Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Tentang
SUKAR BERSOSIALISASI DAN
KERAP BERPRILAKU MEMBAHAYAKAN

Disusun Oleh :
AYU LESTARI

33151002

BKI – 6 Semester V
Dosen Pembimbing : Azizah Batu Bara M.Psi
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas penulisan Mini Riset
ini tanpa ada suatu halangan apapun. Shalawat serta salam senantiasa penulis hantarkan
kepada Rasulullah SAW yang kita nanti–nantikan syafaatnya di dunia maupun di akhirat.
Dalam Mini Riset ini penulis diembankan observasi di lingkungan sekitar.

Tugas ini merupakan hasil pengumpulan informasi dari berbagai sumber dan beberapa
buku dari referensi yang penulis cari dan baca mengenai “PSIKOLOGI KEPRIBADIAN”.
Penulis berharap agar kita mengetahui tentang judul yang penulis angkat dan akan dibahas
dilembar selanjutnya.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas penulisan ini. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi
semuanya. Amin

WassalamualaikumWr. Wb

Medan, 20 Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I KASUS ......................................................................................................... 4

BAB II TEORI ........................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

3
BAB I

KASUS

A. Identitas Subjek
Nama : Doni Hermansyah
Alamat : Jln Wiliem Iskandar. Pancing. Jln, Suluh 147
Hobi : Menyiram bunga dan memberihkan burung
TGL : Jln Suluh 147, 15 januari 1990
Usia : 28 tahun
Keinginan : Memiliki Istri baru (karena pernah ditinggal istrinya pergi dari
rumah)
Agama : Islam
Suku : Jawa
B . badan : 100 kg
T .badan : 170 cm
Warna kulit : Sawo matang
Jenjang pendidikan : SD
Anak ke : 8 dari 8 bersaudara

B. Latar Belakang
Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan
orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih
memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih social. Beberapa dari kita tipe pengikut ,
yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain,
sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku
menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress
personal yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan, maka pola perilaku
tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk memprediksi pola
pikir atau tindakan yang akan diambilnya.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang
lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-
hari.
Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya.
Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau
menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Individu dengan gangguan kepribadian
lebih tidak menyadari masalah mereka, mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang

4
maladaptif sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit
sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.

C. KASUS
Doni adalah seorang pemuda berusia 28 tahun ia adalah anak ke 8 dari 8 saudara, ia
tinggal bersama ibu dan kakaknya.dulu sewaktu bayi dia pernah mengalami kejang-kejang
atau step, sampai keluarga berpikir tidak bisa diselamatkan lagi. Ia hanya bersekolah sampai
jenjang SD (Sekolah dasar) hanya sampai kelas 4 saja, karena ia malu dan tidak suka bersama
teman-teman yang lain. Ia dilingkungan sekitar tidak begitu terlalu disukai oleh teman
sebaya, orang tua atau anak-anak karena sikap, perilaku yang berbeda. Jadi bisa dikatakan ia
sukar untuk bersosialisasi dengan lingkungan tetangga sekitar, ia pernah menikah dengan
seorang gadis yang dijohkan oleh ke dua orang tua mereka dan setelah mereka menikah
istrinya tidak betah karena dia selalu berbuat kekerasan terhadap istri, selalu cemburu dan
tidak membolehkan istrinya kemana-mana. Setelah beberapa bulan istrinya kabur (lari) dan
istrinya tidak mau kembali ketika di jemput dirumah keluarganya. Semenjak dari kejadian itu
Doni semangkin merajalela, ia suka bertingkah seperti masih anak kecil permintaannya kalau
tidak di turuti dia mengamuk, pernah abangnya menitipkan mobile di rumah orang tuanya
dan tidak di beri izin kepada doni lalu dia mengamuk kepada abangnya dengan memukur
kaca mobile dengan sekop dan mereka berantam di lihat orang sampai ibunya tidak sadarkan
diri melihat tingkahnya, dan ibu Doni memiliki kost dan anak kostnya harus menurut dengan
peraturan yang di berinya jam 22.00 semua anak kost harus masuk ke dalam kost dan yang
terlambat di biarkan dulu di depan pintu menunggu lama baru di buka, lalu ketika teman-
teman anak kost datang dia selalu mondar-mandir di depan perkumpulan anak kostnya yang
sedang mengerjakan tugas dan menyebabkan risih teman-teman. Lalu ketika anak kost
membawa teman cowok (pacar) dia sering mengamuk atau mengusir temannya itu yang
semuala keadaan yang harusnya enak menjadi tidak enak. Pernah ketika abang teman kost
saya datang dan sudah permisi kepada ibu kost bahwasannya abangnya datang dan ibu kost
memberi izin, sementara dia mala mengusir dan melempar gembok dihadapan abang dan
teman kost saya. Setiap anak kost di datangin teman-teman dia sangat tidak suka, dia tidak
mau melihat orang sekitarnya bahagia sementara dia tidak dan ia pun membuat kerusuhan
dengan mengusir teman teman. Emosinya tidak stabil seperti anak-anak dan suka mengadu
kepada ibu. Orang tua dan saudaranya sudah tidak bisa lagi menasehati atau melarangnya jadi
di biarkan saja karena dia suka mengamuk. Dia tidak pernah percaya kepada siapapun kecuali
yang dianggap dia mampu memahami dirinya. Jika keponakannya tidak pulang tepat waktu
jam 22.00 dengan anak kost dia bakal mengamuk dan membagunkan satu kost dan tetangga
sekitar. Dia tidak pernah berprilaku selayaknya orang dewasa sampai saat ini suka bermain
bersama anak SMA kelas 1 keponakannya. Jika di puji dia bisa saja jika dijelakkan biasa saja
datar hidupnya. Jika dilihat dari wajahnya ia tidak menampakkan emosi yang di luar batas
seperti kenyataannya. Ia selalu mencurigai anak kost yang sedang melakukan belajar
kelompok dikira dia yang aneh-aneh. Dia tidak pernah berpikir secara baik kepada siapapun
selalu merasa di ceritakan oleh sekelilingnya sehingga membuat dia sukar untuk berbaur
kepada orang lain.

