmikan anggota task group, kami melakukan pertemuan
kembali dengan para anggota task group yang sudah kami undang dengan
teknik musyawarah. Dalam pertemuan ini juga, kami menjelaskan kembali
tujuan dari praktikum kami, menjelaskan mengenai tema yang telah disepakati
akan diambil, dan melakukan assesment dengan teknik PRA.

- PRA (Paticipatory Rural Appraisal)


a. Bagan Kecenderungan dan Perubahan
Teknik bagan kecenderungan dan perubahan ini kami lakukan bersama
anggota core group pada saat pertemuan awal. Teknik ini digunakan untuk
mengetahui perubahan-perubahan kondisi sarana dan prasarana pendidikan,
dan jumlah partisipasi pendidikan dalam rentang 24 tahun terakhir, dengan
interval 10 tahun.
b. Pemetaan
Pemetaan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada
anggota task group untuk menggambarkan batas wilayah, saran-sarana
pendidikan yang bisa diakses oleh masyarakat, persebaran masalah
pendidikan terbanyak, dan sarana-sarana masyarakat lain seperti mesjid,
posyandu, dan lain-lain. dalam proses pemetaan ini, praktikan memberikan
sebuah kertas plano dan spidol kepada anggota task group. Sementara
praktikan hanya memberikan arahan dan petunjuk mengenai apa saja yang
harus digambar.
c. Digaram Venn

40

Pratikan bersama dengan anggota task group melakukan kajian


lembaga dengan menggunakan diagram venn. Dengan menjadi fasilitator,
pratikan memfasilitasi kajian lembaga dengan menyediakan kertas plano dan
spidol untuk menggambarkan informasi mengenai sasaran, keberadaan,
manfaat dan peranan berbagai lembaga serta hubungan diantara lembagalembaga tersebut, termasuk di dalamnya keterlibatan berbagai kelompok
kegiatan lembaga lokal di RW 7, Dusun Cibogo II.
d. Kalender Musim
Praktikan memfasilitasi anggota task group untuk membuat sebuah
penjelasan mengenai kalender musim yang berkaitan dengan hal ekonomi dan
pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keadaan
keuangan orangtua pada musim-musim tertentu, yang dikaitkan dengan
tingkat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA masyarakat RW 7. Untuk
ekonomi, karena mayoritas masyarakat di RW 7 adalah petani tembakau,
praktikan menggali siklus dari pertanian. Kemudian, kami menggali mengenai
kalender pendidikan masyarakat RW 7 mulai dari tingkat PAUD hingga SMA.
Pada akhirnya, praktikan akan mendapatakan sebuah keterangan hubungan
antara siklus ekonomi dan pendidikan.
e. Analisis Pendidikan
Pada analisis pendidikan ini, praktikan mencoba menganalisis hal-hal
apa saja yang berkaitan dengan pendidikan, sehingga menyebabkan sebuah
masalah. Hal yang praktikan gali adalah, jumlah sarana yang bisa diakses
mulai dari tingkat PAUD hingga SMA, jumlah anak yang masih berada dalam
usia sekolah, serta permasalahan yang terjadi di setiap jenjangnya.
f. Pengorganisasian Masalah dan Matriks Ranking
Pada teknik pengorganisasian masalah ini, kami merangkum masalahmasalah yang didapatkan dari hasil analisis pendidikan. Kemudian, untuk
teknik matriks ranking, hasil dari pengorganisasian masalah yang sebelumnya
sudah didapatkan akan ditanyakan kembali kepada anggota task group dan
41

core group untuk diberi bobot nilai dan ranking. Untuk setiap nilai yang
diberikan, praktikan menanyakan alasan para anggota task group dan core
group memberikan nilai. Sehingga, kami sebagai praktikan memahami alasan
kenapa masalah tersebut dianggap penting atau tidak untuk ditanggulangi.
Kemudian, paraktikan juga memfasilitasi para anggota task group dan core
group untuk memberikan masukan mengenai solusi dari setiap masalahmasalah hasil dari pengorganisasian masalah.
-

Pelaksanaan Program
Pada tahap pelaksanaan program, praktikan bersama task group dan

core group mengadakan sebuah pertemuan untuk membicarakan mengenai


pembentukan kelompok dan pembekalan mengenai pentingnya pendidikan
sesuai dengan kesepakatan di pertemuan sebelumnya. Dalam pelaksanaan
program ini, praktikan mengundang seorang pemateri yang tergolong sebagai
aktivis pendidikan yaitu Panji Aziz Pratama. Kemudian, alat-alat yang
digunakan adalah laptop, infocus, dan hard copy materi. Metode yang
digunakan dalam program ini adalah musyawarah untuk mengisi kebutuhan
setiap posisi di kelompk, dan presentasi untuk pembekalan.
Materi yang diberikan adalah mengenai fungi dan peran dari setiap
jabatan di dalam kelompok yang terdiri dari penasihat, ketua, sekretaris,
humas, dan agen perubahan, kemudian materi tentang informasi mengenai
Masyarakat Ekonomi ASEN 2015, dan materi tentang pentingnya
melanjutkan pendidikan. Kegiatan dilakukan pada tanggal 19 Desember 2014,
di rumah Bapak Yayat selaku Ketua RW 7. Teknik yang digunakan adalah
presentasi dan diskusi tanya jawab antara tokoh masyarakat dengan pemateri.

