I. IDENTITAS
A. Satuan Pendidikan : MA Panti Asuhan Madania
B. Tahun Ajaran : 2018/ 2019
C. Konseli : 1. Laila
2. Ica
3. Iffah
4. Nisa
II. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Tahap Awal (Beginning Stage)
Konseling kelompok beginning stage dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 03 Mei
2019 pukul 16.30 sd 18.00 WIB bertempat di salah satu kelas yang ada di panti.
a. Kelompok ini merupakan kelompok homogen dimana konseli memiliki jenis
permasalahan yang sama yaitu masalah keluarga. Para anggota kelompok
berstatus sebagai siswi di MA Madania. Walaupun konseli duduk di kelas
yang berbeda, hubungan dan suasana kelompok dapat dibangun dengan baik
karena di asrama putri mereka sudah saling kenal dan selalu bersama,
sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk saling mengenal dan
menumbukan kohesifitas kelompok. Selanjutnya konselor mengupayakan agar
dirinya dapat diterima dan dipercaya untuk membantu mengatasi masalah-
masalah yang dialami oleh masing-masing anggota dalam kelompok. Upaya
pertama yang dilakukan adalah membangun kehangatan kelompok dengan
cara mengucapkan salam, sapa, dan menanyakan kabar anggota kelompok.
Selanjutnya masuk ke tahap perkenalan diri, “Tak kenal maka tak sayang”
begitulah istilah yang sering kita dengar selama ini yang bermakna agar saling
mengenal satu sama lain. Perkenalan diawali oleh konselor yaitu dengan
menyebutkan nama dan hobi hingga bergiliran dari sebelah kanan konselor.
Setelah mereka saling berkenalan, konselor berusaha mengingat kembali nama
anggota agar menumbuhkan rasa nyaman antar sesama. Dengan beberapa hal
tersebut mampu terbentuk hubungan yang baik antara konselor dan konseli
dalam kelompok tersebut.
b. Selama proses awal konselor berupaya untuk membangun hubungan yang baik
dengan para anggota. Konselor membangun kepercayaan, penerimaan antar
anggota dan penghargaan terhadap anggota lain. Langkah awal yang dilakukan
ialah memberikan kesan yang baik, ramah tamah kepada anggota. Konselor
berusaha memposisikan diri seperti seusia mereka yaitu bertingkah dan
berbicara seperti remaja lagi agar anggota kelompok merasa konselor bukan
guru mereka namun sebagai teman sendiri. Langkah ke-2 yaitu memberikan
pemahaman terhadap anggota kelompok bahwa konseling kelompok ini akan
dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan hingga semua permasalahan
anggota dapat terselesaikan dengan baik. Langkah selanjutnya ialah tujuan,
konselor memaparkan tujuan konseling kelompok ini yaitu untuk membantu
para anggota dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi atau sesuatu yang
dirasa menjanggal dalam hati. Selanjutnya, konselor memahamkan konseli
bahwa selama proses konseling setiap anggota tidak boleh menyebarluaskan
masalah di luar kelompok ini. Selain itu, konseli diarahkan agar dapat saling
menerima dan membantu masalah yang dialami oleh anggota dalam
kelompok.
c. Tujuan dari konseling kelompok ini ialah untuk saling membantu masalah
yang dialami masing-masing anggota, saling memberi dan menerima pendapat
antar teman, saling mendengarkan masalah teman dan semampu mungkin
untuk saling mebantu masalah yang dihadapi. Selain itu, tujuan utama dari
kegiatan ini adalah saling bercerita tentang masalah masing-masing
selanjutnya bersama-sama mencari akar masalah dan solusi.
d. Pada konseling kelompok ada beberapa norma yang disepakati yaitu norma
saling menjaga kerasahasiaan terkait masalah yang dipaparkan oleh masing-
masing anggota, saling percaya antar anggota kelompok agar mempermudah
untuk saling terbuka, saling menerima antar anggota kelompok, menghargai
teman yang berbicara, saling berbagi dan merasakan masalah yang di alami
oleh anggota lain dan menyepakati waktu pertemuan (kontrak) baik terkait
jadwal maupun jam.
e. Beberapa keluhan/masalah yang ditampakkan oleh anggota kelompok yaitu:
Subyek 1. Adanya misscommunication antara keluarga pihak ayah dan
keluarga pihak ibu perihal pengiriman uang bulanan dan tanggung jawab.
Subyek 2. Perbuatan dan prilaku ayah yang semena-mena terhadap ibu
membuat subyek 2 sedih, ayah kurang bertanggung jawab dalam penafkahan,
ayah selalu minum-minuman beralkohol dan jarang dirumah.
Subyek 3. Masalah yang dihadapi ialah kurangnya rasa kasih sayang dari ayah
dan ibu karena subyek 3 dianggap sebagai anak yang tidak diinginkan
kelahirannya. Sehingga subyek 3 memendam amarah dan kebencian kepada
ke-2 orang tuanya.