5
BAB II
TEORI

1. Pengertian gangguan kepribadian


Gangguan kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau cara
berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi
mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada
akhirnya bersifat self-defeating. 1
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang
lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari-
hari (misalnya, dalam relasi sosial dan pekerjaan). 2
Orang yang mengalami gangguan ini tidak merasa cemas tentang perilakunya yang
maladaptif (ego-sintonik) sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari
pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan. 3

Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, emosi dan perilaku yang membuat
seseorang unik, berbeda satu sama lain. Ini cara melihat, memahami dan berhubungan dengan
dunia luar, dan juga bagaimana seseorang melihat diri sendiri. Bentuk kepribadian selama
masa kanak-kanak, dibentuk melalui interaksi dari dua faktor:

1) Warisan kecenderungan atau gen. Ini adalah aspek kepribadian yang diturunkan kepada
seseorag dari oleh orang tua, seperti rasa malu atau pandangan terhadap kebahagiaan. Hal
ini kadang-kadang disebut temperamen bersifat "alami" dan merupakan bagian dari pola
asuh dan "konflik".

2) Lingkungan, atau situasi kehidupan. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan, hubungan


dengan anggota keluarga dan orang lain juga turut berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian. Ini mencakup beberapa hal seperti jenis pola pengasuhan yang dialami
seseorangapakah itu dengan penuh cinta atau kekerasan.

1 . Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal : Edisi ke lima jilid I, (Jakarta : Erlangga,
2005), hlm. 273
2 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal : Klinis Dewasa, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press), 2008) hlm. 142
3 . Ibid. hlm. 143

6
Gangguan kepribadian dianggap disebabkan oleh kombinasi genetik dan pengaruh
lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki kerentanan genetik untuk
mengembangkan sebuah gangguan kepribadian dan situasi kehidupan dapat memicu
perkembangan gangguan kepribadian.

2. Penderita jenis gangguan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu, dalam arti sikap dan perilakunya
cenderung merugikan orang lain.

2. Memandang bahwa kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atau perbuatan jahat orang
lain. Dengan kata lain, penderita gangguan ini tidak pernah merasa bersalah.

3. tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain: bersikap manipulatif atau senang
mengakali, mementingkan diri sendiri, tidak punya rasa bersalah, dan tidak mengenal rasa
sesal bila mencalakakan orang lain.

4. Celakanya, orang ini tidak pernah dapat melepaskan diri dari pola tingkah lakunya yang
maladaptif itu.

5. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang mereka timbulkan.

3. Tipe-tipe gangguan kepribadian


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
gangguan kepribadian dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :
Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan
kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
Kelompok B : orang dengan prilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak
menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosisal, ambang, histrionik,
narsistik.
Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas dan ketakutan. Kelompok ini
mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-konpulsif.