42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Teknis
Dalam kegiatan praktikum pengembangan masyarakat yang kami lakukan,
terdapat beberapa tahapan terkait perizinan, pengumpulan data, penggalian potensi
dan masalah di lingkungan masyarakat, hingga di akhir kegiatan praktikum kami
membuat program sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lokasi praktikum. Secara
rinci, proses pelaksanaan teknis tersebut diawali dengan tahap familiarisasi,
identifikasi tokoh masyarakat, identifikasi kelembagaan, pembentukan core group,
pembentukan task group, pelaksanaan teknik-teknik PRA, hingga pelaksanaan
program.
4.1.1. Familiarisasi
Familiarisasi merupakan proses pertama yang dilakukan pada saat
assessment. Pada tahap familiarisasi, kami berkunjung ke Kantor Desa
43

Sukasari, Kecamatan Sukasari, untuk melakukan silaturahmi serta bertemu


dan meminta izin kepada Kepala Desa setempat. Tujuan kami mengunjungi
desa tersebut adalah untuk menggali informasi terkait data masyarakat di Desa
tersebut. Dalam kegiatan familiarisasi ini kami bertemu dengan Kepala Desa
beserta Sekretaris Desa dan meminta informasi mengenai keadaan masyarakat
Desa Sukasari, maupun kondisi geografis Desa Sukasari. Familiarisasi ini
dilakukan sebanyak tiga kali kunjungan yaitu pada tanggal 11, 28, dan 24
September 2014.
Pada kegiatan familiarisasi selanjutnya kami berkunjung kembali ke
Desa untuk mencari dusun mana yang akan kami jadikan lokasi praktikum,
serta berencana untuk bertemu dengan Kepala Dusun Cibogo II. Pada
kegiatan familiarisasi terakhir kami bertemu dengan Sekretaris Desa dan
berdiskusi mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Desa Sukasari
secara umum serta informasi mengenai keadaan wilayah maupun masyarakat
per RW. Selain itu, kami juga mencari informasi mengenai masalah dan
potensi yang ada di Desa Sukasari. Hingga pada akhirnya, setelah bertemu
dengan Kepala Dusun, kami melakukan familiarisasi ke RW 07 yang akan
kami jadikan lokasi untuk kegiatan praktikum pengembangan masyarakat.
Dengan adanya kunjungan ke rumah Ketua RW 07, kami bermaksud untuk
meminta izin mengenai kegiatan praktikum yang akan kami laksanakan.
Dalam kunjungan tersebut kami mendapatkan informasi lebih banyak lagi
mengenai potensi, masalah, data kependudukan, lembaga, serta kegiatan yang
ada di RW 07
4.1.2. Identifikasi Tokoh
Tahap selanjutnya yang kami lakukan pada kegiatan praktikum ini
adalah identifikasi tokoh. Tahap identifikasi tokoh masyarakat merupakan
tahapan yang sangat penting, karena dalam proses pemberian pelayanan
dibutuhkan orang-orang yang mampu diajak bekerjasama, serta orang-orang

44

yang mampu mempengaruhi masyarakat setempat. Pada awalnya kami


bertemu dengan Kepala Dusun Cibogo II untuk mencari informasi mengenai
tokoh-tokoh masyarakat, khusunya tokoh masyarakat yang ada di RW 07
Dusun Cibogo II. Selain itu, kami juga mencari informasi mengenai potensi
dan masalah yang ada di Dusun Cibogo II khususnya di RW 07. Pertemuan
dengan kepala Dusun ini kami lakukan pada tanggal 11 Oktober 2014.
Pada kegiatan selanjutnya, kami bertemu dengan Ketua RW 07 untuk
meminta izin kepada Ketua RW untuk melakukan kegiatan paraktikum
pengembangan masyarakat. Kegiatan ini kami lakukan pada keesokan harinya
yaitu pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2014. Selain bertemu dengan
Ketua RW, kami juga bertemu dengan tokoh pemuda yang ada di RW 07
Dusun Cibogo II yaitu Kang Yadi. Pada kegiatan kali ini, kami bertanya-tanya
mengenai tokoh-tokoh masyarakat yang ada di RW 07 serta kondisi pemuda
di lingkungan RW 07.
4.1.3. Identifikasi Kelembagaan
Tahap identifikasi kelembagaan ini kami lakukan pada tanggal 13
Oktober 2014, untuk bertemu dengan Sekretaris Desa Sukasari dan salah satu
guru BK di SMPN 1 Sukasari. Dengan mendatangi Sekretaris Desa, kami
bermaksud untuk meminta data mengenai partisipasi pendidikan masyarakat
Desa Sukasari khusunya masyarakat Desa Cibogo II. Pada pertemuan dengan
Guru BK SMPN 1 Sukasari, kami melakukan wawancara mengenai jumlah
warga RW 07 yang bersekolah di SMPN 1 Sukasari. Selain itu, pada tanggal
16 Oktober 2014, kami kembali berkunjung ke Dusun Cibogo II untuk
bertemu dengan Kader PNPM yaitu Ibu Elis dan bertanya mengenai
keberadaan posyandu serta kegiatan yang dilakukan, dan mencari informasi
terkait kondisi masyarakat di RW 07, mengacu kepada indicator Indeks
Pembangunan Manusia.
4.1.4. Pembentukan Core Group

45

Pembentukan core group merupakan tahapan lanjutan setelah


identifikasi tokoh masyarakat. Karena, core group sendiri akan berisi para
pelaksana perubahan dan tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat. Core group
ini