Subyek 4. Rasa keingintahuan subyek yang tinggi terhadap kehamilan ibu
padahal ibu subyek 4 sudah tidak memiliki suami.
f. Konselor khawatir kelompok tidak bisa membangun hubungan yang baik
karena masih ada rasa kurang nyaman, mereka sebelumnya memang belum
pernah bertukar cerita yang bersifat intim walaupun mereka hidup di satu atap
yang sama. Namun konselor tetap berusaha untuk meyakinkan kalau masalah
yang mereka hadapi membutuhkan orang lain untuk membantu setidaknya
sebagai pendengar yang baik. Konselor meyakinkan kelompok dengan
mengingat kembali asas dan norma-norma yang dilaksanakan di tahap awal.
Dengan meyakinkan anggota kelompok, akhirnya kelompok ini mampu saling
terbuka dan memiliki kohesifitas kelompok yang baik.
b. Masalah Konseli 2
1) Pembukaan
Berhubung pada tahap kerja (working stage) ini memang dilaksanakan pada hari
yang sama maka konselor tidak mengulang kembali tahap awal (beginning stage).
Maka dari itu konselor langsung masuk ke langkah inti.
2) Langkah inti
Permasalahan konseli 2 ialah rasa tidak nyaman melihat perilaku ayah yang
semena-mena terhadap ibu. Ayah suka minum-minum sehingga ayah selalu marah-
marah jika di rumah. Jika ayah marah maka semua benda-benda yang ada disekitar
akan pecah dan berantakan. Ayah sulit mengontrol diri karena pengaruh alkohol,
keseringan minum alkohol membuat ayah malas mencari nafkah sehingga
kehidupan konseli 2 dan ibu menjadi terlantarkan. Konseli 2 memutuskan untuk
masuk ke panti asuhan Madania karena ketidaknyamanan konseli di rumah.
Konseli berharap ayah kembali seperti dulu yaitu sayang sama keluarga, rajin
mencari nafkah dan tidak minum-minum alkohol lagi namun kenyataannya
sekarang konseli 2 sangat kesal sama ayah karena perbuatan ayah yang sangat
buruk sekali. Setahun terakhir ini konseli sudah meraskan sedikit perubahan baik
dari ayah namun masih belum total. Dari paparan masalah tersebut dapat diketahui
bahwasanya ada perbedaan antara real self dan ideal self konseling 2. Teman-
teman membantu konseli 2 untuk lebih tegar lagi menghadapi perilaku ayahnya
dan berusaha untuk tidak melarikan diri dari masalah namun mencoba untuk
menemukan benang merah dari masalah tersebut. Teman-teman menyarankan
konseli untuk lebih terbuka kepada ayahnya. Berani mengungkapkan perasaan
kepada ayah dan bicara dari hati ke hati agar ayah bisa kembali berubah seperti
sedia kala. Sehingga ideal self dan real self dapat berjalan seimbang.
3) Langkah penutup
Sama halnya seperti langkah penutup masalah konseli 1 yaitu konselor
mengingatkan konseli terkait langkah apa yang sudah disepakati dalam
penyelesaian permasalahannya yaitu bisa bersikap tenang jika ada masalah, jangan
mengambil keputusan untuk lari dari masalah namun berusahalah untuk mencari
solusi. Diharapkan konseli 2 bisa lebih terbuka dengan keluarga baik itu dari
pihak ayah dan pihak ibu. Genuine konseli 2 yaitu rasa sayang dan penuh kasih
terhadap ibu, konseli 2 tidak ingin memberatkan ibu sehingga konseli 2 bisa
dengan iklas memilih hidup di panti asuhan Madania dimana sekolah di sini
semuanya gratis.
c. Masalah Konseli 3
1) Pembukaan
Berhubung pada tahap kerja (working stage) ini memang dilaksanakan pada hari
yang sama maka konselor tidak mengulang kembali tahap awal (beginning stage).
Maka dari itu konselor langsung masuk ke langkah inti.
2) Langkah Inti
Konseli 3 bernama Iffah. Iffah anak yang ceria dan mudah berbaur. Iffah memiliki
latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Asal muasla cerita ialah Ibu Iffah
yang berinisial X waktu itu masih berumur 15 tahun kira-kira kelas 3 SMP. Pada
masa itu X merupakan salah satu siswi tercantik diangkatan. Lalu datanglah Y
selaku pria normal tertarik dengan X namun X sangat membenci kehadiran Y. Y
bertindak belakang atau main dukun untuk menarik perhatian si X hingga X jatuh
cinta kepada Y. X dan Y menikah dan setahun kemudian lahirlah si Iffah. Ketika si
Iffah berumur dua tahun, barulah X tersadar dari mimpi buruk selama ini, terakhir
kali X ingat masih duduk di kelas 3 SMP dan sedang asyik untuk bermain.
Ternyata pada suatu hari Y lupa akan kebiasaan itu hingga X pun kembali normal.