7
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu tipe-tipe gangguan kepribadian yaitu, sbb :
Kelompok A
1). Gangguan kepribadian Paranoid
Biasanya diatandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat
4
kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Ia juga hypersensitive, rigid (kaku), anxious
(pecemburu) dan argumentatif (suka berdebat). Mereka cenderung melihat diri sendiri
sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat kekurangan dirinya,
meskipun dia tahu. 5
Gejala lain yaitu keterbatasan kehidupan afektif yaitu penampakan yang dingin dan
tanpa emosi, merasa bangga dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah terangsang
secara emosional. Ia juga tidak ada rasa humor yang wajar, pasif, tidak lembut, tidak hangat,
dan sentimental 6. Mereka juga sangat sensitif terhadap kritikan, baik itu nayata maupun yang
dibayangkan. mereka cenderung tidak mempercayakan rahasia pribadi pada orang lain karena
mereka yakin bahwa informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang mereka.
Gangguan ini bisa ditemukan dari anggota para imigran atau kelompok etnik
minoritas, tahanan politik, atau orang budaya lain yang berprilaku sangat hati-hati atau
defensif. 7

2). Gangguan kepribadian Skizoid


Ciri utamanya adalah isolasi sosial dan sering kali digambarkan sebagai penyendiri atau
eksentrik, ia juga kehilangan minat pada hubungan sosial. Mereka tampak jauh, menjaga
jarak, dan sikap acuh tak acuh terhadap pujian, kritikan atau perasaan orang lain. Wajah
mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan mereka jarang bertukar
senyum sosial atau salam. 8
Mereka biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Ia juga
menyukai aktifitas atau pekerjaan yang tidak melibatkan orang lain (aktivitas mandiri/bekerja
seorang diri). Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan

4 . Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 273
5 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 144
6 . Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abormal, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), cet. 2, hlm. 117
7 .Dadang Hawari, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, (Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2009), cet. 2, hlm. 68
8. Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 274

8
hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah
dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka menikah dengannya.9

3). Gangguan kepribadian Skizotipal


Biasanya tampak aneh secara mencolok. Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi
orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negatif seperti marah atau tidak senang. 10
Gangguan ini merupakan pola pikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam berbicara dan
dalam persepsi, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.
Menurut (Back & Freeman, 1990) gangguan ini secara umum terbagi menjadi 4
kategori yaitu, sbb :
a. Paranoid atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai).
b. Referensi ide (idea of reference). Meyakini kejadian-kejadian acak yang ada
disekitarnya berkaitan dengan mereka. Atau bahwa orang lain sedang membicarakan
mereka.
c. Kognisi (pikiran) yang ganjil adalah odd beliefs and magical thinking
(keyakinan aneh dan pemikiran-pemikiran magis). Seperti keyakinan mereka memiliki
indra keenam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan pikiran. (misalnya,
dapat meramal masa depan).
d. Pikiran yang aneh adalah illusions (ilusi) yang merupakan halusinasi yang
singkat (misalnya, merasa melihat bapaknya yang sudah meninggal hadir
disampingnya). Dan cenderung memiliki pembicaraan yang kurang jelas, berputar-
putar, samar-samar, atau sangat rumit. 11

Kelompok B
1). Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Ditandai adanya gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image (identitas diri)
yang tidak stabil serta impulsiveness, berlebih-lebihan, perubahan suasana hati (mood-nya
selalu berubah-ubah) yang drastis (tiba-tiba), perasaan mengganggu yang sifatnya kronis,
dan adanya upaya-upaya untuk mutilasi (sell-mutilation) atau menyakiti diri sendiri, untuk
mendapatkan sesuatu atau dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain, untuk
mengekspresikan kemarahan mereka, atau menumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.

9. Ibid. 274-275
10. Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 146-147 .
11 . Ibid. hln. 149

9
Mereka merasa bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan
bermusuhan terhadap orang lain. OK!, individu dengan gangguan ini memiliki hubungan
interpersonal yang “hiruk-pikuk”. Mereka juga tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila
berada sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk
waktu yang singkat (karena moodnya mudah berubah) mereka akan berusaha mencari teman,
walaupun cuma teman duduk.12

2). Gangguan kepribadian histrionic


Yaitu melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat
perhatian serta cenderung dramatis dan emosional, namun emosi mereka tampak dangkal,
13
dibesar-besarkan dan mudah berubah.
Ditandai juga dengan tingkah laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka
menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh
lingkungan. Di samping penampilan yang cemerlang tidak mampu menciptakan hubungan
yang mendalam dan menjaga hubungan dalam jangka waktu panjang.
Mereka selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan, cenderung untuk melebih-
lebihkan pikiran atau perasaan merek a dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting
dari yang sesungguhnya. 14

3). Gangguan kepribadian narsistik


Yaitu orang yang memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri
mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan akan pemujaan. Mereka membesar-
15
besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.
Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakukan khusus pula.
OKI, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka juga tidak
mampu untuk menampilkan empati, kalaupun mereka memberi empati dan simpati, biasanya
mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri.