nantinya

akan

mengarahkan

dan

mengkoordinasikan

kegiatan,

mengevaluasi dan menganalisis perolehan informasi bersama kami. Selama


kegiatan praktikum pengembangan masyarakat ini, kelompok yang selalu
berkomunikasi dengan kami adalah core group.
Pada kegiatan kali ini, kami bertemu dengan tokoh masyarakat di RW
07 Dusun Cibogo II untuk melakukan kegiatan pembentukan core group.
Dalam kegiatan kali ini kami meminta tokoh masyarakat yang hadir pada saat
itu untuk menjadi anggota core group. Selain itu, kami juga membicarakan
mengenai siapa saja masyarakat RW 07 yang dapat dijadikan anggota task
group. Pembentukan core group ini dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober
2014, bertempat di rumah ketua RW 07. Setelah melakukan pembentukan
core group, kemudian kami berdiskusi mengenai tema yang akan dipilih.
Kegiatan ini dihadiri oleh para tokoh masyarakat di antaranya Bapak Yayat
(Ketua RW 07), Bapak Dede (Ketua RT 02), Bapak Lili (Ketua RT 03), Kang
Yadi (Tokoh Pemuda), Bapak Sunarya (Tokoh Masyarakat), Bapak Olot
(Kepala Dusun), Bapak Ending (ketua RT 01) dan Bapak Toto Anggota BPD.
4.1.5. Pembentukan Task Group
Task Group (kelompok pelaksana) merupakan kelompok sasaran yang
memiliki tugas masing-masing serta membantu kami dalam proses
pengembangan masyarakat. Pembentukan task group ini dilaksanakan pada
tanggal 09 November 2014. Selain itu, bersama anggota task group kami
dapat melaksanakan kegiatan PRA serta merancang kegiatan-kegiatan yang
akan kami lakukan selama proses pengembangan masyarakat.
Anggota task group ini merupakan rekomendasi dari para anggota
core group, yaitu orang-orang yang terlibat dalam bidang pendidikan seperti
guru, kader PNPM, dan tokoh kepemudaan. Setelah mendapat nama-nama

46

calon anggota task group berdasarkan rekomendasi dari core group, kami pun
mencoba untuk menghubungi nama-nama tersebut kemudian mengagendakan
pertemuan dengan para calon anggota task group. Pembentukan task group
dilakukan pada tanggal 09 November 2014 dan kami langsung melakukan
teknik-teknik PRA bersama para anggota task group. Dan kami melakukan
pertemuan selanjutnya pada tanggal 15 dan 23 November 2014 untuk
melaksanakan teknik-teknik PRA selanjutnya.
4.2. Hasil Assessment
4.2.1. Familiarisasi
Hasil yang didapatkan dari familiarisasi ini adalah terpilihnya RW 07
Dusun Cibogo II sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan Praktikum
Pengembangan Masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dari izin Kepala Desa
Sukasari, Kepala Dusun Cibogo II, serta Ketua RW 07. Dari kegiatan
familiarisasi, kami mendapatkan informasi yang dikemukakan oleh Sekretaris
Desa mengenai masalah dan potensi yang ada di Desa Sukasari. Potensi
ekonomi dari masyarakat terdapat di Dusun Cibogo I adalah 75%
masyarakatnya

merupakan petani tembakau dan di Dusun Cisitu potensi

masyarakatnya ialah pengrajin anyaman bambu. Selain itu, kami juga


mendapatkan informasi mengenai keadaan Desa Sukasari secara umum:
Tabel 4.1
Hasil Assessment Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
Informasi Desa Sukasari
Informasi
Luas Wilayah

281Km2

Jumlah

Jumlah Dusun
Jumlah RW
Jumlah RT
Sarana Pendidikan

7 Dusun
14 RW
54 RT
- 6 PAUD
47

Jumlah Posyandu

2 TK
2SD
2 SMP
1 SMK di
komputer
3 Pesantren

bidang

keahlian

9 Posyandu

4.2.2. Identifikasi Tokoh


Dari hasil informasi yang didapat dari masyarakat setempat, akhirnya
kami memperoleh nama-nama tokoh masyarakat yang ada di RW 07 Dusun
Cibogo II, diantaranya:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Bapak Toto selaku anggota BPD;


Bapak Udin selaku Kepala Dusun Cibogo II;
Bapak Yayat selaku Ketua RW 07;
Bapak Ending selaku Ketua RT 01;
Bapak Dede selaku Ketua RT 02;
Bapak Lili selaku Ketua RT 03;
Kang Yadi selaku Ketua Ikatan Voli Dusun Cibogo II;
Bapak Sunarya sebagai Tokoh Masyarakat;
Ibu Elis selaku kader PNPM;
Dan Ibu Kokom selaku Guru SDN Sukasari.

4.2.3. Identifikasi Kelembagaan


Terdapat beberapa lembaga yang terdapat di Desa Sukasari, seperti
pada lembaga pendidikan di Desa Sukasari terdapat Sekolah, Pesantren dan
PAUD. Lembaga Pemerintahan yang terdapat di Desa Sukasari ialah Kantor
Desa sedangkan dari lembaga kesehatan, Desa Sukasari memiliki Puskesmas
dan beberapa Posyandu. Sedangkan kelompok lain yang ada di Desa Sukasari
ialah APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia), Kader, serta PKK tingkat
Desa.
4.2.4. Pembentukan Core Group
Dengan diadakannya kegiatan pembentukan core group, akhirnya
terpilih beberapa nama yang menjadi anggota core group, anatara lain:

48

a. Bapak Yayat selaku Ketua RW 07;


b. Bapak Dede selaku Ketua RT 02;
c. Bapak Lili selaku Ketua RT 03;
d. Kang Yadi selaku Ketua Ikatan Voli Dusun Cibogo II;
e. Bapak Sunarya selaku Tokoh Masyarakat;
f. Bapak Udin selaku Kepala Dusun Cibogo II;
g. Bapak Ending selaku ketua RT 01;
h. Bapak Toto selaku anggota BPD.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga jam dan kami melakukan diskusi
bersama para anggota core group. Diskusi ini dilakukan di rumah Bapak
Yayat selaku ketua RW 07. Setelah melakukan diskusi yang cukup lama
mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), akhirnya kami bersama anggota core group memutuskan untuk
mengambil tema pendidikan dengan disertai pertimbangan-pertimbangan
yang ada di lapangan. Alasan anggota core group memilih tema pendidikan
ialah dikarenakan di RW 07 Dusun Cibogo II, tingkat partisipasi pendidikan
masih sangat rendah terutama pada tingkat SMA/SMK. Selain itu, para
anggota core group merasa bahwa pendidikan merupakan hal yang penting
yang harus ditingkatkan pada masyarakat Dusun Cibogo II, khususnya di RW
07. Sejujurnya pada diskusi ini masyarakat lebih merasa bahwa persoalan
ekonomi yang menyebabkan minimnya tingkat partisipasi masyarakat. Namun
dengan meningkatkan pendidikannya, maka perekonomian masyarakat
setempat pun dengan secara tidak langsung akan ikut terbantu.
4.2.5. Pembentukan Task Group
Dari hasil pembentukan task group ini, kami memperoleh beberapa
nama yang merupakan orang-orang yang bergerak dalam bidang pendidikan:
a. Ibu Kokom selaku tokoh pendidikan. Beliau adalah seorang guru di salah
satu Sekolah Dasar Negeri Sukasari;
b. Ibu Elis selaku kader PNPM;
c. Kang Yadi selaku tokoh pemuda. Beliau adalah ketua Ikatan Voli Dusun
Cibogo II;
d. Ibu Yayat selaku istri dari Ketua RW 07;