X tidak menerima kehadiran si bayi, lanjut X meminta cerai dengan Y. Hubungan
rumah tangga mereka retak, bayi mungil hidup bersama kakek-nenek hingga
tumbuh remaja seperti saat ini. Kisah perseteruan antara ayah dan Ibu diketahui
Iffah ketika Iffah berumur 12 tahun. Kejadian itu berdampak hingga sekarang, si
Iffah masih menyimpan rasa dendam dan amarah kepada orang tua kandungnya.
Selama hidupnya Iffah tidak mendapat kasih sayang dan nafkah dari orang tua.
Harapan terbesar Iffah hanya kakek dan nenek yang semakin hari semakin menua.
Setahun terakhir ini ibu Iffah sudah melihatkan sedikit kasih sayang kepada Iffah.
Hampir setiap bulan ibu Iffah mengunjungi Iffah dan memberikan sedikit belanja.
Ibu Iffah datang bersama ayah tiri dan adik perempuan tiri yang berumur 8 tahun.
Iffah selalu iri dengan adik perempuan kecil itu dikarenakan ada emas di bagian-
bagian tertentu tubuhnya sedangkan Iffah tidak ada sama sekali. Anggota
kelompok sangat antusias mendengarkan Iffah bercerita, Iffah meluapkan emosi
mengingat semua perlakuan ayah dan ibu kepadanya.
3) Langkah penutup
Langkah penutup untuk kasus konseli 3 yaitu para anggota kelompok
menginginkan Iffah tidak menyimpan dendam dan amarah lagi kepada ibu dan
ayah. Karena semarah apapun kita kepada orang tua, mereka tetaplah orang yang
harus kita hargai dan hormati selagi mereka tidak menyuruh kita berbuat yang
melanggar agama. Tugas selanjutnya untuk Iffah yaitu meminta maaf kepada ibu
karena Iffah secara terus terang sudah melawan dan melihatkan kebencian akan
pilih kasih ibu kepadanya padahal ibu Iffah sudah menyesali perbuatannya yang
telah meninggalkan Iffah bersama kakek dan nenek. Setelah konselor meyakinkan
perbuatan Iffah sangat tidak baik, akhirnya ada perubahan perilaku Iffah yaitu Iffah
dengan sadar mengatakan “Lebaran kali ini Iffah akan menemui ayah dan ajak
ayah berbicara empat mata, Iffah akan mengutarakan isi hati Iffah selagi seorang
anak dan tak lupa Iffah akan minta maaf juga”. Alhamdulillah konselor dan
anggota kelompok lainnya senang mendengarkan pernyataan Iffah.
d. Masalah Konseli 4
1) Pembukaan
Berhubung pada tahap kerja (working stage) ini memang dilaksanakan pada
hari yang sama maka konselor tidak mengulang kembali tahap awal
(beginning stage). Maka dari itu konselor langsung masuk ke langkah inti.
2) Langkah inti
Fokus masalah konseli adalah RASA PENASARAN terhadap kondisi ibu
yang tiba-tiba hamil tanpa ada status suami padahal suami si ibu sudah
meninggal dunia sejak setahun yang lalu. Konseli 4 mengetahui bahwasanya
ibu belum menikah lagi semenjak kematian ayah konseli. Lanjut beberapa
tahun kemudian ibu hamil dan melahirkan seorang anak perempuan. Kelahiran
anak tersebut membuat konseli 4 bingung dan penasaran siapa sebenarnya
ayah anak perempuan tersebut. Konseli 4 merupakan anak ke -2 dari tiga
saudara. Kakak pertama merupakan seorang abang yang bekerja di Jakarta.
Jarak umur abang dengan konseli 4 cuman dua tahun. Abang bertipikal acuh
tak acuh dengan kondisi dan keadaan sekitarnya. Abang tidak memperdulikan
dengan kondisi ibu yang hamil tersebut. Namun berbeda dengan konseli 4
dimana konseli 4 memiliki rasa penasaran yang amat sangat dengan kondisi
ibu. Namun konseli 4 tidak berani untuk menanyakan ke ibu karena takut ibu
akan marah. Konseli 4 juga tidak berani untuk menanyakan hal itu ke abang.
Hal ini akhirnya disadari oleh konseli setelah konselor dan anggota kelompok
membangun kesadarannya dengan berbagai dialog. Selanjutnya setelah konseli
sadar ia mendapat tugas dari teman-teman dan konselor untuk lebih
memberanikan diri bertanya kepada ibu agar rasa penasaran yang ada di dalam
hati bisa teratasi yaitu dengan cara menuliskan surat kepada ibu. Konseli
1menyanggupi tugas dari teman-teman namun konseli 4 masih memikirkan
kapan moment yang tepat untuk memberikan ibu surat dan menurut konseli 4
waktu lebaran ini adalah waktu yang tepat.
3) Langkah penutup
Konselor mengingatkan konseli terkait langkah apa yang sudah disepakati
dalam penyelesaian permasalahannya yaitu memberanikan diri untuk
mengungkapkan perasaan kepada ibu, salah satu caranya ialah lewat surat.
Silvia Hadi
NIM 16220003