12 . Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 120. Lihat juga Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit.
hlm. 276
13 . Ibid. 126
14 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154
15. Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 282

10
Masalah-masalah yang biasanya muncul adalah sulit membina interpersonal,
penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan dan tidak
mampu mengatasi stres yang mereka rasakan dengan baik.16
7. Gangguan kepribadian menghindar (Avoidant)
Kunci gangguan ini adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang
tampak adalah tingkah laku menarik diri. Mereka sebenarnya sangat ingin berelasi dengan
orang lain, namun mereka malu dan sangat takut jika tidak diterima. Mereka juga memiliki
perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut berbicara di depan public
atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka sering kali menyalah artikan komentar dari
orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya. 17
Mereka tidak mau, lebih tepat tidak berani ikut dalam suatu gerakan di lingkungan
sosial. Perilakunya sering diwarnai oleh kemurungan, rasa tidak aman (insecurity) dalam
berinteraksi sosial, dan dalam memulai suatu relasi sosia. 18

Kelompok C
1). Gangguan kepribadian dependen
Yaitu menggambarkan orang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk diasuh
oleh orang lain. Hal ini membuat mereka sangat patuh dan melekat dalam hubungan mereka
serta sangat takut akan perpisahan. Mereka juga sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri
tanpa bantuan dari orang lain. Mereka mencari saran dalam membuat keputusan yang paling
kecil sekalipun.
Karena takut akan penolakan atau takut berakhirnya suatu hubungan dekat, maka
mereka sering menomerduakan keinginan dan kebutuhan mereka demi orang lain. Mereka
setuju akan pernyataan yang aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang
merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain. 19

2). Gangguan kepribadian obsesif kompulsif


Yaitu sebuah gangguan yang ditandai oleh cara berhubungan dengan orang lain yang
kaku, kecenderungan perfeksionis, kurangnya spontanitas, dan perhatian yang berlebihan
akan detail. Mereka sangat terpaku pada kebutuhan akan kesempurnaan sehingga mereka

16 Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154


17. Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 283
18 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 159-160
19 . Ibid. hlm. 162

11
tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu tepat waktu. Apa yang mereka lakukan pasti gagal
memenuhi harapan mereka, dan mereka memaksa diri untuk mengerjakan ulang pekerjaan
mereka.
Mereka juga sulit mengekspresikan perasaan, sulit untuk bersantai dan menikmati
aktivitas yang menyenangkan, mereka khawatir akan biaya dari aktivitas senggang tersebut.
20

3. Penanganan gangguan kepribadian


1. Terapi obat
Obat antidepresan atau antikecemasan dapat digunakan untuk mengendalikan simtom
namun tidak dapat mengubah pola perilaku yang mendasarinya.
2. Teori kognitif-behavioral
Untuk mendorong tingkah laku yang adaptif, untuk mengembangkan keterampilan
sosial yang lebih efektif, dan untuk menggantikan cara berfikir yang salah dengan alternatif
rasional 21
3. Terapi psikodinamika
Dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan
bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
Metode yang digunakan salah satunya adalah dengan asosiasi bebas yaitu di mana
seorang klien diberi pelajaran untuk menceritakan apa saja yang hadir dalam pikirannya,
mencoba untuk tidak menyaring pikiran apapun. Kemudian terapis mencatat tema-tema apa
yang terjadi dalam asosiasi bebas klien. Bersikap empatik dan mendengarkan tidak menilai,
terapis membangun hubungan saling percaya dengan klien. Terapis secara berhati-hati
melakukan penafsiran dan konfrontasi, sehingga klien dapat menerima dan berespons
terhadap hal itu tanpa cemas 22
4. Terapi secara islami
Menurut Psikiater Dadang Hawari, pada gangguan kepribadian diatas ini diberikan
terapi psikofarmaka (obat-obatan anti-psikotik, anti-cemas dan anti-depresi) juga diberikan
terapi psikoreligi.23

20 Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 128


21 . Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 286-287
22 Ibid. hlm. 288
23 Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 176-177