49

e. Bapak Ending selaku Ketua RT 01;


f. Bapak Dede selaku Ketua RT 02;
g. Bapak Lili selaku Ketua RT 03.
Pembentukan task group ini dilaksanakan pada tanggal 09 November
2014. Task group berperan sebagai kelompok pelaksana kegiatan yang akan
dilakukan dengan tema pendidikan. Pada pertemuan anggota task group
tanggal 09 November 2014, dihasilkan dua teknik PRA yaitu pemetaan
wilayah dan diagram venn. Dengan melakukan dua teknik tersebut, kami
mencari informasi mengenai potensi dan masalah yang terdapat di wilayah
RW 07. Selain itu, kami juga mengidentifikasi lembaga-lembaga yang
memiliki pengaruh terhadap masyarakat setempat. Pertemuan dengan task
group selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 15 November 2014. Pada
pertemuan tersebut, kami membuat analisis pendidikan dan kalender musim
yang dilakukan bersama anggota task group. Dari kegiatan tersebut
didapatkan informasi mengenai kaitan perekonomian masyarakat di bulanbulan tertentu yang kemudian dikaitkan dengan pendidikan.
4.2.6. PRA : Pemetaan Wilayah
Gambar 4.1
PRA Pemetaan Wilayah RW 07 Dusun Cibogo II (kertas plano)

50

Dari pemetaan wilayah RW 07 dapat dilihat bahwa wilayah RW 07


terbagi menjadi tiga RT. Yang pertama adalah RT 01 yang berbatasan dengan
jalan raya namun lokasinya berada paling bawah dibandingkan RT yang lain.
Selain itu, di RT 01 juga terdapat lapangan yang biasa digunakan untuk
bermain voli bagi masyarakat Desa Sukasari. Terdapat SMPN 1 Sukasari
terletak di lingkungan RW 02 yang lokasinya berada di pinggir jalan dan
sebuah mesjid yang biasa digunakan untuk beribadah dan melakukan
pengajian yang berbatasan dengan RT 01. Sedangkan di RT 03, merupakan RT
yang memiliki jumlah masyarakat yang paling banyak dibandingkan dengan
RT lainnya. Di RT 03 juga terdapat kebun bambu yang menjadi sekat sebagian
rumah warga. Jika terus menelusuri hingga bawah, RW 07 ini berbatasan
dengan sungai dan sawah. Namun di RW 07 sendiri tidak terdapat sawah,
yang ada hanya kebun bambu dan kebun-kebun kecil.
4.2.7. PRA : Diagram Venn
Gambar 4.2
PRA Diagram Venn RW 07 Dusun Cibogo II (kertas plano)

Dari pembuatan diagram venn kami memperoleh informasi bahwa


lembaga yang paling besar memberikan pengaruh atau kontribusi dalam
pembangunan daerah di lingkungan masyarakat RW 07 adalah APTI (Asosiasi
51

Petani Tembakau Indonesia) Jawa Barat. Mengingat sebagian besar pekerjaan


masyarakat RW 07 adalah sebagai petani tembakau. Karena selain sebagai
sebuah asosiasi, APTI juga pernah memberikan pelatihan otomotif dan
menjahit kepada masyarakat setempat. Selain APTI, terdapat juga Kelompok
Tani Wanita. Jika melihat ukuran lingkarannya yang cukup besar, berarti
kelompok tersebut cukup berpengaruh terhadap ibu-ibu yang ada di RW 07.
Menurut informasi, dengan adanya Kelompok Tani Wanita tersebut, ibu-ibu di
RW 07 diajarkan untuk membuat pupuk organik sehingga membantu
meringankan pengeluaran petani untuk membeli pupuk.
Selain itu, di wilayah RW 07 juga terdapat lembaga pendidikan yang
jaraknya tergolong dekat dengan Dusun Cibogo II khsususnya dengan RW 07.
Lembaga pendidikan yang paling dekat ialah SMPN 1 Sukasari dan PAUD
Jantung Hati. Lembaga pendidikan tersebut cukup berpengaruh terhadap
masyarakat, karena menurut task group masih banyak masyarakat setempat
yang mau melanjutkan sampai tingkat SMP. Hal tersebut berbeda dengan
lembaga pendidikan SMK DaI Rabbi, walaupun jaraknya sangat dekat
namun sekolah tersebut memiliki pengaruh yang sangat kecil dikarenakan
selain tingkat partisipasi pendidikan di tingkat SMA masih rendah, sekolah
tersebut pun merupakan sekolah baru. Atau adapula SMAN 1 Tanjungsari,
yang pengaruh terhadap masyarakat Desa Sukasari pun tidak terlalu besar dan
jaraknya pun cukup jauh.
Di RW 07 juga terdapat kelompok PKK tingakat dusun, hanya saja
pengaruhnya kecil bagi masyarakat walaupun jarak masyarakat dengan
kelompok ini cukup dekat. Lembaga terakhir yang berpengaruh kepada
masyarkat setempat ialah DKM. Hal ini disebabkan masyarakat setempat
sering melakukan pengajian setiap hari Selasa untuk ibu-ibu dan pengajian
bapak-bapak di hari Kamis.
4.2.8. Analisis Pendidikan
Pada tahap analisis pendidikan terdapat beberapa informasi yang kami
dapatkan. Informasi tersebut kami tuangkan dalam bentuk tabel:

52

Tabel 4.2
Hasil Analisis Pendidikan Kegiatan Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
ANALISIS PENDIDIKAN
Jenjang
Pendidika
n

Jumla
h
Siswa

PAUD

TK

SD

12

SMP

SMA/SMK

PUTUS
SEKOLA
H
Anak
Berkebutu
han
Khusus

Sarana
Pendidikan

Biaya
Pendidikan

PAUD Jantung
Hati
- SDN
Sukasari
- SDN
Mulyasa
ri
- SMPN 1
Sukasari
- MTs. AlBariji
- SMAN
1
Tanjung
sari
- SMK
DaI
Robby
Sukasari
-

Iuran Orang
Tua Siswa
- BOS
- PKH

SLB

Pemerintah

Masalah
Kesadaran Orang Tua
-

BOS
PKH
PNPM
Generasi
Iuran Orangtua
siswa

Ekonomi
Motivasi
Orangtua

Ekonomi
Motivasi
Orangtua
Kurangnya
Kesadaran
Anak

Ekonomi
Waktu

Sumber: Anggota Task Group


Tabel di atas menunjukkan jumlah anak yang bersekolah dan
berdomisili di RW 07. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada dasarnya
tingkat partisipasi pendidikan yang paling rendah terjadi pada tingkat
SMA/SMK. Selain itu, masyarakat setempat juga menerima bantuan dari
pemerintah baik itu program BOS, PKH, serta PNPM Generasi. Namun jika
53

dilihat lebih seksama, berdasarkan informasi yang didapatkan dari anggota


core group dan task group, masalah yang umum dirasakan oleh masyarakat
mengenai pendidikan ialah permasalahan ekonomi dan kesadaran dari para
orang tua. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel pada tingkat SMA/SMK,
biaya bekal untuk anak sekolah dan biaya pendidikan masih berasal dari orang
tua siswa.
Selain itu, rendahnya tingkat partisipasi pendidikan dari SMP ke
SMA/SMK disebabkan pula oleh kurangnya pemahaman atau kesadaran
orangtua mengenai pentingnya melanjutkan pendidikan. Menurut informasi
yang didapatkan dari anggota task group dan core group, para orangtua dari
anak-anak di RW 07 memiliki pemikiran yang berorientasi terhadap
penghasilan. Padahal, menurut penuturan dari anggota core group dan task
group, tidak sedikit anak-anak yang ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat
SMA/SMK, namun tidak diizinkan oleh orangtuanya.
Akan tetapi, terdapat juga fenomena dimana anak tidak mau untuk
melanjutkan sekolah dan lebih memilih untuk bekerja ataupun menikah. Hal
tersebut terjadi pula pada orangtua anak berkebutuhan khusus. Walaupun
sudah ada bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban orang tua,
orangtua tersebut masih menjadikan alasan ekonomi dan waktu untuk tidak
menyekolahkan anaknya di SLB.
4.2.9. Kalender Musim
Dengan melakukan teknik pembuatan kalender musim, kami
mendapatkan informasi mengenai hubungan musim yang sedang berlangsung
terkait dengan masa-masa pendidikan. Dari tabel yang kami sajikan, dapat
diketahui bahwa panen raya tembakau terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan
September. Musim awal panen tersebut bersamaan dengan penerimaan siswa
baru yaitu pada bulan Juli. Lalu masyarakat mulai menanam kembali
tembakau pada bulan November hingga Januari, yang kemudian biasanya
melakukan penjualan tembakau pada bulan Desember dan Januari. Musim
tersebut terjadi bersamaan dengan musim liburan anak sekolah. Pada bulan

54

tersebut biasanya masyarakat mendapatkan uang namun kemudian disimpan


untuk modal musim tanam padi dan sayur pada bulan Juli. Hal tersebut
bersamaan dengan penerimaan siswa baru. Menurut penuturan anggota task
group, pada musim penerimaan siswa baru, masyarakat sedang tidak memiliki
uang karena berada pada musim tanam.
Tabel 4.3
Hasil Kalender Musim Kegiatan Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
KALENDER MUSIM
BULAN
6
7

1
2
3
4
5
Penerimaa
n siswa
baru
PAUDSMA
Libur
X
sekolah
Kelulusan
X
sekolah
Panen Raya
Tembakau
Penjualan
hasil panen
X
tembakau
Musim
tanam
X
tembakau
Musim
tanam padi
X
dan sayur
4.2.10. Bagan Perubahan dan Kecenderungan

10

11

12

X
X
X

Dalam bagan kecenderungan dan perubahan ini, kami memfokuskan


kepada aspek pendidikan yang dilihat dari sarana pendidikan serta jumlah
peserta didik masyarakat RW 07 dari tahun ke tahun. Namun pada hal jumlah