12
No. Tipe-tipe Terapi yang digunakan Dalil yang berkaitan
Jangan berburuk sangka “Aku senantiasa berada disamping
ataupun dngki dg orang hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku
1. Paranoid
lain & melakukn sholat, tetap bersamanya selama ia tetap ingat
berdo’a dan berdzikir. pada-Ku”. (H.R. Bukharai dan Muslim
Banyak melakukan QS. Al-Hujurat : 13
silaturahmi (sosialisasi) “Hai manusia, Sesungguhnya Kami
agar kehidupannya menciptakan kamu dari seorang laki-laki
2. Skizoid emosinya tidak menjadi dan seorang perempuan dan menjadikan
dingin atau acuh tak kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku
acuh dan melakukan supaya kamu saling kenal-mengenal.”
sholat,berdo’a & dzikir. Dan terdapat juga di QS. An-Nahl : 97
Orang dengan “Puasa itu bukanlah hanya sekedar
gangguan keprbadian menahan diri dari makan dan minum.
ini hendaknya banyak Akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah
melakukan sholat, mencegah diri dari segala perbuatan
3. Skizotipal
berdo’a, berdzikir dan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-
puasa. perbuatan yang kotor dan keji.” (H.R. Al
Hakim)
Dan terdapat juga di QS. Al Ankabut : 45
Orang dengan QS. Ar-Ra’d : 28
gangguan keprbadian “(yaitu) orang-orang yang beriman dan
ini hendaknya banyak hati mereka manjadi tenteram dengan
melakukan sholat, mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
4. Ambang
berdo’a, berdzikir, dan mengingati Allah-lah hati menjadi
sabar. tenteram.”
Dan terdapat juga di QS.Al-Baqarah: 153,
QS. Al-Ankabut : 45, QS. Ali Imron : 139
5. Histeri- Orang dengan QS. Al-Ankabut : 45

13
onik gangguan keprbadian “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
ini hendaknya banyak (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
melakukan sholat, dan Sesungguhnya mengingat Allah
berdo’a, berdzikir, dan (shalat) adlh lebih besar (keutamaannya
sabar. dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dan terdapat juga di QS. Al-Baqarah :
153, QS. Az-Zumar : 53
Orang dengan QS. Luqman : 18
gangguan keprbadian “Dan janganlah kamu memalingkan
ini hendaknya banyak mukamu dari manusia (karena sombong)
melakukan sholat, dan janganlah kamu berjalan di muka
6. Narsistik berdo’a, berdzikir, dan bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
sabar serta tidak Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong. sombong lagi membanggakan diri.”
Dan terdapat juga di QS. Luqman : 17 dan
19
Orang dengan QS. Luqman : 17
gangguan keprbadian “Hai anakku, dirikanlah shalat dan
ini hendaknya banyak suruhlah (manusia) mengerjakan yang
melakukan sholat, baik dan cegahlah (mereka) dri perbuatan
Meng-
7. berdo’a, berdzikir, dan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
hindar
sabar serta perbanyak apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
silaturahmi. yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).”
Dan terdapat juga di QS. Al-Hujurat : 13
Orang dengan QS. Ali Imran : 139
gangguan keprbadian “Janganlah kamu bersikap lemah, dan
ini hendaknya banyak janganlah (pula) kamu bersedih hati,
8. Dependen melakukan sholat, Padahal kamulah orang-orang yang
berdo’a, berdzikir, dan paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
sabar orang-orang yang beriman.”
Dan terdapat juga di QS.Al-Baqarah : 153

14
Banyak melakukan QS. Luqman : 17-19
Obsesif-
9. sholat,berdo’a,berdziki,
Kompulsif
dan sabar

5. Terapi psikologis terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1) Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan perilaku
pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku
seseorang merupakan wujud dari pikirannya. Artinya, jika seseorang berpikiran
negatif, maka perilakunya pun akan negatif, begitu pun sebaliknya.
2) Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi segala
bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Kondisi
semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman negatif yang dialami pasien di
masa lalu.
3) Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan mental
seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Artinya, jika
interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala gangguan kepribadian bisa
terbentuk. Karena itulah terapi ini bertujuan untuk membenahi segala masalah yang
terjadi di dalam interaksi sosial pasien.

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tipe-tipe gangguan kepribadian


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
gangguan kepribadian dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu :
Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup
gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal.
1). Gangguan kepribadian Paranoid
Biasanya diatandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat
24
kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Ia juga hypersensitive, rigid (kaku), anxious
(pecemburu) dan argumentatif (suka berdebat). Mereka cenderung melihat diri sendiri
sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat kekurangan dirinya,
meskipun dia tahu. 25
Gejala lain yaitu keterbatasan kehidu pan afektif yaitu penampakan yang dingin dan
tanpa emosi, merasa bangga dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah terangsang
secara emosional. Ia juga tidak ada rasa humor yang wajar, pasif, tidak lembut, tidak hangat,
26.
dan sentimental Mereka juga sangat sensitif terhadap kritikan, baik itu nayata maupun
yang dibayangkan. mereka cenderung tidak mempercayakan rahasia pribadi pada orang lain
karena mereka yakin bahwa informasi pribadi akan digunakan untuk menyerang mereka.
Gangguan ini bisa ditemukan dari anggota para imigran atau kelompok etnik
minoritas, tahanan politik, atau orang budaya lain yang berprilaku sangat hati-hati atau
defensif. 27