55

keseluruhan peserta didik dari tahun ke tahun, para anggota core group tidak
mengetahui dan hanya mengetahui jumlah peserta didik saat ini.
Tabel 4.4
Hasil Bagan Perubahan dan Kecenderungan Kegiatan Praktikum di RW 07
Dusun Cibogo II
Bagan Perubahan dan Kecenderungan
Desa Sukasari RW 07
Tahun
1990
2000
2010
2014
Sarana
PAUD
I
1
TK
Pendidika
SD
II
2
n
SMP
I
1
SMA
I
II
3
Jumlah
PAUD
5
TK
0
Peserta
SD
16
Didik
SMP
8
SMA
3
Dari tabel yang disajikan di atas, dapat terlihat beberapa perubahan
dari tahun 1990 hingga tahun 2014. Kami menggunakan rentang 10 tahun dari
tahun 1990 untuk melihat perubahan yang terjadi hingga saat ini. Seperti yang
dapat kita lihat, pada awalnya RW 07 tidak memiliki fasilitas PAUD. Namun
seiring dengan berkembangnya zaman, akhirnya pada tahun 2010 RW 07,
memiliki PAUD Jantung Hati. Namun hingga saat ini, disana tidak terdapat
Taman Kanak-Kanak. Saat ini, hanya terdapat dua SD yang bisa diakses oleh
masyarakat. Dan kondisi tersebut tidak berubah sejak tahun 1990. Sementara
untuk fasilitas SMP, hanya terdapat satu SMP yang didirikan pada tahun 2009.
Sedangkan pada tingkat SMA, SMAN 1 Tanjungsari menjadi pilihan pertama
bagi masyarakat yang ingin melanjuutkan pendidikan ke jenjang SMA
dikarenakan tidak terdapat SMA Negeri lainnya. Namun pada sekitar tahun
2013, berdiri sebuah SMK, yaitu SMK DaI Robby yang bertempat di Desa

56

Sukasari. Sedangkan dari jumlah peserta didik, kami tidak berhasil


mendapatkan data mengenai jumlah peserta didik dari tahun ke tahun. Namun
menurut penuturan Kepala Dusun Cibogo II, dan Ketua RW 07 bahwa
perkembangan terkait jumlah peserta didik dari tahun ke tahunnya berangsur
meningkat.
4.2.11. Pengoraganisasian Masalah dan Matriks Rangking
Berikut ini merupakan hasil dari pengorganisasian masalah dan
potensi pada masyarakat RW 07 Dusun Cibogo II:
Tabel 4.5
Hasil Pengorganisasian Masalah dan Potensi Kegiatan Praktikum di RW 07
Dusun Cibogo II
PENGORGANISASIAN POTENSI DAN MASALAH
DUSUN CIBOGO II RW 07
MASALAH
POTENSI
1. Ekonomi (kesulitan membiayai 1. Terdapat sarana pendidikan yang
bekal anak pergi ke sekolah setiap terjangkau, dan memadai.
harinya)
2. Dukungan orangtua kepada anak 2. Kemampuan orangtua membiayai
agar mau bersekolah
pendidikan
3. Kurangnya kesadaran dan 3. Adanya bantuan dari pemerintah (BOS,
motivasi anak untuk bersekolah
KIP, PNPM Generasi)
4. Kesadaran
orangtua akan
pentingnya melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada teknik pengorganisasian masalah ini, kami bersama anggota task


group melakukan diskusi untuk menentukan masalah serta potensi yang terdapat
di

lingkungan

RW

07,

terkait

bidang

pendidikan.

Dengan

teknik

pengorganisasian masalah, kami berhasil mendapatkan empat masalah, dan tiga


potensi terkait bidang pendidikan berdasarkan hasil diskusi bersama anggota
task group dan core group. Berikut kami sertakan data yang berhasil kami
himpun:
57

Tabel 4.6
Hasil Matriks Ranking Kegiatan Praktikum di RW 07 Dusun Cibogo II
Matriks Rangking
No

Masalah

Bobot

Rangking

Ekonomi

Dukungan orang
tua

3
4

Motivasi anak
untuk bersekolah
Kesadaran orang
tua akan
pentingnya
pendidikan

Solusi
Harus ada
penghasilan
tambahan
- Penyuluhan
- Dibuat
kelompok
peduli
pendidikan
-

Penyuluhan
Dibuat tim
khusus

Dari matriks rangking diperoleh hasil bahwa masalah ekonomi yang


mendapat bobot terbesar. Namun pada saat pembuatan matriks rangking,
masyarakat merasa bahwa masih ada masalah lainnya, yaitu kesadaran orang
tua akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bagi
anak. Masalah tersebut mendapatkan bobot kedua terbesar setelah masalah
ekonomi. Kemudian kami bersama core group dan task group membicarakan
solusi yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Mengingat solusi dari
masalah ekonomi ialah mencari penghasilan tambahan, dan masyarakat belum
memiliki alternatif sumber penghasilan tambahan, serta kebutuhan modal
yang cukup besar, sehingga kami bersama masyarakat sepakat untuk memilih
masalah kesadaran orang tua akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi sebagai masalah yang akan ditanggulangi. Karena
mengingat dengan bersekolah dan memiliki pekerjaan tetap, maka bukan tidak
mungkin anak-anak yang bersekolah tersebut kelak akan dapat membantu

58

masalah perekonomian keluarga. Solusi dari permasalahan ini adalah


pembentukan kelompok peduli pendidikan, dan pembekalan terhadap anggota
kelompok.
4.2.12. Program Pembentukan Kelompok Peduli Pendidikan
Program pembentukan kelompok peduli pendidikan dilaksanakan pada
tanggal 19 Desember 2014 dan bertempat di rumah Bapak Yayat selaku Ketua
RW 07. Peserta yang hadir merupakan tokoh-tokoh masyarakat yang
kemudian akan kami bentuk sebagai kelompok peduli pendidikan, dan
melaksanakan kegiatan secara langsung kepada sasaran. Untuk pemateri, kami
mengundang rekan kami yaitu Panji Aziz Pratama selaku aktivis pendidikan
di daerah Banten. Dibantu oleh salah satu anggota kelompok kami yaitu
Aditya Rahmat Gunawan untuk membantu menyampaikan informasi.
Informasi yang disampaikan adalah tentang Menuju Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015. Dimana pada tahun 2015, persaingan lapangan
pekerjaan akan semakin ketat sehingga menuntut masyarakat untuk memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang lebih.
Selain itu, kami juga memberikan materi tentang pentingnya
pendidikan bagi anak. Serta di akhir acara, kami melakukan pembentukan
kelompok peduli pendidikan yang terdiri dari para tokoh masyarakat di RW
07. Para tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa masyarakat akan sulit jika
praktikan hanya mengadakan penyuluhan langsung kepada masyarakat. Maka
dari itu, tokoh masyarakat beranggapan bahwa butuh sebuah pendekatan
khusus kepada masyarakat secara personal melalui kelompok. Karena, tokoh
masyarakat percaya bahwa yang memiliki masyarakat itu adalah mereka
sehingga bisa lebih mendengarkan.
4.3.

Bentuk Intervensi

59

Sesuai dengan hasil dari pembuatan matriks ranking yang dilakukan


oleh pratikan bersama dengan core group dan task group yang hadir pada saat
itu menyepakati bahwa, bentuk program atau intervensi yang akan dilakukan
adalah pembentukan Kelompok Peduli Pendidikan dan Pembekalan mengenai
pentingnya pendidikan, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan informasi
mengenai beasiswa pendidikan.
4.3.1
3.3.1

Tujuan
Tujuan dilaksanakannya program pembentukan kelompok peduli

pendidikan adalah sebagai sebuah usaha untuk membantu masyarakat di


lingkungan RW 07 meningkatkan kesadarannya akan pentingnya melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA dan seterusnya.
4.3.2 Strategi
Dalam program yang dibuat, yang menjadi target adalah anggota core
group dan task group yang kemudian dibentuk menjadi sebuah kelompok
peduli pendidikan. Hal ini dilakukan karena, para tokoh masyarakat menilai
untuk menyelesaikan masalah ini harus dilakukan oleh para tokoh yang
memiliki pengaruh lebih besar terhadap masyarakat. Selanjutnya kelompok
akan mendapatkan sebuah pembekalan materi dan informasi mengenai
pentingnya pendidikan, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan informasi
mengenai beasiswa pendidikan.

Gambar 4.3
Skema sistem Pembekalan Pendidikan

60

Pembekalan Pendidikan

Kelompok
Peduli
Pendidikan

Warga RW 07 Dusun Cibogo II


4.3.3. Sistem Sumber
Sistem sumber dalam program ini terbagi menjadi 2, yaitu sumber
yang berada di dalam RW 07 yaitu anggota core group dan task group dan
yang menjadi pemberi materi berasal dari mahasiswa UNPAD.
4.3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan
Untuk langkah pelaksanaan, praktikan membagi langkah yang akan
dilakukan menjadi tiga tahapan, yaitu langkah persiapan, pelaksanaan dan
-

pasca-pelaksanaan.
Persiapan pertama yang dilakukan adalah mengagendakan waktu yang
akhirnya dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Desember 2014. Persiapan
Kedua adalah memberitahu anggota core group dan task group. Persiapan
Ketiga menyiapkan rumah Ketua RW 07 sebagai tempat mengadakan
kegiatan. Persiapan Terakhir adalah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan

dalam kegiatan seperti infocus, Laptop, hard copy Materi dan alat-alat lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 19 Desember 2014 dimulai sejak pukul
18.30 hingga pukul 21.00 malam hari. Pemateri yang menyampaikan
informasi tentang pembentukan kelompok dan Menuju Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 adalah Aditya Rahmat Gunawan selaku praktikan. Dan yang

61

menyampaikan materi mengenai Pentingnya Pendidikan dan Informasi


Mengenai Beasiswa Pendidikan adalah saudara Panji Aziz Pratama selaku
aktivis pendidikan sekaligus Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial angkatan
2012. Kegiatan awal yang dilakukan adalah menyimpulkan hasil musyawarah
selama berjalannya praktikum terkait dengan masalah dan solusi yang
disepakati bersama. Selanjutnya diberikan materi mengenai pembentukan
kelompok yang didalamnya terdapat informasi mengenai latar belakang dan
tujuan kelompok, struktur kelompok, menjelaskan tentang tugas dan fungsi
masing-masing anggota kelompok, mulai dari peran penasihat, ketua,
sekretaris, humas (hubungan masyarakat), agen perubahan dan usulan rencana
kegiatan terdekat. Setelah itu masyarakat bermusyawarah untuk menentukan
siapa-siapa saja yang akan mengisi posisi yang sudah disampaikan
sebelumnya. Selanjutnya informasi yang disampaikan adalah mengenai
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Sesi pertama ini berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Selanjutnya
materi yang disampaikan adalah materi mengenai pentingnya pendidikan dan
informasi mengenai beasiswa pendidikan oleh saudara Panji Aziz Pratama.
Kegiatan ini berlangsung selama 60 menit. Setelah 2 sesi ini berlangsung
kemudian dilakukan dengan proses tanya jawab dan diakhiri dengan
kesepakatan bersama mengenai kelompok peduli pendidikan.

62

Gambar 4.4

Gambar 4.5
-

Setelah pelaksanaan program ini selesai kemudian praktikan membereskan


kembali tempat yang telah digunakan untuk melaksanakan program dan
mengucapkan terima kasih kepada pemateri dan peserta yang sudah hadir.

4.4 Hasil Intervensi

63

Program yang dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2014 dengan tema


Pendidkan menghasilkan beberapa output yang bisa dilihat langsung setelah
kegiatan ini berakhir, hasilnya adalah:
1. Terbentuknya kelompok peduli pendidikan yang beranggotakan tokoh
masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh pemuda dan kader PNPM generasi
sehat dan cerdas;
Gambar 4.6
Struktur Kelompok Peduli Pendidikan
PENASIHAT:
Pak Udin (Kepala dusun),
Ibu Kokom (Tokoh
Pendidikan)
KETUA
Bpk. Yayat (Ketua RW)
HUMAS

SEKRETARIS

Bpk. Toto (Anggota BPD)

Kang Yadi (Tokoh


Pemuda)

AGEN PERUBAHAN
Bpk. Ending (RT 01)
Bpk. Dede (RT 02)
Bpk. Lili (RT 03)
Ibu Elis (Kader PNPM)