2). Gangguan kepribadian Skizoid


Ciri utamanya adalah isolasi sosial dan sering kali digambarkan sebagai penyendiri atau
eksentrik, ia juga kehilangan minat pada hubungan sosial. Mereka tampak jauh, menjaga
jarak, dan sikap acuh tak acuh terhadap pujian, kritikan atau perasaan orang lain. Wajah

24 . Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 273
25 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 144
26 . Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abormal, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), cet. 2, hlm. 117
27 .Dadang Hawari, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, (Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2009), cet. 2, hlm. 68

16
mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi emosional, dan mereka jarang bertukar
senyum sosial atau salam. 28
Mereka biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Ia juga
menyukai aktifitas atau pekerjaan yang tidak melibatkan orang lain (aktivitas mandiri/bekerja
seorang diri). Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan
hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk
menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka menikah
dengannya.29

3). Gangguan kepribadian Skizotipal


Biasanya tampak aneh secara mencolok. Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi
orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negatif seperti marah atau tidak senang. 30
Gangguan ini merupakan pola pikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam berbicara dan
dalam persepsi, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.
Menurut (Back & Freeman, 1990) gangguan ini secara umum terbagi menjadi 4
kategori yaitu, sbb :
a. Paranoid atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai).
b. Referensi ide (idea of reference). Meyakini kejadian-kejadian acak yang ada
disekitarnya berkaitan dengan mereka. Atau bahwa orang lain sedang membicarakan
mereka.
c. Kognisi (pikiran) yang ganjil adalah odd beliefs and magical thinking
(keyakinan aneh dan pemikiran-pemikiran magis). Seperti keyakinan mereka memiliki
indra keenam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan pikiran. (misalnya,
dapat meramal masa depan).
d. Pikiran yang aneh adalah illusions (ilusi) yang merupakan halusinasi yang
singkat (misalnya, merasa melihat bapaknya yang sudah meninggal hadir
disampingnya). Dan cenderung memiliki pembicaraan yang kurang jelas, berputar-
putar, samar-samar, atau sangat rumit. 31

28. Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 274

29. Ibid. 274-275


30. Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 146-147 .
31 . Ibid. hln. 149

17
Kelompok B
1). Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Ditandai adanya gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image (identitas
diri) yang tidak stabil serta impulsiveness, berlebih-lebihan, perubahan suasana hati
(mood-nya selalu berubah-ubah) yang drastis (tiba-tiba), perasaan mengganggu yang
sifatnya kronis, dan adanya upaya-upaya untuk mutilasi (sell-mutilation) atau
menyakiti diri sendiri, untuk mendapatkan sesuatu atau dengan tujuan mencari
pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau
menumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.
Mereka merasa bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan
bermusuhan terhadap orang lain. OK!, individu dengan gangguan ini memiliki hubungan
interpersonal yang “hiruk-pikuk”. Mereka juga tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila
berada sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk
waktu yang singkat (karena moodnya mudah berubah) mereka akan berusaha mencari teman,
walaupun cuma teman duduk.32

2). Gangguan kepribadian histrionic


Yaitu melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat
perhatian serta cenderung dramatis dan emosional, namun emosi mereka tampak dangkal,
33
dibesar-besarkan dan mudah berubah.
Ditandai juga dengan tingkah laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka
menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh
lingkungan. Di samping penampilan yang cemerlang tidak mampu menciptakan hubungan
yang mendalam dan menjaga hubungan dalam jangka waktu panjang.
Mereka selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan, cenderung untuk melebih-
lebihkan pikiran atau perasaan merek a dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting
dari yang sesungguhnya. 34

32 . Sutardjo A. Wiramihardja, Op.Cit. hlm. 120. Lihat juga Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit.
hlm. 276
33 . Ibid. 126
34 . Fitri Fausiah, dan Julianti Widury, Op.Cit. hlm. 154

18
3). Gangguan kepribadian narsistik
Yaitu orang yang memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri
mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan akan pemujaan. Mereka membesar-
35
besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian.
Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakukan khusus pula.
OKI, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain. Mereka juga tidak
mampu untuk menampilkan empati, kalaupun mereka memberi empati dan simpati, biasanya
mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri mereka sendiri.

35. Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Op.Cit. hlm. 282

19
B. KASUS
Doni adalah seorang pemuda berusia 28 tahun ia adalah anak ke 8 dari 8 saudara, ia
tinggal bersama ibu dan kakaknya.dulu sewaktu bayi dia pernah mengalami kejang-kejang
atau step, sampai keluarga berpikir tidak bisa diselamatkan lagi. Ia hanya bersekolah sampai
jenjang SD (Sekolah dasar) hanya sampai kelass 4 saja, karena ia malu dan tidak suka
bersama anak-anak yang lain. Ia dilingkungan sekitar tidak begitu terlalu disukai oleh teman
sebaya, orang tua atau anak-anak karena sikap, perilaku yang berbeda. Jadi bisa dikatakan ia
sukar untuk bersosialisasi dengan lingkungan tetangga sekitar, ia pernah menikah dengan
seorang gadis yang dijohkan oleh ke dua orang tua mereka dan setelah mereka menikah
istrinya tidak betah karena dia selalu berbuat kekerasan terhadap istri, selalu cemburu dan
tidak membolehkan istrinya kemana-mana. Setelah beberapa bulan istrinya kabur (lari) dan
istrinya tidak mau kembali ketika di jemput dirumah keluarganya. Semenjak dari kejadian itu
Doni semangkin merajalela, ia suka bertingkah seperti masih anak kecil permintaannya kalau
tidak di turuti dia mengamuk, pernah abangnya menitipkan mobile di rumah orang tuanya
dan tidak di beri izin kepada doni lalu dia mengamuk kepada abangnya dengan memukur
kaca mobile dengan sekop dan mereka berantam di lihat orang sampai ibunya tidak sadarkan
diri melihat tingkahnya, dan ibu Doni memiliki kost dan anak kostnya harus menurut dengan
peraturan yang di berinya jam 22.00 semua anak kost harus masuk ke dalam kost dan yang
terlambat di biarkan dulu di eppan pintu menunggu lama baru di buka, lalu ketika teman-
teman anak kost datang dia selalu mondar-mandir di depan perkumpulan anak kostnya yang
sedang mengerjakan tugas dan menyebabkan risih teman-teman. Lalu ketika anak kost
membawa teman cowok (pacar) dia sering mengamuk atau mengusir temannya itu yang
semuala keadaan yang harusnya enak menjadi tidak enak. Pernah ketika abang teman kost
saya datang dan sudah permisi kepada ibu kost bahwasannya abangnya datang dan ibu kost
memberi izin, sementara dia mala mengusir dan melempar gembok dihadapan abang dan
teman kost saya. Setiap anak kost di datangin teman-teman dia sangat tidak suka, dia tidak
mau melihat orang sekitarnya bahagia sementara dia tidak dan ia pun membuat kerusuhan
dengan mengusir teman teman. Emosinya tidak stabis seperti anak-anak dan suka mengadu
kepada ibu. Orang tua dan saudaranya sudah tidak bisa lagi menasehati atau melarangnya jadi
di biarkan saja karena dia suka mengamuk. Dia tidak pernah percaya kepada siapapun kecuali
yang dianggap dia mampu memahami dirinya. Jika keponakannya tidak pulang tepat waktu
jam 22.00 dengan anak kost dia bakal mengamuk dan membagunkan satu kost dan tetangga
sekitar. Dia tidak pernah berprilaku selayaknya orang sewasa sampai saat ini suka bermain
bersama anak SMA kelas 1 keponakannya. Jika di puji dia bisa saja jika dijelakkan biasa saja
datar hidupnya. Jika dilihat dari wajahnya ia tidak menampakkan emosi yang di luar batas
seperti kenyataannya. Ia selalu mencurigai anak kost yang sedang melakukan belajar
kelompo dikira dia yang aneh-aneh. Dia tidak pernah berpikir secara baik kepada siapapun
selalu merasa di ceritakan oleh sekelilingnya sehingga membuat dia sukar untuk berbaur
kepada orang lain

20
C. TERAPI YANG DI GUNAKAN

1. Teori kognitif-behavioral
Untuk mendorong tingkah laku yang adaptif, untuk mengembangkan keterampilan
sosial yang lebih efektif, dan untuk menggantikan cara berfikir yang salah dengan alternatif
rasional.

Penjelasan: Doni diberikan terapi kognitif-behavioral agar ia mampu melakukan


kegiatan pada umumnya sesuai dengan usianya kepada teman-teman atau tetangga. Dan agar
ia bisa berpikir lebih bagus lagi dan meninggalkan pemikirannya yang kurang percaya
terhadap orang disekitarnya.

2. Terapi psikodinamika
Dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan
bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
Metode yang digunakan salah satunya adalah dengan asosiasi bebas yaitu di mana seorang
klien diberi pelajaran untuk menceritakan apa saja yang hadir dalam pikirannya, mencoba
untuk tidak menyaring pikiran apapun. Kemudian terapis mencatat tema-tema apa yang
terjadi dalam asosiasi bebas klien. Bersikap empatik dan mendengarkan tidak menilai, terapis
membangun hubungan saling percaya dengan klien. Terapis secara berhati-hati melakukan
penafsiran dan konfrontasi, sehingga klien dapat menerima dan berespons terhadap hal itu
tanpa cemas.