2. Kelompok tersebut mendapatkan informasi mengenai pentingnya


pendidikan, informasi mengenai beasiswa pendidikan dan masyarakat
ekonomi ASEAN 2015;
3. Kelompok tersebut melakukan kesepakatan untuk mencoba merubah
pandangan atau kesadaran orang tua yang kurang menyadari pentingnya
pendidikan.
4.5 Rencana Keberlanjutan Program
4.5.1 Rencana Kegiatan Yang akan dilaksanakan

64

Setelah kelompok peduli pendidikan ini terbentuk dan struktur


kepengurusan disepakati, kemudian kelompok mempunyai tugas atau kegiatan
yang harus dilaksanakan dalam waktu terdedak yaitu :
- Melakukan pendataan kembali mengenai jumlah anak usia sekolah mulai
-

dari tingkatan SD, SMP, dan SMA yang berada di lingkungan RW 07;
Melakukan identifikasi keadaan sosial ekonomi yang menjadi sasaran

utama;
Mengidentifikasi potensi masyarakat berkaitan dengan melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA.

4.5.2 Skema Lanjutan Program


Gambar 4.7.Skema Program Lanjutan
Kelompok
praktikum
Kelompok
Peduli
Pendidikan
Masyarakat
RW 07 Dusun
Cibogo II

Pemberian informasi mengenai beasiswa


pendidkan

Pembekalan untuk agen perubahan

65

Melaksanakan
kegiatan
dilapangan
Lingkup
Kegiatan

Melakukan Pengawasan dan pembinaan


lebih lanjut terhadap perubahan cara
pandang mengenai dunia pendidikan bagi
masa depan anak

4.5.3 Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dilakukan dalam rangka memantau secara
langsung pasca pelaksanaan program apakah berjalan atau tidak. Pasca
pelaksanaan program adalah Kelompok Peduli Pendidikan yang sudah
terbentuk sebelumnya dapat menjalankan perannya masing-masing dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan
satu kali dalam sebulan:
Indikator-indikator keberhasilan:
1. Jumlah sasaran sudah diketahui;
2. Adanya hasil identifikasi keadaan sosial ekonomi sasaran berupa laporan
kondisi sosial ekonomi setiap sasaran;
3. Dilakukannya identifikasi potensi masyarakat yang berkaitan dengan
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan seterusnya berdasarkan
hasil identifikasi sebelumnya.
Kegiatan Evaluasi dilakukan

dengan

tujuan

untuk

menilai,

memberikan masukan, dan perbaikan agar upaya penanganan masalah


mengenai minimnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan
dapat berjalan berkelanjutan dan sedikit demi sedikit permasalahan
tersebut dapat terselesaikan.
Berangkat dari maksud kegiatan evaluasi tersebut terdapat beberapa
hal dibawah ini yang harus mendapatkan perhatian:
1. Kinerja dan peran kelompok pendidikan yang diharapkan mampu
memberikan kebermanfaatan di masyarakat;
2. Kebermanfaatan program yang telah diselenggarakan dan adanya suatu
perubahan.

66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a.

Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok praktikan adalah praktikum
pengembangan masyarakat yang berlokasi di RW 07, Dusun Cibogo II, Desa
Sukasari. Tema yang diambil pada kegiatan praktikum kali ini adalah
pendidikan. Dimana, terjadi sebuah masalah yang menurut masyarakat harus
ditanggulangi. Masalah yang muncul adalah, tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan seterusnya
yang masih minim. Padahal, pendidikan menjadi sebuah modal yang penting
yang harus dimiliki seorang anak. Apalagi, tantangan di masa depan yang
akan lebih berat, menuntut agar kita sebagai manusia harus selalu
meningkatkan kualitas diri.
67

Tahap kegiatan praktikum yang dilalui oleh praktikan mulai dari tahap
pembentukan

kelompok

praktikum,

familiarisasi,

identifikasi

tokoh,

pembentukan core group, pembentukan task group, melaksanakan beberapa


teknik PRA seperti: pemetaan; bagan kecenderungan dan perubahan; kalender
musim; analisis pendidikan; pengorganisasian masalah dan matriks ranking,
hingga akhirnya tercipta sebuah solusi pemecahan masalah, yang disepakati
oleh bersama.
Program yang dijalankan, berasal dari hasil musyawarah antara
anggota core group dan task group yang difasilitasi oleh praktikan. Program
yang dijalankan oleh praktikan hanya hingga pengorganisasian masyarakat
yang diberi nama pembentukan Kelompok Peduli Pendidikan, yang
seterusnya akan dilanjutkan oleh pihak masyarakat. Tujuan dari dibentuknya
kelompok ini adalah sebagai sebuah usaha dari pihak tokoh-tokoh masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA dan seterusnya. Karena, para tokoh menyadari
bahwa pendidikan menjadi salah satu kunci kesuksesan yang akan sangat
beguna bagi masyarakat.
b. Saran
Dengan adanya kegiatan praktikum pengembangan masyarakat ini,
diharapkan kelompok yang telah dibentuk mampu berjalan dengan baik sesuai
dengan fungsinya dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
meningkatkan kesadaran masyarakat RW 07 tentang pentingnya melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA atau ke perguruan tinggi. Sesuai dengan rencana
kegiatan dan peran dari setiap anggota kelompok, kami menyarankan
kelompok untuk memiliki data mengenai jumlah sasaran, sehingga kelompok
bisa mulai memetakan persebaran sasaran, dan merancang kegiatan untuk
meningkatkan

kesadaran

masyarakat

terkait

pentingnya

melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMA, atau bahkan hingga
perguruan tinggi.
68

Kami berharap semoga di masa yang akan datang, kelompok yang


dibentuk saat ini bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat RW 07
di bidang pendidikan, sehingga rata-rata tingkat pendidikan masyarakat RW
07 bisa menjadi lebih baik dari keadaan saat ini.

69

Anda mungkin juga menyukai