Penjelasan: disini doni kita ajak untuk berkonseling agar ia bisa menceritakan apa
yang selalu terlintas didalam pikiran saat ada sesuatu yang kurang ia pahami, agar ia bisa
keluar dari masalah yang terus ia alami. Disaat doni sedang menceritakan apa saja yang
terlintas didalam pikirannya kita tidak boleh langsung menyangkal pernyataan yang di
berikan oleh doni terhadap apa yang ia pikirkan konselor bisa mencatat apa yang sedang ia
alami agar tidak terjadi konfrontasi dan fokus terhadap masalah yang lebih dia alami agar
cepat terentaskan

3. Terapi perilaku kognitif.


Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan perilaku pasien ke arah yang positif.
Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari
pikirannya. Artinya, jika seseorang berpikiran negatif, maka perilakunya pun akan negatif,
begitu pun sebaliknya.

21
Penjelasan: setelah doni menceritakan masalah yang sering terlintas di hatinya konselor
harus bisa mengarahkan pemikiran yang salah tadi mengarah ke pemikiran yang positif, kita
jelaskan kepadanya jika kita berpikir selalu buruk terhadap sesuatu maka hasilnya akan
menjadi buruk, begitu juga dengan tingkah laku kita tanpa kita sadaari perilaku kita akan
menjadi buruk terhadap hal itu. Jadi usahakan untuk selalu berpikir baik (positif) maka
InsaAllah hasilnya akan membaik.

4. Terapi secara islami


Jangan berburuk sangka “Aku senantiasa berada disamping
ataupun dngki dg orang hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku
Paranoid
lain & melakukn sholat, tetap bersamanya selama ia tetap ingat
berdo’a dan berdzikir. pada-Ku”. (H.R. Bukharai dan Muslim
Banyak melakukan QS. Al-Hujurat : 13
silaturahmi (sosialisasi) “Hai manusia, Sesungguhnya Kami
agar kehidupannya menciptakan kamu dari seorang laki-laki
Skizoid emosinya tidak menjadi dan seorang perempuan dan menjadikan
dingin atau acuh tak kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku
acuh dan melakukan supaya kamu saling kenal-mengenal.”
sholat,berdo’a & dzikir. Dan terdapat juga di QS. An-Nahl : 97
Orang dengan “Puasa itu bukanlah hanya sekedar
gangguan keprbadian menahan diri dari makan dan minum.
ini hendaknya banyak Akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah
melakukan sholat, mencegah diri dari segala perbuatan
Skizotipal
berdo’a, berdzikir dan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-
puasa. perbuatan yang kotor dan keji.” (H.R. Al
Hakim)
Dan terdapat juga di QS. Al Ankabut : 45

Penjelasan:

Disini Doni kita arahkan untuk lebih mendekkatkan diri kepada Allah agar ia selalu dalam
lindungannya. Dengan cara sholat, berdzikir, doa dan berpuasa.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwasannya individu dikatakan


mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku
maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama.

Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya


menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang
lama. Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, emosi dan perilaku yang membuat
seseorang unik, berbeda satu sama lain. Ini cara melihat, memahami dan berhubungan dengan
dunia luar, dan juga bagaimana seseorang melihat diri sendiri. Bentuk kepribadian selama
masa kanak-kanak, dibentuk melalui interaksi dari dua faktor: Warisan kecenderungan atau
gen, Lingkungan, atau situasi kehidupan.

Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan
kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal, orang dengan prilaku yang terlalu dramatis,
emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian
antisosisal, ambang, histrionik, narsistik. Jadi klien saya mengalami gangguan kepribadian
paranoid, skizoid, skizotipal dan orang dengan prilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau
eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosisal, ambang,
histrionik, narsistik.
Ia mengalami gangguan itu sejak masa remaja dari sejak itu ia menjadi kurang terbuka
dengan orang sekeliling, emosi yang menjadi tinggi, mudah tersinggung. Dan bertingkah
seperti anak anak.

B. Saran

Sebaiknya klien saya ini harus di tangani secara lebih khusus lagi agar ia dapat
terselesaikan dengan gangguan yang dialami.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fausiah, Fitri, dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal : Klinis Dewasa, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 2008
Hawari, Dadang, Psikopat Paranoid dan Gangguan Kepribadian Lainnya, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2009, cet. 2
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal : Edisi ke lima jilid I,
Jakarta : Erlangga, 2005
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Psikologi Abormal, Bandung : PT Refika Aditama, 2007, cet.
2.

24

Anda mungkin juga menyukai